• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH FILSAFAT HUKUM BOYBAND INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH FILSAFAT HUKUM BOYBAND INDONESIA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS KELOMPOK FILSAFAT HUKUM

“PENGERTIAN FILSAFAT HUKUM”

Oleh Kelompok IV :

1. Binsar Hutajulu

2. Regginaldo Sultan

3. Marusaha

4. Ronald Siahaan

5. Farriz Chandra

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER ILMU HUKUM

UNIVERSITAS JAYABAYA

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul "PENGERTIAN FILSAFAT HUKUM”. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: dosen mata kuliah filsafat huum, yang memberikan bimbingan, saran, ide dan kesempatan untuk membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Jakarta, 31 Maret 2018

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI... 5

A. Pengertian Filsafat……… 5

B. Pengertian Hukum... 6

C. Pengertian Filsafat Hukum ... 6

BAB III PEMBAHASAN... 9

A. Pengertian FIlsafat Hukum ... 9

B. Permasalahan Filsafat Hukum... 12

C. Pendekatan Filsafat Hukum... 14

BAB IV PENUTUP... 20

A. Kesimpulan ... 20

B. Saran ... 20 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya, penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang sistem pemerintahan Indonesia dijelaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtsstaat) bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat), dalam hal ini terlihat bahwa kata “hukum” dijadikan lawan kata “kekuasaan”. Tetapi apabila kekuasaan adalah serba penekanan, intimidasi, tirani, kekerasan dan pemaksaan maka secara filosofis dapat saja hukum dimanfaatkan oleh pihak tertentu yang menguntungkan dirinya tetapi merugikan orang lain.

(5)

Berbeda dengan pemahaman yang demikian itu, filsafat hukum mengambil sebagai fenomena universal sebagai sasaran perhatiannya, untuk kemudian dikupas dengan menggunakan standar analisa seperti tersebut di atas. Suatu hal yang menarik adalah, bahwa “ilmu hukum” atau“jurisprudence” juga mempermasalahkan hukum dalam kerangka yang tidak berbeda dengan filsafat hukum. Ilmu hukum dan filsafat hukum adalah nama-nama untuk satu bidang ilmu yang mempelajari hukum secara sama. Pemikiran tentang Filsafat hukum dewasa ini sangat diperlukan untuk menelusuri seberapa jauh penerapan arti hukum dipraktekkan dalam hidup sehari-hari, juga untuk menunjukkan ketidaksesuaian antara teori dan praktek hukum. Manusia memanipulasi kenyataan hukum yang baik menjadi tidak bermakna karena ditafsirkan dengan keliru, sengaja dikelirukan, dan disalahtafsirkan untuk mencapai kepentingan tertentu. Banyaknya kasus hukum yang tidak terselesaikan karena ditarik ke masalah politik. Kebenaran hukum dan keadilan dimanipulasi dengan cara yang sistematik sehingga peradilan tidak menemukan keadaan yang sebenarnya.1

Kebijaksanaan pemerintah tidak mampu membawa hukum menjadi “panglima” dalam menentukan keadilan, sebab hukum dikebiri oleh sekelompok orang yang mampu membelinya atau orang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi. Dalam beberapa dekade terakhir, fenomena pelecehan terhadap hukum semakin marak. Tindakan pengadilan seringkali tidak bijak karena tidak memberi kepuasan pada masyarakat. Hakim tidak lagi memberikan putusan adil pada setiap pengadilan yang berjalan karena tidak

(6)

melalui prosedur yang benar. Perkara diputuskan dengan undang-undang yang telah dipesan dengan kerjasama antara pembuat Undang-undang dengan pelaku kejahatan yang kecerdasannya mampu membelokkan makna peraturan hukum dan pendapat hakim sehingga berkembanglah mafia peradilan. Fungsi hukum tidak bermakna lagi, karena adanya kebebasan tafsiran tanpa batas yang dimotori oleh kekuatan politik yang dikemas dengan tujuan tertentu. Hukum hanya menjadi sandaran politik untuk mencapai tujuan, padahal politik sulit ditemukan arahnya.

Perlunya kita mengetahui filsafat hukum karena relevan untuk membangun kondisi hukum yang sebenarnya, sebab tugas filsafat hukum adalah menjelaskan nilai dasar hukum secara filosofis yang mampu memformulasikan cita-cita keadilan, ketertiban di dalam kehidupan yang relevan dengan pernyataan-kenyataan hukum yang berlaku, bahkan merubah secara radikal dengan tekanan hasrat manusia melalui paradigma hukum baru guna memenuhi perkembangan hukum pada suatu masa dan tempat tertentu. Olehnya itu, dari ilustrasi latar belakang di atas penulis tertarik megambil judul makalah mengenai Pengertian Filsafat Hukum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan maka rumusan masalahnya adalah :

(7)

3. Bagaimana Cakupan dan Pendekatan dari Filsafat Hukum itu sendiri?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dilakukan untuk memperoleh Pengertian dari Filsafat Hukum, untuk mengetahui Permasalahan dalam Filsafat Hukum, dan untuk mengetahui Pendekatan dalam Filsafat Hukum.

(8)

A. Landasan Teori

1. Pengertian Filsafat

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia. Philo

yang berarti cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian dapat dikatakan Philosophia adalah cinta akan kebijaksanaan. Jika seseorang cinta akan kebijaksanaan maka segala pikiran, perkataan, dan tingkah lakunya akan selalu berorientasi pada kebijaksanaan yaitu kebijaksanaan yang menuju kepada kebenaran dan keadilan.

Pengertian filsafat apabila diperluas maka akan bermakna berusaha menemukan. Maksudnya adalah menemukan kebenaran jika dikaitkan dengan hukum. Herodotus memberikan arti kata itu sedemikian rupa, sehingga kata philosophia bermakna sangat dalam yaitu berusahan mencari dan menemukan bukan karena ketrampilan yang dimiliki melainkan melalui perenungan yang dalam.

(9)

2. Pengertian Hukum

Pengertian hukum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah.2 Definisi hukum sangat bervariasi tergantung dari sudut pandang para ahli hukum melihatnya seperti yang dikemukakan beberapa ahli. Menurut J. Van Kan mendefinisikan hukum sebagai keseluruhan ketentuan-ketentuan kehidupan yang bersifat memaksa, yang melindungi kepentingan-kepentingan orang dalam masyarakat. Sementara itu hukum menurut Hans Kelsen adalah terdiri dari norma-norma bagaimana orang harus berperilaku.

Pendapat Hans Kelsen didukung oleh ahli hukum Indonesia yaitu Wirjono Prodjodikoro yang menyatakan hukum adalah serangkaian peraturan mengenai tingkah laku orang-orang sebagai anggota suatu masayarakat, sedangkan tujuan dari hukum adalah menjamin keselamatan, kebahagiaan, dan tata tertib dalam masyarakat. Definisi-definisi hukum tersebut menunjukkan betapa luasanya pengertian hukum itu.

3. Pengertian Filsafat Hukum

Filsafat Hukum bertolak dari renungan manusia yang cerdas, sebagai subjek hukum. Dunia hukum hanya ada dalam dunia manusia. Filsafat hukum tidak lepas dari manusia selaku subjek hukum maupun

(10)

subjek filsafat sebab manusia membutuhkan hukum, dan hanya manusilah yang mampu berfilsafat. Kepoloporan manusia ini menjadi jalan untuk mencari keadilan dan kebenaran sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan mengukur apakah sesuatu itu adil, benar, dan sah.3 Istilah filsafat hukum memiliki sinonim dengan legal philosophy, philosophy of law, atau rechts filsofie. Pengertian filsafat hukum pun ada berbagai pendapat. Ada yang mengatakan bahwa filsafat hukum adalah ilmu, ada yang mengatakan filsafat teoretis, ada yang berpendapat sebagai filsafat trepan dan filsafat praktis, ada yang menatakan sebagai subspecies dari filsafat etika, dan lain sebagainya.4 Perlu dipahami bahwa pengertian hukum yang akan dikemukankan berangkat dari pemahaman akan makna dari filsafat hukum. Olehnya untuk menguraikan pengertian filsafat hukum, terlebih dahulu perlu mengetahui dimana letak filsafat hukum dalam filsafat. Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa hukum terkait dengan tingkah laku atau perilaku manusia untuk mengatur agar tidak terjadi kekacauan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa filsafat hukum adalah sub dari cabang filsafat manusia. Filsafat hukum berupaya untuk mencari dan menemukan hukum secara hakiki dengan arif dan bijaksana.

Pengertian filsafat hukum sangat bervariasi diberbagai Negara sejalan dengan sejarah dan bahasa mereka. Pada masa Hindia Belanda

(11)

digunakan Wijsbegeerte van het Recht.5 Secara substansial antara filsafat hukum dan teori hukum itu saling berkaitan tetapi juga berbeda. Filsafat hukum memiliki ruang lingkup yang lebih luas karena didalan filsafat hukum memuat teori hukum. Sedangkan teori hukum hanya bersifat memberikan penjelasan tentang sebuah fenomena hukum atau fakta hukum.

Filsafat hukum merupakan langkah awal sampai akhir dari penggalian mutiara hukum, menelisik sampai ke dasar masalah yang menyebabkan bagaimana suatu tindakan dan kejadian akan diatur oleh hukum. Filsafat hukum mempertanyakan dan merefleksikan setiap peristiwa yang menghubungkan sikap tindakan manusia agar mampu menjaga ketertiban yang dicitak-citakan. Senyatanya, filsafat hukum tidak begitu terlalu diperhatikan oleh penyelenggara Negara, pembuat dan pelaksana atau penegak hukum. Padahal hal ini sangat diperlukan agar produk-produk hukum itu dapat memperoleh resistensi dari masyarakat.

BAB III PEMBAHASAN

B. Pengertian Filsafat Hukum

5 Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi, 2001, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Penerbit Citra Aditya

(12)

Semenjak kita duduk di bangku pendidikan lanjutan serta Perguruan Tinggi kita sering mendengar tentang filsafat, apakah sebenarnya filsafat itu? Seseorang yang berfilsafat diumpamakan seorang yang berpijak dibumi sedang tengadah ke bintang-bintang, dia ingin mengetahui hakikat keberadaan dirinya, ia berfikir dengan sifat menyeluruh (tidak puas jika mengenal sesuatu hanya dari segi pandang yang semata-mata terlihat oleh indrawi saja). Ia juga berfikir dengan sifat (tidak lagi percaya begitu saja bahwa sesuatu itu benar). Ia juga berfikir dengan sifat spekulatif (dalam analisis maupun pembuktiannya dapat memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak), dan tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan.

Kemudian lebih mengerucut lagi adalah Filsafat hukum, yaitu ilmu yang mempelajari hukum secara filosofi, yang dikaji secara luas, mendalam sampai kepada inti atau dasarnya yang disebut dengan hakikat. Dan tujuan mempelajari filsafat hukum untuk memperluas cakrawala pandang sehingga dapat memahami dan mengkaji dengan kritis atas hukum dan diharapkan akan menumbuhkan sifat kritis sehingga mampu menilai dan menerapkan kaidah-kaidah hukum. Filsafat hukum ini berpengaruh terhadap pembentukan kaidah hukum sebagai hukum in abstracto.

(13)

laku/perilaku manusia, terutama untuk mengatur perilaku manusia agar tidak terjadi kekacauan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa filsafat hukum adalah sub dari cabang filsafat manusia. yang disebut dengan etika atau filsafat tingkah laku.

Ahrens pernah membicarakan, bahwa filsafat hukum adalah ilmu yang mengambil sumber dan menjabarkan asas tertinggi dan/atau cita hukum dari manusia dan kemanusiaan, untuk selanjutnya dikembangkan dan diterapkan pada dasar kehidupan manusia.6 Berikut pengertian filsafat menurut para ahli :

a. Menurut Soetikno filsafat hukum adalah mencari hakikat dari hukum, dia ingin mengetahui apa yang ada dibelakang hukum, mencari apa yang tersembunyi didalam hukum, dia menyelidiki kaidah-kaidah hukum sebagai pertimbangan nilai. b. Menurut Satjipto Raharjo filsafat hukum mempelajari pertanyaan-pertanyaan dasar dari hukum. Pernyataan tentang hakekat hukum, tentang dasar bagi kekuatan mengikat dari hukum, merupakan contoh-contoh pertanyaan yang bersifat mendasar itu.

c. Menurut Apeldoorn , filsafat hukum ialah pengetahuan yang

berusaha menjawab apakah hukum itu ?ia menghendaki agar

kita berpikir masak-masak , menanggapi dan bertanya-tanya

tentang “hukum”(Apeldoorn ,1951:331-332). Dalam edisi

6Ahrens, 1989, De Rechtsphilosophie oder das Narurrecht auf philosophis antropologischer

(14)

baru yang ditulis DHM Meuwissen , hal tersebut telah direvisi

secara total . Misalnya , dikatakan bahwa filsafat hukum

memang berusaha mencari hakekat hukum, walau sebenarnya

hanya melihat hukum sebagai bagian dari kenyataan . Apa hal

itu tak bisa dijawab oleh ilmu hukum ?Dapat tapi tak akan

mendapat jawaban yang menangkan SEBEB ilmu hukum

hanya melihat gejala-gejala hukum belaka dan melihat

“hukum” yang dapat dilihat dengan panca indera, tidak

melihat dunia hukum yang tidak dapat dilihat dengan panca

indera (tersembunyi), hanya melihat hukum sepanjang telah

menjadi perbuatan manusia . Dimana ilmu hukum berakhir ,

disanalah filsafat hukum memulai . Ia menjawab pertanyaan –

pertanyaan yang tidak terjawab oleh ilmu hukum.

(15)

menonjol dalam telaah filsafat hukum antara lain tentang arti hukum kaitannya dengan hukum alam serta prinsip etika, kaitan hukum dengan pribadi manusia dan masyarakat, pembentukan hukum, serta perkembangan rasa keadilan dalam Hak Asasi manusia.7

C. Permasalah Filsafat Hukum

Permasalahan dalam penerapan filsafat hukum meliputi keadilan, HAM, dan hukum sebagai sarana pembaharuan masayarakat. Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum yang paling banyak dibicarakan sepanjang perjalanan sejarah filsafat hukum. Hakikat hukum adalah membawa aturan yang ada dalam masyarakat. Hukum terkait dengan keadilan, oleh karena keadilan hanya bisa dipahami jika diposisikan sebagai keadaan yang hendak diwujudkan oleh hukum. Upaya untuk mewujudkan ini merupakan proses dinamis yang memakan waktu.

Upaya ini didominasi oleh kekuatan-kekuatan yang bertarung dalam kerangka umum untuk mengaktualisasikannya, sehingga keadilan dapat diangap sebagai sebuah gagasan, sebagaimana yang dilakukan oleh Plato dan Hegel yang mengasumsikan bahwa pengetahuan dan pemahaman tentangnya hanya bisa didapatkan secara parsial dan melalui upaya filosofis yang sulit.

Manusia sebagai subjek hukum memiliki hak dan kewajiban seperti yang diamanat dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan diatur secara spesifik dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Hak-hak yang ada pada manusia merupakan

(16)

prinsip-prinsip yang menyangkut hukum dalam arti subjektif. Hal ini secara umum diterima oleh karenanya hak-hak itu berkaitan dengan manusia yang karena harkat dan martabatnya menuntut untuk dihargai dan dihormati.

Pengakuan atas harkat dan martabat manusia ini telah menghasilkan suatu dokumen yang bersejarah tentang hak-hak asasi manusia yakni

Declaration of Human Rights. Hak-hak manusia disebut sebagai hak asasi karena dianggap sebagai fundamen yang diatasnya seluruh organisasi hidup bersama harus dibangun. Hak-hak asasi manusia akan menjadi masalah jika pengakuan hak tersebut dipandang tidak sebagai bagian humanisasi hidup yang telah mulai digalang sejak manusia sadar tentang tempatnya dan tugasnya didunia ini.

Hak-hak asasi manusia dibagi menjadi dua jenis yaitu hak fundamental yang melekat pada pribadi manusia sebagai individu adalah hak atas hidup dan perkembangan hidup. Seperti hak atas kebebasan beragama, hak atas nama baik, dan lain sebagainya. Kedua yaitu hak-hak yang melekat pada manusia sebagai makhluk social dibagi menjadi hak ekonomis, sosial dan kultural. Diantara hak asasi manusia yang sering dikaitkan dalam filsafat hukum adalah hak milik. Masalah terakhir dalam cakupan filsafat hukum adalah tentang peranan hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat.

(17)

secara prediktif. Maksudnya adalah memprediksi, mengkaji apa yang akan terjadi didepan dengan dasar dari gejala-gejala yang terjadi pada saat ini. Selain itu filsafat hukum juga digunakan sebagai pandangan hidup manusia untuk membantu dan mengarahkan manusia dalam aktivitas-aktivitas kehidupan manusia, yang berperan sebagai kompas dalam kehidupan manusia sebagai masyarakat. Hal ini dikarenakan Filsafat merupakan induk semua cabang ilmu .

D. Pendekatan Filsafat Hukum 1. Pendekatan Historis

a. Sejarah Filsafat Zaman Yunani Kuno

Berbicara sejarah tidak akan terlepas dari dimensi waktu, karena waktu yang sangat menentukan terjadinya sejarah, yaitu dimensi waktu yang terdiri waktu pada masa lampau, sekarang, dan masa depan. Hal ini berlaku juga pada saat membicarakan sejarah perkembangan filsafat hukum yang diawali dengan zaman Yunani (Kuno). Pada zaman Yunani hiduplah kaum bijak yang disebut atau dikenal dengan sebutan kaum Sofis. Kaum sofis inilah yang berperan dalam perkembangan sejarah filsaft hukum pada zaman Yunani. Tokoh-tokoh penting yang hidup pada zaman ini, antara lain: Anaximander, Herakleitos, Parmenides, Socrates, Plato, dan Aristoteles.8

8 Darji Darmodiharjo, 1995, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat

(18)

Socrates berpendapat bahwa hukum dari penguasa (hukum negara) harus ditaati, terlepas dari hukum itu memiliki kebenaran objektif atau tidak. Ia tidak menginginkan terjadinya anarkisme, yakni ketidakpercayaan terhadap hukum. Ini terbukti dari kesediaannya untuk dihukum mati, sekalipun ia meyakini bahwa hukum negara itu salah. Dalam mempertahankan pendapatnya, Socrates menyatakan bahwa untuk dapat memahami kebenaran objektif orang harus memiliki pengetahuan (theoria). Pendapat ini dikembangkan oleh Plato murid dari Socrates.

(19)

politikon). Oleh karena itu, perlu ketaatan terhadap hukum yang dibuat penguasa politik.

Hukum yang harus ditaati dibagi menjadi dua, yakni hukum alam dan hukum positif. Dari gagasan Aristoteles ini, pengertian hukum alam dan hukum positif muncul, kedua hukum tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Menurut Aristoteles, hukum alam ditanggapi sebagai suatu hukum yang selalu berlaku dan di mana-mana, karena hubungannya dengan aturan alam, sehingga hukum tidak pernah berubah, lenyap dan berlaku dengan sendirinya.

Pada zaman Yunani (Kuno) muncul masa Hellenisme, yaitu puncak keemasan kebudayaan Yunani yang dipelopori oleh aliran Epikurisme (berasal dari nama filsuf Epikuros) dan Stoisisme (berasal dari kata Stoa yang dicetuskan oleh Zeno). Kedua aliran ini menekankan filsafatnya pada bidang etika. Meskipun demikian, dari Epikurisme muncul konsep penting tentang undang-undang (hukum posistif) yang mengakomodasi kepentingan individu sebagai perjanjian antar individu, sehingga pemikiran dari penganut Epikurisme merupakan embrio dari teori perjanjian masyarakat.

b. Sejarah Filsafat Hukum Zaman Pertengahan

(20)

ke-5 SM (masa gelap/the dark ages) yang ditandai dengan kejayaan agama Kristen di Eropa (masa scholastic),9 dan mulai berkembangnya agama Islam. Sebelum ada zaman pertengahan terdapat suatu fase yang disebut dengan Masa Gelap, terjadi pada saat Kekaisaran Romawi runtuh dihancurkan oleh suku-suku zaman pertengahan tidak terlepas dari pengaruh filsuf pada zaman Yunani, misalnya saja Augustinus mendapat pengaruh dari Plato tentang hubungan antara ide-ide abadi dengan benda-benda duniawi. Tentu saja pemikiran Augustinus bersumber dari Tuhan atau Budi Allah yang diketemukan dalam jiwa manusia. Sedangkan Thomas Aquinas sebagai seorang rohaniwan Katolik telah meletakkan perbedaan secara tegas antara hukum-hukum yang berasal dari wahyu Tuhan (Lex Aeterna), hukum yang dijangkau akal budi manusia (Lex Divina), hukum yang berdasarkan akal budi manusia

(Lex Naturalis), dan hukum positif (Lex Positivis).10 Pembagian hukum atas keempat jenis hukum yang dilakukan oleh Thomas

9 Lili Rasjidi, 1990, Dasar-Dasar Filsafat Hukum, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, hal. 13.

(21)

Aquinas nantinya akan dibahas dalam pelbagai aliran filsafat hukum pada bagian lain dari tulisan ini.

c. Sejarah Filsafat Hukum Pada Zaman Modern

Pada zaman ini para filsuf telah meletakkan dasar bagi hukum yang mandiri, yang terlepas sama sekali dari hukum abadi yang berasal dari Tuhan. Tokoh-tokoh yang berperan sangat penting pada abad pertengahan ini, antara lain: William Occam (1290-1350), Rene Descartes (1596-1650), Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704), George Berkeley (1685-1753), David Hume (1711-1776), Francis Bacon (1561-1626), Samuel Pufendorf (1632-1694), Thomasius (1655-1728), Wolf (1679-1754), Montesquieu (1689-1755), J.J. Rousseau (1712-1778), dan Immanuel Kant (1724-1804).

Zaman modern ini juga disebut Renaissance. Terlepasnya alam pikiran manusia dari ikatan-ikatan keagamaan menandai lahirnya zaman ini. Tentu saja zaman Renaissance membawa dampak perubahan yang tajam dalam segi kehidupan manusia, perkembangan teknologi yang sangat pesat, berdirinya negara-negara baru, ditemukannya dunia-dunia baru, lahirnya segala macam ilmu baru, dan sebagainya.

(22)

ketuhanan. Rasio manusia ini dipandang sebagai satu-satunya sumber hukum. Pandangan ini jelas dikumandangkan oleh para penganut hukum alam yang rasionalistis dan para penganut faham positivisme hukum.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

(23)

sendiri, maka pada hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Pengertian filsafat hukum beragam adanya tetapi substansi dari filsafat itu sendiri dimaknai sama yaitu mempelajari pertanyaan dasar dari hukum dan pernyataan tentang hakikat hukum. Permasalahan dalam FIlsafat Hukum mencakup keadilan, HAM, dan hukum sebagai sarana pembaharuan dalam masyarakat. Pendekatan tentang filsafat hukum dilakukan dengan cara pendekatan historis dari zaman Yunani kuno hingga zaman modern.

B. Saran

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Kencana, Syafiie Inu, 2004, Pegantar Filsafat. Penerbit PT Refika Aditama, Bandung.

Huijbers, Theo, 1993, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Astim Riyanto, 2003, Filsafat Hukum, Yapemdo, Bandung.

Lili Rasjidi dan Ira Rasjidi, 2001, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Citra Aditya Bhakti, Bandung.

Ahrens, 1989, De Rechtsphilosophie oder das Narurrecht auf philosophis antropologischer grunslage.

Darji Darmodiharjo, 1995, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana FIlsafat Hukum Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Lili Rasjidi, 1990, Dasar-Dasar Filsafat Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

puskesmas.pemesanan obat untuk kebutuhan pelayanan dilakukan oleh petugas unit pelayanan terkait kepada petugas farmasi gudang obat puskesmas4.

Karena guru merupakan tenaga kependidikan, maka guru juga bertanggungjawab atas terseleng- garanya pembinaan peserta didik di sekolah secara umum dan secara khusus

Bedasar pada latar belakang dan ma- salah yang telah diungkapkan di depan, bahwa penting bagi seorang arsitek untuk menggali kemampuan dari dalam dirinya, memahami dirinya

Menurut Wardoyo (2013), teknik menulis puisi deskriptif dapat melalui langkah-langkah berikut yaitu: (1) Siapkan kertas; (2) Ambillah suatu gambar atau kata

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan GSH dalam medium maturasi tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap tingkat pematangan inti oosit sapi bali yang mencapai

Pengolahan biji nangka menjadi makanan keripik biji nangka memberikan alternatif lain kepada masyarakat untuk mengkonsumsi buah nangka dalam bentuk produk olahan

Untuk hitungan jumlah spora dan jumlah propagul, media yang sudah dihancurkan diambil i mg dan dilarutkan pada 9 ml akuades steril, sebagai pengenceran 10 -1 ,

❖ Menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan. ❖ Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan