• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Ergonomi

Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa latin yaitu ERGO (KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau perancangan (Nurmianto, 2008) adapun definisi ergonomi lain seperti yang dikemukakan oleh Pheasant (1991:4) adalah : Ergonomics is the application of scientific information concerning human beings to the design of objects, systems and environments for human use. Selain itu, menurut Sutalaksana (1979:61) Ergonomi sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang ingin dicapai melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman Adapun fungsi ergonomi didalam aktifitas bekerja seperti sebagai berikut :

Memperbaiki performasi kerja (menambah kecepatan kerja, keakuratan, keselamatan kerja dan mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi kelelahan).

 Memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan ketrampilan yang diperlukan.

 Memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan ketrampilan yang diperlukan

 Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan “human error

(2)

2.1.1 Bidang Kajian Ergonomi

Sutalaksana (1979:64) membagi ergonomi kedalam lima bidang kajian, yaitu : 1. Penyelidikan tentang Display

Yang dimaksud dengan display disini adalah bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan keadaannya kepada manusia, misalnya speedometer untuk menunjukan kecepatan kendaraan yang sedang kita kemudikan.

2. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendaliannya.

Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut, dimana penyelidikan ini banyak berhubungan dengan Biomekanika.

3. Penyelidikan mengenai tempat kerja

Agar diperoleh tempat kerja yang baik, dalam arti kata sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia dalam hal ini dipelajari dalam Anthropometri.

4. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik

Yang dimaksud dengan lingkungan fisik disini meliputi ruangan dan fasilitas-fasilitas yang biasanya digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan kerja, yang kedua-duanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia.

2.2 Pengertian Analisa & Perancangan Kerja

Analisis pekerjaan terdiri atas dua kata, analisis dan pekerjaan. Analisis merupakan aktivitas berpikir untuk menjabarkan pokok persoalan menjadi bagian, komponen, atau unsur, serta kemungkinan keterkaitan fungsinya. Sedangkan pekerjaan adalah sekumpulan/sekelompok tugas dan tanggung jawab yang akan, sedang dan telah dikerjakan oleh tenaga kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian analisis pekerjaan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas untuk mengkaji, mempelajari, mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis ruang lingkup suatu pekerjaan secara sistematis dan sistemik (Sastrohadiwiryo, 2002:127) Bekerja adalah kegiatan manusia merubah keadaan tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Demikian definisi yang diberikan oleh W.S. Neff untuk bekerja. Definisi ini tampaknya sangat luas tetapi mencerminkan dorongan dasar dari bekerja yaitu dalam rangka mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidup manusia. Sedangakan Toole memberikan definisi yang bunyinya

(3)

agak terdengar lain yaitu bahwa bekerja adalah kegiatan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Setelah seseorang berada dalam dunia pekerjaan, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi jalannya pekerjaan tersebut, akibatnya pekerjaan perlu dilakukan analisa dan perancangan. Faktor yang mengakibatkan keterbatasan pekerja , yakni keterbatasan panca indra dan fisik.

a. Definisi Peta Kerja

Peta kerja adalah suatu alat yang mengambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas, (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku) kemudian mengambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan perakitan,sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap, atau merupakan bagian dari produk lengkap.

Apabila kita melakukan studi yang seksama terhadap suatu pekerja, maka pekerjaan kita dalam usaha untuk memperbaiki metode kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang mungkin dilakukan, antara lain, kita bisa menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya, menemukan suatu urutan-urutan kerja, menentukan mesin yang lebih ekonomis, dan menghilangkan waktu menunggu antaroperasi. Pada dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan. Dengan demikian, peta ini merupakan alat yang baik untuk menganalisa suatu pekerjaan sehingga mempermudah dalam perencanaanperbaikan kerja. (Sutalaksana, 2006) buku teknik perancangan system kerja

b. Kelompok Kegiatan Kerja Setempat

Peta kerja kelompok kegiatan kerja setempat terdiri dari peta pekerja dan mesin serta peta tangan kanan dan tangan kiri. Penjelasan dari kedua peta tersebut sebagai berikut:

● Peta Pekerja dan Mesin

Peta pekerja dan mesin dapat dikatakan merupakan suatu grafik yang menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari kombinasi antara pekerja dan mesin. Dengan demikian peta ini merupakan alat yang baik digunakan untuk

(4)

mengurangi, waktu menganggur. Informasi paling penting yang diperoleh melalui peta pekerja dan mesin ialah hubungan yang jelas antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang ditanganinya. Dengan informasi ini, maka kita mempunyai data yang baik untuk melakukan penyelidikan, penganalisaan, dan perbaikan suatu pusat kerja, sedemikian rupa sehingga efektifitas penggunaan pekerjaan dan atau mesin bisa ditingkatkan, dan tentunya keseimbangan kerja antara pekerja dan mesin bisa lebih diperbaiki.

● Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri

Peta tangan kanan-tangan kiri merupakan gambaran semua gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan. Serta menunjukan perbandingan tugas yang dibebankan pada tangan kri dan tangan kanan. Adapun prinsip-prinsip yang digunakan dalam peta tangan kanan-tangan kiri adalah sebagai berikut:

1. Berbeda dengan peta yang lain untuk membuat peta tangan kanan-tangan kiri lembaran kertas dibagi dalam tiga bagian yaitu kepala, bagian yang memuat

bagian dari sistem kerja, dan bagian-bagian badan.

2. Pada bagian kepala, dibaris paling atas ditulis peta tangan kanan dan kiri setelah itu menyertakan identifikasi-dentifikasi lainnya seperti: nama pekerjaan, nama depertemen, cara peta, dan lain-lain.

3. Pada bagian yang memuat bagan digambarkan sketsa dari sistem kerja yang memperlihatkan skala.

4. Bagian badan dibagi kedalam dua pihak, yaitu pihak sebelah kiri kertas digunakan untuk mengambarkan kegiatan yang dilakukan oleh tangan kiri an sebaiknya.

Langkah selanjutnya,diperhatikan urutan-urutan gerakan yang dilaksanakan oleh operator. Kemudian operator-operator tersebut diuraikan menjadi elemen-elemen gerakan. Biasanya dibagi dalam delapan elemen

(5)

2.3 Definisi Pengepakan

Menurut Philip kottler dan gery Armstrong (2003:359), pengepakan adalah kegiatan mendesain dan memproduksi wadah/pembungkus produk bertujuan melindungi dan menghiasi produk. Tujuan dilakukan pengepakan pada produk bertujuan melindungi produk disepanjang perjalanannya melalui saluran distribusi hingga mencapai sasarannya.sehingga produk aman jika dipasarkan pada konsumen.

2.4 Intensitas Penerangan

a. Pengertian penerangan di tempat kerja

Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas permukaan (Ahmadi, 2009). Penerangan berdasar sumbernya dibagi menjadi tiga, pertama penerangan alami yaitu penerangan yang berasal dari cahaya matahari, kedua penerangan buatan yaitu penerangan yang berasal dari lampu, dan yang ketiga adalah penerangan alami dan buatan yaitu penggabungan antara penerangan alami dari sinar matahari dengan lampu/penerangan buatan (Cok Gd Rai, 2006). menurut Ching (1996), ada tiga metode penerangan, yaitu : penerangan umum, penerangan lokal dan penerangan cahaya aksen. Penerangan umum atau baur menerangi ruangan secara merata dan umumnya terasa baur. Penerangan lokal atau penerangan untuk kegunaan khusus, menerangi sebagian ruang dengan sumber cahaya biasanya dipasang dekat dengan permukaan yang diterangi. Sedangkan penerangan aksen adalah bentuk dari pencahayaan lokal yang berfungsi menyinari suatu tempat atau aktivitas tertentu atau obyek seni atau koleksi berharga lainnya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penglihatan menurut Dyer dan Morris (1990), adalah pertama faktor usia. Dengan bertambahnya usia menyebabkan lensa mata berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya, dan agak kesulitan melihat pada jarak dekat. Hal ini akan menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh. Kedua faktor penerangan. Luminansi adalah banyaknya cahaya yang dipantulkan oleh permukaan objek. Jumlah sumber cahaya yang tersedia juga mempengaruhi kepekaan mata terhadap warna tertentu. Tingkat luminansi juga akan mempengaruhi kemampuan mata melihat objek gambar dan pada usia tua diperlukan intensitas penerangan lebih besar untuk melihat objek gambar. Semakin besar luminansi dari sebuah objek,

(6)

rincian objek yang dapat dilihat oleh mata juga akan semakin bertambah. Ketiga adalah faktor silau (glare). Menurut Grandjean (1988), silau adalah suatu proses adaptasi yang berlebihan pada mata sebagai akibat dari retina terkena sinar yang berlebihan. Keempat adalah faktor ukuran pupil. Agar jumlah sinar yang diterima oleh retina sesuai, maka otot iris akan mengatur ukuran pupil. Lubang pupil juga dipengaruhi oleh memfokusnya lensa mata, mengecil ketika lensa mata memfokus pada objek yang dekat. Kelima adalah faktor sudut dan ketajaman penglihatan. Sudut penglihatan (visual angle) didefinisikan sebagai sudut yang berhadapan dengan objek pada mata. dalam ruang lingkup pekerjaan, faktor yang menentukan adalah ukuran objek, derajat kontras di antara objek dan sekelilingnya, luminansi dari lapangan penglihatan, yang tergantung dari penerangan dan pemantulan pada arah si pengamat, serta lamanya melihat (Suma’mur, 2009) buku kesehatan kerja.

b. Sistem Pencahayaan

Menurut Buku: Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Prabu (2009), menyebutkan bahwa ada 5 sistem pencahayaan di ruangan, yaitu :

1) Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)

Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada di dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan.

2) Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)

Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit- langit dan dinding yang diplester putih memiliki pemantulan 90%, apabila dicat putih pemantulan antara 5%-90%.

(7)

3) Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)

Pada sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dalam pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui.

4) Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting).

Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.

5) Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)

Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langit- langit dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.

c. Standart Pencahayaan di Ruangan

Menurut Suma’mur (2009), menyebutkan bahwa kebutuhan intensitas penerangan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila keadaan cahaya di tempat kerja tidak memadai. Untuk lebih jelas, lihat tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Sumber : Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Suma’mur, 2009) Jenis Pekerjaan Contoh Pekerjaan TingkatPenerangan yang Dibutuhkan (Lux)

Tidak teliti Penimbunan barang 80-170 Agak Teliti Pemasangan (tak teliti) 170-350

Teliti Membaca, menggambar 350-700 Sangat teliti Pemasangan 700-1000

(8)

2.4.1 Faktor -faktor yang mempengaruhi Cahaya

Faktor-faktor yang menentukan kualitas penerangan atau pencahayaan menurut Muhaimin (2001) buku Teknologi pencahayaanadalah :

(1) Kuat penerangan. (2) Distribusi cahaya.

(3) Silau seminimal mungkin.

(4) Arah pencahayaan dan tata letak lampu. (5) Warna cahaya dan efek pencahayaan

Kemampun mata untuk dapat melihat obyek dengan jelas ditentukan oleh :

 Ukuran obyek

 Derajat kontras, yaitu Perbedaan derajat terang relative antara obyek dengan sekelilingnya

 Luminensi (Brightness), yaitu arus cahaya yang dipantulkan oleh obyek

 Lamanya melihat

(9)

2.4.2 Dampak pencahayaan terhadap pekerja

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seseorang tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti,cepat dan membantu menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan. penerangan yang baik akan meningkatkan daya kerja,mengurangi terjadinya kecelakaan dalam bekerja, mengurangi kelelahan mata dan penurunan daya pengeliatan sehingga kesehatan dan produktivitas kerja dapat ditingkatkan (Adrianur,1983).

Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan mata dengan berkurangnya daya efesiensi kerja,kelelahan mental, keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata, kerusakan alat penglihatab dan meningkatkanya kecelakaan (suma’mur,1996).

Penerangan yang tidak memadai pada pekerjaan yang memerlukan ketelitian akan menimbulkan dampak yang sangat terasa pada mata yaitu terjadinya kelelahan otot mata(kelahan visual) dan kelelahan saraf mata sebagai tegangan yang terus menerus pada mata, walaupun tidak menyebabkan kerusakan mata secara permanen, tetapi menambah beban kerja, mempercepat lelah, serimg istirahat, kehilangan jam kerja dan mengurangi kepuasan kerja, penurunan mutu produksi , meningkatkan frekuensi kesalahan,mengganggu konsterasi dan menurunkan produktivitas kerja (padmanaba,2006)

2.5 Pengukuran Waktu Kerja

Pengukuran waktu kerja adalah pekerjaan mengamati suatu pekerjaan dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan mengggunakan alat-alat yang diperlukan.Pada dasarnya, secara garis besar teknik pengukuran waktu kerja dapat dibagi atas 2 bagian, yaitu :

1. Teknik Pengukuran Secara Langsung Teknik pengukuran secara langsung adalah teknik pengukuran dengan pengamatan langsung terhadap pekerjaan (benda kerja).

Teknik ini di dalam pelaksanaan pengamatannya menggunakan jam henti (stop watch) atau menggunakan sampling pekerjaan.

(10)

2. Teknik Pengukuran Secara Tak Langsung Untuk teknik pengukuran ini digunakan cara pengamatan secara tidak langsung, yaitu cukup dengan membaca tabel-tabel yang tersedia atau melalui data waktu gerakan. Didalam melakukan pengukuran waktu kerja yang menjadi acuan waktu untuk dicari adalah waktu baku yang dapat didefinisikan sebagai berikut :

2.6 Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran

Untuk mendapat hasil yang baik, yaitu yang dapat dipertanggung dengan menggunakan jam henti. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar hasilnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah pengukuran dan lain-lain (Sutalaksana, I. Z. 1979). Dibawah ini adalah sebagian langkah yang perlu diikuti agar maksud diatas dapat dicapai yaitu :

1. Penetapan Tujuan Pengukuran

Sebagaimana halnya dengan berbagai kegiatan lain, tujuan melakukan kegiatan harus ditetapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.

2. Melakukan Penelitian Pendahuluan

Yang dicari dari pengukuran waktu baku adalah waktu yang pantas diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tentu suatu kondisi yang ada dapat dicari waktu yang pantas tersebut, artinya akan dapat juga waktu yang pantas untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kondisi yang bersangkutan. Suatu perusahaan biasanya menginginkan waktu kerja yang sesingkat-singkatnya agar dapat meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Keuntungan demikian tidak akan diperoleh jika kondisi kerja dari pekerjaan-pekerjaan yang ada diperusahaan tersebut tidak menunjang tercapainya hal tadi. Ketinggian meja yang terlalu tinggi, yang menyebabkan pekerja merasa terlalu tinggi jika duduk, dan terlalu rendah jika berdiri. Waktu yang pantas untuk kondisi demikian dapat dicari, tetapi dapat diduga bukanlah waktu yang sebaik-baiknya. Bagi pekerja, kondisi demikian tidak selalu menguntungkan, karena akan menghambat dirinya berprestasi kerja disamping

(11)

akibat-akibat jangka panjang seperti terhadap kesehatannya. Waktu kerja yang pantas hendaknya merupakan waktu yang didapat dari kondisi kerja yang baik. Pengukuran waktu sebagainya dilakukan bila kondisi kerja dari perkerjaan yang diukur sudah baik. Jika belum, maka kondisi yang ada hendaknya diperbaiki terlebih dahulu. Waktu yang akhirnya diperoleh setelah pengukuran selesai adalah waktu yang penyelesaian pekerjaan untuk system kerja yang dijalankan ketika pengukuran berlangsung. Jadi waktu penyesuaiannyapun berlaku hanya pada system kerja tersebut. Suatu penyimpangan yang terjadi dapat memberikan waktu penyelesaian yang jauh berbeda dari yang telah ditetapkan berdasarkan pengukuran. Oleh karena itu, catatan yang baku tentang sistem kerja yang telah dipilih ada dan diperlihara. Walaupun pengukurannya telah selesai.

3. Memilih Operator

Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang begitu saja diambil. Orang tersebut harus memenuhi beberapa peryaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik, dan dapat diandalkan hasilnya. Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. Orang yang dicari bukan orang yang berkemampuan tinggi dan rendah, karena orang-orang demikian hanya meliputi sebagian kecil saja dari seluruh pekerja yang ada. Jadi yang dicari adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang wajar diperlukan oleh pekerja normal, dan ini adalah orang-orang yang berkemampuan rata-rata. Dengan demikian pengukur harus mencari operator yang memenuhi hal tersebut. Disamping itu, operator yang dipilih adalah orang yang pada saat pengukuran dilakukan mau bekerja secara wajar. Walaupun operator yang bersangkutan sehari-hari dikenal memenuhi syarat pertama tadi bukan mustahil dia bekerja tidak wajar ketika pengukuran dilakukan karena alasan tertentu.

4. Melatih Operator

Operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum diukur operator harus terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditatapkan dan telah dibakukan Operator, baru dapat diukur bila sudah berada pada tingkat pengusahaan maksimum dari pekerjaan yang diilakukan.

(12)

5. Mengurai Pekerjaan Atas Elemen Pekerjaan

Disini pekerjaan dipecah menjadi pekerjaan, yang merupakan gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen – elemen inilah yang diukur waktunya. Waktu siklusnya jumlah total dari waktu setiap elemen. Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan proses kerja, dari tahap pertama pekerjaan mulai dilakukan sampai pekerjaan selesai pada satuan proses kerja.

2.7 Melakukan Pengukuran Waktu

Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan. Ada tiga metode yang digunakan yaitu pengukuran secara terus-menerus (continuous timing), pengukuran secara berulang-ulang (repetitive timing), dan pengukuran secara penjumlahan (accumulative timing). Pengukuran waktu secara terus-menerus maka pengamat akan menekan tombol stop watch pada saat elemen kerja pertama dimulai dan membiarkan jarum petunjuk berjalan secara terus-menerus sampai periode atau siklus kerja selesai. Pengukuran secara berulang-ulang disebut sebagai

snap-back metode dimana jarum penunjuk stop watch akan selalu dikembalikan (snap back) lagi ke posisi nol pada setiap akhir dari elemen kerja yang diukur. Metode

pengukuran secara akumulatif maka pembaca data waktu secara langsung untuk masing-masing elemen kerja yang ada. Disini akan digunakan dua atau lebih stop watch yang akan bekerja secara bergantian. Bila operator telah siap didepan mesin atau ditempat kerja lain yang waktu kerjanya akan diukur, maka pengukuran memilih posisi tempat dia berdiri mengamati dan mencatat. Posisi ini hendaknya sedemikian rupa sehingga operator tidak terganggu gerakan-gerakannya ataupun merasa canggung karena merasa diamati, misalnya juga pengukur berdiri didepan operator. Posisi inipun hendaknya memudahkan pengukur mengamati jalannya pekerjaan sehingga dapat mengikuti dengan baik saat-saat suatu siklus/elemen bermula dan berakhir. Umumnya posisi agak menyimpang dibelakang operator 1,5 meter merupakan tempat yang baik. Hal-hal yang harus dilakukan selama pengukuran berlangsung yaitu :

(13)

a. Pengukuran Pendahuluan

Tujuan melakukan pengukuran pendahuluan, ialah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan untuk tingkat – tingkat ketelitian dan kenyakinan yang diinginkan. Seperti telah dikemukakan, tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan ini ditetapkan pada saat menjalankan langkah penetapan tujuan pengukuran. Untuk mengetahui berberapa kali pengukuran harus dilakukan diperlukan beberapa tahap pengukuran pendahuluan yaitu dengan melakukan beberapa buah pengukuran yang banyaknya ditentukan oleh pengukur. Biasanya 10 kali atau lebih. Berapa parameter penting yang digunakan sebagai pencerminan dari karakter suatu populasi adalah deviasi standar (σ) dan harga rata-rata ( X ). apabila dari suatu populasi telah diambil sample data sebesar N, maka dapat dihitung hal-hal sebagai berikut :

jumlah rata-rata sub grup

dimana k adalah jumlah sub grup yang terbentuk Deviasi standar masing-masing sub grup

Dimana k adalah banyaknya sub grup dari data pengukuran

b. Menguji keseragaman data

Uji kelengkapan data ditujukan agar jumlah data yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah data yang diobservasi. Kesesuaian jumlah ini akan berpengaruh dengan hasil analisa data yang dilakukan. Data– data yang telah memenuhi jumlah pengamatan, lalu diuji keseragamannya dengan menggunakan suatu diagram pengendalian (X- Chart) yang merupakan cara yang baik untuk menguji keabsahan dari data pengamatan. Dari nilai deviasi standar yang didapat, dengan tingkat kenyakinan yang ditentukan pengukur, maka dari kurva normal didapatkan nilai Z, untuk menentukan nilai Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) dengan menggunakan rumus : Batas kontrol atas (BKA) = x + z ( x)

(14)

Dari data-data yang telah diukur ditentukan nilai rata-rata sub grup. Apabila nilai minimal rata-rata subgrup > BKB dan nilai maksimal rata-rata sub grup < BKA, maka nilai rata-rata sub grup yang didapatkan dari hasil pengukuran dapat dikatakan seragam. Maka semua harga yang ada dapat digunakan untuk menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan.

c. Menghitung jumlah pengukuran yang diperlukan

Bila jumlah belum mencukupi dilanjutkan dengan pengukuran pendahuluan kedua. Jika tahap kedua selesai maka dilakukan lagi ketiga hal lagi yang sama seperti tadi, dimana bila perlu dilanjutkan dengan pengukuran pendahuluan tahap kedua. Begitu seterusnya sampai jumlah keseluruhan pengukuran mencukupi untuk tingkat ketelitian dan keyakinan yang dikehendaki. Istilah pengukuran pendahuluan terus digunakan selama jumlah pengukuran yang telah dilakukan pada tahap pengukuran belum mencukupi. Untuk menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan, yaitu dengan pengujian kecukupan data, menggunakan rumus :

N = adalah jumlah pengamatan yang telah dilakukan. Z = adalah tingkat keyakinan yang diplot dari kurva normal S = adalah tingkat ketelitian (dalam %)

Jika harga N’ < N, yaitu jumlah N’ dari perhitungan < dari jumlah data yang sudah diukur, maka data yang telah didapat telah mencukupi.

d. Tingkat Ketelitian Dan Tingkat Keyakinan

Tujuan melakukan pengukuran-pengukuran ini adalah waktu yang sebenarrnya dibutuhkan untuk menyelesaikan sautu pekerjaan. Karena waktu penyelesaian ini tidak pernah diketahui sebelumnya, maka harus diadakan pengukuran-pengukuran, yang ideal tentunya dilakukan pengukuran-pengukuran yang sangat banyak sampai tak terhingga, misalnya, karena dengan demikian diperoleh jawaban yang pasti. Tetapi hal ini jelas tidak mungkin karena keterbatasan waktu, tenaga dan tentunya biaya. Namun sebaliknya jika

(15)

dilakukan beberapa kali pengukuran saja, dapat diduga hasilnya sangat kasar. Sehingga yang diperlukan adalah jumlah pengukuran yang tidak membebankan waktu, tenaga dan biaya yang besar tetapi hasilnya dapat dipercaya. Dengan tidak dilakukanya pengukuran yang banyak sekali ini, pengukur akan kehilangan sebagaian kepastian akan ketetapan/rata-rata waktu penyelesaian yang sebenarnya. Hal ini harus disadari oleh pengukur, tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah percerminan tingkat kepastian yang dinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak ada melakukan pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen, dari waktu penyelesaian sebenarnya, yang seharusnya dicari. Sedangkan tingkat kenyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Inipun dinyatakan dalam persen. Jadi tingkat ketelitian 10% dan tingkat kenyakinan 95% memberi arti bahwa pengukur menghasilkan rata-rata hasil pngukurannya menyimpang sejauh 10% dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%. Semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar kenyakinan, maka semakin banyak pengukuran yang diperlukan.Jika pengukuran – pengukuran telah selesai, yaitu jumlah data yang didapat memiliki keseragaman yang dikehendaki, dan jumlahnya telah memenuhi tingkat- tingkat ketelitian dan kenyakinan yang diinginkan, maka selesailah kegiatan pengukuran waktu. Langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga memberikan hasil perhitungan waktu baku.

Cara untuk mendapat waktu baku dari data yang terkumpul adalah sebagai berikut :

 Menghitung waktu siklus rata-rata

Ws = Waktu siklus

Xi = Waktu penyelesaian kerja N = Jumlah pengukuran kerja

(16)

2.8 Menghitung Waktu Standar

Waktu standar secara definitif dinyatakan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata – rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu standar tersebut sudah mencakup faktor kelonggaran waktu (allowances time) yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan.Untuk mendapatkan waktu standar maka terdapat beberapa langkah yang harus diikuti sebagai berikut:

 Menghitung waktu siklus rata-rata

Ws = Waktu siklus

Xi = Waktu penyelesaian kerja N = Jumlah pengukuran kerja

2.8.1 Perhitungan Statistik Uji ANOVA Klasifikasi Satu Arah

Untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan pengaruh pencahayaan terhadap performansi kerja digunakan perhitungan statistik dengan metode Analisis Ragam Klasifikasi Satu Arah.(Anova One Way) menggunakan SPSS. Dimana metode anova satu arah digunakan untuk pengujian perbedaan antara k nilaitengah sample apabila subyek-subyek ditentukan secara random pada setiap beberapa grup atau kelompok perlakuan. Adapun langkah-langkah melakukan uji anova menggunakan SPSS sebagai berikut:

a. Langkah-langkah untuk melakukan uji anova

1. memasukan data kedata editor ● Variabel output

Mendifinisikan variable pada variable view Nama : output

Decimal : 0

Label : output pengepakan Measure : scale

● Variable cahaya

(17)

Nama : cahaya Decimal : 0 Label ; cahaya Value : 1.(35) 2.(65) 3.(95) Measure : nominal

2. setelah itu klik menu anlyze, pilih compare mean

3. dari berbagai pilihan yang ada ,pilih One- Way ANOVA

Gambar 2.2 menu masuk uji ANOVA

4. setelah itu akan muncul kotak dialog one way anova masukkan variable output kekotak dependent list dan variable cahaya kekotak faktor.

Gambar 2.3 Menu Post Hock

5. klik option sehingga akan muncul kotak dialog option untuk menampilkan statistic deskriptif dari data,aktifkan pilihan descriptive.

(18)

6. untuk menampilkan uji kesamaan varian ,aktifkan pilihan homogeneity of variance test

Gambar 2.4 Masuk Menu Option

7. untuk menampilkan plot rata-rata,aktifkan means plot.

8. gunakan default pada missing values,yaitu exclude cases analysis

9. selanjutnya klik continue sehingga akan muncul kembali kotak dialog One- way ANOVA

10. klik post hoc yang akan digunakan sebagai analisis lanjut uji F.

(sumber) Andi, 2004. pengolahan data statistic dengan SPSS 12

Gambar 2.5 menu post hock multiple comparitios

11.pilih tukey untuk keseragaman.tingkat signifikansi yang digunakan sesuai default yaitu 0,05.setelah itu klik continue.klik ok setelah itu akan muncul tabel uji ANOVA.

Gambar

Tabel 2.1 Tingkat Penerangan  Berdasarkan  Jenis Pekerjaan
Gambar 2.2 menu masuk uji ANOVA
Gambar 2.4 Masuk Menu Option

Referensi

Dokumen terkait

artinya untuk mengadakan peningkatan dari yang sebelumnya.. sebelumnya kurang baik dan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Dengan demikian tujuan dari pembinaan

Prosedur pelaksanaan teknik tersebut adalah setelah data terkumpul maka data direduksi, dirangkum dan diseleksi dengan permasalahan penelitian, yakni untuk

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,

Ditinjau dari perspektif kewarganegaraan dari unsur civic knowledge, maka pengetahuan mengenai kewarganegaraan masih lemah, tentu ini berkaitan dengan pendidikan

This study was conducted with the aim of identifying causes of adult death in a rural population of Ethiopia using a simplified verbal autopsy instrument.. Methods: All deaths in

Adapun tujuan penelitian adalah (1) untuk mengetahui peranan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta dalam upaya pemenuhan hak-hak bagi

Pengertian tentang pendidikan tidaklah terbatas hanya berada di sekolah saja. Akan tetapi, di semua tempat apapun dan kapanpun bisa disebut dengan pendidikan. Bila

Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu.Merry Riana :