• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA ALAT SUPERHEATER PADA INSTALASI PEMBANGKIT TENAGA UAP. Tris Sugiarto *, Chandrasa Soekardi **

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KINERJA ALAT SUPERHEATER PADA INSTALASI PEMBANGKIT TENAGA UAP. Tris Sugiarto *, Chandrasa Soekardi **"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

85 ANALISIS KINERJA ALAT SUPERHEATER PADA INSTALASI

PEMBANGKIT TENAGA UAP

Tris Sugiarto *, Chandrasa Soekardi **

Abstract

This paper presents the performance characteristic of a superheater of boiler power plant evaluated by measuring the working parameters such as pressure, temperature, steam flowrate, and gas temperatures flowing through the equipment as a function of time during 12 months of operation with the aim of providing data on the influence of fouling on superheater performance. These data were used to calculate the change of heat transfer rate with time as fouling deposition progressed. The results showed that after 12 months of operation the heat transfer rate declined by 28% below the initial condition. This condition is probably due to more severe fouling in the equipment. The gas flow rate must be reduced below its design value in order to maintain the design heat duty when the equipment is first placed in service. Thus the equipment will have to be taken out for cleaning at an undesirable time. To avoid these conditions it seems interesting to apply the rational design method providing available information of time dependence of fouling thermal resistance.

Keywords : boiler, superheater, maintenance, cleaning interval, fouling, heat load, fouling thermal resistance

PENDAHULUAN

Penelitian ini dilakukan berangkat dari motivasi untuk mencari solusi atas sebuah masalah yang dihadapi oleh alat superheater, yang merupakan salah satu komponen boiler instalasi pembangkit tenaga uap, yaitu selama pengoperasiannya alat tersebut harus

mengalami maintenance untuk cleaning

lebih sering daripada seharusnya. Menurut

spesifikasi designnya alat tersebut

seharusnya mengalami maintenance untuk cleaning satu kali per tahun. Namun pada kenyataannya, cleaning rata-rata setelah alat tersebut beroperasi selama 8 bulan sehingga biaya maintenance menjadi tinggi sekali.

* Prodi Teknik Mesin STT Wiworotomo Purwokerto ** Program Magister Teknik Mesin Universitas

Pancasila Jakarta

Seringnya maintenance

mengakibatkan instalasi mengalami

kehilangan produksi yang signifikan

sehingga kerugian yang dialami instalasi pembangkit daya menjadi lebih besar. Untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut maka diperlukan serangkaian pengujian agar dampak atas masalah yang dihadapi oleh alat tersebut serta kerugian yang lebih besar dapat dikurangi atau dihindari.

Peranan alat superheater tersebut sangat vital, karena apabila performancenya mengalami gangguan sehingga kinerjanya menurun, maka tingkat keadaan uap yang dihasilkan menjadi lebih rendah sehingga daya yang dihasilkan oleh turbin dapat menjadi lebih rendah. Pada umumnya

(2)

86

penurunan kinerja alat tersebut, di luar masalah gangguan pada sistem mekaniknya, disebabkan oleh menurunnya efektifitas perpindahan panas yang terjadi di dalam alat

tersebut akibat terjadinya pengotoran

permukaan baik oleh aliran fluida uap air di dalam pipa-pipanya maupun oleh aliran fluida gas panas yang berasal dari proses pembakaran bahan bakar di dalam boiler [1],[2].

Pengotoran permukaan (Fouling)

terjadi, di satu sisi akibat pengotoran oleh kandungan-kandungan senyawa garam yang terangkut di dalam aliran uap air yang mengalir di permukaan dalam pipa-pipanya, dan pada sisi luar pipa oleh partikel debu dan berbagai

senyawa kimia yang terangkut di dalam aliran gas panas hasil pembakaran bahan bakar. Tahanan termal akibat terjadinya deposit di permukaan menyebabkan laju pertukaran energi panas antara gas panas dengan aliran uap air menjadi menurun sehingga efektifitas perpindahan panasnya lebih rendah dari seharusnya.

Pada awal pengoperasian, efektifitas perpindahan panas di dalam alat economiser masih maksimum sesuai dengan spesifikasi designnya karena permukaannya masih dalam keadaan bersih. Namun, setelah alat tersebut dioperasikan dalam jangka waktu

tertentu efektifitasnya mulai menurun

sejalan dengan terjadinya pengotoran

permukaan. Fouling dapat tumbuh lebih cepat apabila lapisan deposit yang terbentuk di permukaan mempunyai sifat adhesif yang cukup kuat. Selain itu, apabila laju aliran fluida menurun dan terdapat kondisi gradien temperatur yang cukup besar di daerah dekat

dengan permukaan maka kecepatan

pertumbuhan deposit juga akan lebih meningkat [3],[4],[5].

Lapisan deposit yang semakin tebal juga akan menyebabkan kerugian tekanan (pressure drop) aliran fluida menjadi

semakin tinggi, sehingga daya pemompaan yang diperlukan untuk mengalirkan fluida menjadi lebih tinggi. Selain menyebabkan kerugian energi kondisi operasi yang demikian akan menyebabkan laju proses produksi menjadi menurun. Apabila kondisi tersebut terus berlanjut biasanya instalasi proses produksi harus berhenti beroperasi karena peralatan penukar kalornya harus menjalani pemeliharaan (maintenance) dan pembersihan (cleaning).

Berdasarkan uraian di atas maka dua

pertanyaan pokok yang akan dicari

jawabannya melalui penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang menyebabkan alat superheater tersebut lebih sering harus

mengalami maintenance untuk cleaning

daripada seharusnya, dan solusi alternatif seperti apa saja yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut

PENGUJIAN ALAT SUPERHEATER

Pada tahap pertama dilakukan

pengukuran, selama jangka waktu 12 bulan pengoperasian yaitu mulai dari bulan Januari tahun 2010 sampai dengan bulan Desember tahun 2010, tingkat keadaan aliran kedua fluida kerja yang mengalir di dalam alat superheater yaitu tekanan, temperatur dan laju aliran massa uap air yang mengalir masuk dan keluar alat tersebut, serta temperatur aliran gas hasil pembakaran masuk dan keluar alat superheater.

Data hasil pengukuran kemudian

dipergunakan untuk mengevaluasi kinerja alat superheater setelah dioperasikan dalam jangka waktu tertentu. Parameter-parameter performance yang dievaluasi meliputi: laju aliran energi panas yang dilepaskan oleh aliran gas panas, laju aliran panas yang diterima oleh aliran uap air, efektivitas perpindahan panas, koefisien perpindahan panas global, dan tahanan termal pengotoran permukaan.

(3)

87

Spesifikasi teknis alat superheater yang menjadi objek studi adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Spesifikasi alat superheater Spesifikasi Alat

Boiler Type Riley-Mitsui “ISR” Water Tube Boiler

Evaporation MCR 636 T/hr

Steam Pressure Normal (at superheater outlet) 131.5 Kg/m2G Steam Temperatur (at superheater outlet ) 540 0C Heating surface

Water Wall (Projected) Economizer Superheater Reheater Air Heater 1023 m2 7997 m2 5083 m2 1167 m2 8860 m2 Burner Inlet Air temperatur 221 0C

Draff Loss 150 mmAq

Urnace PresureF 300 mmAq Combustion Chamber Dimensions: Width Length Height 12.63 m 8.998 m 18.288 m

Sebagian data hasil pengukuran disajikan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2. Sample data Hasil engujian

No Waktu (h) Temp. gas masuk boiler Thi (0C ) Temp.gas keluar boiler Tho (0C ) Temp.air masuk boiler Tci (0C ) Temp.uap keluar boiler Tco (0C ) Laju aliran air m(kg /s) 1 0 628 162 264 538 136.11 2 72 628 162 265 538 134.72 3 144 628 162 265 538 133.33 4 216 628 162 264 537 134.72 100 7128 627 162 257 534 127.78 101 7200 627 163 259 535 130.56 102 7272 627 163 258 535 127.78 103 7344 627 163 258 535 127.78

Apabila perubahan energi kinetik dan

energi potensial aliran fluida kerja

diabaikan, maka besarnya laju energi panas yang diterima aliran uap dapat dihitung menggunakan persamaan :

Qc = mc . ( ho - hi ) ( 1 )

Dimana , Qc Kalor yang diterima oleh aliran

uap, mc Laju aliran massa uap, Cpc Kalor

jenis fluida, ho Enthalpy uap, hi Enthalpy

uap jenuh .

Kemudian, apabila perpindahan panas antara aliran fluida kerja di dalam Alat Penukar Kalor dengan sekelilingnya dapat diabaikan maka qh = qc =q

Sedangkan besar kalor yang dilepas

aliran gas dapat dievaluasi dengan

persamaan berikut:

Qh = mh . Cph . (Thi - Tho) ( 2 )

Dimana , Qh Kalor yang dilepas oleh

aliran gas, mh Laju aliran massa gas, Cph

Kalor jenis fluida, Thi Temperatur gas yang

masuk ke boiler, Tho Temperatur gas yang

keluasr dari boiler.

Pada proses perpindahan panas antara aliran fluida panas dan aliran fluida dingin yang dipisahkan oleh dinding pemisah yang berupa permukaan pipa dengan ketebalan

tertentu berlangsung melalui beberapa

mekanisme. Antara aliran fluida panas dengan permukaan dalam pipa mekanisme perpindahan panasnya adalah konveksi. Dari permukaan dalam pipa ke permukaan

luarnya perpindahan panas konduksi.

Kemudian dari permukaan luar pipa ke aliran fluida dingin mekanisme perpindahan panas konveksi.

Laju perpindahan panas global atau keseluruhan antara aliran fluida panas di dalam pipa dengan aliran fluida dingin di luar pipa pada system tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan :

o o i o i i c h A h kL d d A h T T Q 1 2 ) / ln( 1 ( 3 )

atau persamaan tersebut dapat pula

(4)

88 ) (Th Tc UA Q ( 4 ) dimana, o o i o i i o i kL h A d d A h UA UA UA 1 2 ) / ln( 1 1 1 1 ( 5 )

di sini, U koefisien global perpindahan panas di dalam Alat Penukar Kalor, A luas

permukaan reference, di diameter

permukaan dalam tube, do diameter

permukaan luar tube, k konduktifitas termal bahan pipa, L panjang pipa, h koefisien perpindahan panas.

ΔTm adalah beda temperature rata-rata

logaritmik yang diberikan oleh persamaan:

) / ln( ) / ln( 2 1 1 2 2 1 2 1 T T T T T T T T Tm ( 6 )

Bagi konfigurasi aliran yang lainnya, cross flow dan multi pass flow, persamaan tersebut di atas dapat dipergunakan tetapi dengan menerapkan factor koreksi.

Efektivitas proses perpindahan panas di dalam sebuah alat penukar kalor didefinisikan sebagai perbandingan antara

laju pertukaran energi panas yang

sebenarnya terjadi terhadap laju pertukaran energi panas maximum yang dapat terjadi pada alat tersebut :

€ = ( 7 )

Dimana , Qact Laju pertukaran kalor actual

yang terjadi pada alat, Qmaks Laju

pertukaran maksimum yang dapat terjadi pada alat.

Qact = Qh

Laju pertukaran energi panas maksimal yang mungkin dapat diperoleh secara prinsip dapat dicapai pada sebuah APK jenis aliran berlawanan (counter flow) dan besarnya dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan berikut : i c i h T T C qmax min , , ( 8 )

dengan Cmin adalah laju kapasitas panas

yang minimum di antara Cc dan Ch.

Laju kapasitas panas aliran fluida pendingin, Cc c p c c mc C , ( 9 )

sedangkan laju kapasitas panas aliran fluida panas, Ch h p h h m c C , ( 10 )

Tahanan thermal fouling terjadi karena adanya deposit lapisan pengotoran pada

permukaan bidang pertukaran kalor.

Pembentukan deposit faktor pengotoran selama pengoperasian boiler pipa air dapat di evaluasi dengan persamaan sebagai berikut :

+ Σ Rf ( 11 )

atau

ΣRf −

Dimana, ΣRf Faktor pengotoran, Uc

Perpindahan Panas menyeluruh pada kondisi bersih saat t = 0, Uf Perpindahan panas

menyeluruh setelah terjadi deposit lapisan pengotoran.

(5)

89 HASIL DAN PEMBAHASAN

Beban termal di dalam alat superheater

Beban termal fungsi waktu

pengoperasian yang bekerja di dalam alat superheater, atau laju aliran energi panas yang dilepaskan oleh aliran gas panas dan kemudian diterima oleh aliran uap air, setelah dilakukan perhitungan menggunakan persamaan-persamaan balas energi bagi kedua fluida kerja yang mengalir ke dalam alat superheater diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Karakteristik beban termal di dalam superheater

Dari hasil pengujian, terlihat bahwa pada awal pengoperasian, beban termal yang

bekerja pada alat superheater dapat

dikatakan berada pada kisaran 50.500 kW.

Kemudian setelah waktu 4500 jam

pengoperasian harganya menurun dan

berada pada kisaran 36.700 kW, atau telah

mengalami penuruan sebesar 28 %.

Penurunan kinerja alat tersebut besar kemungkinan disebabkan oleh terjadinya penumpukan deposit di permukaan yang tebalnya telah relatif konstan yang mana mengakibatkan turunnya laju pertukaran energi panas.

Efektifitas Perpindahan Panas

Harga efektifitas perpindahan panas

di dalam economizer, ε adalah

perbandingan antara laju pertukaran energi panas aktual yang terjadi di dalam alat

economiser dengan laju pertukaran energi panas maksimum yang mungkin terjadi di dalam alat tersebut. Besarnya efektivitas perpindahan panas di dalam alat superheater diberikan pada gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Karakteristik efektifitas perpindahan panas di dalam superheater

Tahanan Termal Pengotoran Permukaan

Harga tahanan termal pengotoran

atau faktor fouling dapat dihitung

menggunakan data koefisien perpindahan panas global yang terjadi di dalam superheater. Hasil perhitungannya disajikan

pada gambar

3.

Gambar 3. Karakteristik faktor pengotoran di superheater

Dari gambar tersebut di atas terlihat bahwa pada periode awal pengoperasiannya terjadi peningkatan secara signifikan harga tahanan termal lapisan pengotoran. Hal itu berarti pada kondisi tersebut terjadi percepatan

(6)

90

pertumbuhan lapisan pengotoran di

permukaan yang disebabkan oleh kedua aliran fluida kerjanya.

Percepatan pertumbuhan deposit di permukaan dapat terjadi apabila terdapat kondisi aliran fluida di mana kecepatan rata-ratanya lebih rendah daripada seharusnya dan/atau terjadi gradien temperatur yang lebih tinggi. Kondisi seperti itu biasa terjadi pada alat penukar kalor yang dirancang dengan menggunakan faktor fouling yang konstan yang diperoleh dari standar TEMA

(Tubular Exchanger Manufacturers

Association) [6]. Alat superheater yang menjadi objek studi di sini, melihat data spesifikasi designnya, besar kemungkinan telah dirancang dengan metoda perancangan seperti itu sehingga terjadilah kondisi aliran yang tidak dapat dioperasikan sesuai dengan harga design pointnya pada saat alat tersebut mulai dioperasikan.

Selanjutnya, apabila hasil pengujian tersebut di atas didekati dengan profil tahanan termal asymptotik :

( 12 )

dengan Tahanan termal asymptot, t

waktu pengoperasian superheater, dan tc

konstanta waktu, maka diperoleh: =

0,000352 m2K/kW dan tc= 5.350 jam atau sekitar 7,4 bulan pengoperasian. Faktor inilah yang menjadi penyebab utama

mengapa alat superheater yang

dipergunakan pada instalasi pembangkit tenaga uap tersebut di atas harus mengalami maintenance untuk cleaning satu kali setiap 8 bulan pengoperasian.

Dari hasil-hasil pengujian tersebut di atas adalah sangat menarik untuk dilakukan sebuah studi yang mempelajari seberapa jauh pengaruh penggunaan data tahanan

termal lapisan pengotoran fungsi waktu dan data cleaning interval terhadap hasil design alat economiser yang sama dengan kondisi batas aliran fluida kerja yang sama pula.

KESIMPULAN DAN SARAN

Serangkaian pengujian kinerja alat superheater yang terpasang pada sistem boiler penghasil uap bertekanan pada instalasi pembangkit tenaga uap telah dilakukan. Pengujian dilakukan dengan mengukur temperatur kedua aliran fluida kerja yang masuk dan keluar alat tersebut, serta laju aliran massanya secara kontinyu selama kurun waktu dua belas bulan

pengoperasian. Hasil pengujian

dipergunakan untuk mempelajari faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya intensitas cleaning yang lebih tinggi.

Hasil evaluasi parameter-parameter kinerja alat tersebut menunjukkan bahwa laju pertukaran energi panas di dalam alat superheater atau efektifitas perpindahan

panasnya menurun 28 % setelah

dioperasikan selama 12 bulan.

Intensitas cleaning yang lebih tinggi

disebabkan oleh faktor percepatan

pertumbuhan lapisan pengotoran oleh kedua fluida kerja yang mengalir di dalamnya. Hal tersebut kemungkinan besar diakibatkan oleh dampak negatif dari penggunaan metode perancangan yang menggunakan data faktor fouling yang konstan yang

diperoleh dari standard yang biasa

dipergunakan oleh kalangan industri.

Solusi yang diusulkan adalah

diterapkannya metode perancangan yang lebih rasional yaitu menggunakan data faktor fouling aktual yang berlaku bagi alat tersebut yang diperoleh dari hasil pengujian.

(7)

91 DAFTAR PUSTAKA

1. Kakac, S.,”Boilers, Evaporators, and Condensers”, chapter 4, John Wiley & Sons, New York, 1987.

2. El-Wakil, M. M, Power Plant Technology, Singapore, McGraw-Hill Book Co. 1985.

3. Epstein N., " Particulate Fouling of Heat Transfer Surfaces : Mechanisms and Models, L .F Melo et al. Fouling Science and Technology, Kluwer, 1988.

4. Garrett-Price, et al., “Fouling of Heat Exchanger: Characteristics, Costs, Prevention, Control, and Removal”, Noyes, Park Ridge, New York, 1985.

5. Marner W.J., "Progress in Gas Side Fouling of heat Transfer Surfaces", Appl. Mech. Rev, Vol. 43, 1990.

6. Tubular Exchanger Manufacturers Association, “Standards of the Tubular Exchanger Manufacturers Association, TEMA”, 7th

Ed., New York, NY, 1988.

7. P.k. Nag, Power Plant Enginering, Second Edition, International edition, Mc Graw Hill, Singapore, 2002

8. Cengel A. Yunus & Boles.A. Michael, Thermodynamics, An Engineering Approach Sixth Edition (SI Unit s ), Mc Graw Hill, Singapore, 2007

9. Kreith Frank & Black. Z. William, Basic Heat Transfer, Harper & Row, Publisher, New York, 2003

10.Wilcox & Babcox, Steam /its generation and use, 161 east42 nd street, New York

11.Sadik Kakac & Hongtan Liu. Heat Exchangers, selection, rating and termal design, second edition, 2002

12.Soekardi Chandrassa, Prediksi Karakteristik Termal Sebuah Penukar Jalor Dampak Pemilihan Faktro Pengotoran Yang Konstan, Jakarta, Volume 4 Nomor 2, April 2001.

Gambar

Tabel 1. Spesifikasi alat superheater  Spesifikasi Alat
Gambar 3. Karakteristik faktor pengotoran di  superheater

Referensi

Dokumen terkait

Pada uji patogenisitas, miselium cendawan dari subtrat kayu tumbuh di permukaan batang bibit kemiri sunan berwarna putih tebal hingga oranye setelah diinkubasi selama 3 minggu

Dari uji usability testing pada antarmuak sistem informasi praktek industri dan tugas akhir dapat disimpulkan sesuai kriteria usability yang diujikan meliputi

Klub bola basket putri jayabaya yang sudah menghasilkan atlet-atlet berprestasi karena pembinaannya yang cukup baik dalam membina dan melatih calon atlet

Bioetanol yang dihasilkan dari kulit ubi jalar ungu dapat menghasilkan bioetanol berdasarkan lama waktu fermentasi dengan menggunakan ragi tape.. Berdasarkan rendemen

.13 Description of your UltraActive : 1 Dust container 2 Power adjustment 3 Exhaust filter lid 4 Exhaust filter 5 Power cord 6 Ergoshock 7 Foam filter (Frame + Filter) 8 Motor filter

kamu melihat wajah mereka, niscaya kamu akan menyaksikan kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan, yaitu sifat-sifat kemewahan, kemuliaan, kebahagiaan,

Tidak terjadi perubahan signifikan kadar testosteron dan estrogen serum pada tikus Sprague dawley betina hipotiroid dengan induksi propylthiouracil.. Kata

(1992) yang dikutip oleh Mulya (2000) menyatakan bahwa karapas berbentuk cembung dan halus, lebar karapas satu setengah dari panjangnya, berbentuk alur H antara