• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Tentang Peran Serta Masyarakat Di SMP Negeri 26 Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Tentang Peran Serta Masyarakat Di SMP Negeri 26 Semarang"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Manajemen Berbasis Sekolah

Dalam Mulyasa,(2002) istilah manajemen memiliki banyak arti, bergantung pada orang yang mengartikannya. Istilah manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu ada tiga pandangan yang berbeda ; pertama mengartikan administrasi lebih luas daripada manajemen (manajemen merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas daripada administrasi; dan ketiga , pandangan yang menganggap bahwa manajemen identik dengan administrasi. Hal ini menunjukkan bahwa istilah manajemen bisa diartikan sesuai dengan apa yang akan kita bicarakan, bisa diartikan sebagai administrasi atau inti administrasi bahkan lebih luas lagi.

Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak bisa dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasannya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif, dan efisien. Konsep tersebut berlaku di sekolah yang memerlukan manajemen yang efektif dan efisien.

(2)

tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadapkebutuhan setempat. Ini dimaksudkan bahwa MBS adalah suatu program dimana sekolah diberikan kewenangan penuh dalam mengelola sumber-sumber yang ada pada sekolah yang bersangkutan.

MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok yang terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan.

Dalam Hamid, (2000) MBS mempunyai tiga pilar yang sangat terkenal yaitu:

2.1.1.Manajemen Sekolah

(3)

keuangan dan pembiayaan, manajemen budaya dan ligkungan sekolah/madrasah dan manajemen peran serta masyarakat.

2.1.2. PAKEM

PAKEM merupakan inovasi pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa pada setiap kegiatan pembelajaran. PAKEM singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif,Efektif, dan Menyenangkan). Dengan adanya inovasi pembelajaran ini, siswa diharapkan untuk lebih aktif dan kreatif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Suasana pembelajaran PAKEM yang menyenangkan, akan menciptakan kepercayaan diri dari siswa dengan tidak merasa tegang dan pembelajaran yang berlangsung tidak terasa membosankan.

2.1.3. Peran Serta Masyarakat (PSM)

Peran serta masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan permasalahan masyarakat tersebut. Dalam Manajemen Berbasis Sekolah peran serta masyarakat berarti partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan sekolah tersebut.

2.2 Komite Sekolah

(4)

maupun jalur pendidikan luar sekolah. Hal itu menunjukkan bahwa komite sekolah merupakan suatu organisasi.

Nama Komite Sekolah disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan, Komite Pendidikan LuarSekolah, Dewan Pendidikan, Majelis Sekolah, Majelis Madrasah, Komite TK, Komite PAUD, atau nama lain yang disepakati.

Komite Sekolah bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hirarkis dengan lembaga pemerintahan. Hal itu selaras dengan pasal 56, ayat 3 UU N0.20 tahun 2003, yang berbunyi Komite Sekolah/Madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan

(5)

ekologis, nilai kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai dengan potensi masyarakat setempat.

Ada beberapa tujuan dari Komite Sekolah diantaranya ; mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan, meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan di satuan pendidikan, serta menciptakan suasana dan kondisi pendidikan yang transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.

Menurut Sapari, (2003) peran dan Fungsi Komite juga harus diperhatikan. Pembagian peran Komite Sekolah harus sesuai dengan posisi dan otonomi yang ada.

(6)

Sedangkan fungsi dari Komite Sekolah adalah menjalankan dari semua peran Komite Sekolah. Sebagai lembaga pertimbangan Komite Sekolah memberikan pertimbangan, masukan, dan rekomendasi mengenai kebijakan dan program pendidikan, Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS), kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria tenaga pendidikan, kriteria fasilitas pendidikan dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.

Sebagai lembaga pendukung, Komite Sekolah mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, juga melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Kemudian menampung danmenganalisa aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.

Sebagai lembaga pengontrol, Komite Sekolah melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

(7)

2.3. Evaluasi dan Evaluasi Program

Evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas, kinerja, atau produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Fokus evaluasi adalah individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai kelompok atau kelas. Melalui evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai. Selanjutnya, informasi ini digunakan untuk perbaikan suatu program.

Evaluasi merupakan alat dari berbagai cabang ilmu pengetahuan untuk menganalisis dan menilai fenomena ilmu pengetahuan dan aplikasi ilmu pengetahuan dalam penerapan ilmu pengetahuan dalam praktik profesi. Menurut Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J.Shinkfield dalam Wirawan (2012;30 ) teori evaluasi program mempunyai enam ciri, yaitu : pertalian menyeluruh; konsep-konsep inti; hipotesis-hipotesis teruji mengenai bagaimana prosedur-prosedur evaluasi menghasilkan keluaran yang diharapkan; prosedur-prosedur yang dapat diterapkan; persyaratan-persyaratan etikal; dan kerangka umum untuk mengarahkan praktik evaluasi program dan melaksanakan penelitian mengenai evaluasi program. Hal ini menunjukkan bahwa evaluasi program sangat berhubungan dengan prosedur-prosedur dan persyaratan-persyaratan dalam suatu penelitian.

(8)

didahului dengan kegiatan pengukuran dan penilaian. Menurut Tyler juga dalam Wirawan (2012), evaluasi adalah proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai. Masih banyak lagi definisi tentang evaluasi, namun semuanya selalu memuat masalah informasi dan kebijakan, yaitu informasi tentang pelaksanaan dan keberhasilan suatu program yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kebijakan berikutnya.

Evaluasi secara singkat juga dapat didefinisikan sebagai proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar kelas atau kelompok. Hasil evaluasi diharapkan dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik dan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik. Jadi, evaluasi memberikan informasi bagi kelas dan guru untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Informasi yang digunakan untuk mengevaluasi program pembelajaran harus memiliki kesalahan sekecil mungkin. Evaluasi pada dasarnya adalah melakukan judgmentterhadap hasil penilaian, maka kesalahan pada penilaian dan pengukuran harus sekecil mungkin.

(9)

Evaluasi Program

Suharsimi dan Cepi (2004). evaluasi program adalah “upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya.” Hal itu dimaksudkan apabila efektivitas masing-masing komponen dapat kita ketahui dengan lebih baik maka kita dapat dengan cermat mengetahui keterlaksanaan sesuai dengan tingkatannya.

Setiap hasil evaluasi diperlukan kriteria penilaian yang akan diperlukan untuk pelaksanaan analisis data. Pendapat lain dikemukakan oleh Brinkerhoff dalam Suharsimi dan Cepi (2004) yaitu “…the criteria to be used for the assessment of a specific object must be determined within the specific of the object and the function of its evaluation.”

Jadi yang dimaksud dengan evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya dan setiap hasil evaluasi diperlukan kriteria penilaian yang akan diperlukan untuk pelaksanaan analisis data.

Tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

Secara umum, tujuan evaluasi adalah:

(10)

perkembangan atau kemajuan yang dialami peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Dengan kata lain, tujuan umum evaluasi adalah untuk memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat pencapaian kemajuan peserta didik terhadap tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

2. Untuk mengetahui tingkat efektifitas proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru dan peserta didik.

3. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan. Tanpa ada evaluasi maka tidak mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada diri peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-masing.

4. U

ntuk mencari dan menemukan factor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.

2.4 Model-Model Evaluasi Program

Dalam Wirawan, (2011,80) ada bermacam-macam jenis model evaluasi program, yaitu :

(11)

Model evaluasi berbasis tujuan (goal based evaluation model) merupakan model evaluasi tertua dan dikembangkan oleh Raiph W.Tyler dalam Wirawan, (2011) yang mendefinisikan bahwa evaluasi merupakan proses menentukan sampai seberapa tinggi tujuan pendidikan sesungguhnya yang dapat dicapai. Konsep evaluasi yang dikemukakan oleh Tyler sangat berpengaruh terhadap evaluasi pendidikan di Amerika Serikat untuk beberapa dekade.

Menurut Scriven Model Evaluasi Berbasis Tujuan adalah setiap jenis evaluasi berdasarkan pengetahuan dan direferensikan kepada tujuan-tujuan program, orang atau produk. Model Evaluasi Berbasis Tujuan secara umum mengukur apakah tujuan yang ditetapkan oleh kebijakan program, programatau proyek dapat dicapai atau tidak. Model evaluasi ini memfokuskan pada mengumpulkan informasi yang bertujuan mengukur pencapaian tujuan kebijakan , program dan proyek untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.

2.4.2 Model Evaluasi Bebas Tujuan

(12)

dicapai oleh program. Ia mengemukakan bahwa evaluator seharusnya tidak mengetahui tujuan program sebelum melakukan evaluasi.

2.4.3 Model Evaluasi Formatif dan Sumatif

Model Evaluasi formatif dan Sumatif mulai dilakukan ketika kebijakan , program atau proyek mulai dilaksanakan (Evaluasi Formatif) dan sampai akhir pelaksanaan program (Evaluasi Sumatif ).

Evaluasi Formatif ; istilah evaluasi formatif pertama kali diperkenalkan oleh Michael Scriven pada tahun 1967 yang awalnya ia menggunakan istilah outcame evaluation of an intermediate stage in development of the teaching instrument. Menurut Scriven evaluasi formatif merupakan loop balikan dalam memperbaiki produk. Evaluasi formatif didefinisikan sebagai suatu evaluasi yang di desain dan dipakai untuk memperbaiki suatu objek, terutama ketika objek tersebut sedang dikembangkan.

Evaluasi Sumatif; dilaksanakan pada akhir pelaksanaan program. Evaluasi ini mengukur kinerja akhir objek evaluasi.

2.4.4 Model Evaluasi Program CIPP

(13)

Stuflebeam pada tahun 1960an. Tujuan dari CIPP adalah untuk membantu evaluator dalam mengevaluasi program, projek, atau institusi. Hal ini berarti CIPP merupakan model evaluasi yang dilakukan secara komprehensif untuk memahami aktivitas-aktivitas program mulai dari munculnya ide program sampai pada hasilyang dicapai setelah program dilaksanakan.

Adapun komponen-komponen dari evaluasi CIPP adalah sebagai berikut :

1. Context evaluation (Evaluasi terhadap Konteks)

Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan terhadap kebutuhan, tujuan pernenuhan dan karakteristik individu yang menangani. Seorang evaluator harus sanggup menentukan prioritas kebutuhan dan memilih tujuan yang paling menunjang kesuksesan proyek/program.

2. Input evaluation (Evaluasi terhadap Masukan)

Evaluasi masukan mempertimbangkan kemampuan awal atau kondisi awal yang dimiliki oleh institusi untuk melaksanakan sebuah program.

3. Process evaluation (Evaluasi terhadap Proses)

(14)

program dilakukan dan sudah terlaksana sesuai dengan rencana.

4. Product evaluation (Evaluasi terhadap Hasil)

Ini merupakan tahap akhir dari serangkaian evaluasi program dan akan diketahui ketercapaian tujuan, kesesuaian proses dengan pencapaian tujuan, dan ketepatan tindakan yang diberikan, serta dampak dari program.

Evaluasi merupakan bagian dari fungsi manajemen yakni pemantauan/monitoring dan evaluasi (monev).Evaluasi bermanfaat untuk menghindari organisasi/lembaga mengulangi kesalahan yang pernah dilaksanakan karena evaluasi sebagai umpan balik perbaikan.

2.5. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai evaluasi kinerja Komite Sekolah sebelumnya telah dilakukan oleh I Nengah Gelgel Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Negeri Singaraja dengan judul “ Evaluasi Kinerja Komite Sekolah Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Buleleng Tahun 2005 “

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui Kinerja Komite Sekolah jenjang SMP di kabupaten Buleleng dalam melaksanakan peran dan fungsinya.

(15)

umum terdapat perbedaaan rerata indeks Kinerja Komite Sekolah dari aspek SDM dan fasilitas organisasi. Kepala Sekolah memberikan penilaian kurang berhasil, sedangkan Pengurus Komite Sekolah memberikan penilaian sudah berhasil. Dengan demikian, Kinerja Komite Sekolah Jenjang SMP untuk se-kabupaten Buleleng menurut Kepala Sekolah kurang berhasil, tetapi Pengurus Komite Sekolah menilainya sudah berhasil.

(16)

Hal ini menunjukkan bahwa Komite Sekolah diharapkan menjadi salah satu pilar dalam penyelenggaraan pendidikan.

(17)

memantau perencanaan anggaran, pertengahan tahun untuk memantau jumlah anggaran yang masuk dan yang telah digunakan, dan akhir tahun untuk evaluasi anggaran sekolah) dan memantau output pendidikan melalui jumlah angka partisipasi siswa, angka bertahan siswa dan hasil ujian sekolah. 4) Sebagai badan penghubung meliputi: menghubungkan sekolah dengan masyarakat dan lembaga lain, menyosialisasikan program sekolah kepada orang tua siswa melalui rapat sekolah dan surat edaran.

Hal itu menunjukkan bahwa peran komite sekolah sebagai: 1) badan pertimbangan, 2) badan pendukung, 3) badan pengontrol, dan 4) badan penghubung sudah terwujud.

Ramadhan, (2014), dalam jurnal yang berjudul “ Pelaksanaan Fungsi Komite Sekolah pada Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan. “ menyatakan fungsi Komite Sekolah dalam memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan pendidikan di Sekolah

Menengah Pertama Negeri Se- Kecamatan Bayang

(18)

kebijakan, program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri Se- Kecamatan Bayang Kabupaten Pesisir Selatan telah terlaksana dengan cukup baik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi Komite Sekolah dalam memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi, mendorong orang tua murid dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan, dalam menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan, dalam melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan terlaksana dengan baik.

2.6 Kerangka Berpikir

(19)

Kerangka berpikir dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut :

BAB III

Latar belakang masalah

Fenomena yang ada

Contex : perlukah peran serta masy

dan KS Input : adakah program, sarpras

Referensi

Dokumen terkait

sehingga komitmen organisasi yang dimiliki oleh karyawan dengan masa kerja yang1. pendek cenderung lebih

[r]

• Asumsi yang digunakan adalah bahwa balok tak akan tertekuk, karena bagian elemen yang mengalami.. tekan, sepenuhnya terkekang baik dalam arah sumbu kuat ataupun

merupakan bagian dari struktur dengan kekangan lateral penuh maka harus dipenuhi persyaratan seperti pada SNI 03-1729-. 2002 pasal 11.3.1 sebagai

[r]

[r]

The present study aimed at evaluating the effect of replacing fish meal with SBM on growth, feed utilization and carcass composition of cuneate drum reared in net pens.. Material

Hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa selama 1 siklus terjadi peningkatan minat belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran