• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PERILAKU PEJALAN KAKI DALAM PEMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN PERILAKU PEJALAN KAKI DALAM PEMAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PERILAKU PEJALAN KAKI DALAM PEMANFAATAN JALUR PEJALAN

KAKI DI KAWASAN CBD SIMPANG LIMA SEMARANG

(Studi of Pedestrian Behaviour in the Utilization of Pedestrian Ways in CBD

Simpang Lima Semarang)

Oleh : Riska Eky Afriani1 Ir. Djoko Suwandono, MSP2

1Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

2Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Abstrak

Pemerintah Kota Semarang memiliki harapan dengan memperbaiki jalur pejalan kaki di jalan-jalan utama Kota Semarang dapat menarik minat pejalan kaki untuk memanfaatkan ruang yang telah disediakan oleh Pemerintah. Pembangunan jalur pejalan kaki tersebut dapat meningkatkan kualitas ruang kota serta aktivitas penggunanya. Tujuan dari penelitian untuk menganalisis bagaimana perilaku pejalan kaki terhadap penyediaan jalur pejalan kaki khususnya di Kawasan Simpang Lima baik secara faktor fisik maupun non fisik.

Hasil dari penelitian dari segi fisik, identifikasi jalur pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang memiliki keanekaragaman kondisi namun masih serupa baik dari segi fasilitas maupun elemen pendukung jalur pejalan kaki. Analisis tingkat pelayanan jalur pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang memiliki LOS baik dari segi tingkat arus maupun LOS ruang pejalan memiliki nilai A hingga D. Sedangkan dari segi non fisik, analisis karakteristik perilaku dan pemetaan pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima dibedakan menjadi dua yaitu hari kerja dengan hari libur tentunya memiliki pergerakan dan perilaku yang berbeda. Berdasarkan analisis perilaku pejalan kaki dibedakan menjadi dua yaitu persepsi dan preferensi pejalan kaki. Hasil analisis persepsi pejalan kaki menghasilkan faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan renovasi jalur pejalan kaki adalah faktor fasilitas dan elemen pendukung jalur pejalan kaki. Sedangkan dari segi preferensi pejalan kaki menganggap bahwa lebih senang melintasi jalur pejalan kaki karena jalur menarik untuk dilalui dan juga elemen pendukung yang perlu ditambah adalah elemen tempat duduk atau bangku.

Kata kunci : jalur pejalan kaki, perilaku, Central Business District

Abstract

Semarang Government have hope to improve the pedestrian ways on the main streets of Semarang city could attract pedestrians to utilize the space has been provided by the Government. Construction of pedestrian ways can improve the quality of urban space and the activities of its users. The purpose of this study to analyze how the behavior of pedestrians on the provision of pedestrian ways, especially in Simpang Lima area both the physical and non physical factor.

The results of the study of the physical aspect, identification of pedestrian ways in Simpang Lima area of Semarang has a diversity of conditions, but still similar in terms of both facilities and supporting elements of pedestrian ways. Analysis of pedestrian level of service at the Simpang Lima area of Semarang has a LOS both in terms of flow rate and LOS pedestrian space has a value of A through D. In terms of non-physical, analysis of characteristics behaviour of pedestrian and pedestrian movement at the Simpang Lima area is divided into two working days with a day off would have a different movement and behaviour. Based on the analysis of pedestrian behavior can be divided into two: perceptions and preferences of pedestrians. The analysis pedestrian's perception of the most influential factor on the development of pedestrian ways renovation is a factor supporting elements of the facility and pedestrian ways. In terms of preference assume that pedestrians prefer to cross ways because the ways attract pedestrians to pass and also the supporting elements need to be added is an element of a seat or bench.

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perkembangan Kawasan Bundaran Simpang Lima dengan lokasinya yang strategis, aksesibilitasnya yang tinggi dan fungsinya sebagai CBD, menjadi daya tarik yang kuat sehingga meningkatkan jumlah pelaku aktivitas di Kawasan Pusat Kota Semarang. Perilaku aktivitas masyarakat khususnya pejalan kaki sebagai aspek non fisik dengan morfologi kota Kawasan Simpang Lima sebagai aspek fisik struktur pola ruang sangat erat hubungannya dan tidak terpisahkan.

Kawasan Simpang Lima merupakan pusat dari kegiatan perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, perhotelan dan juga peribadatan. Kawasan Simpang Lima merupakan daya tarik Kota Semarang karena memiliki aktivitas masyarakat yang bermacam-macam dengan kepentingan yang berbeda-beda sesuai ruang yang dibutuhkan masing-masing. Aktivitas masyarakat khususnya pergerakan pejalan kaki secara tidak langsung dipengaruhi oleh ruang yang ada di sekitarnya.

Keterkaitan antara aktivitas masyarakat khususnya pejalan kaki sangatlah erat dengan kondisi struktur ruang yang ada di Kawasan Simpang Lima. Kegiatan atau perilaku masyarakat di Kawasan Simpang Lima merupakan aspek nonfisiknya. Aspek fisik ditinjau dari struktur kawasan dan juga kenampakan ruang kawasan, dalam hal ini adalah jalur pejalan kaki Kawasan Simpang Lima Semarang. Perilaku masyarakat yang difokuskan pada perilaku pejalan kaki yang beraktivitas di Kawasan Simpang Lima memiliki bermacam-macam bentuk dengan kebutuhan yang berbeda-beda dan juga ditinjau dari persepsi dan preferensi masyarakat.

Pemerintah Kota Semarang beberapa tahun terakhir ini melakukan renovasi jalur pejalan kaki dengan tujuan memfasilitasi pejalan kaki dalam memanfaatkan ruang yang ada di Kawasan Simpang Lima Semarang. Perilaku pejalan kaki terhadap penggunaan ruang jalur pejalan kaki menjadi sorotan utama penelitian ini untuk menilai bagaimana perkembangan renovasi yang telah dilakukan oleh pemerintah. Selain itu juga menilai sejauh mana tingkat pelayanan jalur pejalan kaki di masing-masing penggal jalan.

Maka, dibutuhkan kajian lebih khusus untuk mengidentifikasi aspek fisik dan nonfisik dari perilaku pejalan kakidan struktur ruang di kawasan Central Business District Simpang Lima. Sedangkan yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah “Bagaimanakah perilaku pejalan kaki dalam pemanfaatan renovasi jalur pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang baik dari segi fisik maupun non fisik ?”

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku pejalan kaki dalam pemanfaatan jalur pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang. Sedangkan sasaran untuk mencapai tujuan tersebut diantaranya adalah:

1. Mengidentifikasi kondisi jalur pejalan kaki tiap penggal jalan kawasan Simpang Lima Semarang

2. Menganalisis tingkat pelayanan jalur pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang

3. Menganalisis karakteristik dan pemetaan pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang

4. Menganalisis perilaku pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang

KAJIAN LITERATUR

(3)

TABEL 1

SINTESIS KAJIAN LITERATUR

Dasar Literatur Penjelasan Literatur Sumber Manfaat

Perkembangan kota

Penelusuran terhadap sejarah

perkembangan kota dan perencanaan kota telah dilakukan dengan melakukan periodisasi dari yang paling sederhana dengan membuat dikotomi kota tradisional – kota modern, sampai dengan periodisasi yang rinci sesuai dengan perkembangan peradaban yang

Pusat Kota atau atau central business district (CBD) terdiri dari satu atau lebih sistem pada suatu pusat bagian kota yang mempunyai nilai lahan sangat tinggi.

Area-area yang terbangun di perkotaan yang terletak saling berdekatan yang meluas dari pusatnya hingga ke daerah pinggiran kota membentuk komunitas secara fisik

Branch, 1995

Ruang Terbuka

Ruang terbuka di dalam ruang kota dapat dibedakan menurut letak dan fungsinya. Ruang terbuka juga menimbulkan masalah yang sesuai posisi dari open space tersebut baik di pusat kota maupun kawasan industri

Mirsa, 2011 Ruang terbuka di wilayah penelitian

Lingkungan Kita membutuhkan ruang untuk merasakan secara benar situasi kita, atau interaksi kita dengan ruang adalah permasalahan psikologi yang luas. Kita selalu diidentifikasikan secara

psikopsikis, ergonomis dan psikologi emosi dan perasaan.

Bryan

(4)

Dasar Literatur Penjelasan Literatur Sumber Manfaat behaviour mapping Desain arsitektur memiliki efek langsung

dan mempengaruhi pada cara orang berperilaku.

Maurice Brody dalam

(Lipman,1973) Behaviour setting merupakan interaksi

antara suatu kegiatan dengan tempat yang lebih spesifik

Rapoport, 1969

Fenomena perilaku merupakan bentuk interaksi individu maupun organisasi dengan setting lingkungan (properti dan komponen lingkungan), fenomena

Faktor-faktor pembentuk jalur pedestrian, antara lain: Faktor fisik; Aksesibilitas pedestrian; Pelaku atau pengguna; Frekuensi aktivitas yang terjadi; Hubungan dengan lingkungan sekitarnya, seperti kawasan permukiman, perkantoran, perdagangan, dan lainnya; Faktor psikis, meliputi keamanan dan kenyamanan.

Iswanto, 2006 Jalur pejalan kaki merupakan suatu Elemen-elemen pendukung yang harus

terdapat pada jalur pedestrian, antara

Jembatan penyeberangan berfungsi sebagai jalur keselamatan bagi pejalan Prinsip analisis arus pejalan kaki adalah

(5)

TABEL 2

VARIABEL PENELITIAN

No

. Variabel Penelitian Penjelasan

1. Variabel secara fisik

Mengidentifikasi karakteristik jalur pejalan kaki :  Elemen-elemen Pendukung

 Fasilitas Jalur Pejalan Kaki

Mengidentifikasi elemen pendukung seperti lampu, signage, tempat sampah, halte, telepon umum, dan vegetasi serta mengidentifikasi fasilitas-fasilitas jalur pedestrian (arcade, shopping mall, gallery,dll)

Menganalisis tingkat pelayanan pedestrian ways :

 Tingkat pelayanan pejalan kaki menggunakan Level of Service (LOS)

Menghitung tingkat pelayanan jalur pejalan kaki dari jalur pejalan kaki menggunakan Level of Service tiap penggal jalan.

2. Variabel secara non fisik

Menganalisis karakteristik dan pemetaan pejalan kaki :

Menganalisis persepsi dan preferensi pedestrian terhadap jalur pejalan kaki menggunakan Analisis Faktor dan juga deskripsi kuantitatif.

Sumber : Analisis Penyusun, 2012

METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan kuantitatif, dimana pengumpulan datanya dilakukan secara primer (melalui observasi lapangan, traffic counting pedestrian, dan kuesioner) dan sekunder (melalui dokumentasi/kajian dokumen). Dalam menentukan responden untuk kuesioner, penelitian ini menggunakan metode accidental sampling. Teknik ini dilakukan pemilihan sampel dari populasinya yang dilakukan secara accident atau kebetulan dapat ditemui dan bersedia diwawancarai. Sedangkan jumlah responden adalah 100 responden yang dibagi menjadi 2 hari yaitu hari kerja dan hari libur, dengan masing-masing responden 50 orang.

Analisis perilaku pejalan kaki dalam pemanfaatan jalur pejalan kaki menggunakan metode penelitian kuantitatif, Sehingga teknik analisis yang digunakan berhubungan dengan teknik pengolahan angka. Namun untuk mengidentifikasi karakteristik jalur pejalan kaki menggunakan deskripsi observasi untuk mengidentifikasi kondisinya. Analisis kuantitatif digunakan pada saat menganalisis tingkat pelayanan jalur pejalan kaki menggunakan analisis LOS (level of service) tiap penggal jalan. Metode ini menganalisis volume pejalan kaki di tiap penggal jalan terhadap kapasitas jalur pejalan kaki yang tersedia. Kemudian digunakan untuk mengetahui tingkat pelayanannya. Analisis deskriptif kuantitaif juga digunakan untuk mentransformasikan data hasil kuesioner atau pengamatan langsung ke dalam bentuk data yang sederhana seperti tabel dan grafik. Kemudian data kuesioner juga dianalisis lebih lanjut menggunakan SPSS yaitu untuk menganalisis Analisis Faktor yang mempengaruhi perkembangan renovasi jalur pejalan kaki berdasarkan pendapat masyarakat. Berdasarkan hasil analisis, dapat dirumuskan temuan penelitian untuk penarikan kesimpulan. Kemudian juga merumuskan rekomendasi pelayanan jalur pejalan kaki berdasarkan analisis tingkat pelayanan jalur pejalan kaki yang telah dilakukan.

TEMUAN DAN KAJIAN ATAS TEMUAN

(6)

4

2

1

5

6

7 8 3

karakteristik dan pergerakan pejalan kaki, dan menganalisis perilaku pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang.

Kondisi Penggal Jalur Pejalan Kaki secara Umum

Penggal jalur pejalan kaki dalam penelitian ini terdiri dari delapan penggal jalan. Berikut ini adalah penggal jalan yang akan dianalisis:

1. Penggal Jalan Samping Telkom-Depan SMK 7 2. Penggal Jalan Depan E-Plaza

3. Penggal Jalan Depan Masjid Baiturahman 4. Penggal Jalan Depan Mall Citra Land 5. Penggal Jalan Samping Matahari

6. Penggal Jalan Samping Plaza Simpang Lima 7. Penggal Jalan Samping ACE Hardware

8. Bundaran Lapangan Simpang Lima

Sumber: Analisis Peneliti, 2012

Gambar 1

Pembagian Penggal Jalan di Kawasan Simpang Lima

(7)

Elemen Pendukung Jalur Pejalan Kaki Fasilitas Jalur Pejalan Kaki

(a) Penggal Jalan (1), (2), (5), (6), dan (7) (b) Penggal Jalan (3)

(c) Penggal Jalan (4) (d) Penggal Jalan (8)

Keterangan:

Sumber: Analisis Peneliti, 2012

Gambar 2

Penampang Penggal Jalan di Kawasan Simpang Lima

2. Analisis tingkat pelayanan jalur pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang berfungsi untuk mengetahui sejauh mana tingkat pelayanan jalur pejalan kaki setiap penggal jalannya.Analisis tingkat pelayanan jalur pejalan kaki dibedakan menjadi dua yaitu hari kerja dan hari libur (Hari Minggu). Kemudian dari masing-masing hari dibedakan menjadi tiga zona waktu yaitu pagi hari (06.00-08.00), siang hari (11.00-13.00), kemudian sore hari (16.00-18.00) berdasarkan delapan penggal jalan penelitian masing-masing. Seperti identifikasi sebelumnya bahwa penggal jalan (1) hingga (7) berupa koridor sedangkan penggal jalan (8) berupa jalur pejalan kaki melingkar di Lapangan Pancasila.

(8)

dengan kecepatan yang cepat. Keberadaan pejalan kaki yang lainnya sudah mulai berpengaruh pada arus pedestrian, tetapi para pejalan kaki masih dapat berjalan dengan nyaman tanpa mengganggu pejalan kaki lainnya. LOS C, ruang pejalan kaki masih memiliki kapasitas normal, para pejalan kaki dapat bergerak dengan arus yang searah secara normal walaupun pada arah yang berlawanan akan terjadi persinggungan kecil. Arus pejalan kaki berjalan dengan normal tetapi relatif lambat karena keterbatasan ruang antar pejalan kaki. Sedangkan LOS D artinya, ruang pejalan kaki mulai terbatas, untuk berjalan dengan arus normal harus sering berganti posisi dan merubah kecepatan. Arus berlawanan pejalan kaki memiliki potensi untuk dapat menimbulkan konflik. LOS D masih menghasilkan arus ambang nyaman untuk pejalan kaki tetapi berpotensi timbulnya persinggungan dan interaksi antar pejalan kaki.

3. Karateristik dan pemetaan perilaku pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima dibedakan menjadi dua yaitu hari kerja dengan hari libur. Karakteristik perilaku pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang diantaranya adalah berjalan, berjalan mengelompok, menyapu, berlari, duduk di bangku, duduk di bantaran tanaman, duduk di bangku PKL, berdiri, bermain sepatu roda, berfoto-foto, menunggu di halte, dan berdiri menunggu angkutan. Karakteristik perilaku pejalan kaki bermacam-macam tergantung dengan lokasi dan juga waktunya. Sedangkan pemetaan pejalan kaki dibedakan juga menjadi hari kerja dan hari libur, berikut ini persebarannya:

(a) Pemetaan pada hari kerja (b) Pemetaan pada hari libur

Keterangan:

Pergerakan Pejalan Kaki Sumber: Analisis Peneliti, 2012

Gambar 3

Pemetaan Perilaku Pejalan Kaki di Kawasan Simpang Lima

Berdasarkan gambar diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada hari kerja pejalan kaki menyebar di delapan penggal jalan akan tetapi lebih banyak berkumpul di penggal jalan (4) dikarenakan adanya Halte BRT sehingga lebih menarik banyak pejalan kaki. Sedangkan pada hari libur khususnya Hari Minggu pejalan kaki mayoritas berkumpul di penggal jalan (8) yaitu Lapangan Pancasila untuk berolahraga pada acara Car Free Day.

4. Perilaku pejalan kaki menggunakan analisis behavior setting yang kemudian diturunkan lagi menjadi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan renovasi jalur pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang menurut pendapat masyarakat. Kemudian digolongkan menjadi dua yaitu persepsi dan preferensi pejalan kaki.

(9)

pengumpulan data kuesioner, maka kemudian dilakukan analisis faktor menggunakan SPSS yang fungsinya untuk mengetahui faktor-faktor atau aspek mana yang mempengaruhi perkembangan renovasi jalur pejalan kaki berdasarkan pendapat masyarakat. Berdasarkan tabel MSA iterasi kedua, maka dapat dilihat bahwa kelima variabel yang dianalisis lebih lanjut memiliki nilai MSA >o,5 maka variabel E1, J2, T3, A5 dan P7 mempengaruhi perkembangan renovasi jalur pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang berdasarkan pendapat masyarakat. Berturut-turut faktor tersebut adalah fasilitas pejalan kaki, jalur penyebrangan pejalan kaki, keteduhan jalur pejalan kaki, keamanan jalur pejalan kaki, dan keberadaan pedagang kaki lima di jalur pejalan kaki Kawasan Simpang Lima Semarang. Kemudian kelima faktor tersebut dirotasi dan dihasilkan tabel sebagai berikut:

TABEL 3

ROTATED COMPONENT MATRIX (a)

Component

1 2

E1 ,185 ,701

J2 ,638 ,300

T3 -,001 -,840

A5 -,794 -,030

P7 ,738 ,031

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a Rotation converged in 3 iterations.

Sumber: Hasil Analisis Faktor SPSS, 2012

Tabel Rotated Component Matrix menunjukkan distribusi kelima variabel pada satu faktor yang ada. Angkanya merupakan loading factor atau besarnya korelasi antara satu variabel dengan faktor 1 dan faktor 2. Terlihat bahwa korelasi variabel kuat karena angkanya mendekati angka 1. Dengan lima variabel yang memenuhi syarat terbentuklah dua faktor saja. Penamaan ini mengacu pada variabel pembentuknya. Untuk faktor 1, variabel-variabel yang membentuk adalah variabel-variabel yang mempunyai loading factor besar yang paling berkorelasi membentuk faktor 1 yaitu:

 J2 = Jalur Penyebrangan, dengan loading factor 0,638

 P7 = Keberadaan Pedagang Kaki Lima, dengan loading factor 0,738 Jadi nama yang tepat untuk faktornya adalah Fasilitas Penunjang Jalur Pejalan Kaki.

Untuk faktor 2, variabel-variabel yang membentuk adalah variabel yang mempunyai loading factor besar yang paling berkorelasi membentuk faktor 2 yaitu:

 E1 = Elemen Pendukung Jalur Pejalan Kaki, dengan loading factor 0,701 Jadi nama yang tepat untuk faktornya adalah Elemen Pendukung Jalur Pejalan Kaki.

Adapun variabel T3 dan A5, mempunyai loading factor yang bernilai negatif terhadap faktor 1 dan faktor 2 yaitu -0,001 dan -0,794 pada faktor 1 dan -0,840 dan -0,030 pada faktor 2, yang berarti berkorelasi berbanding terbalik dengan faktor 1 dan faktor 2.

Hasil analisis faktor menghasilkan faktor yang paling berpengaruh adalah fasilitas penunjang jalur pejalan kaki dan juga faktor elemen pendukung jalur pejalan kaki. Sehingga jika digabungkan menjadi Faktor fasilitas penunjang dan elemen pendukung jalur pejalan kaki.

(10)

tempat duduk atau bangku. Berikut ini adalah pie chart hasil dari kuesioner berdasarkan 100 responden:

(a) Alasan Pemilihan Rute (b) Elemen Pelengkap yang perlu ditambah

Sumber: Analisis Peneliti, 2012

Gambar 4

Preferensi Masyarakat di Kawasan Simpang Lima

Berdasarkan pie chart (a) diatas maka dapat diketahui bahwa sebanyak 31 orang ataupun 31 % responden lebih memilih rute berjalan karena rute tersebut lebih menarik untuk dilalui. Sedangkan paling sedikit adalah 13% responden memilih rute tersebut tidak banyak hambatan selama berjalan. Maka dapat dikatakan bahwa suara mayoritas yang memilih rute tersebut menarik karena di kawasan tersebut merupakan kawasan perdagangan dan jasa yang menarik untuk kunjungi terutama untuk berbelanja. Kawasan Simpang Lima merupakan Central Business District di Kota Semarang dimana perdagangan dan jasa modern beraglomerasi menjadi satu di kawasan tersebut.

Sedangkan pie chart (b) maka dapat diketahui bahwa sebanyak 36 orang ataupun 36% responden lebih memilih elemen pelengkap paling penting untuk jalur pejalan kaki adalah adanya tempat duduk. Disusul kemudian adanya pohon perindang duduk dengan prosentase sebanyak 31%. Sedangkan paling sedikit adalah 3% responden memilih papan petunjuk arah. Maka dapat dikatakan bahwa suara mayoritas yang memilih elemen pelengkap jalur pejalan kaki yaitu tempat duduk yaitu karena tempat duduk yang telah ada merupakan tempat duduk untuk yang membeli PKL bukan tempat duduk jalur pejalan kaki yang permanen. Pejalan kaki yang kelelahan tidak memungkinkan untuk beristirahat tempat duduk, karena tidak tersedia tempat duduk. Banyak masyarakat yang duduk di bantaran vegetasi yang setinggi 1 meter disisi luar jalur pejalan kaki tempat ditanaminya tanaman, padahal tempat tersebut bukanlah tempat duduk namun masyarakat menganggapnya sebagai tempat duduk.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi jalur pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang memiliki keanekaragaman kondisi namun masih serupa. Hal ini dikarenakan penggal jalan (1), (2), (5), (6) dan (7) memiliki PKL diatasnya dan tentunya memiliki hambatan samping juga di waktu-waktu tertentu. Sedangkan penggal jalan (3) dan (4) tidak memiliki PKL diatasnya maka memiliki kapasitas yang lebih luas. Penggal jalan (8) merupakan jalur pejalan kaki melingkar di Lapangan Pancasila.

2. Analisis tingkat pelayanan jalur pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang memiliki LOS baik dari segi tingkat arus maupun LOS ruang pejalan memiliki nilai A hingga D. Tentunya LOS tersebut dikarenakan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya panjang dan lebar jalur pejalan kaki, hambatan samping, volume pejalan kaki, kecepatan rata-rata pejalan kaki, jam puncak setiap 15 menit di masing-masing penggal jalan dan kepadatan pejalan kaki di masing-masing penggal jalan.

(11)

bermacam-macam tergantung dengan lokasi dan juga waktunya. Sedangkan pemetaan pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima dibedakan menjadi dua yaitu hari kerja dengan hari libur, pada hari kerja pejalan kaki menyebar di delapan penggal jalan akan tetapi lebih banyak berkumpul di penggal jalan (4) dikarenakan jalur pejalan kaki yang cukup luas serta cukup teduh dan juga dilengkapi adanya halte BRT. Sehingga memungkinkan menarik banyak pejalan kaki. Pada hari libur khususnya Hari Minggu pejalan kaki mayoritas berkumpul di penggal jalan (8) yaitu Lapangan Pancasila dikarenakan pada pagi hari terdapat acara Car Free Day.

4. Berdasarkan analisis perilaku pejalan kaki dibedakan menjadi dua yaitu persepsi dan preferensi pejalan kaki. Hasil analisis faktor menghasilkan faktor yang paling berpengaruh adalah fasilitas penunjang jalur pejalan kaki dan juga faktor elemen pendukung jalur pejalan kaki. Sehingga jika digabungkan menjadi Faktor fasilitas dan elemen pendukung jalur pejalan kaki. Sedangkan berdasarkan preferensi pejalan kaki maka dapat diambil kesimpulan pejalan kaki lebih senang melintasi jalur pejalan kaki karena jalur menarik untuk dilalui dan juga elemen pendukung menurut mereka yang penting dan perlu ditambah adalah elemen tempat duduk atau bangku.

Selain kesimpulan maka dapat direkomendasikan terhadap wilayah amatan yaitu jalur pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang. Berikut ini adalah beberapa rekomendasi untuk pemerintah yang bermanfaat untuk melakukan pengembangan jalur pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang:

1. Perlunya peningkatan perawatan secara berkala jalur pejalan kaki agar tidak kotor maupun rusak baik dari elemen pendukungnya maupun fasilitas jalur pejalan kakinya. 2. Masyarakat berpendapat bahwa perlu adanya jembatan penyebrangan antara Lapangan Pancasila dengan gedung disekitarnya supaya memudahkan menyeberang.

3. Masyarakat juga berpendapat bahwa perlu penambahan elemen pendukung seperti bangku/ tempat duduk yang permanen untuk tempat istirahat dan juga penambahan pohon supaya terlihat teduh.

4. Pemerintah diharapkan bertindak tegas terhadap untuk masalah perparkiran karena banyak disudut jalur pejalan kaki yang dijadikan lahan parkir sehingga mengganggu kenyamanan jalur pejalan kaki yang melakukan aktivitas.

Sedangkan berikut ini adalah beberapa rekomendasi untuk masyarakat yang bermanfaat untuk menjaga kelestarian jalur pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima:

1. Masyarakat diharapkan dapat bekerjasama untuk turut menjaga jalur pejalan kaki di Kawasan Simpang Lima Semarang supaya tidak rusak dan tetap terawat.

2. Masyarakat diharapkan dapat mematuhi peraturan pemerintah untuk tidak sembarangan membuka lahan parkir terutama di jalur pejalan kaki karena hal tersebut mengganggu pejalan kaki yang beraktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Upacara dugderan sebagai aktivitas sosial budaya di Lapangan Pancasila diunduh pada ekowisataku.blogspot.com

Branch, Melville. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif - Pengantar &Penjelasan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Daldjoeni, N. 1992. Geografi Baru: Organisasi Keruangan dalam teori danPraktek. Bandung: Alumni Bandung.

Iman Soedrajat. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan. Departemen Pekerjaan Umum.

(12)

Iswanto, Danoe. 2006. Dalam Jurnal Enclosure: Pengaruh Elemen – Elemen Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki (Studi Kasus : Penggal Jalan Pandanaran, Dimulai Dari Jalan Randusari Hingga Kawasan Tugu Muda). Volume 5 No. 1. Maret 2006 Khisty, C. J. 1993. Evaluation of Pedestrian Facilities: Beyond the Level-of- Service Concept. In

Transportation Research Record, TRB. National Research Council. Washington, D.C Lawson, Bryan. 2001. Language of Space. Architectural Press: Oxford.

Lipman, Alan. 1973. The Architectural Belief System and Social Behavior. Designing for Human Behavior : Architecture and the Behavioral Sciences. Pennsylvania: Dowden Hutchingon & Ross, Inc.

Maslow, Abraham. dalam materi kuliah Perilaku Masyarakat dan Ruang Perkotaan Suwandono, Djoko. 2010. Space and The Human Dimension Chapter 2. Universitas Diponegoro: Semarang Mirsa, Rinaldi. 2011. Elemen Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Pedoman Metode Analisis Perencanaan Wilayah dan Kota. 2008. Fakultas Teknik.Universitas Diponegoro : Semarang

Rachmawati, Oktafia. 2004. Tugas Akhir Kajian Pola Pergerakan Dan Penyediaan Ruang Pejalan Kaki Di Kawasan Wisata Candi Borobudur. Universitas Diponegoro: Semarang.

Rapoport, A. 1980. Cross-cultural aspects of environmental design. Human Behavior and Environment. Vol. 4: Environment and Culture. New York: Plenum Press.

Setiawan, Rudy. Jurnal Usulan Standar dan Evaluasi Tingkat Pelayanan Selasar di Maspion Square Surabaya. Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Jurusan Teknik Sipil. Universitas Kristen Petra.

Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold Company, Inc.

Tisnaningtyas, E. Y. 2002. Tesis Fungsi Jalur Pedestrian di Kawasan Simpang Lima Semarang pada Malam Hari ditinjau dari Aspek Kenyamanan dan Visibilitas Penggunanya. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro: Semarang.

Untermann, R.K. 1984. Accomodating the Pedestrian. New York: Van Nostrand Reinhold Company, Inc.

Weissman, J. 1981. Evaluating architectural legibility way finding in the built environment. Environment and Behavior.

Yeates, M and B. Garner. 1980. The North American Cities. Third Edition.Ontario: Queen’s University Ontario.

Gambar

TABEL 1SINTESIS KAJIAN LITERATUR
TABEL 2VARIABEL PENELITIAN
Gambar 1Pembagian Penggal Jalan di Kawasan Simpang Lima
Gambar 2Penampang Penggal Jalan di Kawasan Simpang Lima
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dan pengolah- an data yang telah dilakukan, maka diambil kesimpulan bahwa percepatan durasi proyek optimum pada proyek pembangunan Dermaga

Selain kegiatan wisata spiritual yang ada, kota Larantuka sendiri juga memiliki berbagai potensi keindahan alam dan budaya yang wajib untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata

Jika informasi mengenai peraturan lainnya yang berlaku belum tersedia di bagian lain dalam lembaran data keselamatan bahan ini, maka hal ini akan dijelaskan dalam bagian ini.

Sukuk Negara Ritel adalah Sukuk Negara (SBSN) yang dijual kepada individu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual. 10  Diversifikasi

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akreditasi internasional rumah sakit adalah proses penilaian organisasi kesehatan oleh lembaga

- Belum semua kab/kota dari provinsi mengirimkan data perkembangan harga pangan secara rutin (mingguan) ke pusat. - Meningkatkan monitoring harga yang

Namun perlu adanya analisis tambahan terhadap regangan yang terjadi pada pipeline selama proses laying sehingga kegagalan pada pipeline seperti concrete crushing

Penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny.S. sesuai dari kebijakan teknis (kunjungan neonatus umur 6