BAB II: STUDI PUSTAKA
2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja
Berdasarkan uraian KAK yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan Stasiun Terpadu Manggarai, Manggarai, Jakarta Selatan. Ide Stasiun terpadu sendiri berawal dari permasalahan di kota seperti kemacetan, pertumbuhan penduduk, dan kendaraan pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah Kota DKI Jakarta merancang tata ruang kota baru dengan konsep TOD. Transit Oriented Development (TOD) adalah kawasan terpadu dari berbagai kegiatan fungsional kota dengan fungsi penghubung lokal dan antar lokal.
Gambar 1 Peta Lokasi Kawasan Stasiun Manggarai
Sumber: Google Map, diunduh pada tanggal 18 Februari 2015
Dengan konsep TOD, penduduk kota diarahkan untuk tinggal di sekitar lokasi yang mudah diakses oleh transportasi (transit service area) dan diharapkan dapat
mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. Transportasi yang dimaksud meliputi kereta api, angkutan kota, bus dalam kota, bus antar kota, busway, MRT (Mass Rapid Transit), dan LRT (Light Rail Transit). Selain sarana transportasi, kawasan terpadu juga dapat digunakan fasilitas fungsional lainnya seperti fasilitas komersil (mall/UKM Center/MICE), fasilitas hunian (apartemen/rusunawa/hotel), dan fasilitas pemerintah (kantor dinas/kantor polisi), dan fasilitas umum (RTH/area bermain/area olahraga).
Gambar 2 Arahan Rancangan Dalam KAK
Pembangunan stasiun terpadu ini termasuk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2030. Jika diasumsikan akan dibangun sekarang, maka stasiun tersebut harus:
A. Dapat merepresentasikan bangunan yang elegan, modern, inovatif, progresif, ringan sekaligus kontemporer dalam semangat kesejamanan yang tidak mudah usang dimakan zaman.
B. Dengan kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki bangsa Indonesia, bangunan dianjurkan memiliki karakteristik Indonesia (sesuai budaya daerah tersebut).
C. Indonesia yang merupakan negara beriklim tropis, maka bangunan juga harus mempertimbangkan aspek greenship seperti:
Tepat guna lahan (Appropriate Site Development/ASD);
Efisiensi Energi & Refrigeran (Energy Efficiency & Refrigerant/EER); Konservasi Air (Water Conservation/WAC);
Sumber & Siklus Material (Material Resources & Cycle/MRC);
Kualitas Udara & Kenyamanan Udara (Indoor Air Health & Comfort/IHC); dan Manajemen Lingkungan Bangunan (Building & Enviroment Management);
2.2. Studi Pustaka
Definisi PengembanganPembangunan Kembali (Peremajaan Menyeluruh = Redevelopment). Upaya penataan kembali suatu bangunan dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sebagian atau seluruh bangunan yang tidak dapat dipertahankan lagi.
Definisi Stasiun
Stasiun adalah tempat dimana para penumpang dapat naik atau turun dalam memakai sarana transportasi. Stasiun dijadikan tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian sistem angkutan umum.
Definisi Terpadu :
Kata terpadu secara harfiah berarti penyatuan, penggabungan beberapa jenis atau obyek yang berbeda tanpa menghilangkan karakteristik individu dari obyek tersebut.
Kesimpulan :
Stasiun Terpadu merupakan suatu simpul jaringan prasarana transportasi yang memadukan beberapa moda transportasi, yaitu: stasiun Commuter, stasiun bandara, bus transjakarta dan bis dalam kota .
Pengertian Stasiun Kereta Api
1. Kereta Api (Commuter Rail)Commuter rail atau kereta api berskala regional adalah moda pengangkutan umum dengan menggunakan pelayanan rel yang melayani perpindahan dari pusat kota dengan daerah sub urban dan kota-kota komuter lainnya. Seperti namanya kereta ini dipergunakan untuk mengangkut para penglaju atau commuter dari daerah-daerah tersebut setiap harinya. Kereta ini beroperasi dengan jadwal yang sudah ditentukan, dengan laju rata-rata mulai dari 50 sampai 200 km/jam (35 – 125 mph).
Perkembangan kereta api jenis ini tengah populer saat ini, seiring dengan terus meningkatnya jumlah penduduk dan keterbatasan pemakaian bahan bakar, dan isu-isu permasalahan lingkungan lainnya, serta meningkatnya angka kepemilikan mobil yang akhirnya meningkatkan kebutuhkan area parkir.
Dibandingkan dengan rapid transit (subway), kereta ini memiliki frekuensi yang lebih rendah, lebih kepada mengikuti jadwal dari pada interval. Kereta ini melayani area yang lebih berkepadatan rendah, dan sering berbagi jalur dengan kereta antarkota atau kereta barang. Terkadang dalam kondisi tertentu beberapa kereta melayani saat jam-jam sibuk. Kereta ini memiliki gerbong dengan satu level dan dua level, dan ditujukan agar semua penumpang mendapatkan tempat duduk. Biasanya kereta ini memiliki jangkauan antara 15 sampai 200 km (10 sampai 125 mil). Dari tabel 2.1 dibawah ini dapat dilihat spesifikasi fisik commuter rail.
Tabel 2. Karakteristik Fisik Comuter Rail
Berdasarkan jenis penggeraknya kereta ini dibagi atas dua macam, yaitu: 1). Penggerak dengan menggunakan motor tenaga diesel, dan
2). Penggerak tenaga listrik.
Sedangkan berdasarkan jumlah kapasitas penumpang, kereta ini juga dibagi atas dua kategori, yakni:
1). Single level cars, dan 2).Bi-level cars,
2. Stasiun Kereta Api (Commuter Rail Station)
Stasiun merupakan bagian dari perkeretaapian yang memiliki peran penting dalam memberikan pelayanan kepada para pengguna jasa kereta api. Beberapa pengertian mengenai stasiun:
a. Stasiun adalah tempat untuk menaikan dan menurunkan penumpang, dimana penumpang dapat membeli karcis, menunggu kereta dan mengurus bagasinya. Di stasiun itu juga diadakan kesempatan untuk mengirim dan menerima barang kiriman, serta kesempatan untuk bersimpangan atau bersusulan dua kereta api atau lebih. (Menurut Subarkah, Imam, 1981)
b. Stasiun adalah tempat akhir dan awal perjalanan kereta api, bukan merupakan tujuan atau awal perjalanan yang sebenarnya. Dari stasiun masih dibutuhkan moda angkutan lain untuk sampai ke tujuan akhir.(Warpani, Suwandjoko, 1990)
Stasiun sendiri menurut Imam Subarkah (1981), memiliki jenisnya masing-masing, dengan rincian sebagai berikut:
a. Menurut bentuknya
1. Stasiun siku-siku, letak gedung stasiun adalah siku-siku dengan letak sepur-sepur yang berakhiran di stasiun tersebut.
2. Stasiun paralel, gedungnya sejajar dengan sepur-sepur dan merupakan stasiun pertemuan.
3. Stasiun pulau, posisi stasiun sejajar dengan sepur-sepur tetapi letaknya di tengah-tengah antara sepur.
4. Stasiun semenanjung, letak gedung stasiun pada sudut dua sepur yang bergandengan.
B. Menurut jangkauan pelayanan
1. Stasiun jarak dekat (Commuter Station)
2. Stasiun jarak sedang (Medium Distance Station) 3. Stasiun jarak Jauh (Long Distance Station). C. Menurut letak
1. Stasiun akhiran, stasiun tempat kereta api mengakhiri perjalanan 2. Stasiun antara, stasiun yang terletak pada jalan terusan
3. Stasiun pertemuan, stasiun yang menghubungkan tiga jurusan 4. Stasiun silang, stasiun terdapat pada dua jalur terusan.
D. Menurut ukuran
1. Stasiun kecil, disini biasanya kereta api ekspress tidak berhenti, hanya ada dua atau tiga rel kereta api.
2. Stasiun sedang, disinggahi kereta api ekspress, terdapat gudang barang dan melayani penumpang jarak jauh.
3. Stasiun besar, melayani pemberangkatan dan pemberhentian kereta yang banyak dari berbagai jenis perjalanan, fasilitasnya lengkap dengan sistem pengaturan yang sangat kompleks.
Sedangkan menurut PT. Kereta Api, stasiun digolongkan/ diklasifikasikan dalam beberapa kelas yang diputuskan oleh PT. Kereta Api Indonesia dengan mempertimbangkan nilai bobot stasiun. Penilaian bobot stasiun menggunakan rumus Point Method yang terdiri dari 10 faktor penilaian/ klasifikasi, yaitu :
1. Jumlah Personel.
2. Jumlah kereta api yang dilayani. 3. Jumlah kereta api yang berhenti. 4. Jumlah kereta api yang dilangsir. 5. Daerah tingkat kedudukan stasiun. 6. UPT lain disekitarnya.
7. Potensi angkutan. 8. Volume penumpang. 9. Volume barang. 10. Pendapatan stasiun.
Dengan menggunakan Point Methode di atas, stasiun kereta api dikelompokkan menjadi 4 kelas stasiun, yaitu :
1. Stasiun kelas besar. 2. Stasiun kelas 1. 3. Stasiun kelas 2. 4. Stasiun kelas 3.
Perubahan kelas suatu stasiun diputuskan oleh Dirut PT. Kereta Api Indonesia dengan memperhatikan penilaian di atas dan juga memperhatiakan usulan-usulan yang disampaikan oleh pengelola stasiun serta daop wilayah dimana stasiun itu berada.
Fungsi dan Karakteristik Stasiun Terpadu a). Fungsi Stasiun Terpadu
Berdasarkan acuan literatur Railway Station Planning fungsi dan karakteristik stasiun terpadu adalah :
Tempat menaikkan dan menurunkan bangunan
Tempat mengatur kedatangan dan keberangkatan kendaraan umum
Tempat perantian moda transportasi antara, Stasiun Kereta Rel Listrik (KRL), stasiun Commuter, stasiun bandara, transjakarta , bis dalam kota serta kendaraan umum lainnya dan kendaraan pribadi.
(Railway Station Planning, Design, and Management – Julian Ross , 2000
b). Karakteristik stasiun terpadu
Dalam merencanakan suatu bangunan terpadu perlu adanya konsep perancangan yang mengintegrasikan beberapa fungsi di dalamnya, sehingga
fungsi-fungsi tersebut dapat saling mendukung dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam perencanaan stasiun terpadu ini, pertemuan antara kegiatan pengunjung dari pesawat terbang serta pengunjung dari moda kereta api, bus , maupun taksi haruslah saling terpadu (Railway Station Planning, Design, and Management – Julian Ross , 2000)
Desain dari suatu bangunan transportasi secara umum meliputi empat elemen fungsional yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Sirkulasi : Akses yang mudah dijangkau, hubungan antar ruang yang fleksibel.
2. Operasional : Dilengkapi dengan penjualan tiket dan pelayanan lainnya, akomodasi bagi staf dan peralatan.
3. Informatif : Bentuk koridor yang fleksibel, dan “informatif” bagi para pengguna bangunan, terdapat papan-papan informasi yang menginformasikan/menandakan pelayanan.
4. Komersil : Menarik keuntungan dari kegiatan penunjang yang terdapat di stasiun melalui perhitungan luas lahan, kualitas ataupun standar pelayanan dan image yang didapat.
(Departemen Perhubungan-Badan Penelitian dan Pengembangan).
Pertimbangan penyusunan standar sarana berkaitan erat dengan beberapa aspek berikut : 1. Keselamatan (safety) 2. Kesederhanaan/kemudahan (simplicity) 3. Kepastian (practicality) 4. Kenyamanan (comfort) 5. Manusiawi (humanity) 6. Fungsional.
c). Moda Transportasi dalam stasiun terpadu terbagi menjadi: Kereta Commuter
Kereta Bandara Transjakarta Bus dalam kota
Kendaraan umum kecil (Mikrolet, Bajaj, Taksi)
(Departemen Perhubungan, Studi Standar Pelayanan Angkutan Kereta Api di Perkotaan, (Badan Penelitian dan Pengembangan)).
Tipologi Stasiun
Jenis Stasiun dapat dibedakan menjadi:
- Menurut Pelayanan Stasiun Stasiun penumpang :
merupakan stasiun yang digunakan untuk menampung para penumpang kereta api yang hendak berangkat, datang, menjemput ataupun mengantar. Stasiun barang :
merupakan stasiun yang digunakan untuk mengumpulkan barang-barang yang berasal dari atau diperuntukkan bagi stasiun.
Stasiun Langsiran (menggabungkan gerbong-gerbong kereta) : merupakan stasiun yang digunakan untuk mengumpulkan barang-barang yang berasal dari atau diperuntukkan bagi stasiun.
Menurut Pelayanan Stasiun, Stasiun terpadu termasuk kedalam stasiun penumpang
- Menurut Besarnya Stasiun Stasiun kecil
Stasiun kecil adalah tempat pemberhentian, khusus untuk naik turtun penumpang local, dengan fasilitas yang minim. Biasanya oleh kereta api cepat dilewati saja. Stasiun ini biasa disebut pemberhentian kecil.
Stasiun sedang
Stasiun sedang memililki minimal tempat pemberhentian oleh kereta api cepat dan umumnya kereta api biasa. Pada umumnya disediakan gudang barang untuk kegiatan bongkar atau muat barang.
Stasiun besar
stasiun yang terdapat pada kota besar dan disinggahi hampir semua jenis kereta, baik itu kereta penumpang dan barang. Fasilitas yang dimiliki sebagai penunjang kegiatan dinas perjalanan kereta rel sangat lengkap.
Menurut besarnya stasiun, Stasiun terpadu termasuk kedalam stasiun besar.
- Menurut Letaknya Stasiun
Stasiun Akhir : stasiun dimana semua jalan kereta api mulai dan berakhir. Stasiun Antara : stasiun dimana terdapat pada jalan kereta api yang menerus. Stasiun Peralihan : stasiun dimana terdapat kombinasi antara stasiun akhir
Menurut letak stasiun, stasiun terpadu termasuk stasiun peralihan.
- Menurut Bentuk Stasiun 1. Stasiun Kepala
Gedung stasiun diposisi menyiku dari rel. Sebagai ujung dari rel.
2. Stasiun Sejajar
Bangunan utama berada sejajar
dengan jalan-jalan kereta api yang menerus.
3. Stasiun Pulau
Bangunan utama sejajar dengan kereta yang menerus tapi berada di antara jalan-jalan tersebut.
- Menurut Letak Peron
a. Ground level Station : bangunan stasiun dan peron terletak pada satu level pada permukaan tanah
Gambar 2.2 Stasiun Sejajar
Gambar 2.3 Stasiun Pulau Gambar 3.1 Stasiun Kepala
b. Over Track Station : peron terletak diatas permukaan tanah
c. Under Track Station : peron terletak dibawah permukaan tanah
Menurut letak peron, stasiun terpadu termasuk Ground level station dan Over Track Station.
- Menurut Tipe Fungsionalnya
City Culture Terminal : stasiun yang melayani pusat kota, dengan akses kepada moda transportasi darat lain, serta mempunyai akses ke airport. Rail-to-rail Interchanges: stasiun yang terletak pada jalur persilangan rel
kereta api.
Airport Stations : stasiun pada persilangan moda transportasi udara dengan moda transportasi darat.
Bus-to-rail Stations : stasiun pada persilangan antara moda transportasi jalan raya dengan jalan baja.
Gambar 2.5 over track station
Parkway Stations : stasiun yang berhubungan langsung dengan fasilitas parkir untuk suatu kawasan.
Menurut Tipe Fungsionalnya, Stasiun terpadu termasuk kedalam City
Culture Terminal stasiun yang melayani pusat kota, dengan akses kepada moda transportasi darat lain, serta akses ke airport.
Prinsip Desain Stasiun Kereta Api, dibagi 6 bagian: a. Ukuran dan Penataan Fasilitas
(Transit Facilities, Kenneth W. Grifiin .2000)
Pertimbangan ukuran dan penataan fasilitas pada desain stasiun berdasarkan: Ruang aktivitas penumpang
Perancangan ruang aktivitas penumpang di peron adalah + 0,74 m2 Jarak tempuh
Untuk penumpang harus kurang dari 88 ft atau 26,82 m dan jarak dari ujung peron ke titik terdekat dari pintu keluar tidak boleh melampaui jarak 200 ft atau 60m.
Sirkulasi
Sirkulasi penumpang di sekitar maupun di dalam stasiun haruslah lancar dan aman
Kapasitas standar dan konfigurasi desain
Yaitu penunjuk dan standar yang memperhatikan persyaratan desain untuk menginstalan fasilitas komponen untuk stasiun kereta api, seperti tangga, ramp, eskalator, pergerakan manusia, peron, control pintu masuk-keluar.
Berdasarkan Ukuran dan Penataan Fasilitas, elemen fungsional stasiun terpadu yang sesuai ialah sirkulasi
b. Sistem informasi
Sistem informasi memberi arahan dan kejelasan bagi pengujung, mempunyai arti penting dan penempatan dan petunjuk yang di informasikan. Harus memenuhi karakteristik: Isi pesan harus informatif dan multi language. Jarak pandang dan posisi pemasangan juga harus diperhatikan, Harus diletakkan pada tempat yang strategis dan pada titik-titik penting. Dan dibedakan dari informasi iklan.
Berdasarkan Sistem informasi, elemen fungsional stasiun terpadu yang sesuai ialah informatif
c. Fasilitas Umum
Stasiun kereta api karena bersifat fasilitas sosial maka harus mempunyai fasilitas umum yang memadai seperti ; telepon umum, warnet, minimarket, kantin, dll.
Berdasarkan fasilitas umum, elemen fungsional stasiun terpadu yang sesuai ialah sirkulasi, informatif, dan komersil.
d. Lingkungan dan Persyaratan Kenyamanan
Hal ini meliputi kebisingan, ventilasi udara, keindahan, keamanan pasif-aktif, bahaya kebakaran, dan petir.
Berdasarkan, Lingkungan dan Persyaratan Kenyamanan, elemen fungsional stasiun terpadu yang sesuai ialah sirkulasi, informatif, dan komersil.
e. Desain untuk orang cacat
Permasalahan sirkulasi untuk orang cacat harus diperhatikan dalam kegiatan mendesain suatu stasiun kereta api. Meliputi : orientasi, sirkulasi horizontal dan vertikal, sirkulasi naik-turun kereta dan sirkulasi didalam kereta, sirkulasi keadaan darurat untuk orang cacat.
Berdasarkan desain untuk orang cacat, elemen fungsional stasiun terpadu yang sesuai ialah sirkulasi dan informatif.
f. Fleksibilitas dan efisiensi ekonomis
Fleksibilitas mengacu pada masa mendatang terhadap perubahan bangunan terhadap fungsi dan pengoptimalisasikan biaya yang dihasilkan serta pengeluaran yang rutin adalah hal-hal yang sangat penting dalam faktor efisiensi ekonomis.
Berdasarkan fleksibilitas dan efisiensi ekonomis, elemen fungsional stasiun terpadu yang sesuai ialah sirkulasi, operasional dan komersil.
Kesimpulan:
Berdasarkan tipologi stasiun kereta, sebuah stasiun terpadu harus mempertimbangkan:
1. Sirkulasi :
Harus memperhatikan Ukuran dan Penataan Fasilitas, Fasilitas Umum, Lingkungan dan Persyaratan Kenyamanan, Desain untuk orang cacat, dan Fleksibilitas dan efisiensi ekonomis.
2. Operasional :
Harus memperhatikan Fleksibilitas dan efisiensi ekonomis. 3. Informatif :
Harus memperhatikan sistem informasi, Fasilitas Umum, Lingkungan dan Persyaratan Kenyamanan, dan Desain untuk orang cacat.
4. Komersil :
Harus memperhatikan Fasilitas Umum dan Fleksibilitas dan efisiensi ekonomis.
2.3. Studi Banding
Waterloo International Terminal
(Diakses dari http://www.civl.port.ac.uk/rcc2000/pdfs/waterloo.pdf pada tanggal
28 September 2012 pukul 11.36)
Waterloo International Terminal yang berada di Inggris dan merupakan terminal tersibuk dan menjadi landmark Negara tersebut. Dalam perancangannya Waterloo International Terminal ini harus memenuhi :
Dekat dengan Central London
Kapasitasnya stasiun harus memenuhi sebagai terminal internasional Platform dapat mengakomodasi sekitar 20 kereta
Mempunyai fasilitas tingkat satu sebagai jaringan transportasi umum
Di dalam bangunan terdapat 2 zona, unpaid zone dan paid zone. Bangunan ini mempunyai zoning vertical yang baik, dengan membedakan pelayanan moda transportasi berdasarkan lantainya. Terminal ini mempunyai fasilitas utama, sebagai berikut :
Basemen untuk parkir mobil
Mempunyai 130 automated ticket gates pada concourse dan 27 pada subway Terdapat 118 kamera pengawas yang tersebar
Atap stainlees dan kaca sepanjang platform
Pedestrian penghubung menuju Waterloo East Station
Karena bangunan ini diperuntukan oleh seluruh kalangan masyarakat, maka bangunan ini merupakan bangunan aksesibel dengan transportasi vertical yang dapat aksesibel. Bentuk bangunan yang melengkup disesuaikan dengan radius
Paid Zone Unpaid
Zone
Gambar 4.1Zona Paid dan Zona Unpaid pada Waterloo International Terminal
Gambar 3.2 pembagian zoning vertical waterloo internasional terminal
perputaran kereta di dalamnya. Struktur bangunan menggunakan flat slab dengan struktur atap adalah trusses.
Bangunan terminal ini merupakan Mixed Used Building yang menggabungkan retail dan hotel. Mixed use building mempunyai dampak yang baik karena fungsi-fungsi bangunan ini dapat saling melengkapi dan Teminal ini mempunyai fasilitas yang dapat menggabungkan fungsi-fungsi tersebut seperti taman dan concourse area.
Gambar 6 Entrance Waterloo International
Gambar 5 Transportasi vertikal yang aksesibel
Elemen stasiun terpadu pada Waterloo International Terminal yaitu: 1. Sirkulasi
- adanya pembeda platform kedatangan dan keberangkatan - pembagian zoning vertical sesuai dengan moda transportasi - adanya pedestrian menuju stasiun
2. Operasional
- Terdapat M&E service dan back-up service untuk perawatan kereta api 3. Informatif
- adanya pembeda antara jalur domestic dan internasional, sehingga memudahkan pengguna.
Gambar 8 Kelengkungan pada massa bangunan yang didalamnya terdapat platform Waterloo International Terminal, sedangkan sampingnya merupakan Waterloo Domestic Station.
2.4. Studi Banding
2.4.1. Desain stasiun monorail Kuningan, Jakarta 1
Gambar 9. Desain stasiun monorail Kuningan, Jakarta 1
Gambar 12. Flour plan
2.5. HOTEL
2.5.1
Definisi Hotel
Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis kuno. Bangunan publik ini sudah disebut-sebut sejak akhir abad ke-17. Maknanya kira-kira, "tempat penampungan buat pendatang" atau bisa juga "bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum". Jadi, pada mulanya hotel memang diciptakan untuk meladeni masyarakat.
Tak aneh kalau di Inggris dan Amerika, yang namanya pegawai hotel dulunya mirip pegawai negeri alias abdi masyarakat. Tapi, seiring perkembangan zaman dan bertambahnya pemakai jasa, layanan inap-makan ini mulai meninggalkan misi sosialnya. Tamu pun dipungut bayaran. Sementara bangunan dan kamar-kamarnya mulai ditata sedemikian rupa agar membuat tamu betah. Meskipun demikian, bertahun-tahun standar layanan hotel tak banyak berubah.
Sampai pada tahun 1793, saat City Hotel dibangun di cikal bakal wilayah kota New York. City Hotel itulah pelopor pembangunan penginapan gaya baru yang lebih fashionable. Sebab, dasar pembangunannya tak hanya mementingkan letak yang strategis. Tapi juga pemikiran bahwa hotel juga tempat istirahat yang mumpuni. Jadi, tak ada salahnya didirikan di pinggir kota.
Setelah itu, muncul hotel-hotel legendaris seperti Tremont House (Boston, 1829) yang selama puluhan tahun dianggap sebagai salah satu tempat paling top di Amerika Serikat (AS). Tremont bersaing ketat dengan Astor House, yang dibangun di New York, 1836. Saat itu, hotel modern identik dengan perkembangan lalu lintas dan tempat beristirahat. Saat pembangunan jaringan kereta api sedang gencar-gencarnya, hampir di tiap perhentian (stasiun) ada hotel.
Maksudnya jelas, untuk mengakomodasi orang-orang yang baru saja bepergian dengan kereta api. Karena masa itu naik kereta api sangat melelahkan, hotel-hotel pun "dipersenjatai" berbagai hiburan pelepas penat.