• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pemantauan Pelaksanaan SNP Berbant

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Model Pemantauan Pelaksanaan SNP Berbant"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

EM (1) (2017)

Educational Management

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman

MODEL PEMANTAUAN PELAKSANAAN SNP BERBANTUAN SISTEM

INFORMASI

PENGAWAS

SEKOLAH

PADA

SMA

DI

KABUPATEN

MANGGARAI BARAT

SarifudinWahyu Hardyanto, Suwito Eko Pramono

Prodi Manajemen Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel

SejarahArtikel: DiterimaAgustus 2017 DisetujuiAgustus 2017 DipublikasiAgustus 2017

Keywords: Monitoring, SNP, Information System, School Supervisor

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis model faktual pemantauan pelaksanaan delapan SNP yang dilakukan pengawas sekolah, (2) Menghasilkan dan menganalisis model pemantauan pelaksanaan SNP berbantuan sistem informasi pengawas sekolah, dan (3) Menganalisis kelayakan model pemantauan pelaksanaan SNP berbantuan sistem informasi pengawas sekolah spada SMA di Kabupaten Manggarai Barat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah R&D meliputi tahap pendahuluan, pengembangan dan pengujian. Sumber data dalam penelitian ini adalah pengawas sekolah dan kepala sekolah. Intrumen pengumpulan data adalah pedoman wawancara, panduan penelusuran dokumen, lembar validasi. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, penelusuran dokumen, Delphi exercise, dan angket tertutup. Teknik analisis data dengan model interaktif, analisis kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian 1) tahap pendahuluan berupa model faktual pemantauan SNP, 2) tahap pengembangan berupa model hipotetik yaitu model konseptual yang telah divalidasi oleh ahli dan praktisi, dan 3) model final pada tahap pengujian berupa model pemantauan pelaksanaan SNP berbantuan sistem informasi pengawas sekolah. Kesimpulan penelitian ini adalah model pemantauan pelaksanaan SNP berbantuan sistem informasi pengawas sekolah sangat praktis untuk digunakan pengawas sekolah. Disarankan kepada para pengawas sekolah dan kepala sekolah di Kabupaten Manggarai Barat untuk menggunakan model ini agar proses memantauan pelaksanaan pemenuhan SNP secara efektif dan efisien demi peningkatan mutu pendidikan

Abstract

The objectives of this research were: (1) to analyze the factual model of monitoring the implementation of eight SNPs by the school supervisor, (2) to produce and analyze the monitoring model of SNP implementation assisted by school supervisory information system, and (3) to analyze the feasibility of monitoring model of SNP implementation assisted school supervisory information system at High School in West Manggarai Regency. The method used in this research was R & D included preliminary stage, development and testing. Sources of data in this study were school supervisors and principals. Intruments of data collection were interview guides, document search guides and validation sheets. Data collection techniques were interviews, document tracking, Delphi exercise, and closed questionnaires. Data analysis techniques used interactive models, quantitative analysis and qualitative descriptive. The results of research showed: 1) the preliminary stage was the factual modelof SNP monitoring, 2) the development stage in the form of hypothetical model that was conceptual model that has been validated by expert and practitioner, and 3) the final model in the testing phase was a monitoring model of the SNP implementation assisted by school supervisory information system. The conclusion of this research was that Monitoring Model for Implementation of National Education Standards (SNP) Assisted by School Supervisoyr Information System was very practical to be used by school supervisor. It is suggested that school supervisors and school principals in West Manggarai Regency use this model so that the process of monitoring SNP implementation can be run effectively and efficiently in order to improve the quality of education.

© 2017 UniversitasNegeri Semarang

Alamatkorespondensi:

SMAN 3 Komodo, Labuan Bajo, 86754 E-mail: sarifudin@students.unnes.ac.id

(2)

2 Pendahuluan

Pengawas sekolah memiliki tanggung jawab untuk tercapainya mutu pendidikan di sekolah yang dibinanya (Sudjana, 2012a:20). Tanggung jawab pengawas ini terwujud dalam tugas dan kewajibannya sebagai seorang pengawas. Tugas pokok pengawas sekolah adalah melakukan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial pada satuan pendidikan (Sudjana, 2012a:16). Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, pengawas sekolah berkewajiban untuk: (1) menyusun program pengawasan akademik dan manajerial, (2) melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial sesuai program yang sudah disusun, (3) mengevaluasi program pengawasan akademik dan manajerial, (4) melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan pembinaan kepala sekolah, dan (5) menyusun laporan hasil pengawasan akademik dan manajerial (Sudjana, 2012a:17-18).

Sudjana (2012a: 20) menyatakan bahwa

“pengawas sekolah bertanggung jawab atas

terlaksananya delapan standar nasional pendidikan pada sekolah-sekolah yang menjadi binaanya”. Tugas pemantauan pelaksaan delapan SNP dilaksanakan oleh pengawas sekolah. Melalui pelaksanaan tugas pemantauan ini akan didapatkan informasi/laporan yang akurat dan aktual mengenai ketercapaian pemenuhan standar nasional pendidikan pada satuan pendidikan dan dapat menjadi acuan untuk penyusunan program supervisi.

Hasil penelitian terdahulu terkait dengan pelaksanaan supervisi manajerial mengungkapkan tentang proses supervisi dan manfaat supervisi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kotirde et al. (2015), diuangkapkan bahwa proses supervisi sekolah menengah mencakup dua tahap yaitu supervisi kepala sekolah dan supervisi guru. Setiap tahap berfokus pada pencapaian output (hasil) supervisi masing-masing tahap. Output dari supervisi kepala sekolah adalah pada pencapaian frekuensi dari norma, nilai, karakter, dan persaingan gender di sekolah. Warun (2008) dalam penelitiannya mengungkapkan manfaat supervisi,

yakni bahwa supervisi manajerial dan pembinaan yang dilakukan pengawas sekolah untuk meningkatkan kemampuan profesional kepala sekolah sangat berperan dalam mewujudkan kepala sekolah yang profesional dan berkualitas, serta membantu kepala sekolah dalam mengelola sekolah. Selain itu, melalui supervisi manajerial pengawas sekolah memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu beberapa standar nasional pendidikan.

Kualitas satuan pendidikan yang dibuktikan dengan perolehan nilai akreditasi sekolah memiliki kaitan dengan pelaksanaan supervisi manajerial pengawas sekolah. Melalui pelaksanaan supervisi manajerial, pengawas sekolah memantau pemenuhan pelaksanaan SNP.

Rendahnya nilai pelaksanaan delapan SNP merupakan implikasi dari rendahnya mutu SMA. Hal ini disebabkan oleh pemantauan pelaksanaan SNP yang tidak efektif (jarang dilakukan dan tidak menyeluruh), sehingga pengawas sekolah tidak dapat membuat program yang tepat bagi sekolah binaannya dan tidak dapat melakukan prioritas pembinaan sesuai kebutuhan sekolah binaannya. Suhardan (2010:57) menjelaskan bahwa sebagai seorang konsultan, supervisor harus memiliki data yang akurat tentang semua masalah, kemudian dianalisis dan dievaluasi untuk bahan layanan supervisi. Data merupakan bahan untuk meningkatkan mutu sekolah dan dari data tersebut dapat diketahui berbagai masalah yang harus dipecahkan. Hal tersebut diperkuat oleh Nafiul (2013) dalam penelitian yang mengatakan bahwa hasil analisis data menunjukkan kinerja 15 pengawas SMA dalam melaksanakan program pengawasan delapan SNP berhasil kurang baik.

(3)

3

Pemantauan delapan SNP selama ini menggunakan instrumen pemantauan delapan SNP berbasis kerta (hasil print out) yang terdiri dari delapan eksemplar yang sesuai dengan standar nasional yang ada.

Pengawas sekolah yang melakukan pemantauan menggunakan instrumen tersebut dengan cara tidak langsung, yaitu pengawas sekolah memberikan instrumen tersebut untuk diisi sendiri (evaluasi diri) oleh sekolah dan setelah diisi dikembalikan lagi kepada pengawas sekolah.

Instrumen yang telah diisi tersebut seharusnya oleh pengawas dihitung jumlah skor yang diperoleh dan selanjutnya di persentase sehingga bisa ditentukan bahwa pelaksanaan setiap SNP di sekolah binaannya tergolong kategori amat baik, baik, cukup baik atau kurang baik akan tetapi pengawas SMA tidak melakukan pemrosesan data sehingga tidak mempunyai data yang akurat tentang capaian pemenuhan SNP pada sekolah binaannya.

Melaksanakan pemantauan pelaksanaan delapan SNP dengan instrumen berbasis kertas

(print out) memiliki beberapa kelemahan, yaitu: 1)

Pengawas sekolah harus memiliki waktu khusus ke sekolah binaannya masing-masing untuk membawa instrumen pemantauan pelaksanaan delapan SNP; 2) Pengawas sekolah yang memiliki beberapa sekolah binaan yang berjauhan maka pengantaran instrumen pemantauan pelaksanaan delapan SNP memerlukan waktu dan biaya khusus; 3) Pengembalian instrumen yang telah diisi oleh pihak sekolah kepala pengawas sekolah sering tidak tepat waktu dan tidak utuh; dan 4) Perlu ketelitian pengawas sekolah untuk menghitung skor dan persentase masing-masing standar kemudian mengkonversikannya kedalam bentuk tabel dan grafik.

Wilayah perairan yang lebih luas dibanding daratan dan juga di beberapa kecamatan merupakan pegunungan dan rawa merupakan tantangan dan hambatan tersendiri bagi para pengawas SMA di Manggarai Barat dalam menunaikan tugasnya, apalagi dengan keterbatasan sarana transportasi. Sebagaimana yang diidentifikasi oleh Beeby yang dikutip oleh Maunah et al. (2008:153) bahwa salah satu kendala supervisi

adalah kurang transportasi akibat kondisi geografis. Sarana transportasi yang relatif terbatas untuk menjangkau wilayah binaan yang luas dan kondisi geografis yang sulit dijangkau. Berbagai persoalan di atas menjadikan upaya pemantauan dari pengawas SMA dirasakan kurang maksimal dikarenakan kecilnya tingkat interaksi antara pengawas dengan guru guru dan kepala sekolah. Karena itu perlu terobosan dalam rangka meningkatkan efektivitas kegiatan pengawasan, khususnya dalam hal pemantauan pelaksanaan SNP tengah minimnya interaksi antara kepala sekolah dan pengawas.

Terbatasnya waktu dan biaya sebenarnya bisa disiasati dengan pemanfaatan teknologi informasi sebagai strategi pelengkap/komplemen dalam proses pemantauan pelaksanaan SNP. Banyak pilihan yang bisa diambil pengawas dalam rangka mengembangkan teknologi informasi sebagai sumber informasi dan media komunikasi pengawasan. Hendarman (2015:76) menyatakan bahwa dimensi kerja pengawas sekolah tidak hanya semata-mata bersifat adminstratif, tetapi justru lebih banyak pada dimensi pedagogik. Pengawas sekolah mau tidak mau harus menguasai TIK secara komprehensif dan memanfaatkan TIK secara strategis, efektif, dan cepat. Penguasaan terhadap TIK tersebut akan membuat tugas pengawas sekolah menjadi lebih efektif dan efisien karena dimungkinkan dapat melakukan interaksi secara regular dan cepat tanpa harus bertemu secara langsung dengan mitra mereka di sekolah, yaitu kepala sekolah dan guru. Dengan menguasai TIK, maka kerja sama antara pengawas dan unsur pengelola sekolah dapat memperpendek rantai permasalahan yang terjadi selama ini akibat lokasi sekolah yang relatif tidak mudah dijangkau.

(4)

4

yang selama ini dilaksanakan?, 2) bagaimanakah model pemantauan pelaksanaan delapan SNP yang sesuai kebutuhkan pengawas sekolah pada SMA di Kabupaten Manggarai Barat?, dan 3) bagaimanakah keefektifan model pemantauan pelaksanaan SNP berbantuan Sistem Informasi Pengawas Sekolah yang digunakan oleh pengawas sekolah di Kabupaten Manggarai Barat?

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunalan dalam penelitian adalah R&D. Menurut Sugiyono (2011:407) metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji efektifitas produk tersebut.. Penelitian dan pengembangan ini meliputi tahap pendahuluan, pengembangan, dan tahap pengujian. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan dimodifiksi Samsudi (2009:89), yang dikelompokkan menjadi tiga langkah yaitu: (1) Tahap pendahuluan, peneliti peneliti melakukan (a) observasi terhadap pelaksanaan pemantauan SNP; (b) studi literatur, (c) mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pemantauan SNP; (d) mengidentifikasi potensi-potensi pengembangan model. Mengumpulkan informasi, langkah ini untuk menemukan model faktual. Oleh karena itu peneliti melakukan (a) wawancara dengan pengawas sekolah sampel; (b) memberikan kuesioner kepada kepala sekolah dan wakil kepala sekolah sampel; dan (c) studi dokumentasi tentang pelaksanaan SNP. (2) Tahap pengembangan, peneliti melakukan (a) rancang model konseptual untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari model faktual dengan mendesain produk. Model konseptual ini merupakan model pemantauan

(5)

5

Gambar 1 Alur penelitian dan Pembangan Model Pemantauan SNP Berbantuan SIPS

Sumber data ata subjek penelitian ini adalah pengawas sekolah, kepala sekolah dan validator. Penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen dan teknik pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara, kuesioner dan ceklis. Uji keabsahan data dengan tianggulasi sumber dan metode. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Model Faktual

Subjek penelitian (sumber data) dari pengawas sekolah adalah Drs. Halu Karolus (Sub Korwas SMA/SMK Kabupaten Manggarai Barat) dan Said Sosimus, S.Pd. (seorang pengawas SMA). Subjek penelitian dari unsur kepala sekolah berasal dari tiga sekolah yang peneliti anggap mewakili SMA di Kabupaten Manggarai Kepala SMAN 2 Komodo, Kepala SMAN 4 Komodo, dan Kepala Muhammadiyah Boleng.

Untuk mendapatkan model faktual pemantauan pelaksanaan SNP peneliti menggunakan teknik wawancara, kuesioner dan observasi dokumen yang dapat di jelaskan sebagai berikut:

Pada awal tahun ajaran Kepala UPT Wilayah VII Dinas pendidikan provinsi NTT menerbitkan surat tugas bagi pengawas SMA pada masing-masing kabupaten di wilayah VII (Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Barat dan Kabupaten Manggarai Timur). Surat tugas tersebut berisi pembagian sekolah binaan

bagi pengawas SMA. Berdasarkan surat tugas tersebut pengawas sekolah menyusun program tahunan dan program semester yang meliputi supervisi akademik dan supervisi manajerial serta pelaksanaan tugas lainnya. Penyusunan program dilakukan dengan memperhatikan kalender akademik dari sekolah binaan pengawas bersangkutan.

Berpedoman pada program supervisi tersebut pengawas pembina melakukan supervisi manajerial kepada sekolah binaan. Pelaksanaan supervisi manajerial dalam hal ini pemantauan delapan standar diawali dengan pemberian informasi kepada sekolah binaan tentang rencana pelaksanaan pemantauan delapan standar pada semester tersebut. Informasi disampaikan melalui kegiatan pertemuan rutin bulanan MKKS SMA. Informasi juga diberikan pengawas kepada kepala sekolah binaan dengan cara komunikasi melalui telpon baik dengan menelpon atau dengan sms.

(6)

6

Pada hari dan tanggal yang telah disepakati pengawas sekolah melakukan visitasi ke sekolah untuk melihat bukti fisik dan wawancara. Visitasi dilakukan pengawas berdasarkan hasil evaluasi diri dari kepala sekolah. Instrumen hasil evaluasi diri kepala sekolah dipegang pengawas. Pengawas melakukan wawancara dan melihat bukti fisik untuk beberapa indikator pemenuhan SNP sebagai klarifikasi atas hasil evaluasi diri kepala sekolah terhadap pelaksanaan SNP.

Pemrosesan hasil klarifikasi (visitasi) dilakukan secara manual oleh masing-masing pengawas dengan menghitung perolehan skor yaitu dijumlah biasa dengan menghitung banyaknya centang pada setiap kolom, kemudian menjumlahnnya menjadi skor total perolehan pada setiap instrumen SNP. Persentase perolehan dihitung dengan membagi skor perolehan dengan skor maksimal kemudian dikalikan 100%. Tetapi kebanyakan pengawas tidak melalukan pemrosesan hasil sehingga persentase ketercapai masing-masing SNP pada sekolah binaannya tidak diketahui secara pasti.

Laporan hasil disajikan dalam bentuk tabel dan diagram serta dalam bentuk deskripsi hasil pelaksanaan delapan standar. Laporan itu disampaikan pengawas kepada Kepala UPT Wilayah VII Dinas Pendidikan Provisni NTT. Berdasarkan laporan tersebut, pengawas sekolah membuat program tindak lanjut, yang biasanya masuk dalam program kerja pengawas semester berikutnya.

2. Model Konseptual

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan pada model faktual peneliti membuat desain model konseptual pemantauan pelaksanaan standar nasional pendidikan (SNP) berbantuan sistem informasi pengawas sekolah (SIPS) sebagai berikut.

Pada tahap perencanaan, pemantauan pelaksanaan SNP dijadwalkan secara khusus walaupun dalam program tetap merupakan bagian dari supervisi manajerial.

Pegawas sekolah berkoordinasi dengan kepala sekolah dan memberikan informasi tentang pelaksanaan pemantauan pemenuhan SNP, kepala sekolah login ke sistem dengan memnngunakan username dan password yang telah diberikan admin/kepala sekolah selanjutnya melengkapi data data profil sekolahnya serta melakukan pengisian instrumen Evaluasi Diri Online (EDO) terhadap pelaksanaan delapan SNP, pengawas sekolah melakukan login ke sistem menggunakan username dan password yang diberikan admin selanjutnya mendownload hasil isian instrumen EDO yang telah dilakukan oleh kepala sekolah dan dibawa saat melakukan melakukan visitasi ke sekolah binaanya untuk klarifikasi. Kepala sekolah dapat melihat dan mencetak laporan hasil isian instrumen EDO yang telah dilakukannya dalam bentuk tabel dan grafik persentase pemenuhan masing-masing standar SNP.

Tindak lanjut dari hasil pelaksanaan pemantauan SNP, dapat dilakukan pengawas sekolah melalui pertemuan MKKS atau dimasukkan menjadi program pengawas untuk program supervisi pada semester/tahun berikutnya. Model konseptual selanjutnya divalidasi oleh para ahli dan praktisi.Validator model ini adalah dua orang ahli (akademisi) dari Unnes yaitu Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd. dan

Dr. Achmad Rifa’i RC, M.Pd. Validator dari

(7)

7

Tabel 1 Hasil Penilaian Validator Terhadap Model Konseptual

3. Model Hipotetik

Berdasarkan saran/masukan validator beberapa perbaikan yang dilakukan terhadap model konseptual sehingga menjadi model hipotetik sebagai berikut ini : (1) kepala sekolah yang sudah mengisi instrumen evaluasi diri online

(EDO) terhadap pelaksanaan SNP pada waktu yang ditentukan maka tidak dapat mengisi kembali, (2) kepala sekolah yang belum mengisi instrumen evaluasi diri online (EDO) terhadap pelaksanaan SNP pada waktu yang ditentukan maka tidak dapat mengisi kembali kecuali seijin pengawas pembina yang sebelumnya telah berkoordinasi dengan admin sistem informasi pengawas sekolah, (3) pengawas sekolah dapat mengganti hasil isian instrumen yang telah dilakukan oleh kepala sekolah apabila ada yang tidak sesuai saat melakukan klarifikasi, (4) kepala

sekolah tidak bisa melihat persentase hasil isian EDO sekolahnya sebelum di validasi oleh pengawas sekolah.

4. Model Final

Model hipotetik pemantauan pelaksananaan SNP berbantuan sistem informasi pengawas sekolah selanjutnya diujicobakan kepada pengawas dan kepala sekolah. Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah 5 orang pengawas SMA pada dan 10 orang kepala SMA di Kabupaten Manggarai Barat. Berdasarkan hasil uji coba tersebut peneliti melanjutkan dengan uji persepsi untuk mengetahui kepraktisan model hipotetik. Model dikatakan layak apabila skor minimal hasil uji kepraktisan minimal 3,41 (Widoyoko, 2014: 111)

Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Uji Kepraktisan Terhadap Pengawas Sekolah

Tabel di atas menunjukkan semua pengawas menyatakan menyatakan model termasuk dalam klasifikasi sangat layak dengan

(8)

8

SIPS terhadap pengawas sekolah disimpulkan pengawas sekolah sangat setuju jika model tersebut digunakan.

Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Uji Kepraktisan Terhadap Kepala Sekolah

Tabel di atas menunjukkan semua kepala sekolah menyatakan menyatakan model termasuk dalam klasifikasi sangat layak dengan skor rata-rata yang diperoleh adalah 4,7. Kepala sekolah sangat setuju dan mendukung apabila pengawas sekolah menggunakan model tersebut dalam melaksanakan pemantauan SNP di sekolah mereka masing-masing.

Hasil uji coba model pemantauan pelaksanaan SNP berbantuan SIPS menunjukkan persepsi pengawas sekolah dan kepala sekolah terhadap model ini sangat positif (sangat efektif untuk digunakan). Hasil uji coba ini menunjukkan

(9)

9

Gambar 2 Model Final Pemantauan Pelaksanaan SNP Berbantuan SIPS

Dari gambar tersebut dapat diuraikan proses pelaksanaan pemantauan pelaksaan SNP berbantuan sistem informasi pengawas sekolah sebagai berikut :

1. Pengawas sekolah melalukan koordinasi dengan dinas kepemudaan dan olahraga tentang pengesahan jadwal pelaksanaan, surat tugas dan berkas-berkas administrasi lainnya yang diperlukan (langkah 1)

2. Pengawas sekolah berkoordinasi dengan

admin tentang kesiapan sistem (langkah 2)

3. Pegawas sekolah berkoordinasi dengan kepala

sekolah dan memberikan informasi tentang pelaksanaan pemantauan pemenuhan SNP (langkah 3)

4. Admin menginput/memasukkan data ke

dalam sistem, berupa data pokok, data sekolah dan pengawas, user akses, informasi yang mencakup berita dan pengumuman, berkas download. Pada langkah ini admin memberikan User ID dan Password login kepada masing-masing pengawas sekolah dan kepala sekolah (langkah 4)

5. Pengawas memasukkan/memperbaiki data data profil (langkah 5)

6. Kepala sekolah memasukkan data profil sekolahnya serta melakukan pengisian instrumen Evaluasi Diri Online (EDO) terhadap pelaksanaan delapan SNP (langkah 6)

7. Pengawas sekolah melakukan visitasi ke sekolah binaanya untuk klarifikasi terhadap

hasil isian instrumen EDO yang telah dilakukan sekolah binaannya. Pengawas sekolah bisa merubah isian instrumen EDO apabila ada yang tidak sesuai setelah dilakukan klarifikasi dan selanjutnya divalidasi (langkah 7)

8. Kepala sekolah dapat melihat dan mencetak

laporan hasil isian instrumen EDO yang telah dilakukannya dan telah diklarifikasi serta divalidasi oleh pengawas sekolah dalam bentuk tabel dan grafik persentase pemenuhan masing-masing standar SNP (langkah 8)

9. Pengawas sekolah mendapatkan informasi dari sistem hasil pelaksanaan pemantauan pemenuhan SNP dari masing-masing sekolah binaan (langkah 9)

10.Admin mendapatkan informasi dari sistem

hasil pelaksanaan pemantauan pemenuhan SNP semua sekolah (langkah 10)

11.Koordinator pengawas berkoordinasi admin

untuk mendaptkan informasi tentang hasil pelaksanaan pemantauan pemenuhan SNP semua sekolah (langkah 11)

(10)

10

binaanya siap untuk diakreditasi (langkah 12, 3)

13.Pengawas sekolah yang mendapatkan data

langsung dari sistem dan koordinator pengawas yang mendapatkan data dari admin dan pengawas sekolah diteruskan kepada dinas sebagai laporan (langkah 9, 11,13,14,15)

Simpulan

Model pemantauan pelaksanaan standar nasional pendidikan (SNP) yang dilakukan pengawas sekolah selama ini aadalah model biasa (print out).

Model pemantauan pelaksanaan SNP yang dibutuhkan pengawas sekolah adalah model pemantauan SNP berbantuan sistem informasi pengawas sekolah (SIPS).

Model pemantauan pelaksaanaan SNP berbantuan SIPS sangat praktis untuk digunakan.

Saran

Disarankan kepada para pengawas sekolah dan kepala sekolah di Kabupaten Manggarai Barat untuk menggunakan model ini agar proses memantauan pelaksanaan pemenuhan SNP secara efektif dan efisien demi peningkatan mutu pendidikan

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:

1. Direktur Jendral GTK Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program beasiswa hingga selesai.

2. Prof. Dr.rer.nat. Wahyu Hardyanto, M.Si pembimbing I dan Dr. Suwito Eko Pramono, M.Pd pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan kesempatan untuk membimbing dan memotivasi dalam penyelesaian tesis ini.

3. Validator ahli dan praktisi: Prof. Dr. Tri Joko Rahardjo, M.Pd; Dr Achmad Rifa’I RC, M.Pd; Drs. Paulus Hansko; dan Agustinus Bayuwarta.

4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu selama penelitian sehingga dapat terlaksana dengan baik dan lancar.

Daftar Pustaka

Hendarman. (2015). Revolusi Mental Pengawas

Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Kotirde, I. Y., & Yunos, J. B. M. (2015). The processes of supervisions in secondary schools educational system in nigeria.

Procedia - Social and Behavioral Sciences,

Kota Semarang Tahun 2012. IAIN Walisongo

Semarang, Semarang.

Samsudi. (2009). Desain Penelitian Pendidikan. Semarang: UNNES Press.

Sudjana, N. (2012). Pengawas dan Kepengawasan: Memahamai Tugas Pokok, Fungsi, Peran dan

Tanggung Jawab Pengawas Sekolah (1st ed.).

Bekasi: Binamitra Publishing.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhardan, D. (2010). Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era

Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta.

Warun. (2008). Implementasi Supervisi Manajerial

Pengawas TK/SD dalam Meningkatkan

Kemampuan Profesional Kepala SD (Studi Kasus

di Kecamatan Banjarharja, Kabupaten Brebes).

Universitas Negeri Semarang.

Widoyoko, E. P. (2014). Teknik Penyusunan

Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka

Gambar

Gambar 1 Alur penelitian dan Pembangan Model Pemantauan SNP Berbantuan SIPS
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Uji Kepraktisan Terhadap Pengawas Sekolah
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Uji Kepraktisan Terhadap Kepala Sekolah
Gambar 2 Model Final Pemantauan Pelaksanaan SNP Berbantuan SIPS

Referensi

Dokumen terkait

portofolio dibanding aset tunggal adalah bahwa kita bisa mengurangi risiko tanpa harus mengurangi tingkat return yang diharapkan.. Logika yang dipakai

Jika pada setiap persegi ditempatkan bilangan bulat positip sedemikian rupa sehingga perkalian bilangan-bilangan dari sembarang lima persegi yang berurutan menghasilkan 360, maka

SIGIT PUDJIANTO Pembina Utama Madya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air papan partikel yang dihasilkan berkisar antara 0,24% untuk komposisi papan partikel 70:30 sampai dengan 0,69 % untuk komposisi

Dapatan kajian mendapati bahawa terdapat perbezaan yang signifikan antara kumpulan eksperimen yang menggunakan kaedah SQ3R dengan kumpulan kawalan yang menggunakan

Selain itu konsekuensi dari perlawanan tersebut terhadap pelaksanaan putusan pailit hampir semua berjalan karena sifat serta merta akan tetapi ada yang ditunda

(2) Ayat ini mengatur soal kewajiban memberitahukan segala keterangan yang diminta dan memperlihatkan semua buku yang dianggap perlu kepada Inspektur atau pegawai yang

Permasalahan yang diambil untuk dijadikan bahan pembahasan dalam penelitian pada ruang kamar tidur KM Dobonsolo terhadap pengguna ruang, yaitu meliputi dimensi perabot, dan