• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENALARAN HUKUM INDUKTIF matematik (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENALARAN HUKUM INDUKTIF matematik (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENALARAN HUKUM INDUKTIF

MAKALAH

(Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah logika dan penalaran hukum)

Oleh:

Muhammad Fazlurrahman Adinugraha 11150430000108

Muhammad Fajar 11150430000119

Dosen:

J. M. Muslimin, M.A, Ph. D.

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Assalaamualaikum Wr. Wb.

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan, rahmat dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Shalawat dan salam kami curahkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad Saw.. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak J. M. Muslimin, M.A, Ph. D. selaku dosen mata kuliah Logika dan Penalaran Hukum yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penalaran hukum induktif. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohonkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan kedepannya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tangerang, Desember 2015

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB IPENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan...2

BAB IIPEMBAHASAN...3

A. Penalaran...3

B. Jenis metode penalaran...4

BAB IIIPENUTUP...8

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Banyaknya keluhan-keluhan terhadap putusan hakim yang sekarang ini terjadi dan sangat ramai diperbincangkan dalam masyarakat. Hal ini merupakan salah satu contoh buruknya hukum yang ada di Indonesia.

Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Dilihat dari putusan hakim dapat dilihat banyaknya putusan hakim yang tidak memenuhi rasa keadilan, maupun putusan-putusan yang “kontroversial”. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya putusan hakim yang dibanding karena ketidakpuasan terhadap putusan hakim dan banyak juga hakim-hakim yang dilaporkan kepada Komisi Yudisial karena kelakuan hakim itu sendiri..

Putusan hakim juga harus memenuhi unsur nilai dasar kemanfaatan dalam putusan hakim karena putusan hakim selain memenuhi unsur kepastian hukum dan keadilan juga harus bermanfaat bagi seluruh pihak dan tidak berpihak kepada siapapun sehingga dapat dijadikan referensi oleh hakim lain untuk memutuskan suatu perkara dalam materi yang sama (yurisprudensi).

(5)

yang diungkapkan sebagai harapan emosi seperti caci maki, kata pujian atau pernyataan kekaguman. Ada juga pemikiran yang diungkapkan dengan argumen yang secara selintas kelihatan benar untuk memutarbalikkan kenyataan dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi maupun golongan. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar dan bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa penalaran hukum induktif dan deduktif itu? 2. Apa saja jenis penalaran induktif?

C. Tujuan

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Penalaran

Yang dimaksud dengan penalaran adalah proses mengambil kesimpulan atau membentuk pendapat berdasarkan fakta-fakta tertentu yang telah tersedia, atau berdasar konklusi-konklusi tertentu yang telah terbukti kebenarannya. Yang dimaksud fakta-fakta tertentu adalah data-data, peristiwa-peristiwa, hubungan-hubungan dan kenyataan-kenyataan yang digunakan dalam proses penalaran. Sedangkan yang dimaksud konklusi-konklusi yang telah terbukti kebenarannya adalah premis-premis aksiomatik, kaidah-kaidah berpikir, dan hasil-hasil kesimpulan yang ditemukan lewat pembuktian sebelumnya.

Penalaran adalah suatu proses berfikir manusia untuk menghung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga pada satu kesimpulan. Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar disinilah letak kerjanya penalaran orang akan menerima data dan fakta yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang belum jelas kebenarannya. Data yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk kalimat-kaliamat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut reposisi.

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Nalar, menurut kamus bahasa Indonesia, yang artinya pertimbangan tertentu tentang baik dan buruk, akal budi, aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis, jangkauan pikir, kekuatan pikir. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

(7)

menyangsikan kekhasan dari penalaran hukum tersebut. Kennedy pernah berujar, “Teachers teach nonsense when they persuade students that legal reasoning is distinct, as a method for reaching correct results, from ethical or political discourse in general. There is never a ‘correct legal solution’ that is other than the correct ethical or political solution to the legal problem” (Kairys, 1982: 47). Kennedy mungkin lupa bahwa hukum berhubungan dengan problematika kemanusiaan yang kompleks, sehingga mustahil ia dapat senantiasa dinalarkan secara monolitik.

Penalaran hukum adalah fenomena yang multifaset. Kendati demikian, penalaran itu tidak boleh dilakukan sekehendak hati. Penalaran hukum adalah penalaran yang reasonable, bukan semata logical. William Zelermeyer (1960: 4) membedakan antara kedua istilah itu dengan katakata sebagai berikut: “We are dealing with human beings and not with things. We must reasonable. This means that the law and its decisions must be supported by reason; they must be products of arbitrary action. To be reasonable does not necessarily mean to be logical. Logic can lead to injustice, hence we must guard against its abusive use.” Penalaran hukum memang paling tepat ditelusuri jika berangkat dari putusan hakim. Alasannya sederhana, sebagaimana dikatakan oleh A.G. Guest, “The object of a scientific inquiry is discovery; the object of a legal inquiry is decision” (Hooft, 2002: 23). Tentu saja penalaran hukum berlaku dalam semua pekerjaan para pengemban profesi hukum lainnya di luar hakim. Namun, intensitas penalaran hukum yang dilakukan oleh para hakim memang paling tinggi tingkatannya. Tidak mengherankan jika akhirnya ada pandangan yang menyatakan bahwa legal reasoning itu pada hakikatnya adalah judicial reasoning.

B. Jenis metode penalaran

Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu deduktif dan induktif. 1. Penalaran deduktif

(8)

Metode ini diawali pembentukan teori, hipotesis, definisi oprasional, instrumen dan oprasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala atau peristiwa. Jenis penalaran deduktif yaitu:

Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan umum dan merumuskan pendapat berdasarkan pengamatan terhadap fakta-fakta khusus dari hal-hal tertentu. Penalaran induktif adalah suatu metode penalaran yang konklusinya lebih luas dari premis mayor dan premis minornya. Penalaran induktif merupakan penalaran yang berpangkal pada peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan yang baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memiliki konsep secara canggih tetapi cukup dengan mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan prasyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendeskripsikan gejala dan melakukan generalisasi. Hukum yang disimpulkan dalam fenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.

Contoh penalaran induktif

(9)

yang lain. Itupun keras, hijau, dan masam. Si pedagang menawarkan apel ketiga. Akan tetapi, sebelum mencicipinya kita memperhatikannya dan terbukti yang itu pun keras dan hijau, dan seketika itu kita beritahukan bahwa kita tidak menghendakinya, karena yang itu pun pasti masam, seperti yang lainnya yang sudah kita cicipi.”

Induksi tersebut sesuai dengan definisi Aristoteles, yaitu proses peningkatan dari hal-hal yang bersifat individual kepada yang bersifat universal. Di sini premisnya berupa proposisi-proposisi singular, sedangkan kesimpulannya sebuah proposisi universal yang berlaku secara umum. Maka induksi dalam bentuk ini disebut generalisasi.

Dari contoh di atas dapat diketahui cirri-ciri induksi, yaitu:

1. Premis-premis dari induksi adalah proposisi empiris yang langsung kembali kepada suatu observasi indra atau proposisi dasar.

2. Kesimpulan penalaran induksi itu lebih luas daripada apa yang dinyatakan di dalam premis-premisnya.

3. Kesimpulan induksi itu memiliki kredibilitas rasional.

Jenis penalaran induktif yaitu: a. Generalisasi

Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomenal individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena. Generalisasi juga dapat dikatakan sebagai pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala, yang dimulai dengan peristiwa-peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan secara umum.

Contoh:

Premis mayor: si Doni penduduk Gorontalo adalah pedagang Premis minor: si Buyat penduduk Gorontalo adalah pedagang Konklusi: semua penduduk Gorontalo adalah pedagang

(10)

Analogi yaitu proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diambil dengan analogi, yaitu kesimpulan dari pendapat khusus dengan beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan kondisinya.

Contoh:

Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.

c. Kausal

Kausal adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan bahwa sebab tertentu akan menimbulkan akibat atau pengaruh tertentu pula. Atau sebaliknya, proses berpikir untuk menarik kesimpulan bahwa suatu akibat ditimbulkan oleh suatu sebab tertentu.

Contoh:

(11)

BAB III PENUTUP

Penalaran adalah suatu proses berfikir manusia untuk menghung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga pada satu kesimpulan. Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar disinilah letak kerjanya penalaran orang akan menerima data dan fakta yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang belum jelas kebenarannya. Data yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk kalimat-kaliamat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut reposisi.

Penalaran hukum merupakan esensi terpenting dari pekerjaan seorang hakim. Penalaran hukum adalah fenomena yang multifaset. Kendati demikian, penalaran itu tidak boleh dilakukan sekehendak hati. Penalaran hukum adalah penalaran yang reasonable, bukan semata logical.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Khalimi. 2011. Logika (Teori dan Aplikasi). Jakarta Selatan: Gaung Persada Press.

Referensi

Dokumen terkait

 Surviving Monument of Islamic Archi- tecture , dianggap sebagai monumen Arsitektur Islami awal yang bertahan dan diperkirakan memiliki model yang mendekati

Dari pembahasan dan penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa apa yang menjadi pandangan dan sumber Hukum Islam yang ada dalam menetapkan kadar ataupun ukuran juga

kasasi Terdakwa terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Semarang dalam Perkara Narkotika telah sesuai ketentuan Pasal 256 jo Pasal 193 ayat (1) KUHAP, Mahkamah Agung

Dari hasil analisa didapat untuk sistem refrigerasi nya bahwa nilai COP yang dihasilkan oleh simulator alat pengkondisi udara jenis air-water.. system rata-ratanya

Penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) yang disebabkan oleh Bovine herpesvirus-1 (BHV-1) diketahui telah menyerang ternak sapi di Indonesia dengan sebaran penyakit

Pada tahap ini dibuat suatu konsep yang diterjemahkan dalam pengembangan ruang dan jalur sirkulasi wisata untuk memenuhi tujuan studi ini yaitu pelestarian dan pengembangan

Dari 9 (sembilan) tahun terakhir nilai Z-score terendah ada pada tahun 2010 dan itu termasuk pada kondisi rawan, Kondisi tersebut disebabkan karena rendahnya