• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANGKAL RADIKALISME AGAMA (Studi multi kasus di SMPN 7 Blitar dan SMP ISLAM MIA Tulungagung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANGKAL RADIKALISME AGAMA (Studi multi kasus di SMPN 7 Blitar dan SMP ISLAM MIA Tulungagung)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

15 BAB II

Kajian Pustaka

A. Metode Pembelajaran Guru PAI dalam Menangkal Radikalisme Agama 1. Metode Pembelajaran Guru PAI

Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.1 Maka dari itu, semakin baik dan semakin tepat metode itu digunakan dalam pembelajaran, maka semakin cepat tujuan pembelajaran itu akan tercapai. Kendati demikian, dari berbagai metode pembelajaran masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Oleh sebab itu, ketepatan suatu metode pembelajaran, sangat dipengaruhi oleh faktor materi yang diajarkan dan tujuan yang ingin dicapai.

Langkah awal dalam menentukan metode pembelajaran, adalah sebagai berikut :

a. Tujuan yang hendak dicapai

b. Keadaan peserta didik yang mencakup pertimbangan tingkat kematangan kecerdasan siswa.

c. Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran d. Kemampuan pendidik

1 Pupuh Fatkhurrohman dan M.Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep

(2)

16

Sedangkan metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran oleh guru PAI adalah:

1) Metode Demonstrasi/Praktek

Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang mencontohkan pelaksanaan satu ketrampilan atau proses kegiatan yang sebenarnya. Setelah demonstrasi, peserta didik diberi kesempatan melakukan latihan ketrampilan atau proses yang sama di bawah pengawasan guru. Metode ini tepat digunakan ketika materi pelajaran berbentuk ketrampilan gerak, psikomotorik, petunjuk sederhana.2

Adapun kelebihan dari metode ini ialah dapat merangsang peserta didik untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, peserta didik mampu mengingat lebih lama tentang materi pelajaran yang disampaikan, dapat menambah pengalaman peserta didik, dan dapat menjawab semua masalah yang timbul didalam pikiran setiap peserta didik karena mereka berperan secara langsung.

Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah memerlukan waktu yang cukup banyak, membutuhkan biaya yang cukup mahal, terutama untuk pembelian alat, membutuhkan tenaga yang tidak sedikit dan jika dari peserta didik tidak aktif, maka metode demonstrasi ini tidak akan efektif. 2) Metode Bermain

(3)

17

Metode ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan intelegensi, fisik, emosi dan cara bersosialisasi setiap anak. Metode ini biasanya diterapkan di luar kelas sehingga dapat mengenal lingkungan sekitar. Bila metode ini diterapkan didalam kelas dapat berupa bermain peran atau

sosiodrama, dimana setiap peserta didik diberi peran dalam adegan yang telah direncanakan.3

Dengan metode ini, guru dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan. Adapun kelebihan dari metode ini adalah sebagai wahana untuk membantu perkembangan peserta didik dalam mengembangkan semua aspek perkembangannya, baik perkembangan fisik, kognitif maupun perkembangan emosional serta dapat mendorong minat peserta didik untuk belajar.

Kelemahan dari metode ini yaitu apabila metode bermain ini dilakukan tanpa persiapan yang matang, maka ada kemungkinan tujuan-tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal karena peserta didik akan larut dalam proses bermain, selain itu metode ini juga memerlukan strategi serta media pembelajaran yang harus dipersiapkan dengan baik.

3) Metode Ceramah

3

(4)

18

Metode ceramah dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah cara guru menyampaikan materi pembelajaran PAI dengan penuturan lisan secara langsung kepada peserta didik di depan kelas disertai penggunaan media untuk mencapai kompetensi dan indikator pembelajaran yang telah ditetapkan agar peserta didik dapat memiliki pemahaman dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai ajaran Islam.4

Kelebihan dari metode ceramah ini yaitu guru PAI menguasai arah pembicaraan seluruh peserta didik didalam kelas, guru lebih mudah mengorganisasikan tempat duduk peserta didik serta biaya lebih murah dan dapat sekaligus untuk peserta didik dalam jumlah banyak.

Sedangkan kekurangan dari metode ini ialah guru PAI tidak dapat mengetahui sampai dimana peserta didik telah mengerti pembicaraan guru, materi yang disampaikan hanya mengandalkan ingatan guru, dan kesulitan dalam mengetahui seberapa banyak materi yang telah dipahami oleh peserta didik.

4) Metode Drill/Latihan

Metode Drill dalam Pendidikan Agama Islam adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan jalan melatih peserta didik secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dalam bentuk

4

Syahraini Tambak, 6 Metode Komunikatif Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014) hal. 60- 63

(5)

19

lisan, tulisan, maupun aktifitas fisik agar peserta didik memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang tinggi dalam menguasai bahan pelajaran, memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu ketrampilan supaya menjadi permanen.5

Kelebihan dari metode ini adalah pengertian dan pemahaman peserta didik lebih luas melalui latihan berulang-ulang, peserta didik siap menggunakan ketrampilannya karena sudah dibiasakan, peserta didik memperoleh kecakapan motoris dan kecakapan mental, dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan serta dapat menimbulkan rasa percaya diri bagi peserta didik.

kelemahan dan sekaligus hal ini menjadi perhatian dan harus dihindari oleh guru PAI yaitu peserta didik cenderung belajar secara mekanis, menimbulkan verbalisme dan dapat menimbulkan penyesuaian yang statis kepada lingkungan.

5) Metode bercerita

Metode bercerita yaitu cara penyajian materi pembelajaran secara lisan dengan menceritakan peristiwa sejarah hidup manusia di masa lampau yang menyangkut ketaatan untuk diteladani atau kemungkaran untuk ditinggalkan yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits untuk meningkatkan pemahaman dan kepribadian peserta didik.

5 Ibid, hal 109

(6)

20

Metode bercerita mempunyai kelebihan dibandingkan dengan metode yang lain dalam proses pembelajaran PAI, yaitu dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat peserta didik, mengarahkan emosi menyatu pada kesimpulan, dapat mempengaruhi emosi, membekas di jiwa dan lebih menarik perhatian peserta didik.

Sedangkan kekurangan dari metode ini ialah pemahaman peserta didik menjadi sulit ketika cerita itu telah terakumulasi oleh masalah lain,bersifat monolog dan banyak waktu yang terbuang apabila cerita kurang tepat.6 6) Metode Pembiaasaan

Metode pembiasaan atau metode latihan adalah suatu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi bersifat permanen.

Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan yang berupa pengulangan yang berkali-kali supaya asosiasi antara stimulus dengan suatu respon menjadi sangat kuat. Atau dengan kata ain tidak mudah dilupakan. Dengan demikian terbentuklah pengetahuan siap atau ketrampilan siap yang setiap saat siap untuk dipergunakan oleh yang bersangkutan.7

6

Ibid, 184 7

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pembelajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010) hal. 34

(7)

21

Oleh karena itu sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral kedalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa.

Kelebihan dari metode pembiasaan ini adalah akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan peserta didik, tidak membutuhkan banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya, dan dengan pembentukan kebiasaan, akan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, menjadi otomatis

7)Metode Karya wisata

Metode ini dimaksudkan supaya peserta didik dapat menggali, memperhatikan lingkungan serta memperhatikan aneka ragam ciptaan Allah SWT termasuk memperhatikan diri sendiri dengan tujuan mengambil hikmahnya. Selain itu metode karya wisata ini sangat sesuai dengan perkembangan kemampuan kognitif anak, karena anak dapat belajar berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.

Kelebihan dari metode ini adalah akan membuat materi yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan

(8)

22

kebutuhan yang ada di masyarakat dan pengajarannya dapat lebih merangsang kreativitas anak.8

Sedangkan kelemahannya ialah memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak, serta perencanaan dan persiapan yang matang, selain itu juga membutuhkan biaya yang cukup mahal serta pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap tingkah laku peserta didik selama di lapangan.

8) Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah serta dapat memperluas pengetahuan. Proses diskusi dapat dilakukan dengan cara bertukar pikiran/pendapat maupun dengan bantah-bantahan sampai akhirnya menemukan satu kesimpulan. Metode ini baik digunakan dalam mengasah penalaran siswa.

Dengan metode diskusi ini, siswa dapat menguasai materi pelajaran secara bersama-sama, metode ini juga dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif menyumbangkan gagasan dan ide, serta melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.

9) Metode Pemberian tugas

Metode pemberian tugas adalah metode yang digunakan untuk menyajikan bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas agar siswa

8 Ibid, hal 36

(9)

23

melakukan kegiatan belajar dan kemudian hasil pelaksanaan tugas tersebut dilaporkan kepada guru.

Metode ini merupakan salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana siswa dapat mengerti dan dapat mengungkap apa yang telah diceramahkan oleh guru.

2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab I pasal 1 ayat (6), Pendidik atau guru adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.9 Sedangkan pada bab XI pasal 39 ayat (2), Guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

3. Fungsi Guru Pendidikan Agama Islam

Guru adalah orang dewasa yang menjadi tenaga kependidikan untuk membimbing dan mendidik peserta didik menuju kedewasaan, agar memiliki

9

(10)

24

kemandirian dan kemampuan dalam menghadapi kehidupan dunia dan akhirat. Karena itu, dalam Islam seseorang dapat menjadi guru bukan hanya karena ia telah memenuhi kualifikasi keilmuan dan akademis saaja, tetapi lebih penting lagi ia harus terpuji akhlaknya. 10

Selanjutnya, Zuhairi dkk menjelaskan bahwa guru agama adalah orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak sesuai dengan ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab terhadp Allah SWT. 11

Dari terminologi diatas, jelas menunjukkan bahwa fungsi guru memiliki peranan yang cukup vital dalam pendidikan agama Islam. Dengan kata lain, fungsi guru agama Islam dalam membina anak didik tidak terbatas pada interaksi belajar mengajar saja. Mengingat lingkup pekerjaan guru agama Islam seperti yang dilukiskan di atas sangatlah luas, maka fungsi guru pendidikan agama Islam meliputi, sebagai pengajar, kedua, pembimbing, atau dan manajer kelas.12

Ketiga tugas itu dilaksanakan sejalan secara seimbang dan serasi.Tidak boleh ada satupun yang terabaikan, karena semuanya fungsional dan saling berkaitan dalam menuju keberhasilan pendidikan sebagai suatu keseluruhan yang tidak terpisahkan.

10

Akhyak, Profil Pendidik Sukses, (Surabaya:eLKAF, 2005) hal.2

11Zuhairi, dkk.Metode Kkhusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya:Usaha Nasional,1983)

hal.34

12Zakiyah Daradjat, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:Bumi Aksara,2004),

(11)

25

Sekali lagi, pembimbingan guru terhadap siswa sangat penting dilakukan. Sebab dengan bimbingan dan pendekatan yang dilakukan secara komprehensif, akan Dengan demikian membimbing dan pemberian bimbingan dimaksudkan agar setiap anak didik diinsyafkan mengenai kemampuan dan potensi diri anak didik yang sebenarnya dalam kapasitas belajar dan bersikap.13

Selain itu, Guru seyogyanya memiliki komitmen tinggi dalam mendidik. Komitmen tersebut di antaranya:

a) Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai,

b) Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, c) Guru harus memaknai kegiatan belajar,

d) Guru harus melaksanakan penilaian baik secara numerik maupun perkembangan perilaku siswa14

4. Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

Keutamaan seorang guru terletak pada tugas mulia yang diembannya. Tugas yang diemban seorang guru pendidik hampir sama dengan tugas seorang Rasul.15Artinya, tugas pendidik sebagai warasat al-anbiya‟ pada hakikatnya mengemban misi rahmat lil alamin, yakni suatu misi yang

13Ibid.., 267.

14E,Mulyasa,Menjadi Guru Profesional Menciptakan pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosda karya),40. 15

(12)

26

mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Misi ini kemudian dikembangkan pada proses pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal salah dan bermoral tinggi.

Untuk melaksanakan tugasnya sebagai warasah al-anbiya, seorang pendidik hendaknya bertolak pada prinsip amar makruf nahyu wa al-munkar

dan menjadikan prinsip tauhid sebagai pusat kegiatan penyebaran misi iman Islam, dan ihsan. Kekuatan yang dikembangkan oleh pendidikan adalah kekuatan individualitas, sosial dan moral (nilai-nilai agama dan moral).

Rasulullah sebagai guru pertama dalam Islam bertugas membacakan, menyampaikan, dan mengajarkan ayat-ayat Allah kepada manusia, menyucikan diri dan jiwa dari dosa. Menjelaskan mana yang halal dan mana yang haram, serta menceritakan tentang manusia di zaman silam, mengaitkannya dengan kehidupan pada zamannya dan mempridiksikan pada kehidupan di zaman yang akan datang.

Ada beberapa sifat yang harus dimiliki seorang guru dalam mengemban tugasnya antara lain : zuhud, tidak mengutamakan materi, bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwanya, terhindar dari dosa besar, riya’, dengki, permusuhan, dan sifat tercela lainnya; guru juga harus ikhlas dalam

(13)

27

beramal dan bekerja, pemaaf, mencintai murid seperti mencintai anaknya sendiri.16

5. Pengertian Radikalisme

Radikalisme berasal dari kata radix yang berasal dari bahasa latin yang berarti akar. Penambahan -isme menunjukkan kata sifat, sedangkan imbuhan –

sasi menunjukkan suatu proses. Maka istilah Radikal, Radikalisme,

Radikalisasi memiliki segmentasi yang sama dalam istilah aslinya. Radikalisme merupakan suatu faham yang menghendaki perubahan secara total dari berbagai lini dalam suatu sistem yang ada di dalam masyarakat. Kehendak inilah yang kemudian ia jadikan dasar untuk melakukan suatu pemaksaan terhadap orang lain untuk berubah.17

Istilah lain yang akrab dengan radikalisme adalah fundamentalisme. Kedua istilah ini memiliki kemiripan arti. Yang mana, keduanya juga menghendaki adanya tindak kekerasan, mengeluarkan kata-kata kotor, menyudutkan setiap orang yang berbeda dengannya. Bahkan mereka mengklaim apa yang mereka lakukan benar-benar merupakan perintah agama Islam. Meskipun hal tersebut merupakan tindakan yang liar nan keji.18

Radikalisme sendiri dipahami sebagai suatu sikap atau posisi yang begitu mendambakan perubahan terhadap status quo dengan jalan

16 Ibid, 57

17

Zuly Qodir, Radikalisme Agama Islam di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) hal. 116

18 Ahmed Akbar, Terj. Postmodernisme: Bahaya dan Harapan Bagi Islam (Bandung, Mizan 1993) hal.

(14)

28

penghancuran secara total dan menggantikannya dengan sesuatu yang baru. Sedangkan cara yang dipakai untuk melakukan perubahan, dilakukan dengan cara pemaksaan melalui kekerasan.19

Dalam istilah lain, Radikalisme juga di artikan sebagai al tatharuf al diny yang berarti berada di ujung, atau berlebihan dalam melakukan sesuatu. Munculnya radikalisme sendiri pada awalnya tidak muncul secara tiba-tiba. Namun juga memiliki keterkaitan dengan kondisi dan situasi sosio-politik suatu wilayah, dan keadaan demografis suatu daerah. Khusus untuk politik, alasan ini sangat berperan besar dalam menyebarnya faham dan gerakan radikalisme ini. Sebab banyak sekali negara-negara Islam mendapat tekanan dan diskriminasi yang luar biasa oleh barat. Bagi umat Islam yang berada di negara non-muslim, kerapkali mendapatkan perlakuan tak manusiawi. Aspiranya juga tidak mendapatkan perhatian lebih. Keadaan ini membuat mereka memilih jalan memberontak untuk mengamankan hak kehidupan dan keamanannya.

Alasan lain adalah bahwa munculnya kelompok-kelompok radikal ini sangat erat kaitannya oleh dua hal: pertama, karena rasa kecewa yang dialami oleh suatu kelompok terhadap kelompok lain karena keterbelakangan dari berbagai sektor kehidupan. Kemudian akibat ketidakmampuan dalam menyaingi dominasi kelompok lain itu, mereka sikapi dengan jalan radikal.

19 Jurgensmeyer, Teror Atas Nama Tuhan: Kebangkitan Global Kekerasan Agama (Jakarta:

(15)

29

Kedua, karena pemahaman agama yang dangkal oleh oknum ormas Islam. Banyak yang terpengaruh oleh kelompok ini, khususnya para pemuda, karena bekal agamanya yang masih kurang.20

Maka tak heran, bila umat Islam saat ini begitu sensitif terhadap isu-isu global. Mereka akan menanggapi secara emosional bila mendapati isu-isu-isu-isu yang menyudutkan umat Islam. Dengan kondisi psikologis yang demikian ini, kemudian dimanfaatkan oleh sekelompok golongan yang anti-Islam dengan menampilkan Wajah Islam yang tak lagi ramah, brutal, dan biadab.21

Radikalisme Islam adalah ide-ide, pemikiran, ideologi dan gerakan Islam, yang mengarah kepada aktivitas intimidasi, kekerasan, dan teror. Baik karena doktrin keagamaan, membela diri, maupun bentuk respon terhadap lawan politik yang ditunjuknya. Biasanya mereka, berbasis pada alasan perlawanan terbuka terhadap kebijakan politik dan ekonomi imperialisme Barat, serta dominasi dan hegemoni kebudayaan yang menyudutkan kaum Muslim.22

Munculnya gerakan radikalisme ini memunculkan gejala yang tidak wajar (abnormal) di kalangan Islam sendiri. Sebab mereka yang jelas-jelas terbukti melakukan kejahatan kemanusiaan ini justru dengan lantang meyakini bahwa pemikiran mereka merupakan pemahaman agama yang paling benar.23

20

Muhammad Syafi’i Anwar: Islamku, Islam Anda, Islam Kita (Jakarta: Wahid Institut, 2006) 21

Zuly Qodir, Radikalisme Agama... hal. 119

22 Ibid, hal. 124

(16)

30

Singkatnya mereka sebenarnya memiliki khazanah tekstual agama yang tidak kalah baik. Namun mereka lemah dalam memahami substansi dari al Qur’an dan Hadits.

Sehingga mereka menyikapi isi teks al Qur’an dan hadits tersebut secara tekstual, tanpa di kaji lebih mendalam lagi melalui ilmu-ilmu lain, seperti asbanun nuzul, mantiq, balaghah, Qawaidul fiqhiyyah, dan lain sebagainya. tindakan kekerasan, perusakan, pengeboman, sekali lagi bukan merupakan ciri Islam. di akui atau tidak, terdapat beberapa golongan dari umat Islam yang secara terang-terang membenarkan, menerapkan kekerasan, radikalisme sebagai alat untuk melakukan propaganda.

Secara sederhana, terbentuknya radikalisme ini terjadi atas beberapa sebab, diantaranya:

1) Proses Individu

Dalam pencarian identitas individu, radikalisasi di pandang sebagai salah satu hal yang dijadikan sebagai proses menemukan jati diri seseorang. Utamanya bagi kalangan muda, hal ini terasa menarik bila disikapi secara emosional.

2) Dinamika interpersonal

Radikalisasi memerlukan dinamika interpersonal dan aktor-aktor lain untuk merangsang dan mempengaruhi proses pemahaman atau pemikiran individu yang dijadikan sebagai target radikalisme. Kondisi

(17)

31

psikis seseorang yang sedang mangalami dilema, sangat mudah sekali terpengaruh oleh orang lain yang melakukan pendekatan luar biasa.24 3) Pengaruh Lingkungan

Berada di lingkungan radikal dan setiap harinya mendengarkan Narasi politik yang dilakukan oleh orator ulung untuk melakukan aksi-aksi radikal, di bumbui dengan kenikmatan surga bagi mereka yang mati setelah aksi, tentu menjadikan seseorang semakin memiliki hasrat yang kuat untuk melakukan aksi teror, serta meyakini apa yang ia lakukan merupakan kebenaran mutlak.25

Untuk dapat persoalan secara jernih, maka harus dibedakan antara agama dan pemikiran keagamaan serta pemikiran keagamaan tersebut diaktualisasikan dalam sejarah peradaban manusia. Dalam kasus Islam, pemikiran Islam mencakup disiplin ilmu dan madzhab pemikiran. Dengan kata lain, sejarah dan pemikiran Islam adalah produk dari interaksi dan dialektika yang panjang nan kompleks antara intrepertasi dan wahyu Ilahi.

Hanya dengan memahami kenyataan ini, stigma yang disematkan oleh para pelaku tindak kekerasan dengan mengatasnamakan agama dapat dihapus. Itu artinya, menuding suatu agama tertentu merupakan

24http://www.academia.edu/7242507/Radikalismekeagamaandanterorisme. di akses pada 19 Februari 2017

(18)

32

daya penggerak di balik kekerasan dari gerakan radikal agama tertentu adalah tidak obyektif. Kendatipun elemen-elemen agama yang asli oleh kelompok tertentu untuk menjustifikasi terjadinya kekerasan. Para pelaku kekerasan yang menjadikan agama sebagai pembenar berkeyakinan bahwa mereka adalah penganut agama yang taat, apa yang mereka lakukan adalah perintah dari langit yang telah termaktub dalam dalil Qur’an.

Secara empiris, di dalam Islam dapat ditemukan kelompok-kelompok ekslusif yang kerap menjadikan kekerasan sebagai alat untuk menggapai tujuan perjuangan mereka. Hal ini disebabkan karena ketidakjujuran tatkala mengamalkan ajaran Islam yang terdapat di dalam al Qur’an, sunnah, mapun perangkat dasar lain yang menyodorkan penafsiran sepihak, yang tidak mengakui adanya toleransi.

Melakukan eksploitasi ayat al Qur’an secara ahostoris untuk menguatkan ideologi intoleran dan orientasi eksklusif mereka, tanpa melihat bagaiamana latar belakang ayat tersebut diturunkan. Baik secara psikologis umat maupun kondisi sosial demografis saat itu.

6. Islam Radikal di Indonesia; Kelompok dan Tujuan Gerakan

Di Indonesia, terdapat kelompok Islam radikal. kelompok radikal tersebut diantaranya; Mujahidin Indonesia Timur, FPI, Laskar Jihad, HTI, dan lain-lain. mereka membuat isu utama, yakni merubah

(19)

33

segala bentuk konstitusi di Indonesia, Ideologi bangsa, menjadi konstitusi Islam atau syariat Islam.26

Meskipun begitu, sebenarnya benih radikalisme agama Islam sudah ada sejak tahun 1949-an. Kala itu muncul gerakan Islam garis keras yang ingin memaksakan berdirinya negara Islam Indonesia. gerakan tersebut adalah DI/TII (Daraul Islam/Tentara Islam Indonesia). Gerakan ini muncul sebagai wujud perlawannya terhadap komunisme yang mulai merambah di Indonesia. Selain itu mereka juga menyangkal pancasila sebagai ideologi bangsa karena bukan merupakan produk hukum dari Ilahi. Mereka berargumentasi bahwa tidak ada hukum, kecuali hukum Allah swt.



                                                         

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang-orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”. (QS. al Maidah: 44)

26

(20)

34

Akan tetapi kelompok ini semakin meredup tatkala banyak petingginya Kartosoewirjo yang meninggal saat operasi militer oleh pemerintah RI. Seiring berjalannya waktu, setelah berkumandangnya reformasi dan era keterbukaan, benih Islam radikal kembali menunjukkan geliatnya. Menjamurnya kelompok Islam radikal di Indonesia ini disebabkan karena pada masa reformasi, selain terjaminnya kebebasan berpendapat, juga membawa dampak kemudahan bagi kelompok tertentu dalam menyebarkan fahamnya, termasuk kelompok radikal.

Ada dua kelompok yang mendukung tegaknya konsep Khilafah Islamiyah di Indonesia; Salafi-Wahabi dan Hizbut Tahrir. Khusus untuk Hizbut Tahrir ini, mereka mengalami perkembangan yang coukup pesat di Indonesia. mereka sangat getol merekrut para pemuda Indonesia untuk bergabung dengannya. 27

Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia di bawa orang Lebanon, bernama Abdurrahman al Baghdadi yang bermukim di Jakarta pada tahun 1980-an. Ia juga memerintahkan puteranya, untuk turut andil dalam menyebarluaskan faham ini ke masyarakat.

27

(21)

35

Maka untuk merapikan ambisinya, ia membuat strategi taktis dalam melakukan misinya merekrut umat:

1) Taqwim asy-syakhsiyah al Islamiyah; membentuk kepribadian

Islam

2) At Taw‟iyyah; Penyadaran

3) Harqatut tatsqif: gerakan intelektualitasasi

4) Taqwim al Daulah al Islamiyah: membentuk kekuasaan imperium

Islam.28

Corak keberagaman di Indonesia saat ini kembali dipertaruhkan seiring mewabahnya gerakan radikalisme di Indonesia. Terlebih mereka mampu membangun opini publik dengan berbagai aksi yang mengundang ratusan ribu umat Islam dari berbagai penjuru Indonesia. sebab itu, gerakan radikalisme Islam merupakan ancaman bagi plurasime agama yang selama ini di dengung-dengungkan.

Maraknya orang yang terpengaruh oleh faham ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

1) Kematangan Mental

Kaum muda yang memiliki semangat menggebu-gebu, enerjik, justru lebih mudah terpengaruh oleh faham-faham tertentu, termasuk faham radikalisme. sebab di usia ini sangat rentan mengalami keguncangan psikologis sedangkan kematangan dalam

28 Ibid,

(22)

36

menghadapi suatu masalah, bagi kalangan muda masih banyak yang belum memiliki kecakapan dalam menyikapinya. Sehingga tatkala mereka mendapatkan perhatian dan pendekatan yang luar biasa saat mentalnya sedang guncang, mereka sangat mudah sekali terpengaruh.29

2) Ketimpangan Ekonomi

Ketimpangan ekonomi yang semakin luas memberikan dampak besar bagi tatanan kehidupan. Ketidakpuasan masyarakat yang merasa terdiskreditkan menjadi ancaman besar bagi keharmonisasian dalam berbangsa dan bernegara. Sebab tatkla ia merasa tertekan, termarjinalkan, kemudian mereka melihat kelompok elit menunjukkan gaya hidup gelamor, tentu akan memancing kemarahan mereka. dan tidak mungkin mereka akan membuat gerakan perlawanan sebagai bentuk ketidakpuasan. Tekanan luar biasa yang dialami umat muslim baik secara psikologis, ekonomi, politik, sosial, dan budaya, maka muncullah gelegat dari individu ataupun kelompok yang ingin menunjukkan aksi/gerakan protes terhadap struktur kuasa atau para pihak yang menjadikan mereka sebagai korban.

3) Pemahaman keagamaan yang sesat

29

(23)

37

Bagi para kelompok intoleran, mereka mempelajari ayat-ayat al Qur’an dan Hadits dengan kebutaan terhadap ilmu pengetahuan lain yang terkait tentang al Qur’an. mereka “mengkonsumsi” al Qur’an dan Hadits secara mentah-mentah tanpa di olah, di sesuaikan dengan sosio-kultur dan konteks turunnya al Qur’an. Sehingga dari itu, muncullah pemahaman-pemahaman yang salah kaprah.

Kelompok radikal ini secara umum memiliki motivasi untuk menegakkan Islam yang “kaffah”. Maka mereka akan menolak bahkan menyerang setiap faham yang berbeda dengannya. Perjuangan mereka itu kemudian di bingkai dengan kerangka gerakan secara apik, meliputi: pertama, oposisionalis. Radikalisme selalu menempatkan dirinya untuk mengambil tindakan offensive terhadap segala bentuk ancaman yang dianggap akan melemahkan ajaran dan agamanya. Seperti modernitas, sekularisme, tradisi Barat.

Kedua, menolak hermeneutika. Kaum radikalisme ini selalu menolak segala sikap kritis terhadap teks. Menurutnya, teks al Qur’an dan Hadits harus diterima, di pahami secara literal sebagaimana lafalnya, tanpa melihat konteks ayatnya. Ketiga, menolak pluralisme. Mereka menganggap umat Islam yang memiliki kecenderungan

(24)

38

pluralis justru di pandang sebagai kelompok murtad. Karena telah “menjual” keimanannya untuk melindungi orang musyrik.30

7. Dalil yang Digunakan Dasar Radikal

Para teroris mendasari aksinya tersebut bahkan menggunakan dalil

naqliyah untuk membenarkan apa yang ia lakukan. Beberapa ayat al Qur’an dan hadits tersebut diantaranya:

 ...      ...

Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu

jumpai mereka, (at Taubah:5)

...                   

“dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa”.

. Para teroris ini menyakini dengan total bahwa apa yang mereka lakukan merupakan tuntunan Agama. Dan siapapun yang mati di jalan Agama, maka surga baginya. Pemahaman ini yang membuat mereka berani mati tanpa sedikitpun memiliki rasa ragu saat dieksekusi. Padahal, makna jihad yang sesungguhnya sebenarnya bukan diperuntukkan untuk mereka yang sesegera mungkin membunuh setiap orang yang berbeda, melainkan kita mampu hidup berdampingan

30

Hamim Ilyas, Akar Fundamentalisme dalam Perspektif Tafsir al Qur‟an (Jakarta: Paramadina, 2004) hal. 3-4

(25)

39

dengan setiap orang, menyatukan mereka yang berbeda dengan pondasi kerukunan.

Dengan memandang plurasime sebagai pemahaman yang keluar dari teks al Qur’an dan Sunnah, mereka memanipulasi ayat al Qur’an sebagai dalih untuk membenarkan gerakan radikalnya. Maka siapapun yang tidak sepaham dengannya, berarti mereka telah kafir dan berhak untuk diperangi.

Seumpama jihad yang dimaksud memang dimaknai sebagai perang, namun sebenarnya perang yang di maksud dalam berbagai dalil naqliyah tersebut memiliki makna sebagai konteks bertahan saat di serang. Apa yang dilakukan nabi dan para sahabat saat berperang di masanya semata-mata untuk mempertahankan diri. Bukan untuk melakukan penyerangan terhadap setiap orang kafir. Sebab pada saat itu mengalami kebuntuan dalam berdialog.31

Lebih dari itu, makna jihad sebenarnya tidak seperti yang dibayangkan oleh para pihak yang berprasangka negatif. Doktrin kesungguhan dalam Islam tersebut, mengandung makna yang mulia dan bersifat universal, menghormati, menghargai, dan menjaga harkat, martabat semua manusia. Kesungguhan dalam makna jihad sendiri memiliki tiga klasifikasi; Jihad pertama yakni Jihad dengan hati, atau yang disebut sebagai mujahadah. Siapapun yang mampu menahan

31

(26)

40

hawa nafsu dari keserakahan, kebencian, kedengkian, maka ia termasuh orang yang sedang berjihad. Jihad kedua yakni jihad dengan akal, atau disebut sebagai Ijtihad. Bagi mereka yang berusaha sungguh-sungguh dalam mencari ilmu, maka ia tergolong sebagai orang yang sedang berjihad. Sedangkan jihad yang ketiga, adalah jihad dengan nyawa, atau disebut sebagai mujahid. Siapapun yang menegakkan, membela agama Islam dengan mempertaruhkan nyawanya, maka ia termasuk orang yang berjihad.32

Secara umum, perang yang dilakukan oleh nabi beserta para sahabat memiliki tiga faktor yang melatarbelakanginya. Pertama, terjadinya pengkhianatan terhadap suatu perjanjian atau sumpah, mempertahankan diri dari serangan lawan, serta yang terakhir karena fitnah. Alasan di atas memang dibenarkan dalam Islam sebagaimana yang Allah swt. firmankan dalam Q.S. at Taubah: 12-15

                                                                                              

32 Zulfi Mubaraq, Tafsir Jihad: Menyingkap Tabir Fenomena Terorisme Global (Malang:

(27)

41

“Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, Maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena Sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti. Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), Padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?. Mengapakah kamu takut kepada mereka Padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman. perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. dan Allah menerima taubat orang yang dikehendakiNya. Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Jika mengacu pada dalil di atas, memahaminya secara utuh, tidak setengah-setengah, maka kita akan dapat memahami bahwa kapan kita diperbolehkan melakukan perang dan dalam kondisi bagaimana kita diperbolehkan berperang. Hal ini tentu bertolak belakang dengan apa yang dilakukan oleh para teroris. Yang mana, mereka memaksakan ayat-ayat al Qur’an dan hadits untuk ia jadikan sebagai pembenar dalam aksi bejatnya.33

Padahal jika kita memahami makna jihad lebih mendalam, justru bukanlah makna kekerasan yang nampak, melainkan lebih menekankan pada manajemen qalbu untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah swt. Maka dalam hal ini QuraishShihab berpendapat bahwa jihad berarti mengerahkan kemampuan. Itu sebabnya, jihad

33

M.Hanif Hassan, Teroris Membajak Islam, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2007 ) hal. 70

(28)

42

sangat erat kaitannya dengan pengorbanan, baik batiniah maupun lahiriah.34

Oleh sebab itu, makna jihad ini secara umum memiliki tiga segmentasi pemaknaan;

1) melawan musuh yang nyata: sebagaimana dalam QS. al Hajj: 78

                                                                          

dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang

sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong”. (Q.S. al Hjj: 78)35

34 Quraish Shihab, Wawasan al Qur‟an: Tafsir Maudlu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat,

(Bandung: Mizan, 1996) hal. 501

(29)

43

2) Melawan bisikan atau godaan syaitan, Sebagaimana dalam QS. at Taubah:41                      

Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui (at Taubah: 41)36

3) Melawan nafsu. Sebagaimana dalam QS. al an’am: 72 di bawah ini:                                            

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan37.

36 Ibid, hal. 187

(30)

44

Ayat-ayat di atas kemudian yang dipahami secara sepihak, tanpa menggunakan tafsir yang lebih luas. Oleh sebab itu pemikiran mereka dalam memahami agama bersifat eksklusif, serta membenarkan praktik-praktik dakwah dengan cara kekerasan dan pemaksaan. Dalam menghayati ayat suci al Qur’an ini, kelompok radikal lebih mengedepankan sikap nafsu tanpa kompromi terhadap setiap perbedaan.

B. Strategi Guru PAI dalam Menanamkan Nilai-Nilai Toleransi Beragama

Secara kultural, Indonesia memiliki merupakan negara yang memiliki keragaman sosio-budaya yang sangat banyak. Potensi keragaman ini akan berdampak positif bila di manajemen dengan baik, serta pola komunikasi antar-suku, budaya, dan agama yang harmonis. Sebab bangsa luar akan memandang Indoonesia sebagai bangsa yang memiliki keunikan dan keanekaragaman yang luar biasa banyaknya dibandingkan dengan negara-negara lain. Namun dampak positif itu akan berbuah terbalik jika pola komunikasi yang terjalin antar-suku dan antar-agama tidak berjalan dengan harmonis.

Potensi pertikaian di negara Indonesia justru akan semakin besar, seiring banyaknya suku dan agama yang ada di Indonesia. Maka untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, istilah toleransi menjadi suatu yang tidak boleh dipinggirkan bagi bangsa Indonesia. Sebab hanya dengan toleransi itulah, kerukunan, kedamaian, dan kemajemukan dalam kehidupan akan tetap kita rasakan.

(31)

45

Islam sendiri secara jelas dan tandas menekankan betapa pentingnya sikap toleransi ini. Bahkan kewajiban bersikap toleransi ini di dalam al Qur’an yang mana muslim ditekankan untuk menghargai, menghormati orang lain, tanpa memandang ras, agama, warna kulit, bangsa, dan lain sebagainya. Kehidupan ini seperti tiada artinya, bila tidak dibarengi dengan sikap toleransi (tasamuh), yang ada hanya pertikaian, pembunuhan, dan segala jenis kejahatan lainnya.38

Secara etimologi toleransi berarti mengizinkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Dalam kamus bahasa Arab lebih di kenal dengan sebutan “Tasamuh” yang berati saling mengizinkan dan saling memudahkan.39

Toleransi ini merupakan wujud sikap yang memberikan kelonggaran kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama di dalam menjalankan dan menentukan pilihan pandangan hidupnya tidak berseberangan atau bertentangan dengan norma-norma sosial yang mengusik hak kehidupan orang lain.40

Sikap kedewasaan dalam menerima setiap perbedaan penting untuk dimiliki oleh setiap orang. Dengan sikap yang seperti itu, supaya manusia mampu mengedepankan nilai-nilai kemanusiaannya, empati, serta saling menghromati.

38 Abdul Mustaqim, Membangun Harmoni Sosial Dalam Bingkai Kerukunan Umat Beragama,

(Yogyakarta: Idea Pres, 2012) hal. 17

39 Said Agil al Munawwar, Fiqih Hubungan Antar Agama (Jakarta: Ciputat Press) hal. 13

40

Umar Hasyim, Toleransi Dan Kemerdekaan dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Agama (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1979) hal. 22

(32)

46

Meskipun dalam ranah keyakinan memiliki perbedaan yang tidak dapat di kompromi, namun perbedaan itu haruslah sama-sama dihormati dan dihargai demi menjalankan kehidupan yang lebih harmonis.41

Perbedaan sendiri memang sesuatu yang tidak dapat dimunafikkan. Akan tetapi, sejalan dengan hal itu, manusia tetap tidak diperkenankan untuk menjalani hidup berdasarkan asas perbedaan. Manusia tetap diperintahkan untuk berbuat kebaikan, menyemai perdamaian terhadap siapapun dan dimanapun. Hal ini sebagaimana yang Rasul Sabda-kan:

َ

ضر ة رٌْ رُى ًِب أ ْه ع

هب ح َ أ ْه م ( ملسو وٍلع الله ىلص ِ ه الله ُلوُس ر لا ق : لا ق ونع الله ً

) ُو مِح ر ْلِص ٍْل ف ,ِهِر ث أ ًِف ُو ل أ سْنٌُ ْن أ و ,ِوِقْزِر ًِف ِوٍْ ل ع ط سْبٌُ ْن أ

يِرا خُبْل ا ُو ج رْخ أ

Artinya:

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa ingin dilapangkan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menghubungkan tali kekerabatan." Riwayat Bukhari

Maka untuk mencegah terjadinya perpecahan karena sikap intoleran, serta menciptakan masyarakat yang harmonis, diperlukan upaya yang menyeluruh dan komprehensif. Membutuhkan tenaga yang lebih dari berbagai pihak untuk mewujudkan hal ini. Sebab kerukunan dalam menjalankan aktivitas kehidupan ini sudah menjadi kodrat manusia yang

(33)

47

selalu menginginkan ketenangan. Mulai dari lingkungan terkecil (keluarga) hingga lingkungan yang lebih besar (bangsa). 42

Secara substantif, agama selalu mengajarkan tentang nilai-nilai kehidupan. Meliputi moral, spiritual, dan sosial. Akan tetapi, dalih agama juga dapat menjadi runcing suatu permasalahan sosial, apabila dipahami secara sepihak dan setengah-setengah. Bila kita masih terlalu fanatik terhadap pandangan suatu agama, bahnya hanya agama yang kita anut paling benar dan yang lain adalah sesat, maka itu akan menjadi penghalang terjalinnya kerukuranan beragama.

Akan tetapi, jika kontak sosial tentang keberagamaan terjalin dengan rekatnya, maka akan muncul paradigma positif dalam membangun pemikiran keagamaan. seseorang tidak akan lagi bersikap sinis terhadap orang lain yang memiliki keyakinan yang berbeda. Lebih dari itu, sangat mungkin muncul pengakuan positif atas kebenaran agama orang lain sesuai keyakinannya, yang pada gilirannya akan mendorong terjalinnya hubungan saling pengertian satu dengan lainnya.43

Gap antar-agama yang terjadi di Indonesia setidaknya terdapat lima faktor yang mempengaruhinya. Pertama, penerbitan karya tulisan oleh suatu kelompok agama terhadap kelompok agama lain yang memandang pemikiran agama lain bertentangan dengan pemikiran agamanya, tidak

42

Madar Hilmy, Potret Kehidupan Umat Beragama... hal. 11 43 Ibid, hal. 14

(34)

48

sesuai dengan apa yang diimaninya. Oleh sebab itu, pemikiran agama yang lain di anggap mengeruhkan agamanya. Kedua, penyebaran agama yang dilakukan terlalu agresif. Secara hukum, melakukan penyebaran agama tidaklah di larang oleh hukum. Akan tetapi, bila dalam menyebarkan agama tidak menyesuaikan kondisi sosial yang ada, maka besar kemungkinan akan terjadi. Oleh sebab itu, bagi pemeluk minoritas rasa tahu diri itu penting untuk ditanamkan. Sedangkan pemeluk mayoritas harus menanamkan rasa pengertian.44

Ketiga, pembangunan tempat ibadah di lingkungan agama tertenu. Keempat, penetapan dan penerapan ketentuan pemerintah yang dipandang diskriminatif dan membatasi penyebaran agama. Kelima, timbulnya kecurigaan timbal balik berkenaan dengan posisi dan perananan agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.45

Selain memahami betapa pentingnya toleransi keberagaman dan keberagamaan, kita harus peka terhadap segala gejala-gejala kehidupan sosial yang mengindikasikan ke arah perpecahan dan mengancam kerukunan kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini, terdapat beberapa gejala sosial yang mengindikasikan pada disintegrasi sosial:

44

http//:garnet.blogdetik,com/2009/12/12/hubungan-antar-umat-beragama-di-indonesia/diakses pada hari

(35)

49

a. Bahasa: Bahasa yang eksklusif, merendahkan, menistakan, dan mendehumanisasikan oleh suatu ras, agama, suku tertentu terhadap ras, agama, suku lain.

b. Buruk sangka: penilaian berdasarkan generalisasi negatif, tuduhan tak benar yang didasarkan pada kebencian terhadap kelompok lain.

c. Pengkambing-hitaman: menyalahkan permasalahan sosial terhadap kelompok tertentu.

d. Diskriminasi: ketimpangan sosial yang terjadi karena perbedaan sikap di mata hukum.

e. Pengucilan: mengabaikan keberadaan kelompok lain, menolak berkomunikasi dengannya

f. Pelecehan: perilaku yang sengaja untuk mengintimidasi dan merendahkan

g. Gertakan/Bulying: memanfaatkan superioritas fisik untuk mempermalukan orang lain.

h. Pengusiran: penolakan kehadiran terhadap suatu kelompok dengan mengusir paksa di sebuah tempat, lingkungan sosial, profesi, dan lain sebagainya.

i. Pendindasan: pemasungan hak kelompok lain dengan tindakan semena-mena.

(36)

50

j. Penumpasan: membunuh nyawa, mengambil harta, serta merendahkan kehormatan kelompok lain karena tidak menghendaki keberadaan kelompok itu.46

Gejala sosial yang mengindikasikan ke arah intoleransi seyogyanya harus di cegah sedini mungkin. Sebab dengan membiarkan gejala-gejala sosial terus terjadi, itu berarti sama artinya dengan membuat lubang kehancuran bagi bangsanya sendiri. Karena membiarkan penyakit intoleran itu mewabah. Oleh karena itu, diperlukan usaha konstruktif untuk menyikapi hal itu. Setidaknya ada dua hal yang dapat dilakukan: menjalin komunikasi secara intens terhadap lingkungan sekitar. Bahkan bila perlu turut melakukan mediasi jika mendapati pertikaian di lingkungan tersebut; menjadi aktor pendorong terjalinnya toleransi terhadap orang atau kelompok lain.47

Islam yang menjadi agama rahmatan lil alamiin, secara tegas menuntut umatnya untuk menegakkan kehidupan bersama di bawah payung toleransi. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah swt. QS. al Hujurat: 13                                  46 Ibid, hal. 23-25

47 Takdir Rahmadi: Mediasi penyelesaian sengketa melalui pendekatan mufakat, (Jakarta:

(37)

51

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi

Maha Mengenal”.48

Istilah taarruf di atas menunjukkan makna usaha saling mengenal antar-individu maupun kelompok. Upaya ini juga dijadikan sebagi prinsip kehidupan dalam tatanan bermasyarakat dan bernegara. Oleh sebab itu, sikap tersebut akan cair dan lentur karena didasari dengan sikap saling mengenal, saling menghargai, saling menghormati. Maka tak heran bila terjadi suatu konflik, dapat tereduksi dengan upaya taarruf tersebut.

Sebab dengan sikap saling mengenal akan mengantarkan pemahaman yang realistis dan empiris terhadap kondisi masyarakat yang didasari dengan saling mengetahui satu sama lain karena adanya pertemuan batin. Dengan saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, taarruf akan menumbuhkan sikap kedewasaan manusia agar saling mengenal dan saling tolong menolong.49

Pada umumnya, toleransi dipahami sebagai sikap yang menghormati serta memberika keleluasaan terhadap hak sesama manusia atau kepada sesama masyarakat dalam lingkup sosial untuk melakukan aktivitas ritual

48 Yayasan penyelenggara penterjemah al Qur’an: al Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta:

Kemenag RI, 1990) hal. 847

49 Anthony Giddens, Teori Struktural, Daryanto (terj), (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010)

(38)

52

keagamaan, menjalankan peribadatan, serta menentukan pilihan keyakinan dan sikapnya. Semuanya bertujuan untuk terciptanya kemaslahatan di dalam tatanan kehidupan bernegara dan bermasyarakat.50

Oleh sebab itu toleransi senantiasa mencerminkan sikap atau sifat yang memberikan kelonggaran terhadap orang lain untuk menentukan pilihan hidupnya, tanpa melakukan intimidasi dan intervensi. Karena hal itu disadari sebagai bentuk penghormatan terhadap hak-hak yang selalu dimiliki setiap individu.

Dalam ranah ranah toleransi setidaknya terdapat tiga hal yang terdapat di dalam konsep ajaran agama Islam:

a. Perintah menebar kedamaian

Sebuah kedamaian akan hadir tatkala di dalam suatu masyarakat terjalin komunikasi yang baik, mengedepankan prinsip kejujuran, kebersamaan, serta toleransi yang tinggi. Prinsip-prinsip inilah yang sebenarnya telah Islam tekankan terhadap setiap pemeluknya dalam dalil naqliyah. Selain itu, Islam juga menuntut untuk memberikan pintu maaf terhadap orang yang berbuat kesalahan terhadapnya. Sebagaimana dala QS. al Imran 134

50 Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam (Surabaya: Bina Ilmu,

(39)

53                      

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (al Imran:134).51

Dalam diskursus al Qur’an, kasih bukan sekedar memaafkan atau keinginan untuk mengabaikan dosa dan kesalahan orang lain, tetapi keadaan dimana setiap orang bisa berbuat adil terhadap dirinya dan orang lain dengan memberikan hak-haknya masing-masing. Secara umum, kasih sayang kerap dikaitkan dengan ketulusan terhadap orang lain. sehingga di dalam al Qur’an kasih sayang selalu dipasangkan dengan kewajiban manusia untuk selalu menebar kedamaian dan toleransi terhadap orang lain.

b. Keharmonisan sosial dalam komunitas. Islam menekankan keharmonisan sosial, dengan memerintahkan umatnya untuk merefleksikan kedamaian dan kasih sayang dalam interaksi sosialnya. Rasulullah SAW

َ

ساَّنل ا نوُع س ت لَ ْمُكَّنِإ ( ملسو هيلع للها ىلص ِهَّلل ا ُلوُس ر لا ق : لا ق ُهْن ع و

ْمُكِلا وْم أِب

) ِقُلُخْل ا ُنْسُح و ِهْج وْل ا ُطْس ب ْمُهْع س يِل ْنِك ل و

ُمِكا حْل ا ُه حَّح ص و ى لْع ي وُب أ ُه ج رْخ أ

“Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya kalian tidak akan cukup memberi manusia dengan harta kalian tetapi kalian akan cukup

51 Yayasan penyelenggara penterjemah al Qur’an: al Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Kemenag RI, 1990) hal.159

(40)

54

memberikan kepada mereka dengan wajah yang berseri dan akhlak yang baik." Riwayat Abu Ya'la. Hadits shahih menurut Hakim

Dalam prinsip sosial, Islam selalu mengajarkan bahwa di mata sosial semua manusia memiliki kesamaan hak dan kewajiban. Tak ada space yang memisahkan jarak antara manusia satu dengan yang lainnya, hanya karena perbedaan ekonomi, ras, dan warna kulit. Sebab secara naluriah, manusia memiliki hak dasar hidup, yang meliputi; hak hidup, hak harta, hak memilih keyakinan, dan hak martabat. Seseorang tidak diperbolehkan memaksakan kehendak orang lain dengan alasan apapun. Sebab di dalam prinsip sosial Islam, Islam selalu menekankan pada keadilan.

c. Manajemen Konflik

Suatu konflik atau permasalahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam sebuah organisasi atau kelompok sosial. Ia akan selalu hadir untuk menguji seberapa dewasa sebuah organisasi tersebut. Semakin dewasa kelompok sosial tersebut menangani dan menyelesaikan suatu konflik, maka semakin besar pula eksistensi kelompok sosial tersebut. Akan tetapi apabila konflik itu disikapi dengan egoisme pribadi atau kelompok, maka yang terjadi adalah perpecahan dan kehancuran di kemudian harinya.

Menikmati kedamaian, menghirup kebersamaan merupakan cita-cita bersama bagi seluruh umat di dunia, termasuk Islam. untuk mencapai cita-cita tersebut, diperlukan kedewasaan sikap bagi seluruh komponen

(41)

55

masyarakat supaya cita-cita tersebut dapat terwujud. Bagi pemuka agama dan para cendekiawan, mereka harus memberikan keteladanan yang mencerminkan keharmonisan dengan menyampaikan pesan-pesan moral terhadap masyarakat luas. Bagi masyarakat biasa, ia harus memberikan sikap rendah hati yang menunjukkan kesejukan, tanpa menuangkan komentar dan aksi provokatif. Hidup damai bersama orang lain merupakan tanggung jawab bagi kita semua yang notabene sebagai manusia beragama.

Kedewasaan dalam menghargai setiap perbedaan menjadi landasan bagi seseorang dalam mengimplementasikan nilai-nilai toleransi ini. akan tetapi tidak terlepas dari hal itu, toleransi harus memperhatikan prinsip kemanusiaan dan prinsip kebersamaan, agar tidak terjadi toleransi yang kebablasan, yang mengarah pada liberalisme. Artinya, dalam menerapkan nilai toleransi harus menyeimbangkan aspek lain yang terkait.

di dalam memaknai toleransi, terdapat dua penafsiran tentang konsep tersebut. Pertama, penafsiran desadruktif yang menyatakan bahwa toleransi itu cukup sekedar memberikan pembiaran terhadap orang lain selama tidak menyakiti, melukainya. sedangkan penafsiran yang kedua adalah penafsiran konstruktif; yaitu menyatakan bahwa toleransi itu tidak hanya memberikan pembiaran saja, tetapi juga memberikan perhatian terhadap orang atau kelompok yang berbeda dengannya52

52

Maskuri Abdullah: Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2001) hal.13

(42)

56

Oleh sebab itu, supaya kita mampu menerapkan dan mengamalkan nilai-nilai toleransi, kita harus mampu mengetahui beberapa sifat yang mengimplementasikan sifat dari toleransi itu sendiri, diantaranya:

a. Menghargai Setiap Perbedaan

Manusia lahir bersama dengan fitrahnya; nurani. Ketika nurani mereka memberikan tuntunan tentang keyakinan arah tujuan hidupnya, kita sebagai orang lain tidak diperkenankan untuk memaksa, mendesak orang tersebut untuk merubah keyakinannya. Karena itu merupakan kebebasan dan kemerdekaan tiap-tiap individu untuk menentukan arah hidupnya; memilih agama, aliran, kebangsaan, dan lain-lain. Kebebasan dalam menentukan keyakinan bahkan di lindungi oleh negara lewat undang-undangnya.53

b. Menghargai Keyakinan Orang Lain

Menghargai keyakinan orang lain adalah syarat mutlak yang harus dimiliki jika menginginkan keharmonisan antar-umat beragama tetap terjaga. Siapapun sama sekali tidak diperkenankan untuk berkeras memaksakan kehendak orang lain agar keluar dari keyakinannya. Sebab keyakinan itu merupakan hak setiap individu. Dan rasul pun pernah mengamalkannya saat berhijrah ke madinah. Pada saat itu Rasul sendiri memberikan maklumat perdamaian antar-umat

(43)

57

beragama; Yahudi dan Muslim. Yang dituangkan ke dalam piagam Madinah

c. Menghormati Hak Orang lain

Merupakan suatu sikap mental yang menghargai setiap orang tatkala menentukan, memilih, atau memutuskan sikap dan keyakinannya masing-masing. Asalkan, keyakinan yang ia pilih tidak merendahkan, mengusik, dan mengganggu hak individu lain. Konsekuensi yang di terima jika hal tersebut tidak diindahkan, akan terjadi ketidakharmonisan dalam tatanan sosial.

d. Berempati

Kedamaian akan menjadi suatu kemustahilan, jika di dalam tatanan kehidupan yang penuh dengan ragam budaya, agama, dan suku ini tidak terjalin rasa empati yang melekat. Tidak tahan hati melihat orang lain yang berbeda, dan memaksa untuk berubah.

Maka setiap pemeluk agama memiliki tanggungjawab untuk menerapkan toleransi keagamaan sesuai ajaran agamanya masing-masing. Seperti melaksanakan ritual ibadah dengan cara tersendiri yang dibebankan serta menjadi kewajiban tauhid bagi pemeluknya atas dasar keagamaan itu sendiri. Oleh sebab itu, dalam dialektika toleransi keagamaan, merupakan cerminan dari sikap keberagamaan pemeluk suatu

(44)

58

agama dalam silaturahmi antar-umat beragama, baik dalam ranah syariat maupun muamalah.54

Apabila terjadi perselisihan antar-umat beragama, maka diperlukan sikap yang sigap untuk menyelesaikan perselisihan tersebut, Solusinya; 1. Dialog antar umat beragama

Dialog merupkan langkah bijak untuk mengakomodasi pihak yang berselisih untuk menemukan titik temu dari akar suatu permasalahan yang dilakukan dari hati ke hati. Kendati begitu, langkah dialog ini bukan tanpa permasalahan. Misalnya, berkenaan dengan standard yang harus digunakan untuk mencakup beragam perbedaan yang ada. Oleh sebab itu, keterbukaan hati untuk menerima dialog agama merupakan standard minimal yang harus dimiliki untuk menggapai kemaslahatan dari penyelesaian suatu permasalahan. Tak ada satu-pun egoisme dari masing-masing pihak.55

Dari sinilah kemudian diperlukan suatu pendekatan metodologis yang proporsional. Baik secara intra-agama maupun antar-agama untuk menghindari terjadinya klaim kebenaran beragama yang justru mungkin akan memperuncing benturan. Tawaran-tawaran yang telah dikemukakan oleh para cendekiawan muslim Indonesia merupakan sumbangan pemikiran yang dapat menjadi moralitas yang bersifat

54 Ibid, hal. 52

55 M. Nasir Tamara, Agama dan Dialog Antar Peradaban (Jakarta: Paramadina, 1996) hal

(45)

59

universal atau global etik yang dapat dipakai oleh semua orang. Dengan sikap toleransi dan sikap plurasime, serta perlunya memahami pesan Tuhan, merupakan upaya untuk mencari solusi bagaimana umat beragama dapat hidup damai dan harmonis.

Selanjutnya, suatu dialog akan dapat mencapai hasil yang diharapkan, apabila adanya keterbukaan atau transparasi. Terbuka berarti mau mendengarkan semua pihak secara proporsional, adil, dan setara. Dialog bukanlah tempat untuk memenangkan suatu urusan atau perkara, juga bukanlah tempat untuk menyelundupkan berbagai “agenda tersembunyi” yang tidak diketahui dengan partner dialog.56

Selanjutnya, sikap kritis, yaitu kritis terhadap sikap ekslusif dan segala kecenderungan untuk meremehkan dan mendiskreditkan orang lain. Dengan kata lain, dialog senantiasa memberikan pertimbangan serta memberikan pendapat kepada orang lain berdasarkan keyakinannya sendiri. Oleh sebab itu, kita perlu mengembangkan kesadaran konstrukif mengenai agama-agama lain. Selain itu, diskusi dan sikap menerima terhadap masyarakat yang pluralistik menjadi sesuatu yang sangat menentukan pada masa-masa mendatang.

Secara umum, dalam melaksanakan sikap toleransi beragama yang selama ini diterapkan di masyarakat lebih banyak dikaitkan

56 Ibid, 164

(46)

60

dengan keleluasaan dan kebebasan mengekspresikan ajaran agama masing-masing di tiap individu. Islam yang memiliki komitmen untuk

tasamuh, menerima setiap perbedaan, selalu berusaha menerapkannya

ke dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan agar kehidupan di dalam lingkungan masyarakat dapat berlangsung secara harmonis, meskipun di dalam lingkungan masyarakat memiiliki beragam corak suku dan agama.57

Hal ini sesuai dengan apa yang rasul perintahkan untuk bersikap toleransi: a. Tidak Diperkenankan Melakukan Pemaksaan Agama Terhadap Orang

Lain

Meskipun agama Islam merupakan agama yang memiliki tingkat amalan syariat yang tinggi, tetapi umat Islam dilarang keras untuk melakukan pemaksaan terhadap orang lain untuk masuk Islam. Sebab Allah swt sendiri telah menyatakan lewat firman-Nya, bahwa tidak ada suatu paksaan pun di dalam beragama. Sebagaimana dalam QS. al Kaafirun:1-6                                                  

Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu

Gambar

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pada grafik tampak bahwa sistem yang menggunakan R-22 dengan penambahan pre-cooling menunjukkan nilai nilai koefisien yang lebih besar yaitu rata-rata 4,788 apabila

Titik I1 menunjukkan bahwa pengeluaran investasi dipengaruhi tingkat suku bunga , tanpa dipengaruhi oleh ekspektasi investor terhadap keuntungan dimasa yang akan datang.

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Dosen Pembimbing : Drs. Agus Gatot

- Masukan botol yang sudah diamplas tadi ke dalam lubang plat yang sudah anda siapkan dengan perbandingan 1/3 ukuran botol untuk sisi yang ada tutupnya (sisi bawah botol lebih

Panitia Pengadaan (C) Pengadaan Barang Teknologi Informasi dan Jasa Lainnya dilingkungan Badan Kepegawaian Negara Tahun anggaran 2016 akan melaksanakan Pelelangan Umum

Berdasarkan hasil analisa korelasi terhadap data penelitian, indikator penggilingan yang paling efektif dan sensitif terhadap sifat kekuatan kertas pada dua metode

Berdasarkan uraian dari permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “ Pengaruh Lokasi, Harga Dan Kualitas Pelayanan Pada Keputusan

Ciri khas yang paling menonjol dari bunga mawar adalah batangnya yang berduri, batang yang berduri ini memiliki fungsi utama sebagai alat untuk mempertahankan diri dari musuh alami