• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Ular Tangga pada Siswa Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Ular Tangga pada Siswa Sekolah Dasar"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian IPA

Menurut Surjani Wonorahardjo, (2010: 11-12) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari bahasa Inggris “science” yang berasal dari kata latin “scientia” yang berarti tahu tentang atau faham yang benar dan mendalam. Dalam perkembangan sains merujuk ke pengetahuan mengenai alam dan objek alam dan gejala alam yang sering digolongkan sebagai ilmu alam “natural sains”. Alam yang dimaksudkan disini adalah alam yang material yang dapat diberi perlakuan dan diamati akibatnya. Menurut Das Salirawati, (2008: 21) IPA adalah “suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya saling kait mengkait satu dengan yang lain, cara ini desebut metode ilmiah”.

Usman Samatowa, (2011: 3) IPA adalah “suatu cara atau metode untuk mengamati alam”. Menurut Trianto (2010) IPA adalah “ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal”.

(2)

keindahan alam yang ada dan bagaimana cara kita untuk melindungi alam kita.

2.1.2 Perlunya IPA Diajarkan di SD

Setiap guru harus mengetahui mengapa IPA perlu diajarkan di Sekolah Dasar. Pada dasarnya mata pelajaran IPA di SD merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum terpisahkan secara tersendiri seperti fisika, biologi, dan kimia. Menurut Usman Samatowa, (2011: 6) ada 4 alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran IPA dimasukan di dalam kurikulum sekolah:

a) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kesejahteraan materil suatu bangsa banyak tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi dan disebut juga sebagai tulang pembangunan. Karena pengetahuan dasar ialah IPA. Orang tidak akan menjadi dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai Ilmu Pengetahuan Alam.

b) Bila diajarkan IPA secara tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih/mengembangkan kemampuan berpikir kritis, misalnya IPA diajarkan dengan metode “menemukan sendiri”. Contoh dalam permasalahan “Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?” kemudian siswa diminta untuk mencari dan menyelidiki.

c) Bila IPA diajarkan dengan percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang hanya menghafal belaka.

d) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

(3)

bagaimana ia bisa menemukan sendiri dan dapat mencari jawaban untuk memecahkan suatu masalah.

Adapun tujuan pembelajaran IPA di SD dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP, 2006) yaitu :

a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan

segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan ketrampilan

IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

Menurut Depdiknas (2003, dalam Trianto 2010:143)Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut:

a) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. b) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan

(4)

c) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi.

d) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitive, obyektif, jujur terbuka, benar dan dapat bekerja sama.

e) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.

f) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi.

Pembelajaran IPA di SD tentu berbeda dengan IPA di Sekolah Menengah. Oleh karena itu, Guru harus memperhatikan metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran tersebut. Agar siswa dengan mudah memahami materi atau pokok bahasan yang disampaikan oleh guru. Dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran IPA adalah agar siswa mengenal alam, menyadari akan menjaga, melestarikan serta memanfaatkan alam yang ada dengan sebaik-baiknya. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam proses pembelajaran haruslah berpusat pada siswa baik potensi, kebutuhan, perkembangan serta menyeluruh secara berkesinambungan.

SK dan KD mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas IV adalah sebagai berikut:

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 11. Memahami hubungan antara

sumber daya alam dengan lingkungan teknologi dan masyarakat.

11.1Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam denganlingkungan

2.2Model Pembelajaran

(5)

Menurut Joice dan weil (1980) dalam Rusman ( 2011:133) model pembelajaran merupakan “pola umum prilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”. Menurut Mills dalam (Agus Suprijono, 2009:45) model adalah “bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model”. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.

Menurut Abdullah, R.S (2013:89) model pembelajaran merupakan “Kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematika yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan”.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunnan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implekasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman perencanaan aktivitas pengajaran secara sistematis unttuk pencapain tujuan belajar.

2.3Cooperative Learning

2.3.1 Pengartian Cooperatif

(6)

Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksduk. Guru biasanya menempatkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Menurut Suprijono (2012:58)“pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok”. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh teman sebaya akan lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.

Dari berbagai definsi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif yaitu proses pembelajaran yang dilakukan dengan pembentukan kelompok kecil agar siswa dapat bertukar pendapat dalam teman sekelompok agar siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Di samping itu siswa yang dianggap pandai harus membantu temannya yang kurang pandai memberi penjelasan agar temannya dapat memahami, dan untuk siswa yang kurang pandai juga tidak perlu malu untuk bertanya sebisa mungkin juga berperan secara aktif agar diterima dalam kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa lebih aktif dan guru sebagai fasilitator yang mengarahkan proses pembelajaran.

Jika dilihat dari karakteristiknya, model pembelajaran kooperatif termasuk rumpun model pembelajaran interaksi sosial (The Social Family), karena pembelajaran mengutamakan hubungan atau interaksi

(7)

dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu STAD (Student Team Achievement Devision), Jigsaw, Investigasi Kelompok, (Teams

Games Tournament atau TGT). Dan pendekatan struktural yang meliputi

Think Pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT), (Trianto, 2007:49).

Menurut Arend terdapat enam fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif pada tabel 2.1 yaitu:

Tabel 2.1

Tahapan Pembelajaran Kooperatif

FASE KEGIATAN GURU

Fase 1

Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi) atau teks

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok-kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efesien

Fase 4

Membantu kerja kelompok dalam belajar

(8)

Fase 6

Memberikan Penghargaan

Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Roger dan David Johnson (Lie, 2007:31) mengatakan bahwa ada lima unsur pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learnig) yang harus diterapkan yaitu:

1. Saling ketergantungan positif (Positive Interpendence) 2. Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountability) 3. Tatap muka (Face to face)

4. Komunikasi antar anggota (Interpersonal Communication) 5. Evaluasi proses kelompok (Group processing)

Jadi pada dasarnya, pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu antar sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa variasi, walaupun prinsip dasar pembelajaran tidak berubah. Model pembelajaran kooperatif ini memiliki beberapa fase atau langkah agar tercapainya tujuan pembelajaran.

2.3.2 Pengertian model pembelajaran Tame Games Tournamen (TGT) Teams Games Tournamen (TGT) merupakan salah satu strategi

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin (1995) untuk membantu siswa menguasai dan mereview materi pelajaran. Slavin menemukan bahwa TGT dapat meningkatkan skil-skil dasar, pencapaian, interaksi positif antar siswa, harga diri, dan sikap saling menghargai terhadap siswa lain yang berbeda pendapat (Miftahul Huda, 2015: 197).

(9)

yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi dan siswa bekerja kelompok dalam kelompok mereka. Dalam bekerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan secara bersama dengan teman satu kelompok. Jika ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberi jawaban atau penjelasan.

Menurut Trianto (2010: 83) dalam model TGT dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotanya terdiri dari 3-5 orang untuk melakukan turnamen dengan anggota tim kelompok lain untuk mendapatkan tambahan poin untuk skor tim mereka. Menurut Asma (2006: 54) TGT adalah dalam pembelajaran dilakukan penjelasan oleh guru dan diakhiri dengan diberikannya pertanyaan atau soal kepada siswa. Pertanyaan atau soal tersebut kemudian didiskusikan dalam kelompok. Selanjutnya dilakukan turnamen sebagai ganti tes tertulis siswa.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah suatu model pembelajaran yang

menekankan pada kerja kelompok, yang digunakan untuk mereview atau mengetahui tentang penguasaan materi yang telah disampaikan. Dalam pembelajaran ini perlu adanya kerja sama antar setiap siswa dalam tournament untuk menjawab pertanyaan dan mengumpulkan poin sebanyak mungkin agar menjadi pemenang.

2.3.3 Kelebihan Dan Kelamahan Model Teams Games Tournament (TGT)

Adapun Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah sebagai berikut:

Kelebihan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah:

(10)

memiliki kemampuan akademik rendah dan biasanya pasif menjadi aktif dalam pembelajaran.

2. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai antara anggota kelompok.

3. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran.

4. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat mengajarkan siswa untuk bersikap sportif saat tournament berlangsung.

Kelemahan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) antara lain:

1. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) jika tidak dilakukan dengan baik akan membuang banyak waktu/membutuhkan waktu lama.

2. Guru dituntut untuk pandai memilih materi yang cocok dengan penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). 3. Guru Harus mempersiapkan semuanya dengan baik, sebelum

diterapkan. Misalnya guru harus membuat/menyiapkan soal untuk kegiatan tournament atau lomba dan guru harus tahu urutan akademis siswa masing-masing

2.3.4 Langkah-langkah Teams Games Tournament (TGT)

Menurut Saur Tampubolon (2014: 96) langkah-langkah model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) antarlain:

1. Guru membagi siswa kedalam kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. 2. Setiap kelompok mempelajari/mendengarkan materi secara

bersama-sama untuk persiapan.

(11)

4. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang ada pada kartu tersebut dengan teman sekelompok. kelompok yang menjawab benar akan mendapat skor.

5. Skor siswa dikumpulkan untuk turnamen mingguan (biasanya dilakukan pada akhir minggu pada setiap unit setelah guru menjelaskan materi)

6. Turnamen pertama, guru membagi siswa kedalam kelompok turnamen. Setiap siswa menduduki menja turnamen masing-masing. 7. Kemudian guru mengumumkan pemenangnya, team yang mendapat

poin banyak itulah sebagai pemenang dan mendapat hadiah.

8. Team mendapat julukan “Super Team” jika mendapat poin 45 lebih, “Great Team” jika mendapat poin 40-45, “Good Team” jika mendapat skor 30-40.

2.3.5 Sintak Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Sintaks adalah urutan langkah pengajaran yang terdiri pada fase-fase atau tahap-tahap yang harus dilakukan oleh guru jikamenggunakan suatu model tertentu. Menurut Robert E. Slavinsintaks atau urutan langkah model pembelajaran TGT meliputi:

1. Presentasi Kelas

Guru menyampaikan atau menjelaskan materi pelajaran. Pembelajaran tersebut harus sesuai dengan rencana atau situasi yang sudah direncanakan guru. Peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru. Dengan begitu akan membantu peserta didik dalam tahap pembelajaran selanjutnya. Tahap tersebut adalah membantu peserta didik dalam mengerjakan kuis-kuis atau pertanyaan dan menentukan skor kuis mereka yang akan menentukan skor tim mereka.

2. Belajar Kelompok atau Tim

(12)

mengeluarkan pendapatnya unuk memecahkan masalah. Di dalam kelompok ini berfungsi untuk lebih memahami materi bersama anggota kelompok. Hal ini dilakukan agar dapat menjawab pertanyaan dengan optimal pada saat turnamen berlangsung.

3. Game dan Turnamen

Game ini dilakukan dalam bentuk kartu. Pertanyaan yang dirancang atau disusun untuk mengetes pengetahuan peserta didik yang diperoleh dari penjelasan atau penyampaian materi oleh guru. Game menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang diberi nomor dan nomor tersebut disajikan pada lembar pertanyaan. Game dapat dilakukan sesuai dengan waktu dan keinginan siswa. Guru dapat mengamati siswa saat proses memecahkan masalah. Sedangkan turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Guru membagi kelompok semula kedalam meja turnamen. Turnamen dilakukan setelah guru selesai menyampaikan materi kepada siswa dan setelah siswa belajar dalam tim. Turnamen memiliki aturan yaitu siswa dikelompokkan sesuai tingkat kemampuan yang dimiliki. Tim turnamen dikompetisikan dengan mengerjakan soal ulangan dengan sistem penskoran dan hasil skor yang didapat akan ditambahkan pada nilai kelompok asal. Pada setiap tim turnamen akan ditentukan peserta terbaik yang memiliki nilai tinggi dalam levelnya.

4. Rekognisi Tim

Rekognisi Tim ini adalah di mana guru dan siswa menghitung skor dan menentukan skor tim yang tertinggi serta memberinya penghargaan. Menghitung skor tim dengan cara memeriksa poin-poin turnamen, pindahkan poin-poin turnamen dari setiap siswa ke lembar rangkuman tim masing-masing, tambahkan skor seluruh anggota tim dan bagi dengan jumlah anggota tim. Penghargaannya dapat berbentuk sertifikat, topi atau yang lainnya sesuai dengan keinginan guru.

(13)

Cahyo (2011: 51) menyatakan “permainan ular tangga adalah permainan papan yang dimainkan 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan dibeberapa kotak digambar sejumlah tangga dan ular yang menghubungkan dengan kotak lain”. Permainan ular tangga adalah sebuah permainan yang dilakukan 2 orang atau lebih dengan menggunakan papan permainan yang dibagi menjadi kotak-kotak kecil dan dibeberapa kotak ada nomor, gambar “ular” dan “tangga”.

Guru dapat membuat sendiri media ini dengan disesuaikan tujuan dan materi pembelajaran. Media permainan ular tangga ini disertai dengan kartu pertanyaan mengenai materi yang sudah dipelajari dan siswa yang mendapatkan kartu pertanyaan wajib menjawab. Tujuan permainan ular tangga ini adalah untuk memotivasi belajar pada siswa agar senantiasa mengulang kembali materi yang dipelajari yang akan diuji melalui permainan, sehingga terasa menyenangkan bagi siswa.

Kelebihan dari permainan ular tangga adalah sebagai berikut:

1. Media permainan ular tangga dapat dipergunakan di dalam kegiatan belajara mengajar karena kegiatan ini menyenangkan sehingga anak tertarik untuk belajar sambil bermain.

2. Anak dapat berpartisipasi secara langsung dalam proses pembelajaran.

3. Permainan ular tangga dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Langkah-langkah yang harus dilakukan guru sebelum melakukan permainan ular tangga yaitu:

1. Membagi siswa ke delam beberapa kelompok.

2. Setiap perwakilan kelompok maju ke depan untuk memulai permainan dan kemudian melempar dadu.

3. Setelah melempar dadu cek mata dadu.

(14)

5. Kemudian kartu soal yang didapat didiskusikan dengan teman sekolompok.

6. Jika jawaban yang diberikan dari kelompok:

a. Jika jawaban dari kelompok benar, maka kelompok tersebut mendapatkan poin dan boleh berjalan sesuai dengan jumlah mata dadu yang tertera.

b. Jika jawaban kelompok salah maka tidak mendapat poin dan tidak boleh jalan.

Catatan:

 Jika berhenti pada gambar tangga maka kelompok tersebut boleh berjalan/naik sesuai arah tangga.

 Bila berhenti pada gambar ular maka kelompok tersebut harus rela turun mengikuti arah gambar ular itu berhenti sesuai angka yang ditunjukkan.

7. Begitu seterusnya bergiliran dengan kelompok lain, hingga mendapat pemenang yang dapat mengumplkan poin banyak.

2.3.7 Prosedur Implementasi Model Pembelajaran Teams Games

Tournamen (TGT) Berbantuan Ular Tangga

Sebelum melaksanakan pembelajaran perlu adanya perencanaan yang berkaitan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model tertentu. Maka perlu pembuatan langkah-langkah dan pemetaan sintak. Pemetaan ini sangat berguna untuk patokan pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Berikut ini adalah pemetaan sintak dan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran TGT.

Tabel 2.2

Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Model

Team Games Tournamen (TGT)

Kegiatan Guru Tahapan Kegiatan Siswa

(15)

kompetensi dasar yang

Presentasi Kelas penyampaian kompetensi dasar yang berkaitan kedalam kelompok yang anggotanya 4-5 siswa.

2.2Guru memberikan lembar kerja

2.3Guru menyuruh perwakilan dari kelompok untuk

3.1Guru membuat meja-meja turnamen yang terdiri dari 3

Tahap 3

Game dan

(16)

orang siswa yang mewakili kelompok masing-masing. 3.2Guru membacakan aturan

turnamen.

3.3Guru menjelaskan cara pengundian turnamen.

3.4Guru mengawasi jalannya turnamen.

Turnamen disediakan guru.

3.2Siswa mendengarkan aturan yang dibacakan guru.

3.3Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. 3.4Siswa melaksanakan

turnamen. 4.1Guru membimbing siswa

menghitung poin turnamen.

4.2Guru memberikan

penghargaan kelompok kepada kelompok yang mendapat poin tertinggi.

Tahap 4 Rekognisi Tim

4.1Siswa menghitung skor turnamen.

4.2Siswa yang mendapat skor tertinggi menerima penghargaan.

2.4 Hasil Belajar IPA 2.4.1 Hasil Belajar

Hamalik (2011:52) menyatakanbahwa “belajar merupakan sesuatumodifikasi untuk memperkuattingkalaku individu melalui pengalaman dan latihan yang dilakukan serta melalui suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan disekitarnya”.Melalui kegiatan belajar ini, individu dapan membentuk sikap yang lebih baik berdasarkan pengalaman yanng mereka dapatkan selama proses belajar.

(17)

berkelanjutan dan dapat berpengaruh pada perubahan siswa secara berkelanjutan.

Ahmad Susanto (2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar yang telah dilakukan. Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai siswa dalam mempelajari materi pelajaran dan dinyatakan dalam bentu skor atau nilai yang diperoleh melalui tes dan hasil ulangan. Nilai merupakan sebuah tanda apakah siswa tersebut sudah berhasil atau belum dalam belajarnya. Karena dalam nilai terdapat KKM yang merupakan batas ketuntasan atau nilai minimum yang harus dicapai siswa, jika mereka ingin dikatakan sudah berhasil dalam belajar.

Sedangkan menurut Nawawi dalamK. Brahim (2007:39) “hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai siswa dalam mempelajari materi pelajaran dan dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai yang diperoleh melalui tes atau hasil ulangan”. Nilsi merupakan sebuah tanda apakah siswa tersebut sudah berhasil atau atau belum dalam belajarnya.Karena dalam nilai terdapat KKM yang merupakan batas yang merupakan batas ketuntasan atau nilai minimumyang harus dicapai siswa, jika mereka ingin dikatakan berhasil dalam belajarnya.

Hasil belajar merupakan sesuatu yang berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam uraian di atas susdah dijelaskan bahwa hasil belajar akan ditentukan dengan nilai atau skor, ini artinya bahwa hasil belajar akan menjadi suatu penanda, apakan pembelajaran yang dilakukan sudah dapat mencapai tujuan pembelajaran yang terdapat dalamsuatu RPP.

2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

(18)

mempengaruhi hasil belajar yaitu petama siswa, dalam arti kemampuan berppikir atau tingkah laku intelektual, motovasi, minat, dan kesiapan siswa baik jasmani maupun rohani. Kedua, Lingkungan yaitu sarana prasana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan, keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Menurut Waliman (2007: 158) dalam Ahmad Susanto (2013: 12) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu Fakor Internal dan Faktor Eksternal.

a) Faktor Internal, faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi hasil belajarnya. Faktor internal ini maliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b) Faktor Eksternal, faktor dari luar peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat. Keadaan keluarga sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.

(19)

yang bervariatif dan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta dapat memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

2.5 Kajian Penelitian Yang Relevan

Berbagai Penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran. Hasil penelitian yang relevan dengan penerapan model pembelajaran TGT terhadap hasil belajar adalah penelitian yang dilakukan Putu Amik Wiantari (2013) dalam penerapan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilihat dari peningkatan dari siklus I dan siklus II. Pada siklus I 67 dengan persentase ketuntasan 59,09%. Sedangkan hasil belajar pada siklus II 75,68 dengan persentase ketuntasan 86,36%. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Amanah (2017) dalam penerapan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa mempunyai pengaruh yang segnifikan terhadap hasil belajar dibuktikan

dari perbandingan nilai prasiklus dengan ketuntasan sebesar 45,71%.

Siklus I ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar

81,81%. Siklus II mengalami peningkatan ketuntasan hasil belajar sebesar

91.4% . Penelitian Dwi Purnomosari (2014) dalam penerapan model TGT (Team Games Tournamen) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar pada siklus 1 sebesar 44, 12% meningkat menjadi 82,35% pada siklus.

(20)

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ketuntasan hasil belajar pada siklus

I sebesar 73% dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 89%.

2.6 Kerangka Fikir

Berdasarkan dari kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model Teams Games Tournament (TGT) dengan pembelajaran ini siswa terdorong untuk belajar secara aktif, saling bekerja sama, memiliki rasa tanggung jawab secara individual, berpartisipasi secara aktif, menyampaikan pendapat dan menerima pendapat, saling menghargai jika ada perbedaan pendapat serta memiliki jiwa kompetisi yang tinggi. Model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena adanya keterlibatan siswa dan motivasi serta rasa ingin tahu yang dimiliki itu dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(21)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Guru menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berbantuan ular tangga.

Langkah-langkah pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berbantuan ular tangga:

1. Siswa dibagi dalam kelompok.

2. Setiap perwakilan kelompok maju ke depan untuk mulai permainan.

3. Dari perwakilan kelompok yang maju ke depan, secara bergantian melemparkan dadu.

4. Setelah melempar mengecek mata dadu yang diperoleh. 5. Mengambil kartu soal yang ada di dalam kotak.

6. Membacakan soal kepada kelompok dan mendiskusikan jawabannya.

7. Kelompok yang menjawab dengan benar mendapat pon dan boleh berjalan sesuai mata dadu yang didapat.

8. Kelompok yang menjawab salah tidak mendapat poin. 9. Begitu seterusnya sampai ditemukan pemenangnya.

Dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournamen (TGT) berbantuan ular tanggadapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA

Gambar

Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.2 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Model
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

a) Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat perlu terus didorong pengembangannya dalam rangka mewujudkan demokrasi ekonomi. Koperasi harus dapat berkembang menjadi lembaga

Variabel bebas yaitu citra perguruan tinggi, kualitas pelayanan dan kesadaran harga secara simultan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap keputusan studi

Adapun pendanaan melalui penerbitan obligasi global ini sesuai dengan keperluan perusahaan karena proyek pembangkit listrik membutuhkan barang impor yang

Satpam Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) masih menggunakan absensi dengan sistem tanda tangan yang dibuat manual dan data yang berkaitan juga menggunakan

Kegiatan Eksplorasi di darat pada bulan Maret 2017 meliputi pemetaan geologi, core logging, percontoan core,pengukuran grid bor dan pemboran timah primer di pulau Bangka

[r]

[r]

penelitian dengan sebelumnya melakukan pemahaman secermat mungkin terhadap hasil penelitian yang relevan dan menetapkan tujuan penelitian; ketiga menentukan konsep