• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. Analisis Peran Dukungan Kelompok Sebaya Dalam Mengembangkan Resiliensi. Siswa Di SMP Negeri 15 Pekalongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV. Analisis Peran Dukungan Kelompok Sebaya Dalam Mengembangkan Resiliensi. Siswa Di SMP Negeri 15 Pekalongan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

92

Siswa Di SMP Negeri 15 Pekalongan

A. Analisis Tingkat Resiliensi Siswa di SMP N 15 Pekalongan

Untuk mengetahui tingkat resiliensi para siswa di awal, dengan responden sebanyak 30 anak. Maka digunakan teknik deskriptif persentase. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Skor maksimal = 30 x 33 x 4 = 3960 Skor minimal = 30 x 33 x 1 = 990

Range = skor maksimal – skor minimal = 3960 – 990

= 2970

Panjang kelas interval = R/K = 2970/4 = 742,5

t = 100 % r = 25 %

R = 100% - 25% = 75% i = 75%/4 = 18,75%

(2)

DP = skor total x 100% Skor maksimal

= 2485 x 100% 3960

= 62,75%

Berdasarkan hasil penghitungan di atas, menunjukkan bahwa tingkat resiliensi siswa di SMP N 15 Pekalongan termasuk dalam kategori Tinggi. Dengan persentase 62,75 %, hal ini menunjukkan bahwa resiliensi para siswa tersebut cukup baik. Artinya para siswa tersebut cukup memiliki daya lenting untuk bangkit dalam keterpurukan.

Kemudian untuk mengetahui tingkat keberhasilan support group therapy, maka dari 30 responden dibagi menjadi dua kelompok. Yaitu kelompok kontrol sebagai kelompok pembanding dan kelompok eksperimen. 15 anak menjadi kelompok kontrol dan 15 anak menjadi kelompok eksperimen. Adapun untuk

Interval Persentase Kategori

3217,5 ≤ skor ≤ 3960 81,25 % ≤ % ≤ 100 % Sangat Tinggi 2475 ≤ skor ≤ 3217,5 62,5 % ≤ % ≤ 81,25 % Tinggi 1732,5 ≤ skor ≤ 2475 43,75 % ≤ % ≤ 62,5 % Sedang 990 ≤ skor ≤ 1732,5 25 % ≤ % ≤ 43,75 % Rendah

(3)

mengetahui berapa persentase tingkat resiliensi pada saat pre-test dari kedua kelompok digunakan rumus:

1. Kelompok kontrol

Skor maksimal = 15 x 33 x 4 = 1980 Skor minimal = 15 x 33 x 1 = 495

Range = skor maksimal – skor minimal = 1980 – 495

= 1485

Panjang kelas interval = R/K = 1485/4 = 371,25 t = 100 %

r = 25 %

R = 100% - 25% = 75% i = 75%/4 = 18,75%

D

Interval Persentase Kategori

1608,75 ≤ skor ≤ 1980 81,25 % ≤ % ≤ 100 % Sangat Tinggi 1237,5 ≤ skor ≤ 1608,75 62,5 % ≤ % ≤ 81,25 % Tinggi

866,25 ≤ skor ≤ 1237,5 43,75 % ≤ % ≤ 62,5 % Sedang 495 ≤ skor ≤ 866,25 25 % ≤ % ≤ 43,75 % Rendah

(4)

DP = skor total x 100% Skor maksimal

= 1251 x 100% 1980

= 63,18%

Dari hasil perhitungan di atas persentase kelompok kontrol sebesar 63,18% menunjukkan bahwa resiliensi subyek kelompok kontrol termasuk dalam kategori Tinggi. Yang artinya tingkat resiliensi responden pada awal test tergolong cukup baik.

2. Kelompok eksperimen

Skor maksimal = 15 x 33 x 4 = 1980 Skor minimal = 15 x 33 x 1 = 495

Range = skor maksimal – skor minimal = 1980– 495

= 1485

Panjang kelas interval = R/K = 1485/4 = 371,25 t = 100 %

r = 25 %

R = 100% - 25% = 75% i = 75%/4 = 18,75%

(5)

D P DP = skor total x 100% Skor maksimal = 1234 x 100% 1980 = 62,32%

Dari hasil perhitungan di atas persentase kelompok eksperimen sebesar 62,32% menunjukkan bahwa resiliensi subyek kelompok eksperimen termasuk dalam kategori Sedang. Hasil persentase menunjukkan bahwa tingkat resiliensi kelompok eksperimen lebih rendah daripada kelompok kontrol.

B. Analisis Peran Peer Group Support (Dukungan Kelompok Sebaya) dalam Mengembangkan Resiliensi Siswa di SMP N 15 Pekalongan

Setelah diketahui tingkat resiliensi para siswa melalui pre-test, kemudian diadakan post-test untuk mengetahui seberapa efektif bimbingan kelompok yang

Interval Persentase Kategori

1608,75 ≤ skor ≤ 1980 81,25 % ≤ % ≤ 100 % Sangat Tinggi 1237,5 ≤ skor ≤ 1608,75 62,5 % ≤ % ≤ 81,25 % Tinggi

866,25 ≤ skor ≤ 1237,5 43,75 % ≤ % ≤ 62,5 % Sedang 495 ≤ skor ≤ 866,25 25 % ≤ % ≤ 43,75 % Rendah

(6)

dilakukan sebagai treatment tersebut dan juga peran dari dukungan kelompok sebaya yang terjadi di dalam kehidupan para siswa tersebut.

Berikut ini hasil persentase post-test kedua kelompok. 1. Kelompok Kontrol DP = Skor total x 100% Skor maksimal = 1502 x 100% 1980 = 75,85%

Dari hasil persentase yang diperoleh pada saat pre-test, subyek kelompok kontrol memperoleh hasil 63,18% yang menunjukkan bahwa tingkat resiliensi para subyek termasuk dalam kategori tinggi. Kemudian pada saat post-test diperoleh persentase sebesar 75,85%. Dari data tersebut menunjukkan semua subyek mengalami peningkatan pada saat post test jika dibandingkan dengan hasil pre-test.

Selanjutnya untuk mengetahui peranan dukungan kelompok sebaya dalam mengembangkan resiliensi siswa, dilakukan uji statistik non parametik paired sample t-test. Sehingga dihasilkan data sebagai berikut:

(7)

Tabel. 1. Data Kelompok Kontrol = = 16,733 Sd= √ ( ) = √ ( ) = √ = √ = √ = 6,943 t = √

=

=

=

= 9,327

NO. PRETEST POSTEST X x²

1 97 105 -8 64 2 94 103 -9 81 3 92 103 -11 121 4 85 111 -26 676 5 83 101 -18 324 6 78 105 -27 729 7 64 92 -28 784 8 89 105 -16 256 9 95 108 -13 169 10 70 91 -21 441 11 81 95 -14 196 12 77 88 -11 121 13 76 92 -16 256 14 75 99 -24 576 15 95 104 -9 81 ∑ 1251 1502 -251 4875

(8)

Hasil uji di atas sama dengan pengujian dengan bantuan SPSS 20 for windows yang menghasilkan data sebagai berikut:

Paired Samples Test

Hasil uji pretest dan posttest pada subyek kelompok kontrol diperoleh nilai t hitung sebesar 9,334. Sedangkan statistik tabel data dicari pada tabel t : tingkat signifikansi (a) adalah 5% atau tingkat kerpercayaan 95% dengan df (degree of freedom) atau derajat kebebasan adalah n-1 atau 15-1= 14. Uji dilakukan dua sisi atau dua ekor karena akan diketahui apakah rata-rata sebelum sama dengan sesudah ataukah tidak. Perlunya dua sisi dapat diketahui pula dari output SPSS yang menyatakan 2 tailed. Dari tabel t, di dapat angka = 2,145.

Oleh karena thitung 9,334 > ttabel 2,145 maka dapat disimpulkan ada

perbedaan antara hasil pretest dan posttest pada kelompok kontrol. Dari hasil uji di atas, memberi makna bahwa peer group support yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari para siswa memiliki peran dalam mengembangkan resiliensi di kalangan remaja.

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower

(9)

2. Kelompok Eksperimen DP = skor total x 100% Skor maksimal = 1557 x 100% 1980 = 78,63%

Dari hasil persentase yang diperoleh pada saat pre-test, subyek kelompok eksperimen memperoleh hasil 62,32 % yang menunjukkan bahwa tingkat resiliensi para subyek termasuk dalam kategori sedang. Kemudian pada saat post-test diperoleh persentase sebesar 78,63%. Dari data tersebut menunjukkan semua subyek mengalami peningkatan pada saat post test jika dibandingkan dengan hasil pre-test.

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa efektif terapi yang diberikan dalam mengembangkan resiliensi siswa, dilakukan uji statistik non parametik paired sample t-test. Sehingga dihasilkan data sebagai berikut.

(10)

Tabel. 2. Data Kelompok Eksperimen

NO. PRETEST POSTEST X X²

1 97 114 17 289 2 93 114 21 441 3 80 115 35 1225 4 76 102 26 676 5 92 105 13 169 6 85 95 10 100 7 100 116 16 256 8 98 105 7 49 9 86 101 15 225 10 72 108 36 1296 11 61 97 36 1296 12 80 95 15 225 13 67 101 34 1156 14 66 83 17 289 15 81 106 25 625 ∑ 1234 1557 323 8317 = = 21,533 Sd= √ ( ) = √ ( ) = √ = √ = √ = 9,863 t = √

=

=

=

= 8,45

(11)

Hasil uji di atas sama dengan pengujian dengan bantuan SPSS 20 for windows yang menghasilkan data sebagai berikut:

Paired Samples Test

Hasil uji pretest dan posttest pada subyek kelompok eksperimen diperoleh nilai t hitung sebesar 8,456. Sedangkan statistik tabel data dicari pada tabel t : tingkat signifikansi (a) adalah 5% atau tingkat kerpercayaan 95% dengan df (degree of freedom) atau derajat kebebasan adalah n-1 atau 15-1= 14. Uji dilakukan dua sisi atau dua ekor karena akan diketahui apakah rata-rata sebelum sama dengan sesudah ataukah tidak. Perlunya dua sisi dapat diketahui pula dari output SPSS yang menyatakan 2 tailed. Dari tabel t, di dapat angka = 2,145.

Oleh karena thitung 8,456 > ttabel 2,145 maka dapat disimpulkan ada

perbedaan antara hasil pretest dan posttest pada kelompok eksperimen.

Dari hasil uji di atas, memberi makna bahwa peer group therapy efektif dalam membantu meningkatkan resiliensi para siswa.

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 sblm treatment - ssdah treatment -21.533 9.862 2.546 -26.995 -16.072 -8.456 14 .000

(12)

Tabel.3 Post test dan Ratting Scale Peer Group Support Kelompok Eksperimen NO. X Y x - y (x-y)² 1 32 114 82 6724 2 21 114 93 8649 3 29 115 86 7396 4 17 102 85 7225 5 22 105 83 6889 6 28 95 67 4489 7 27 116 89 7921 8 28 105 77 5929 9 30 101 71 5041 10 18 108 90 8100 11 17 97 80 6400 12 26 95 69 4761 13 22 101 79 6241 14 28 83 55 3025 15 23 106 83 6889 ∑ 368 1557 1189 95679 = = 79,266 Sd= √ ( ) = √ ( ) = √ = √ = √ = 10,11 t = √

=

=

=

= 30,346

(13)

Hasil uji di atas sama dengan pengujian dengan bantuan SPSS 20 for windows yang menghasilkan data sebagai berikut:

Paired Samples Test

Hasil uji post test dan ratting scale peer group support pada subyek kelompok eksperimen diperoleh nilai t hitung sebesar 30,366. Sedangkan statistik tabel data dicari pada tabel t : tingkat signifikansi (a) adalah 5% atau tingkat kerpercayaan 95% dengan df (degree of freedom) atau derajat kebebasan adalah n-1 atau 15-1 = 14. Kemudian dari tabel t, didapat angka 2,145.

Oleh karena thitung 30,346 > ttabel 2,145 maka dapat disimpulkan ada

perbedaan antara hasil post test dan dan ratting scale pada kelompok eksperimen. Dari hasil uji di atas, memberi makna bahwa peer group support sangat berperan dalam membantu meningkatkan resiliensi para siswa.

C. Pembahasan

Berdasarkan dari deskriptif data dan analisis data dapat diketahui bawha nilai perubahan signifikan diperoleh dari hasil pengujian pada kesuluruhan subyek antara pretest – posttest. Hasil ini menunjukkan bahwa peer group support dapat mengembangkan resiliensi siswa.

Paired Differences t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Upper Lower

Pair 1 peer group -

(14)

Grotberg menggambarkan karakteristik individu yang resilien ke dalam tiga kategori, yaitu I am untuk kekuatan individu alam diri pribadi, I have untuk dukungan eksternal, dan I can untuk kemampuan interpersonal.1 Oleh karena itu

treatment yang digunakan dalam bimbingan kelompok (support group therapy) dirancang agar subyek mampu mengenali dirinya sendiri, mampu untuk lebih terbuka dan mengenali serta memahami sahabat-sahabatnya, memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri masing-masing dan menggali potensi-potensi dalam diri. Oleh karena itu, support group therapy menitikberatkan untuk mencapai ketiga karakteristik resiliensi tersebut dan dukungan sebaya dalam kelompok mampu meningkatkan resiliensi siswa dalam menghadapi perkembangan di usia remaja.

Kemudian, setelah keselurahan subyek dibagi kedalam dua kelompok, terdapat perbedaan hasil yang ditampakkan saat dilakukan analisis per kelompok subyek (control dan eksperimen). Pada analisis deskriptif persentase, menunjukkan bahwa subyek kelompok control memiliki tingkat resiliensi yang cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hasil persentase pretest kelompok kontrol sebesar 63,18% yang masuk dalam kategori Tinggi. Dan mengalami peningkatan menjadi 75,85% saat dilakukan post test. Hasil ini menunujukkan bahwa peer group support memiliki peran dalam pengembangan resiliensi di kehidupan para siswa. Kemudian nilai signifikan diperoleh dari hasil pengujian

1 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010),

(15)

kelopok control menunjukkan nilai t hitung 9,334 pada taraf signifikan 0,00 yang berarti tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05 sehingga H1 diterima yang

bermakna bahwa terdapat perbedaan antara hasil pre test dan pos test pada kelompok kontrol.

Begitu pula dengan hasil statistik kelompok eksperimen yang menunjukkan hasil t hitung sebesar 8,456 pada taraf signifikansi 0,00 yang berarti tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05 sehingga H1 diterima yang

bermakna bahwa terdapat perbedaan antara hasil pre test dan pos test pada kelompok eksperimen. Hasil deskriptif persentase pada tes awal kelompok eksperimen menghasilakan persentase sebesar 62,32% yang menunujukkan bahwa tingkat resiliensi subyek kelompok ini dalam kategori Sedang. Kemudian mengalami peningkatan pada saat pos test menjadi 78,63%, yang berarti tingkat resiliensi para subyek yang semula berada dalam ketegori sedang meningkat menjadi kategori Tinggi. Hasil ini bermakna bahwa support group therapy efektif dalam mengembangkan resiliensi siswa.

Keseluruhan subyek penelitian, rata-rata mampu menjalankan serangkaian prosedur yang telah ditetapkan bersama baik dari proses pra terapi hingga selesai sehingga mereka dapat bangkit kembali dalam berbagai kesulitan yang dialami. Hal ini dibuktikan dengan statistik hitung dari hasil post test pada dan ratting scale kelompok eksperimen yang menunjukkan hasil t hitung sebesar 30,346 pada taraf signifikasi 0,00 yang berarti tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05 sehingga H1 diterima yang bermakna bahwa peer group support sangat

(16)

berperan dalam mengembangkan resiliensi siswa. Kesuluruhan subyek penelitian mampu mengembangkan resiliensi yang dimiliki, hal ini dapat dibuktikan dengan berkembangnya fakor I am, I have dan I can yang dapat dilihat dari perubahan hasil pre test dan post test serta pasca treatment.

Bimbingan Kelompok (treatment) yang diberikan membuat peserta mampu mengenali dirinya sendiri, memahami bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing serta dapat menerima dirinya. Pada mulanya para peserta umumnya cenderung minder dan tidak percaya diri terhadap lingkungannya dan juga sering merasa iri satu sama lain terhadap tsatu sama lain. Selain itu mereka juga sering merasa kurang mendapat dukungan dari kelompok sebayanya dan bahkan dari keluarganya.

Orang tua hanyalah figure yang selalu memarahi serta jarang memberi mereka pujian ataupun dukungan. Namun melalui support group therapy para siswa diajak untuk melihat pada sisi sebaliknya. Menemukenali hikmah dibalik cobaan, sehingga muncul sikap penerimaan diri, kebanggaan dan optimisme.

Seperti yang diungkapkan oleh pepatah bahwa selalu ada hikmah dibalik suatu kejadian atau musibah. Dan potensi untuk menemukan hikmah serta menggunakannya untuk bangkit dari keterpurukan, potensi itulah yang disebut Resiliensi. Secara umum, pengertian resiliensi yang mudah dimengerti adalah apa yang diungkap oleh Grotberg (dalam desmita) yang mengartikan resiliensi sebagai kapasitas yang bersifat universal, dan dengan kapasitas tersebut, individu, kelompok ataupun komunitas mampu mencegah, meminimalisir,

(17)

ataupun melawan pengaruh yang bisa merusak saat mereka mengamalami musibah atau kemalangan.2

Resiliensi memberikan dua pesan penting, yang pertama kemalangan atau masalah tidak selalu membawa pada keterpurukan melainkan dapat meberikan variasi hasil pada individu yang mengalaminya. Kedua, sekalipun pada awalnya sempat mengalami keterpurukan, namun setiap orang tetap memiliki kemungkinan untuk membalikannya atau memperbaikinya.

Resiliensi ini sangat penting, karena individu yang resilien mampu bertahan saat terjadi musibah dalam hidupnya. Dan dapat mengetahui bagaimana mengembalikan mental dari suatu kesengsaraan dan membalikannya menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi. Hal ini karena adanya kesadaran bahwa Tuhan tidak menguji hamba-Nya kecuali sesuai dengan kemampuannya.

2

Referensi

Dokumen terkait

Pengajaran matematika adalah pendekatan sistem perubahan cara yang menyebabkan orang lain (siswa) dapat bereaksi terhadap matematika. Berdasarkan pendekatan sistem,

1) Ikatan Kerja Sama, pemberian kompensasi akan menciptakan suatu ikatan kerja sama yang formal antara perusahaan dengan karyawan dalam kerangka organisasi. 2)

Diperkirakan bahwa potensi sumberdaya hayati lokal di ekosistem padi sawah dapat meningkatkan populasi musuh alami sebagai salah satu faktor pemulihan

Chips Cau Coklat (CCC) adalah perencanaan usaha keripik pisang yang diberikan sentuhan rasa coklat.Keripik pisang adalah salah satu makanan tradisional yang terbuat dari pisang

Dari Gambar 8 dapat dilihat pengaruh dari penggunaan variasi kadar filler abu sawit dengan ukuran direduksi terhadap sifat serapan air material komposit PP/NR.

Perubahan parameter proses pemesinan yang terjadi diidentifikasi dengan perubahan harga korelasi yang merupakan perbandingan gradient antara persamaan garis gaya

Proses membuat laporan pembantu perencanaan pengadaan barang yaitu proses penghitungan untuk membantu menentukan pembelian barang untuk periode berikutnya dengan

Persentase ketuntasan belajar kemampuan pemecahan masalah siswa Dari gambar 2, menunjukkan bahwa pemahaman konsep kelistrikan siswa mengalami peningkatan yang signifikan