• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN

TAHUN 2016

Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

(2)

KATA PENGANTAR

Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas mengamankan areal tanaman pangan dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) sehingga produksi tercapai baik secara kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Sesuai dengan tugas tersebut Tahun 2016 telah dilaksanakan berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian target dimaksud.

Laporan Tahunan ini sebagai bahan evaluasi dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, yang dijabarkan dalam visi, misi, dan tujuan serta sasaran program dan kegiatan.

Laporan ini menyajikan capaian pelaksanaan program dan kegiatan, serta permasalahan dalam pencapaian kegiatan dan program tersebut. Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai bahan pemantapan program pembangunan tanaman pangan, khususnya dalam upaya pengamanan produksi pada periode mendatang.

Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih.

Jakarta, Februari 2017

Direktur Perlindungan Tanaman Pangan,

Dr. Ir. Dwi Iswari, M.Sc.P NIP 195912121987032002

(3)

Laporan Tahunan 2016 ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

1. Dalam rangka Rencana Strategis Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menargetkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan padi, jagung, dan kedelai pada Tahun 2016. Upaya mendukung pencapaian target tersebut Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas mengamankan areal tanaman pangan dari gangguan Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI). Sasaran pengamanan areal tanam dari serangan OPT dan terkena DPI untuk padi sebesar 93% dari areal tanaman, jagung 98% dari areal tanaman, kedelai 97% dari areal tanaman, kacang tanah 98% dari areal tanaman, kacang hijau 98% dari areal tanaman, ubi kayu 98% dari areal tanaman, dan ubi jalar 98%

dari areal tanaman.

2. Pengamanan areal tanaman pangan dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI), dilaksanakan melalui berbagai kegiatan perlindungan tanaman pangan. Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia, pada Tahun 2016 telah dilakukan kegiatan yang meliputi :

I. Kegiatan Dekonsentrasi:

a. Penerapan Pengendalin Hama Terpadu (PPHT)

b. Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PPDPI) c. Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

(Gerdal OPT) II. Kegiatan Pusat

3. Luas areal pertanaman padi yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 299.600 ha (puso: 85.291 ha) atau 1,80% dari total luas tanam padi seluas 16.628.432 ha. Dengan adanya upaya pengendalian OPT dan DPI selama tahun 2016, areal yang dapat diamankan dari OPT dan DPI seluas 16.328.832 ha atau mencapai 98,20% dari total luas tanam. Dibandingkan dengan target tahun 2016

(4)

(93%), maka capaian pengamanan areal pertanaman padi melebihi dari target sebesar 105,59%.

4. Luas areal pertanaman jagung yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 67.866 ha (puso: 37.739ha) atau 1,38% dari total luas tanam jagung seluas 4.900.492 ha. Dengan adanya upaya pengendalian OPT dan DPI selama tahun 2016, areal yang dapat diamankan dari OPT dan DPI seluas 4.832.626 ha atau mencapai 98,62% dari total luas tanam. Dibandingkan dengan target tahun 2016 (98%), maka capaian pengamanan areal pertanaman jagung melebihi target sebesar 100,63%.

5. Luas areal pertanaman kedelai yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 17.202 ha (puso: 10.858 ha) atau 3,21% dari total luas tanam kedelai seluas 536.176 ha. Dengan adanya upaya pengendalian OPT dan DPI selama tahun 2016, areal yang dapat diamankan dari OPT dan DPI seluas 518.974 ha atau mencapai 96,79% dari total luas tanam. Dibandingkan dengan target tahun 2016 (97%), maka capaian pengamanan areal pertanaman kedelai melebihi target sebesar 99,79%.

6. Luas areal pertanaman kacang tanah yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 1.902 ha (puso: 171 ha) atau 0,45% dari total luas tanam kacang tanah seluas 421.902 ha. Dengan adanya upaya pengendalian OPT dan DPI selama tahun 2016, areal yang dapat diamankan dari OPT dan DPI seluas 420.000 ha atau mencapai 99,55% dari total luas tanam. Dibandingkan dengan target tahun 2016 (97%), maka capaian pengamanan areal pertanaman kacang tanah melebihi target sebesar 101,58%.

7. Luas areal pertanaman kacang hijau yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 809 ha (puso: 33 ha) atau 0,37% dari total luas tanam kacang hijau seluas 219.684 ha. Dengan adanya upaya pengendalian OPT dan DPI selama tahun 2016, areal yang dapat diamankan dari OPT dan DPI seluas 218.875 ha atau mencapai 99,63% dari total luas tanam. Dibandingkan dengan target tahun 2016 (97%),

(5)

Laporan Tahunan 2016 iv

maka capaian pengamanan areal pertanaman kacang hijau melebihi target sebesar 101,67%.

8. Luas areal pertanaman ubi kayu yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 654 ha (puso: 178 ha) atau 0,08% dari total luas tanam ubi kayu seluas 831.692 ha. Dengan adanya upaya pengendalian OPT dan DPI selama tahun 2016, areal yang dapat diamankan dari OPT dan DPI seluas 831.037 ha atau mencapai 99,92% dari total luas tanam. Dibandingkan dengan target tahun 2016 (97%), maka capaian pengamanan areal pertanaman ubi kayu melebihi target sebesar 101,96%.

9. Luas areal pertanaman ubi jalar yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 201 ha (puso: 30 ha) atau 0,21% dari total luas tanam ubi jalar seluas 96.653 ha. Dengan adanya upaya pengendalian OPT dan DPI selama tahun 2016, areal yang dapat diamankan dari OPT dan DPI seluas 96.453 ha atau mencapai 99,79% dari total luas tanam. Dibandingkan dengan target tahun 2016 (97%), maka capaian pengamanan areal pertanaman ubi jalar melebihi target sebesar 101,83%.

10. Realisasi pelaksanaan Penerapan PHT skala luas tanaman padi sebanyak 539 unit (13.475 ha) atau 96,94%, dari rencana 556 unit (13.900 ha), Jagung sebanyak 28 unit (420 ha) atau 90,32% dari rencana 31 unit (465 ha), kedelai sebanyak 19 unit (190 ha). Realisasi pelaksanaan Penerapan Penanganan DPI sebanyak 29 unit (290 ha) mencapai 90,63% dari rencana 32 unit (320 ha).

11. Realisasi gerakan pengendalian (gerdal) OPT padi sebanyak 424 kali (16.960 ha) atau 75,44% dari rencana 562 kali (22.480 ha), realisasi gerdal OPT padi bersama TNI sebanyak 9 kali (360 ha) atau 47,37% dari rencana 19 kali (760 ha), gerdal OPT jagung sebanyak 62 kali (1.860 ha) atau 59,62% dari rencana 104 kali (3.120 ha), gerdal OPT kedelai sebanyak 29 kali (435 ha) atau 58% dari rencana 50 kali (750 ha).

(6)

12. Selain kegiatan yang telah dilakukan diatas, untuk penanganan banjir, kekeringan dan menekan luas dan intensitas serangan OPT utama, juga dilakukan kegiatan antara lain pengiriman informasi prakiraan iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kepada Gubernur, pengiriman surat kewaspadaan peningkatan serangan OPT, dan langkah operasional penanganannya kepada Gubernur, konsolidasi petugas, pembentukan POSKO Pengendalian OPT (tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan desa), menurunkan tim pemantauan dan bimbingan teknis (provinsi, kabupaten, kecamatan), dan penyediaan bantuan pestisida cadangan nasional.

13. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan yaitu beragamnya kelembagaan perlindungan tanaman di daerah, terbatasnya kuantitas dan kualitas THL Tenaga Bantu POPT-PHP, ketergantungan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, kurang lancarnya arus informasi/pelaporan, belum optimalnya koordinasi penanganan OPT, perubahan iklim dan faktor lingkungan yang kurang mendukung, dan belum optimalnya pemberdayaan kelembagaan PHT di tingkat lapangan (LPHP, BPT, PPAH, dan alumni SLPHT).

(7)

Laporan Tahunan 2016 vi

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ... i RINGKASAN EKSEKUTIF... ii DAFTAR ISI .………... vi DAFTAR TABEL………...………... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR GAMBAR... vii viii ix DAFTAR LAMPIRAN ………... x I. PENDAHULUAN………... 1.1 Latar Belakang... 1.2 Tugas, Fungsi dan Kewenangan... 1.3 Visi... 1.4 Misi... 1 1 2 7 7 1.5 Strategi ………... 1.6 Target Kinerja... 1.7 Kegiatan... 1.8 Arah Kebijakan... 8 8 11 11 II. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2016 ………... 13 2.1. Capaian Kinerja...….………...…………... 13 2.2. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2016 ... 13 2.3. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Penguatan

Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI Tahun

2016... 2.4. Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2016... 2.5. Pengelolaan Anggaran dan Sumberdaya Manusia... 2.6. Permasalahan... 17 22 24 47 48 III. PENUTUP... 51

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal 1. Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Perlindungan

Tanaman Pangan Tahun 2016... 14 2. Luas Areal Aman dari OPT dan DPI Tahun 2016 …... 15 3. Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2016… 48

(9)

Laporan Tahunan 2016 viii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal 1. Realisasi Fisik dan Anggaran Kegiatan PPHT Tahun

2016... 19 2. Realisasi Fisik dan Anggaran Kegiatan Gerakan Pengendalian

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Penerapan PHT Serealia Menggunakan Tanaman Refugia... Penanganan DPI pada Lahan Pertanaman Padi... Penyegaran Petugas Lapangan Perlindungan Tanaman Pangan Wilayah Barat, Tengah, dan Timur... Temu Teknologi Pengendalian OPT Berwawasan PHT pada Tanaman serealia

Penyusunan Success Story SLPHT... Temu Lapang dalam Rangka Panen PPHT... Rapat Koordinasi Teknis Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Optimalisasi Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman...

Focuss Group Discussion Penanggulangan DPI

18 20 24 30 32 33 35 36 41

(11)

Laporan Tahunan 2016 x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. Realisasi Pelaksanaan PPHT Pada Tanaman Padi Tahun 2016 ……... 6252 2. Realisasi Pelaksanaan PPHT Pada Tanaman Jagung Tahun 2016 .... 53 3.

4.

Realisasi Pelaksanaan PPHT Pada Tanaman Kedelai Tahun 2016 .... Realisasi Pelaksanaan PPDPI Pada Tanaman Padi Tahun 2016 …...

54 55 5. Realisasi Pelaksanaan Gerakan Pengendalian Pada Tanaman Padi

Tahun 2016 …... 56 6.

7.

8.

9.

Realisasi Pelaksanaan Gerakan Pengendalian Pada Tanaman Jagung Tahun 2016... Realisasi Pelaksanaan Gerakan Pengendalian Pada Tanaman Kedelai Tahun 2016... Realisasi Pelaksanaan Gerakan Pengendalian Pada Bersama TNI... Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Tahun 2016

57 58 59 60 10. 11.

Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Tahun 2016... Daftar Inventaris Kendaraan Roda 2 dan 4 Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ………...

61

6

62 12. Daftar Pegawai Yang Naik Pangkat Pada Tahun 2016 ... 6397

(12)

I.

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 Kementerian Pertanian yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 09/Permentan/RC.020/3/2016 tanggal 8 Maret 2016, menetapkan 11 sasaran strategis yang merupakan indikator kinerja Kementerian Pertanian. Sasaran yang ingin dicapai dalam periode 2015 2019 adalah:1) meningkatnya produksi padi, jagung, kedelai, daging dan gula; 2) terjaminnya distribusi pangan; 3) meningkatnya akses dan pemanfaatan pangan dan gizi; 4) meningkatnya konsumsi pangan lokal; 5) stabilnya produksi cabai dan bawang merah; 6) berkembangnya produk dan nilai tambah dan berdaya saing; 7) tersedianya bahan baku bioindustri dan bioenergi; 8) meningkatnya kualitas sumberdaya insani petani; 9) meningkatnya pendapatan keluarga petani; 10) meningkatnya kualitas aparatur dan layanan kelembagaan pertanian; serta 11) meningkatnya akuntabilitas kinerja Kementerian Pertanian.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan berperan penting dalam mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan padi, jagung, dan kedelai pada Tahun 2016. Untuk mendukung pencapaian target tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan memiliki peran strategis dalam pengamanan areal pertanaman dari serangan Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT) dan terkena Dampak Perubahan Iklim (DPI). Sasaran pengamanan areal pertanaman dari serangan OPT dan terkena DPI untuk padi sebesar 93% dari areal tanaman, jagung 98% dari areal tanaman, kedelai 97% dari areal tanaman, kacang tanah 98% dari areal tanaman, kacang hijau 98% dari areal tanaman, ubi kayu 98% dari areal tanaman, dan ubi jalar 98% dari areal tanaman aman dari gangguan OPT dan DPI.

(13)

1.2.Tugas, Fungsi, dan Kewenangan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 43/Permentan/ OT.010/8/2015 tanggal 21 Agustus 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian hama dan penyakit dan perlindungan tanaman.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut :

1. Pengelolaan data dan informasi organisme pengganggu tumbuhan;

2. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan;

3. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia, aneka kacang dan umbi, serta penanggulangan dampak iklim;

4. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia, aneka kacang dan umbi, serta penanggulangan dampak iklim;

5. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia, aneka kacang dan umbi, serta penanggulangan dampak iklim;

6. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia, aneka kacang dan umbi, serta penanggulangan dampak iklim;

7. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia, aneka kacang dan umbi, serta penanggulangan dampak iklim; dan

8. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan didukung oleh empat subdirektorat, satu subbagian tatausaha dan satu jabatan fungsional :

a. Subdirektorat Data dan Kelembagaan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan ,

(14)

c. Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Aneka Kacang dan Umbi,

d. Subdirektorat Penanggulangan Dampak Perubahan Iklim, e. Subbagian Tata Usaha, dan

f. Kelompok Jabatan Fungsional

1.2.1. Subdirektorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT

Subdirektorat Pengelolaan Data dan Kelembagaan OPT mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan dan penyiapan peningkatan kapasitas kelembagaan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan.

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. Pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data organisme pengganggu tumbuhan; dan

b. Pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data kelembagaan pengendalian organisme penganggu tumbuhan.

1.2.2. Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Serealia

Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Serealia mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia.

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Serealia menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia;

(15)

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia;

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia; dan

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan serealia;

1.2.3. Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Aneka Kacang dan Umbi

Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Aneka Kacang dan Umbi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan, penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan aneka kacang dan umbi.

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan Aneka Kacang dan Umbi menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan aneka kacang dan umbi;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan aneka kacang dan umbi;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan aneka kacang dan umbi;

(16)

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan aneka kacang dan umbi; dan

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan teknologi pengendalian hama terpadu dan pengelolaan sarana pengendalian organisme pengganggu tumbuhan aneka kacang dan umbi.

1.2.4. Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim

Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penanggulangan dampak perubahan iklim.

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut:

a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang penanggulangan dampak kebanjiran dan kekeringan;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan dampak kebanjiran dan kekeringan;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penanggulangan dampak kebanjiran dan kekeringan;

d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penanggulangan dampak kebanjiran dan kekeringan; dan

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang bidang penanggulangan dampak kebanjiran dan kekeringan.

1.2.5. Subbag Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta kearsipan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Bentuk kegiatan kegiatan dalam mencapai target kinerja output tata usaha adalah :

(17)

a. Laporan kegiatan ketatausahaan perlindungan tanaman pangan b. Pengembangan kesekretariatan Perlindungan Tanaman Pangan c. Sewa operasional kendaraan kantor

1.2.6. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bentuk kegiatan dalam mencapai target kinerja output fungsional adalah :

a. Penyusunan dan pengelolaan warta perlintan

b. Sosialisasi Sistem Kompetensi Kerja Nasiona Indonesia dan Konsultasi Pra Asesmen

c. Pengembangan jabatan fungsional

Dalam upaya meningkatkan kegiatan peramalan OPT, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan didukung oleh satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) yang berkedudukan di Jatisari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Untuk pelaksanaan pengujian mutu dan residu pestisida, pupuk, dan produk tanaman, didukung oleh Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) yang berkedudukan di Jakarta.

Pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi perlindungan tanaman pangan di daerah dilaksanakan oleh 33 Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH) dan Bidang yang menangani perlindungan tanaman pangan. Dengan perangkat tersebut diharapkan segala permasalahan perlindungan tanaman yang timbul di daerah dapat diatasi secara cepat.

(18)

Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Berdasarkan Permentan No. 43/Permentan/OT.010/8/2015

1.3. Visi

Terwujudnya pengamanan areal tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI (banjir dan kekeringan) melalui penerapan sistem pengendalian hama terpadu dan adaptasi perubahan iklim

1.4. Misi

Misi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yaitu :

a. Meningkatkan pengamatan dan sistem peringatan dini OPT dan DPI. b. Meningkatkan gerakan pengendalian OPT dan penanganan DPI.

c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia perlindungan tanaman.

d. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan perlindungan tanaman pangan.

(19)

1.5. Strategi

Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan sumberdaya organisasi dan kondisi lingkungan strategis yang terjadi, telah ditetapkan strategi pencapaian tujuan dan sasaran yaitu :

a. Penguatan Pengamatan Pengendalian Dini; b. Penerapan Teknologi;

c. Penguatan Kelembagaan; d. Penguatan SDM;

e. Penyediaan Sarana Pengendalian OPT

(20)

Kondisi pencapaian indikator-indikator tersebut saat ini dan yang diinginkan pada tahun 2015-2019 sebagai berikut:

1.6.1 Pengamanan Areal Tanaman Pangan dari Serangan OPT dan Terkena DPI

Areal tanaman pangan aman dari serangan OPT dan terkena DPI (banjir dan kekeringan) meliputi:

1.6.2. Penguatan Sistem Pengamatan dan Pengendalian Dini (SPOT-STOP) Untuk dapat melaksanakan sistem pengamatan dan pengendalian dini (SPOT-STOP), perlu upaya pre-emtif, peningkatan pengamatan/deteksi dini terhadap perkembangan OPT dan pengendalian dini oleh petani/kelompok tani serta Brigade Proteksi Tanaman (BPT).

1.6.3. Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Perlindungan Tanaman Pangan

Untuk memperkuat SDM perlindungan, perlu diupayakan pengangkatan petugas POPT-PHP sehingga sama dengan jumlah wilayah pengamatan yang ada (kecamatan). Peningkatan kapasitas SDM bagi petugas maupun petani diupayakan melalui pelatihan, pembinaan dan sertifikasi POPT. Pelatihan bagi petugas antara lain berupa penyegaran petugas perlindungan tanaman pangan, temu teknologi, seminar dan lain-lain. Sedangkan peningkatan kapasitas bagi petani diupayakan melalui magang kelompok tani di Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP), pelatihan petani pemandu, dan pelatihan petani pengamat.

1.6.4. Optimalisasi Kelembagaan Perlindungan Tanaman Pangan

Peran dan fungsi kelembagaan perlindungan tanaman pangan baik di tingkat pusat maupun daerah sampai dengan Tahun 2016 belum optimal, oleh karena itu perlu diupayakan revitalisasi kelembagaan perlindungan tanaman melalui penguatan SDM, perbaikan sarana dan prasarana serta pemantapan Standar Operasional Prosedur

PADI JAGUNG KEDELAI K.TANAH K. HIJAU UBI KAYU UBI JALAR

(21)

(SOP) sehingga eksekusi pengendalian OPT dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat.

1.6.5. Penguatan Penerapan Teknologi Pengendalian OPT dan Penanganan DPI

Sampai saat ini penerapan teknologi pengendalian OPT dan penanganan DPI spesifik lokasi belum berjalan optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya peningkatan kaji terap teknologi spesifik lokasi pengendalian OPT dan penanganan DPI, meliputi:

a. Studi dinamika populasi OPT, untuk mengetahui perkembangan populasi/serangan OPT dalam mendukung penerapan (SPOT-STOP) pengendalian OPT

b. Uji biotipe WBC, untuk mengetahui jenis biotipe WBC yang berkembang di lapangan pada musim tanam berjalan.

c. Rice Garden, untuk mengetahui reaksi varietas terhadap

perkembangan OPT.

d. Taksasi kehilangan hasil, untuk mengetahui potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT

e. Uji adaptasi pola tanam terhadap dampak perubahan iklim, untuk memperoleh rekomendasi pola dan waktu tanam dalam rangka meminimalkan dampak perubahan iklim.

f. Uji toleransi tanaman terhadap dampak perubahan ilkim, untuk memperoleh rekomendasi teknologi budidaya tanaman yang adaptif terhadap dampak perubahan iklim.

1.6.6. Peningkatan Gerakan Pengendalian OPT dan Penanganan DPI

Gerakan pengendalian OPT dan penanganan DPI belum optimal dengan adanya otonomi daerah.

1.6.7. Penyediaan Sarana Pengendalian OPT dan Penanganan DPI

Perubahan iklim ekstrim yang sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan OPT dan meluasnya kejadian banjir/kekeringan serta merupakan kendala utama dalam upaya peningkatan produksi. Oleh karena itu, perlu diupayakan penyediaan sarana dan prasarana pengendalian OPT (agens pengendali hayati, pestisida nabati, pestisida kimiawi dan alat aplikasinya, gudang penyimpanan sarana pengendalian, kendaraan operasional BPT dan LPHP) dan penanganan DPI dengan menggunakan teknologi iklim terapan (Kalender Tanam, varietas tahan genangan dan kekeringan). Terkait kegiatan pengumpulan data unsur-unsur iklim untuk

(22)

mendapatkan prakiraan awal musim tanam diupayakan kerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

1.6.8. Penguatan Database dan Sistem Informasi Manajemen (SIM) / Si-Lintan

Pengumpulan serta pelaporan data OPT dan DPI selalu mengalami keterlambatan, karena alur pelaporan yang terlalu panjang (memerlukan waktu ± 10 (sepuluh) hari sampai di pusat/Ditlin TP). Untuk mempercepat alur informasi, diupayakan pengembangan alur pelaporan secara online. Pusat pengumpulan data berada di LPHP, sedangkan Direktorat Perlindungan Tamanan Pangan dan UPTD BPTPH diharapkan dapat mengakses data OPT dan DPI secara langsung dari LPHP, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk alur pelaporan sampai di pusat dapat dipercepat menjadi 6 (enam) hari. 1.7. Kegiatan

Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI dijabarkan ke dalam beberapa output kegiatan, sub output kegiatan, hingga komponen kegiatan.

I. Kegiatan Dekonsentrasi/Provinsi:

a. Penerapan Pengendalin Hama Terpadu (PPHT)

b. Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PPDPI)

c. Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Gerdal OPT) II. Kegiatan Pusat/Ditlin TP

1.8. Arah Kebijakan

Arah kebijakan pengamanan produksi tanaman pangan dilakukan dengan sistem PHT dan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab masyarakat dan pemerintah, melalui tindakan pre-emtif dan responsif. Tindakan pre-emtif dengan melakukan upaya-upaya pengendalian OPT berdasarkan pengalaman musim yang lalu agar SPOT serangan OPT pada musim tanam berikutnya tidak terjadi. Sedangkan tindakan responsif dengan melakukan pengamatan OPT pada musim yang sedang berjalan. Apabila sudah terjadi gejala serangan (SPOT) berdasarkan pengamatan periodik, maka segera dikendalikan (STOP).

(23)

= Pengamatan Dini

Apabila pada saat pengamatan ditemukan populasi OPT di bawah ambang pengendalian maka pengendalian dilakukan dengan menggunakan agens pengendali hayati (APH). Apabila populasi melebihi ambang pengendalian maka pengendalian dapat menggunakan pestisida kimiawi secara bijaksana, terdaftar dan diijinkan oleh Menteri Pertanian dengan memperhatikan kaidah 6 tepat (tepat sasaran OPT, jenis bahan pengendali, dosis/konsentrasi, cara aplikasi, waktu dan mutu).

SPOT

STOP

STOP OPT

PengendalianAmbang

Preemptif

Ekosistem Alami

(24)

II.

PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2016

2.1. Capaian Kinerja

Indikator kinerja utama Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2016 adalah pengamanan areal tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI (banjir dan kekeringan) dengan rincian : padi 93%, jagung 98%, kedelai 97%, kacang tanah 98%, kacang hijau 98%, ubi kayu 98%, dan ubi jalar 98% dari luas areal pertanaman.

Capaian indikator kinerja Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2016.

Secara keseluruhan, capaian kinerja pengamanan areal tanaman pangan dari potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT dan terkena DPI berhasil dilaksanakan dengan capaian 99,79% 105,59% dengan kategori berhasil 2.2. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2016

Komoditas tanaman pangan terdiri dari padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Pencapaian produksi tanaman pangan masih difokuskan pada komoditas utama yaitu padi, jagung, dan kedelai. Sementara pencapaian komoditas lainnya merupakan bagian dari upaya diversifikasi pangan di Indonesia.

Target Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan pada Tahun 2016 yaitu mengamankan areal tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI (banjir dan kekeringan) dengan rincian : padi 93%, jagung 98%, kedelai 97%,

Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Luas areal tanaman pangan aman dari gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas : - Padi 93,00 % 98,20 % 105,59 % - Jagung 98,00 % 98,62 % 100,63 % - Kedelai 97,00 % 96,79 % 99,79 % - Kacang Tanah 98,00 % 99,55 % 101,58 % - Kacang Hijau 98,00 % 99,63 % 101,66 % - Ubi Kayu 98,00 % 99,92 % 101,96 % - Ubi Jalar 98,00 % 99,79 % 101,83 % Mengamankan areal

pertanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI

Realisasi (%)

(25)

kacang tanah 98%, kacang hijau 98%, ubi kayu 98% dan ubi jalar 98% dari luas pertanaman. Secara rinci, data luas serangan OPT utama, banjir dan kekeringan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Luas Areal Tanaman Aman dari OPT dan DPI

2.2.1. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Padi dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI

Luas areal pertanaman padi yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 299.600 ha (puso: 85.291 ha) atau 1,80% dari total luas tanam padi seluas 16.628.432 ha. Dengan adanya upaya pengendalian OPT dan DPI selama tahun 2016, areal yang dapat diamankan dari OPT dan DPI seluas 16.328.832 ha atau mencapai 98,20% dari total luas tanam. Apabila dibandingkan dengan target tahun 2016 (93%), maka capaian pengamanan areal pertanaman padi melebihi target sebesar 105,59%.

Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso Terkena Puso 1 Total Luas Tanam (Ha)

2 Luas OPT Utama (Ha) awal 426.622 4.539 27.812 291 3.797 5 2.744 5 888 0 3.538 175 388 0 Luas Pengendalian (Ha)

Luas Sembuh (Ha)

Luas OPT Utama (Ha) akhir 149.390 4.539 10.842 291 1.519 5 967 5 594 0 613 175 170 0 3 Luas Terkena DPI (Ha) awal 363.962 80.752 123.763 37.448 22.646 10.853 2.020 8 0 0 0 8 421.904 3.582 - Banjir (Ha) 275.004 71.900 36.198 15.577 20.106 10.403 1.536 8 0 0 0 8 421.902 3.582 - Kekeringan (Ha) 88.958 8.852 87.566 21.871 2.540 450 483 0 70 0 199 0 3 0 Luas surut (Ha)

Luas pulih (Ha)

Luas Terkena DPI (Ha) akhir 150.210 80.752 57.024 37.448 15.683 10.853 935 166 215 33 41 3 31 30 - Banjir (Ha) 121.203 71.900 23.174 15.577 14.486 10.403 1.531 8 -412 0 -397 8 421.902 3.582 - Kekeringan (Ha) 29.007 8.852 33.850 21.871 1.197 450 418 0 31 0 124 0 3 0

4 Total Luas OPT Utama + Terkena DPI (Ha) awal790.584 85.291 151.575 37.739 26.442 10.858 4.763 13 888 0 3.538 182 422.292 3.582 5 Total Luas OPT Utama + Terkena DPI (Ha) akhir299.600 85.291 67.866 37.739 17.202 10.858 1.902 171 809 33 654 178 201 30 - Thd Total Luas Tanam (%) 1,80 0,51 1,38 0,77 3,21 2,03 0,45 0,04 0,37 0,02 0,08 0,02 0,21 0,03

397 4.351 218 0 75 0 104.499 27.559 5.427 35.694 1.536 101,67 5 65 39 831.037 96.453 99,63 99,92 99,79 101,96 101,83 1.064.926 277.232 22.519 16.970 6.901 2.277 0 1.777

- Thd Total Luas Tanam (%) 98,20 98,62 96,79 99,55 518.973 420.000 658 Capaian Kinerja 105,59 100,63 99,79 101,58 1.610 2.925

Luas Areal yang Aman dari OPT dan DPI (Ha) 16.328.832 4.832.625

Ubi kayu Ubi jalar

16.628.432 4.900.492 536.176 421.902 219.684 831.692 96.655 Kacang tanah

No Uraian Padi Jagung Kedelai

218.875 Kacang hijau 2.983 295 412

(26)

2.2.2. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Jagung dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI

Luas areal pertanaman jagung yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 67.866 ha (puso: 37.739 ha) atau 1,38% dari total luas tanam jagung seluas 4.900.492 ha. Dengan adanya upaya pengendalian OPT dan DPI selama tahun 2016, areal yang dapat diamankan dari OPT dan DPI seluas 4.832.626 ha atau mencapai 98,62% dari total luas tanam. Apabila dibandingkan dengan target tahun 2016 (98%), maka capaian pengamanan areal pertanaman jagung melebihi target sebesar 100,63%.

2.2.3. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Kedelai dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI

Luas areal pertanaman kedelai yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 17.202 ha (puso: 10.858 ha) atau 3,21% dari total luas tanam kedelai seluas 536.176 ha. Dengan adanya upaya pengendalian OPT dan DPI selama tahun 2016, areal yang dapat diamankan dari OPT dan DPI seluas 518.974 ha atau mencapai 96,79% dari total luas tanam. Apabila dibandingkan dengan target tahun 2016 (97%), maka capaian pengamanan areal pertanaman kedelai melebihi target sebesar 99,79%.

2.2.4. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Kacang Tanah dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI

Luas areal pertanaman kacang tanah yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 1.902 ha (puso: 171 ha) atau 0,45% dari total luas tanam kacang tanah seluas 421.902 ha. Dengan adanya upaya pengendalian OPT dan DPI selama tahun 2016, areal yang dapat diamankan dari OPT dan DPI seluas 420.000 ha atau mencapai 99,55% dari total luas tanam. Apabila dibandingkan dengan target tahun 2016 (97%), maka capaian pengamanan areal pertanaman kacang tanah melebihi target sebesar 101,58%.

(27)

2.2.5. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Kacang Hijau dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI

Luas areal pertanaman kacang hijau yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 809 ha (puso: 33 ha) atau 0,37% dari total luas tanam kacang hijau seluas 219.684 ha. Dengan adanya upaya pengendalian OPT dan DPI selama tahun 2016, areal yang dapat diamankan dari OPT dan DPI seluas 218.875 ha atau mencapai 99,63% dari total luas tanam. Apabila dibandingkan dengan target tahun 2016 (97%), maka capaian pengamanan areal pertanaman kacang hijau melebihi target sebesar 101,67%.

2.2.6. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Ubi Kayu dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI

Luas areal pertanaman ubi kayu yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 654 ha (puso: 178 ha) atau 0,08% dari total luas tanam ubi kayu seluas 831.692 ha. Dengan adanya upaya pengendalian OPT dan DPI selama tahun 2016, areal yang dapat diamankan dari OPT dan DPI seluas 831.037 ha atau mencapai 99,92% dari total luas tanam. Apabila dibandingkan dengan target tahun 2016 (97%), maka capaian pengamanan areal pertanaman ubi kayu melebihi target sebesar 101,96%.

2.2.7. Capaian Pengamanan Areal Tanaman Ubi Jalar dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI

Luas areal pertanaman ubi jalar yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 201 ha (puso: 30 ha) atau 0,21% dari total luas tanam ubi jalar seluas 96.653 ha. Dengan adanya upaya pengendalian OPT dan DPI selama tahun 2016, areal yang dapat diamankan dari OPT dan DPI seluas 96.453 ha atau mencapai 99,79% dari total luas tanam. Apabila dibandingkan dengan target tahun 2016 (97%), maka capaian pengamanan areal pertanaman ubi jalar melebihi target sebesar 101,83%.

(28)

2.3. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI

Dalam rangka mendukung upaya peningkatan produksi, perlindungan tanaman pangan sesuai dengan tugas dan fungsinya menetapkan indikator kinerja perlindungan tanaman pangan yaitu penerapan pengendalian hama terpadu (PPHT), penerapan penangan DPI (PPDPI), dan gerakan pengendalian. Sasaran pengamanan produksi adalah 93% luas areal tanam padi, 98% areal tanam jagung, 97% areal tanam kedelai, 98% areal tanam kacang tanah, 98% areal tanam kacang hijau, 98% areal tanam ubi kayu, dan 98% areal tanam ubi jalar aman dari gangguan OPT dan DPI dapat tercapai dengan menerapkan budidaya tanaman sehat.

Pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan dalam rangka mendukung upaya peningkatan produksi dilakukan dengan dukungan anggaran pusat APBN maupun anggaran Dekonsentrasi. Beberapa kegiatan utama yang dilaksanakan dalam rangka mencapai sasaran kinerja pada tanaman pangan, sebagai berikut:

1. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT)

Sistem PHT mengedepankan pengelolaan agroekosistem dan pengendalian OPT yang berbasis sumber daya alam yang ramah lingkungan antara lain penggunaan agens pengendali hayati (APH), pestisida nabati, penanaman tanaman refugia sebagai mikro habitat musuh alami, dan pengendalian spesifik lokasi lainnya. Hasil yang ingin dicapai dari kegiatan PPHT Skala Luas (PPHT-SL) diantaranya menurunkan intensitas serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), menurunkan frekuensi aplikasi pestisida kimia/sintetis, meningkatkan produktivitas, meningkatkan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan, meningkatkan populasi musuh alami, dan meningkatkan keuntungan petani (B/C Ratio). Diharapkan kegiatan PPHT dapat membudaya di masyarakat, pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan, ekosistem terjaga dan produk pangan aman bagi kesehatan. a. Penerapan PHT Serealia (padi dan Jagung)

Kegiatan PPHT SL pada tanaman padi dialokasikan sebanyak 556 unit, total hamparan seluas 13.900 Ha, tersebar di 31 provinsi dengan pagu anggaran sebesar Rp. 24.733.127.000,-. Pada tanaman jagung dialokasikan sebanyak 31 unit, total hamparan seluas 465 ha, tersebar di 31 provinsi dengan pagu anggaran sebesar Rp. 1.087.510.000,-.

(29)

Dengan adanya penghematan anggaran pada saat kegiatan sedang berjalan menyebabkan keluaran/output kegiatan PPHT padi bervariasi sebagai berikut: 1) kegiatan dilaksanakan sampai selesai; 2) kegiatan dilaksanakan tidak sampai selesai; 3) kegiatan tidak dilaksanakan. Realisasi fisik PPHT SL Padi sebanyak 539 unit seluas 13.475 ha atau 96,94% dari rencana 556 unit seluas 13.900 ha, realisasi anggaran sebesar Rp. 21.591.472.000,- atau 99,20% dari pagu anggaran setelah penghematan sebesar Rp. 21.766.599.000,-. Realisasi fisik PPHT SL Jagung sebanyak 28 unit seluas 420 ha atau 90,32% dari rencana 31 unit seluas 465 ha, realisasi anggaran sebesar Rp. 816.568.000,- atau 94,12% dari pagu anggaran setelah penghematan sebesar Rp. 867.602.000,-.

Gambar 1. Penerapan PHT Serealia Menggunakan Tanaman Refugia b. Penerapan PHT Kedelai

Kegiatan Penerapan PHT pada tanaman kedelai dialokasikan sebanyak 21 unit, total hamparan seluas 210 ha tersebar di 8 Provinsi (Provinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara).

Realisasi fisik PPHT Kedelai sebanyak 19 unit seluas 190 ha atau 90,48% dari rencana 21 unit seluas 210 ha, realisasi anggaran sebesar Rp. 402.587.000 ,-atau 99% dari pagu anggaran setelah penghematan sebesar Rp. 406.651.000,-.

(30)

Perbandingan realisasi fisik dan anggaran pada kegiatan PPHT padi, jagung, dan kedelai dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 1. Realisasi fisik dan anggaran kegiatan PPHT Tahun 2016 2. Penerapan Penanganan DPI (PPDPI)

Penerapan penanganan dampak perubahan iklim (PPDPI) dapat dilakukan melalui strategi antisipasi, adaptasi dan mitigasi. Kegiatan adaptasi dalam penanganan dampak perubahan iklim (banjir/kekeringan) antara lain Kalender Tanam (pola tanam berdasarkan pola curah hujan dan ketersediaan air irigasi), Varietas Unggul Baru yang adaptif (toleran kegaraman, tahan kering, umur genjah dan tahan genangan), startegi pengelolaan sumber daya air (teknologi identifikasi potensi ketersediaan air, teknologi panen hujan dan aliran permukaan, teknologi prediksi curah hujan dan teknologi irigasi) serta strategi pengelolaan sumber daya lahan/tanah seperti pemupukan. Upaya adaptasi tersebut diatas dapat pada diterapkan atau menjadi pilihan untuk penanganan DPI yang disesuaikan dengan kondisi iklim setempat (spesifik lokasi).

Realisasi fisik PPDPI sebanyak 29 unit seluas 290 ha atau 90,63% dari rencana 32 unit seluas 320 ha, realisasi anggaran sebesar Rp. 1.023.000,- atau 97,55% dari pagu anggaran setelah penghematan sebesar Rp. 1.048.734.000,-.

(31)

Gambar 2. Penanganan DPI pada Lahan Pertanaman Padi

3. Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Gerdal OPT) Gerakan pengendalian OPT adalah salah satu upaya cepat mengendalikan SPOT serangan OPT untuk mengantisipasi meningkatnya intensitas serangan OPT serta menstimulasi pemerintah daerah dan petani agar dapat melakukan gerdal secara massal dan dalam areal hamparan yang luas. Gerakan pengendalian OPT dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan melibatkan petugas dari Dinas Pertanian Propinsi, UPTD-BPTPH, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, aparat kecamatan, kelurahan, petani, dan instansi/aparat terkait, serta stakeholders.

a. Gerakan Pengendalian OPT Serealia (Padi dan Jagung)

Gerakan pengendalian OPT Padi direncanakan sebanyak 562 kali dengan luas hamparan 22.480 ha, tersebar di 31 provinsi dengan pagu anggaran sebesar Rp. 13.360.017.000,-. Gerakan pengendalian bersama TNI direncanakan sebanyak 19 kali seluas 760 ha. Gerakan pengendalian OPT jagung direncanakan 104 kali dengan luas hamparan 3.120 ha, tersebar di 22 provinsi dengan pagu anggaran sebesar Rp. 2.391.981.000,-.

Realisasi fisik gerdal padi sebanyak 424 kali seluas 16.960 ha atau 75,44% dari rencana 562 kali seluas 22.480 ha, realisasi anggaran sebesar Rp. 9.293.444.000,- atau 99,77% dari pagu anggaran setelah penghematan sebesar Rp. 9.315.119.000,-. Realisasi gerdal OPT padi

(32)

bersama TNI sebanyak 9 kali seluas 360 ha atau 47,37% dari rencana 19 kali seluas 760 ha, realisasi anggaran sebesar Rp. 918.275.000,- atau sebesar 99,54% dari pagu anggaran setelah penghematan sebesar Rp. 922.555.000,-.

Realisasi fisik gerdal OPT jagung sebanyak sebanyak 62 kali seluas 1.860 ha atau 59,62% dari rencana 104 kali seluas 3.120 ha, realisasi anggaran sebesar Rp. 1.431.356.000,- atau 99,64% dari pagu anggaran setelah penghematan sebesar Rp. 1.436.546.000,-

b. Gerakan Pengendalian OPT Kedelai

Gerakan pengendalian OPT kedelai direncanakan sebanyak 50 kali dengan luas hamparan 750 ha, tersebar di 18 provinsi. Realisasi fisik gerdal OPT kedelai sebanyak 29 kali seluas 435 ha atau 58% dari rencana 50 kali seluas 750 ha, realisasi anggaran sebesar Rp. 571.695.000,- atau 99,47% dari pagu anggaran setelah penghematan sebesar Rp. 574.752.000,-.

Perbandingan realisasi fisik dan anggaran pada kegiatan Gerakan Pengendalian dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 2. Realisasi fisik dan anggaran kegiatan Gerdal Tahun 2016 4. Penyegaran Petugas Lapangan Perlindungan Tanaman Pangan

Terlaksananya tugas dan fungsi POPT sebagai ujung tombak perlindungan tanaman pangan, sangat menentukan berhasil tidaknya visi dan misi yang diemban oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan khususnya dan program kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan umumnya. Berbagai permasalahan yang dihadapi antara lain semakin berkurangnya tenaga POPT akibat terjadinya pemekaran wilayah di berbagai daerah, sebagian

(33)

besar POPT akan memasuki masa pensiun, terjadinya mutasi dan alih tugas ke instansi lain.

Menyikapi hal tersebut, tugas dan fungsi POPT sebagai SDM di lapangan sangat memerlukan penyegaran dan peningkatan kualitas dalam banyak hal. Untuk mendukung peningkatan kualitas dan kinerja POPT-PHP telah dilaksanakan kegiatan Penyegaran Petugas Lapangan Perlindungan Tanaman Pangan yang bertujuan membekali POPT-PHP dalam melaksanakan tupoksinya serta mengoptimalkan kinerja POPT-PHP. Kegiatan tersebut dilaksanakan di tiga wilayah yaitu Wilayah Barat (Padang), Tengah (Mataram), dan Timur (Makassar) masing-masing dalam dua tahap.

a. Penyegaran Petugas Lapangan Perlindungan Tanaman Pangan Wilayah Barat

Kegiatan dilaksanakan di Hotel Mercure Padang, Sumatera Barat yang dihadiri oleh POPT-PHP berasal dari Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Barat. Narasumber yang hadir pada kegiatan tersebut berasal dari lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, Universitas Brawijaya, serta Pemandu Lapangan I dari Provinsi Sumatera Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

− Tahap I dilaksanakan tanggal 28 Maret 2 April 2016, dengan peserta sejumlah 100 orang POPT-PHP. Realisasi anggaran sebesar Rp. 479.146.550,- atau 98,26% dari pagu anggaran sebesar Rp. 487.649.000,-.

− Tahap II dilaksanakan tanggal 18 23 April 2016, dengan peserta sejumlah 105 orang POPT-PHP. Realisasi anggaran sebesar Rp. 464.670.550,- atau 97,93% dari pagu anggaran sebesar Rp. 474.475.000,-.

b. Penyegaran Petugas Lapangan Perlindungan Tanaman Pangan Wilayah Tengah

Kegiatan dilaksanakan di Hotel Lombok Raya, Mataram yang dihadiri oleh POPT-PHP berasal dari Provinsi Banten, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat dan Bali.

(34)

Narasumber yang hadir pada kegiatan tersebut berasal dari lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, Universitas Brawijaya, serta Pemandu Lapangan I dari Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Yogyakarta dan Nusa Tenggara Barat.

− Tahap I dilaksanakan tanggal 22-27 Maret 2016, dihadiri oleh 74 orang POPT-PHP. Realisasi anggaran Rp.452.274.400,- atau 99,51% dari pagu anggaran sebesar Rp.454.473.000,-.

− Tahap II dilaksanakan tanggal 11-16 April 2016 dihadiri oleh 73 orang POPT-PHP. Realisasi anggaran sebesar Rp.438.026.900,- atau 99,52% dari pagu anggaran sebesar Rp.440.120.000,-.

c. Penyegaran Petugas Lapangan Perlindungan Tanaman Pangan Wilayah Timur

Kegiatan dilaksanakan di Hotel Clarion, Makassar yang dihadiri oleh POPT-PHP berasal dari Provinsi Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

Narasumber yang hadir pada kegiatan tersebut berasal dari lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, Universitas Brawijaya, serta Pemandu Lapangan I dari Provinsi Sulawesi Selatan dan Jawa Timur.

− Tahap I dilaksanakan tanggal 7 12 Maret 2016, dihadiri oleh 77 orang POPT PHP. Realisasi anggaran Rp. 558.944.250,- atau 99,81% dari pagu anggaran sebesar Rp. 559.990.000,-.

− Tahap II dilaksanakan tanggal 4 9 April 2016, dihadiri oleh 80 orang POPT-PHP. Realisasi anggaran Rp. 558.067.000,- atau 99,76% dari pagu anggaran sebesar Rp. 559.376.000,-.

(35)

Gambar 3. Penyegaran Petugas Lapangan Perlindungan Tanam Pangan Wilayah Barat, Tengah dan Timur

2.4. Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2016

Dalam rangka pencapaian sasaran pengamanan areal tanam dari gangguan OPT dan DPI tahun 2016, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mengalokasikan dana untuk kegiatan Refocusing dan APBNP-TP yaitu Program Penguatan Perlindungan Tanaman dari Gangguan OPT dan DPI meliputi :

1. Subdirektorat Data dan Kelembagaan Pengendalian OPT a. Penguatan Data Kelembagaan PHT

Sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan pendekatan atau konsep tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan ekonomi melalui pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Keberhasilan penerapan dan pemasyarakatan PHT dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain berjalannya peran dan fungsi kelembagaan PHT di tingkat petani, jaringan petani PHT, instansi pemerintah, maupun stakeholders terkait.

Untuk mendukung penguatan kelembagaan PHT di tingkat lapangan perlu dilakukan bimbingan teknis oleh petugas pusat dan daerah, serta pembinaan dalam rangka penerapan kebijakan perlindungan tanaman pangan agar kegiatan perlindungan tanaman pangan dapat berjalan

(36)

dengan optimal. Berkaitan dengan hal tersebut, telah dilakukan perjalanan:

1) Revitalisasi dan identifikasi sarana peralatan LPHP ke Provinsi Sumatera Barat, D.I Yogyakarta, Jawa Barat (Cianjur, Indramayu, Tasikmalaya, Jatisari, Subang), Jawa Tengah (Solo), dan Sulawesi Utara.

2) Pembinaan penerapan kebijakan perlindungan tanaman pangan ke Provinsi Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat (Bandung, Bogor), Jawa Timur, dan Jawa Tengah

Realisasi anggaran sebesar Rp. 127.725.420,- atau 99,98% dari pagu anggaran setelah penghematan sebesar 127.745.385,-.

b. Penerapan Aplikasi Sistem Informasi Manajemen (SIM) OPT/Si-lintan Program Sistem Informasi Manajemen (SIM) OPT pernah diterapkan di tingkat UPTD BPTPH namun program tersebut berhenti karena cukup rumit dalam penerapannya ke program MS Excel. Untuk mengaktifkan kembali program tersebut perlu penyempurnaan dengan metode yang lebih sederhana serta lebih mudah dipahami dan diterapkan oleh tenaga operator yang ada di daerah maupun di pusat.

Untuk mendukung hal tersebut telah dilakukan penyempurnaan program SIM OPT dan telah dilakukan perjalanan sosialisasi penerapan aplikasi SIM OPT ke Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat , dan Papua Barat

Realiasi anggaran sebesar Rp. 197.134.549,- atau 99,98% dari pagu anggaran setelah penghematan sebesar Rp. 197.161.270,-.

c. Data dan Informasi Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2016 Buku data dan informasi berisi data serangan OPT/DPI yang akurat, lengkap, berkesinambungan, tepat waktu serta informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan serangan OPT, serta informasi kegiatan perlindungan terkait lainnya sangat diperlukan dalam perumusan langkah operasional dan strategis pengelolaan OPT/DPI.

(37)

Data dan informasi tersebut menjadi dasar rujukan perencanaan dalam mempersiapkan upaya antisipasi serangan, dan kesiapan teknik, serta operasional pengendalian OPT di lapangan. Sehubungan dengan itu, maka dipandang perlu untuk melakukan inventarisasi data dan informasi perlindungan tanaman pangan untuk selanjutnya didokumentasikan dalam bentuk Buku Data dan Informasi Perlindungan Tanaman Pangan sebanyak 50 buku.

Dalam rangka penyusunan buku telah dilakukan kunjungan ke Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Jambi, Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Maluku.

Realiasi anggaran Rp. 181.177.100,- atau 99,76% dari pagu anggaran sebesar Rp. 181.610.000,-

d. Penilaian POPT, POPT-PHP, LPHP, Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati dan Petani Pengembang PHT Teladan

Penghargaan kepada POPT-PHP, POPT, LPHP dan Petani/Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati bertujuan meningkatkan motivasi, kinerja, dan profesionalisme POPT-PHP, POPT, LPHP, dan meningkatkan peran Petani/Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati, serta memberikan apresiasi kinerja/prestasi POPT, POPT-PHP, LPHP, Kelompok Tani Pengembang Agens Pengendali Hayati dan Petani Pengembang PHT yang diusulkan dari provinsi/UPT Pusat/Pusat atas prestasi kerjanya.

Untuk mendukung kegiatan tersebut telah dilaksanakan :

1) Penyusunan dan pencetakan buku Petunjuk Teknis Penilaian POPT dan POPT-PHT Teladan, Penilaian LPHP Teladan, dan Penilaian Petani PHT dan Kelompok Tani Pengembangan APH Teladan masing-masing sejumlah 75 buah.

2) Perjalanan verifikasi dalam rangka penilaian ke Provinsi Aceh, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku

(38)

3) Terpilihnya POPT, POPT-PHP, LPHP, Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati dan Petani Pengembang PHT Teladan.

Kegiatan pemberian penghargaan tidak dapat dilaksanakan karena anggarannya dialokasikan untuk penghematan, namun penghargaan kepada Kelompok Tani Pengembang Agens Pengendali Hayati Teladan disampaikan pada Hari Pangan Sedunia di Solo, Jawa Tengah.

Realisasi anggaran sebesar Rp. 123.019.022,- atau 100% dari pagu anggaran setelah penghematan sebesar 123.019.022,-.

e. Laporan Perkembangan Luas Serangan OPT

Data dan informasi perlindungan tanaman pangan meliputi perkembangan pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan, perkembangan serangan OPT yang diperoleh dari hasil pengamatan tetap maupun pengamatan keliling, serta berdasarkan hasil tangkapan lampu perangkap (light trap), serta data dan informasi lainnya.

Selama tahun 2016 telah diperbanyak laporan mingguan 53 kali, laporan bulanan 12 kali.

Dalam rangka pemantauan perkembangan serangan OPT telah dilakukan perjalanan :

1) Monitoring serangan OPT ke Provinsi Jawa Barat (Jatisari, Bandung, Bogor, Bekasi), DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan

2) Pemantauan kegiatan UPSUS padi, jagung, kedelai ke Provinsi Lampung, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Bengkulu

3) Verifikasi dan validasi data ke Provinsi Sumatera Barat, Banten, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah

4) Monitoring kegiatan UPSUS padi, jagung, kedelai ke Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Barat Realisasi anggaran sebesar Rp. 428.649.236,- atau 99,61% dari pagu anggaran setelah penghematan sebesar 430.290.243,-.

2. Subdirektorat Pengendalian Organisme Pangganggu Tumbuhan Serealia a. Penyusunan Petunjuk Teknis Penerapan PHT Skala Luas

Sistem PHT mengedepankan pengelolaan agroekosistem dan pengendalian OPT yang berbasis sumber daya alam yang ramah lingkungan antara lain penggunaan agens pengendali hayati, pestisida nabati, penanaman tanaman refugia sebagai mikro habitat musuh alami, dan pengendalian spesifik lokasi lainnya. Di dalam konsep PPHT

(39)

SL terdapat pemberdayaan petani dan menghilangkan sekat individu, karena lahan pengamatan seluas minimal 25 Ha adalah hamparan untuk dikelola bersama-sama. Hasil yang ingin dicapai PPHT Skala Luas antara lain menurunkan intensitas serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), menurunkan frekuensi aplikasi pestisida kimia, meningkatkan produktivitas, meningkatkan populasi musuh alami, menurunkan aplikasi pestisida sintetis, dan meningkatkan keuntungan petani (B/C Ratio).

Kegiatan PPHT SL pada tanaman serealia sebanyak 556 unit padi dan 31 unit jagung yang tersebar di 31 provinsi. Sebagai acuan pelaksanaan kegiatan PPHT skala luas pada tanaman serealia telah disusun dan dicetak Petunjuk Teknis Penerapan PHT Skala Luas Serealia sebanyak 60 eksemplar dan telah disebar ke 31 provinsi. Petunjuk Teknis ini diharapkan menjadi panduan terlaksananya kegiatan PPHT SL dengan baik dan lancar.

Realisasi anggaran adalah sebesar Rp. 4.550.000,- atau 94,79% dari pagu anggaran sebesar Rp. 4.800.000,-.

b. Penyusunan Petunjuk Teknis Gerakan Pengendalian

Kegiatan gerakan pengendalian dilaksanakan dalam rangka menurunkan SPOT serangan dan intensitas serangan OPT serta menstimulasi pemerintah daerah dan petani agar melakukan gerakan pengendalian secara massal dan dalam hamparan yang luas. Gerakan pengendalian dilakukan dengan memperhatikan ketepatan sasaran OPT, mutu dan jenis bahan pengendali, waktu pelaksanaan, dosis dan konsentrasi serta cara aplikasi bahan pengendali. Untuk memberikan acuan pelaksanaan gerakan pengendalian agar berjalan optimal, telah disusun dan dicetak Buku Petunjuk Teknis Gerakan Pengendalian OPT Serealia sebanyak 60 eksemplar.

Realisasi anggaran sebesar Rp. 4.745.000,- atau 98,85% dari pagu anggaran sebesar Rp. 4.800.000,-.

c. Bahan Informasi Pendukung Kegiatan Pengendalian Serealia

Prinsip PHT dalam Perlundingan Tanaman berperan penting dalam mengelola perkembangan populasi, luas serangan dan intensitas serangan OPT agar tetap berada di bawah ambang pengendalian, tidak mengakibatkan kehilangan hasil yang signifikan, dan kehilangan produksi dapat diminimalkan. Untuk mendukung hal tersebut perlu

(40)

diupayakan peningkatan pengetahuan dan wawasan bagi petugas pusat dan daerah serta petani. Terkait hal tersebut telah dilaksanakan penyusunan bahan informasi berupa leaflet Pengenalan dan Pemanfaatan Tanaman Refugia sebanyak 500 lembar dan Flyer Penyakit Blas pada Padi sebanyak 1000 lembar.

Realisasi anggaran sebesar Rp. 20.448.600,- atau 97,50 % dari pagu anggaran sebesar Rp. 20.973.600,-.

d. Pertemuan Komisi Perlindungan Tanaman

Komisi Perlindungan Tanaman (KPT) ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor:280/Kpts/OT.050/4/2016 Tanggal 27 April 20016 bertugas mengevaluasi pelaksanaan kebijakan dan memberikan saran/pertimbangan kepada Menteri Pertanian dalam menetapkan kebijakan di bidang perlindungan tanaman.

Untuk melaksanakan tugas tersebut di atas, kegiatan yang dilakukan oleh anggota KPT adalah pertemuan rutin dan apabila diperlukan melakukan kunjungan lapangan. Kunjungan lapangan dilakukan agar anggota KPT secara langsung mengetahui permasalahan terhadap implementasi kebijakan perlindungan tanaman di lapangan pada seluruh subsektor (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan) dan perkarantinaan tumbuhan. Berbagai informasi dan permasalahan yang diperoleh digunakan sebagai salah satu bahan pembahasan Pertemuan KPT. Hasil pertemuan KPT berupa rumusan bahan masukan/saran kepada Menteri Pertanian dalam penetapan kebijakan perlindungan tanaman. Pertemuan KPT telah dilaksanakan pada tanggal 1 3 Juni 2016, di Denpasar, Bali.

Realisasi anggaran sebesar Rp. 103.942.300,- atau 99,83% dari pagu anggaran sebesar Rp. 104.122.000,-.

e. Temu Teknologi Pengendalian OPT Berwawasan PHT pada Tanaman Serealia

Sistem PHT merupakan pilihan strategis, tetapi perlu pendampingan dan penggunaan teknologi yang tepat serta spesifik lokasi. Untuk mendukung hal tersebut, dilakukan fasilitasi peningkatan wawasan petugas LPHP serta menyamakan persepsi tentang teknologi pengendalian OPT berwawasan PHT pada tanaman serealia melalui kegiatan Temu Teknologi Pengendalian OPT Berwawasan PHT pada Tanaman Serealia.

(41)

Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 27 29 April 2016, di Bogor, Jawa Barat. Peserta pertemuan sejumlah 80 orang yang terdiri dari petugas LPHP/LAH. Masing-masing peserta memaparkan hasil kaji terap teknologi / kegiatan pengendalian OPT, tema kajian dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori diantaranya penggunaan agens hayati, penggunaan pestisida nabati, Plant Growth Promoting Rhizobacterium (PGPR), dan pengendalian OPT ramah lingkungan lainnya.

Realisasi anggaran sebesar Rp. 103.342.300,- atau 98,97% dari pagu anggaran sebesar Rp. 104.422.000,-.

Gambar 4. Temu Teknologi Pengendalian OPT Berwawasan PHT pada Tanaman Serealia

f. Evaluasi Pelaksanaan Penerapan PHT Skala Luas

Kegiatan PPHT SL merupakan implementasi SLPHT yang menjadi rencana strategis perlindungan tanaman pangan dalam pengamanan produksi. Tahun 2015 telah dirancang kegiatan PPHT SL sebanyak 505 unit yang tersebar di 31 provinsi. Dalam rangka mengetahui efektivitas, dampak dan permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan Program PPHT SL Tahun 2015 serta agar dapat merencanakan pelaksanaan PPHT SL TA 2016 lebih optimal , pada tahun 2016 telah dilaksanakan kegiatan Pertemuan Evaluasi PPHT SL TA 2015.

Pertemuan dilaksanakan di Hotel 101 Bandung, Jawa Barat, tanggal 17 19 Februari 2016 dengan peserta sejumlah 88 orang yang terdiri dari penanggungjawab kegiatan PPHT SL provinsi. Narasumber yang hadir pada pertemuan tersebut adalah pakar sosiologi dari Universitas Indonesia, pakar PHT dari Universitas Brawijaya, Pemandu Lapangan I SLPHT dari provinsi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

(42)

Hasil pertemuan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Untuk mengoptimalkan pelaksanaan PPHT Skala Luas perlu ditindaklanjuti kegiatan saat pratanam melalui pertemuan koordinasi dan pertemuan perencanaan;

2) Pemandu Lapangan (PL) berperan penting dalam melakukan fungsinya sebagai fasilitator dan motivator petani dalam kegiatan PPHT SL. Kondisi saat ini kompetensi dan jumlah petugas PL relatif terbatas. Untuk mendukung hal tersebut, perlu adanya peningkatan dari segi kuantitas maupun kualitas PL.

3) Analisis agroekosistem memiliki arti penting dalam pengambilan keputusan pengendalian OPT. Dengan melakukan analisis agroekosistem secara tepat akan memberikan keputusan pengendalian OPT yang tepat.

4) Dalam perkembangan terakhir ini model budidaya tanaman mengarah pada pertanian berkelanjutan. Selaras dengan hal tersebut teknik pengendalian OPT juga mengalami perkembangan melalui Ecological Engineering (rekayasa ekologi). Metode ini merupakan salah satu teknologi PHT yang diterapkan dalam kegiatan PPHT SL dengan prinsip keragaman hayati pada pertanaman. Keragaman hayati dapat menciptakan kondisi lingkungan pertanaman yang lebih stabil terhadap gangguan OPT. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keragaman hayati adalah dengan menanam tanaman refugia. 5) Sistem PPHT Skala Luas diharapkan bisa menjadi pilihan bagi

sistem pertanian di Indonesia menuju produksi pangan sehat dan ramah lingkungan sehingga cita-cita untuk menjadi bangsa yang sehat dan cerdas bisa dicapai.

6) Kegiatan PPHT Skala Luas mampu memberikan insentif bagi petani berupa penggunaan input yang lebih rendah, produksi yang lebih tinggi, biaya input yang lebih rendah, dan pendapatan yang lebih tinggi

g. Focus Group Discussion Penyusunan Success Story Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu

Pemasyarakatan dan pengembangan PHT di Indonesia telah melewati beberapa periode yaitu periode 1989-1999, 1999-2007, 2007- 2014 dan periode 2015 saat ini. Berdasarkan hasil evaluasi, PHT

(43)

berdampak positif terhadap pemberdayaan petani, penurunan penggunaan pestisida kimia sintetis, dan peningkatan produktivitas. Untuk mendokumentasikan fakta keberhasilan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) sejak Tahun 1989 s/d 2014 dan penerapan PHT skala luas yang telah dilaksanakan sejak 2015 telah dilakukan Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Success Story SLPHT. Pertemuan tersebut dilaksanakan di Garut, Jawa Barat

pada tanggal 21 - 24 Agustus 2016, dihadiri Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura/Penanggung Jawab Kegiatan SLPHT/PPHT Skala dari 29 provinsi kecuali Papua, Sulawesi tenggara, DKI Jakarta, dan Kepulauan Riau. Narasumber terdiri dari pakar PHT, pemerhati PHT, Pemandu Lapangan SLPHT/PPHT dan petani PPHT. Hasil pertemuan diharapkan dapat tersusun Konsep buku Success Story/ keberhasilan penerapan PHT.

Realisasi anggaran sebesar Rp. 76.303.000,- atau 100% dari pagu anggaran sebesar setelah penghematan Rp. 76.303.000,-

Gambar 5. Penyusunan Success Story SLPHT h. Pencanangan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Serealia

Kegiatan pencanangan gerakan pengendalian dilaksanakan dalam rangka menurunkan SPOT serangan dan intensitas serangan OPT serta menstimulasi pemerintah daerah dan petani agar menindaklanjuti kegiatan gerakan pengendalian OPT serealia dalam skala hamparan yang melibatkan stakeholders terkait.

Untuk mendukung kegiatan tersebut, telah dilakukan perjalanan: 1) Pencanangan gerdal yang dilaksanakan di Provinsi Bangka Belitung

dan di Banten

2) Koordinasi, konsultasi, dan persiapan temu lapangan dalam rangka panen di lokasi PPHT SL dilakukan di Provinsi Sumatera Selatan, Banda Aceh, Kalimantan Selatan, sulawesi Selatan, Bojonegoro-Jatim, Jawa Tengah, NTB, dan Banten

Gambar

Grafik                                                                                                   Hal
Tabel 1.   Capaian Indikator Kinerja Utama Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan  Tahun 2016
Tabel 2.  Luas Areal Tanaman Aman dari OPT dan DPI
Gambar 1. Penerapan PHT Serealia Menggunakan Tanaman Refugia
+7

Referensi

Dokumen terkait

tercantum di dalam akta pendirian perusahaan dengan membawa tanda pengenal asli dan. membawa dokumen penawaran asli

Dalam hal kedapatan tidak sesuai, barang impor tidak dapat dikeluarkan/dimuat, BC 1.2 dikirimkan kepada kasi administrasi manifes untuk penyelesaian lebih

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :.. Bentuk :

Pokja ULP Paket Pekerjaan Rehab Puskesmas Bondrang Tahun Anggaran 2016 Kabupaten Ponorogo akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi untuk paket

Pada hari ini Senin, tanggal Empat Belas, bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas yang bertanda tangan dibawah ini Pokja Pengadaan Barang/Jasa Konsultan Pengawasan RSUD Dr. Abdul

Lubrilon multi-viscosity motor oils are SAE and API licensed for use in all gasoline engines, and are engineered to help combat the acids formed when burning any modern ethanol

[r]

Aquí te presento una lista de consejos para que no te sientas vació, y observar al pasado con una sonrisa. Las he obtenido de una persona que estaba al final de su vida y sintió