• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Nefrotoksik Ekstrak Air dan Etanol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Efek Nefrotoksik Ekstrak Air dan Etanol"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK NEFROTOKSIK EKSTRAK ETANOL DAUN ANGELICA KEISKEI PER ORAL TERHADAP GINJAL MUS MUSCULUS JANTAN

OLEH :

ANGGA MARDIARSA 2443012247

FAKULTAS FARMASI

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat dunia khususnya Indonesia dalam kehidupannya kerap kali sangat mudah tertarik dengan iklan pengobatan yang mengatakan “sekali minum sembuh” tanpa melihat kearah toksisitas dan legalitas dari produk pengobatan yang beredar. Pengobatan alami, seperti penggunaan herbal dan ekstrak tanaman (Jamu) menjadi suatu trend mode pengobatan belakangan ini. Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatannya. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat serta pengalaman secara turun temurun (data empiris), telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Terbukti dari adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak Pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan relief candi Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tanaman sebagai bahan bakunya (Sukandar, 2006).

Tanaman Ashitaba (Angelica keiskei) adalah salah satu tanaman obat asli Jepang yang dikenal sebagai “Harta Karun” dan “Raja Sayur Mayur”. Menurut sejarah orang Jepang, Ashitaba merupakan tanaman yang bermanfaat untuk panjang umur yang dulu dicari-cari oleh kaisar pertama Cina dari Dinasti Chin. Pada masa jaman Edo, Ashitaba juga dikenal sebagai jamu-jamuan “Umur Panjang” karena kemampuannya menyembuhkan berbagai penyakit (Nagata, et al., 2007).

Kemampuan penyembuhan dari tanaman Ashitaba tidak lepas dari kandungan senyawa-senyawa yang terdapat di dalamnya yaitu β-karoten, vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B12, biotin, asam folat dan vitamin C, dan juga mengandung beberapa mineral seperti kalsium, magnesium, potasium, fosfor, seng dan tembaga (Hida, 2007).

(3)

yang aktif dan merupakan antioksidan yang sangat potensial. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar sari airnya lebih tinggi dari pada kadar sari alkohol serta melebihi teh hijau dan kedelai (Bagem, 2011).

Senyawa chalcone ini mampu membersihkan darah, menstimulasi fungsi hati dalam menetralkan racun dan meningkatkan fungsi ginjal dalam membuang racun dari dalam darah secara efisien (Inamori, et al., 1991).

Secara farmakokinetik, obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Ginjal merupakan organ filtrasi dan eksresi utama yang sangat penting untuk menyaring dan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh, termasuk zat-zat toksik yang masuk ke dalam tubuh (Guyton dan Hall, 1997).

Ashitaba (Angelica keiskei) mengandung berbagai senyawa kimia dengan sifat yang berbeda-beda. Ada kemungkinan, senyawa tersebut berinteraksi secara berbeda-beda di dalam tubuh. Sisa-sisa metabolismenya, maupun kandungan senyawa lain yang belum diketahui bentuk dan sifatnya, dapat mempengaruhi struktur histologi dan fungsi ginjal sebagai organ filtrasi yang mengalami kontak dengan senyawa-senyawa tersebut. Kerusakan ginjal karena zat toksik dapat diidentifikasi berdasarkan perubahan struktur histologi, yaitu nekrosis tubular akut (NTA) yang secara morfologi ditandai dengan destruksi epitel tubulus proksimal. Sel epitel tubulus proksimal ini peka terhadap anoksia dan mudah hancur karena keracunan akibat kontak dengan bahan-bahan yang diekskresikan melalui ginjal.

Pada NTA nefrotoksik terlihat gambaran korteks ginjal pucat, ginjal membesar dan edema, kongesti piramid, vakuolisasi sitoplasma sel epitel tubulus dan terbanyak di tubulus proksimal. Pada gambaran mikroskopis tampak degenerasi tubulus proksimal berupa edema epitel tubulus dengan lumen yang mengandung debris, tetapi membrana basalis tetap utuh (Guyton dan Hall, 1997).

Perubahan struktur histologis ginjal ini tentu dipengaruhi oleh jumlah senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Efek toksik sangat mungkin muncul apabila pemberiannya dengan dosis yang berlebihan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pada kadar berapakah ekstrak etanol memberi pengaruh lebih besar menyebabkan kelainan histopatologi ginjal mencit?

2. Ekstrak Ashitaba pada fraksi apakah yang mengiduksi kelainan histopatologi ginjal mencit paling besar?

(4)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek nefrotoksik yang ditimbulkan akibat penggunaan ekstrak etanol dari daun ashitaba, melalui berbagai macam konsentrasi dan perlakuan yang diberikan kepada mencit mus mukulus jantan.

1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efek nefrotoksik yang ditimbulkan akibat penggunaan daun ashitaba di masyrakat, dan diharapkan dapat mencegah terjadinya over dosis penggunaan daun ahitaba secara tradisional.

1.5 Hipotesa

1. Ekstrak dengan konsentrasi terbesar seharusnya memberi pengaruh lebih besar dalam menginduksi kerusakan ginjal.

2. Ekstrak pada fraksi air seharusnya memberi efek terbesar karena kandungan metabolit sekunder asitaba yaitu calchone memiliki sifat mudah larut dalam air. 3. Waktu dan lama pemberian terkecil kemungkinan pada dosis 900mg/kgbb dalam

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ginjal

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi.

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.

Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan adalah dengan melakukan USG, dimana dapat diketahui adanya batu ataupun dinding ginjal atau kandung kemih yang tidak licin dan berarti terkena infeksi.

Penggunaan Radioaktif harus dibedakan 2 jenis, yang lebih aman justru dengan suntikan radioaktif dengan dosis rendah dan waktu paruh yang pendek, semakin singkat waktu paruh berarti semakin singkat radiasi berada dalam tubuh kita. Yang paling aman adalah Renografi dengan 2 probes, karena hanya menggunakan isotop radiasi dengan tingkat 1/4 dari jika menggunakan Kamera Gamma, sedangkan harga investasinya kurang dari 1/10 Kamera Gamma. Oleh karena itu jika menggunakan Renografi dengan 2 probes telah memadai, maka tidak diperlukan penggunaan peralatan lain yang lebih mahal.

(6)

Sources adalah CT Scan juga, tetapi lebih mutakhir dengan menggunakan 2 sumber radiasi, sehingga dapat memindai lebih cepat dan tingkat radiasi yang digunakan juga lebih sedikit. Yang termutakhir adalah PET CT dimana dapat memeriksa fungsi, metabolisme dan reseptor tubuh sekaligus, dengan tingkat sensitivitas yang tinggi mencapai 90 persen untuk deteksi dini kaker srtadium awal.[3]

2.2 ASHITABA

Angelica tanaman yang keiskei, asli Kepulauan Izu di lepas pantai Jepang dan sekarang juga dibudidayakan di Indonesia, umumnya dikenal sebagai ashitaba-istilah yang umum diterapkan pada tanaman itu sendiri, daun segar dan bubuk berasal dari tanaman daun dan getah oleh perusahaan seperti Jepang Bio Science Laboratory (JBSL). Orang Jepang makan daun mentah atau dimasak, membuat teh dengan menekan ashitaba daun, taburi bedak halus ashitaba tanah melalui berbagai makanan seperti yoghurt, dan termasuk bubuk sebagai sehat, bahan fungsional produk seperti makanan yang dipanggang dan mie. "Nama ashitaba berarti 'besok daun,'" kata Vincent Hackel, presiden dan CEO. "Ashita berarti 'besok' dan ba berarti 'daun." "Nama berasal dari tanaman kemampuan untuk dengan cepat menumbuhkan daun baru setelah mengambil setek. Awalnya, Jepang diperlakukan seperti ashitaba daun hijau lainnya, seperti kale, memakannya mentah atau memasak mereka dalam berbagai hidangan. "Lalu mereka mulai mencari di dalam profil gizi," kata Hackel, dan menemukan bahwa itu cukup tinggi di sejumlah nutrisi penting.

(7)

Bangsa : Apiales Keluarga : Apiaceae Marga : Angelica

Jenis : Angelica keiskei koidzumi

2.2.1 MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN ASITABA (Angelica keiskei koidzumi) Daun ashitaba adalah termasuk daun lengkap yang terdiri dari pelepah (upih), tangkai, dan helaian. Upih daun melekat pada batang pokok yang sepintas kita tidak dapat membedakan antara batang pokok dengan daunnya. Tangkai daun silinder agak sedikit kecil bila di bandingkan dengan pelepah daun yang mengalami pelebaran di bagian samping yang kemudian melekat di batang pokok. Daun tersebar, majemuk atau terbagi pinnatus, palmatus atau trifoliolatus, dengan pelepah yang lebar, ada atau tidak stipula.

Daun Ashitaba taermasuk daun majaemuk karena dari mulai pelepah dan ujung tangkai daun-daun mulai tumbuh dengan anak daun yag sbenarnya berjmlah tiga atau lebih . anak-anak daun pada daun Ashitaba ini mempunya anak tangkai yang sela-olah seperti tangkai daun untuk daun-daun yang melekat padanya. Daun Asitaba mengalami torehan yang dalam dengan torehan yang di hasilkan terpisah dari bagian yang awal munculnya torehan tersebut sehingga daun tersebut seperti terlihat seprti daun yang beranak daun tiga.

Ujung daun ashitaba meruncing dengan pangkal daun yang tumpul. Susunan tulang daun pada tanaman ashitaba ada dua macam yaitu ada yang menjari dan menyirip. Hal ini di lihat dengan dua sudut pandang yang berbeda yaitu , pertama jika kita melihat mulai dari bagian tempat melekatnya daun tanaman tersebut, tulang daunnya menjari. Tulang daun menjari yaitu jika dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar, memperihatkan susunan seperti jari-jari pada tangan.

Berdasarkan argumentasi buku tersebut, daun ashitaba di katakan memiliki susunan tulang daun menjari karena tulang daun muncul dari ujung anak tangkai dengan tulang daun mengikuti susunan tulang daun yang berasal dari tangkai tersebut.sedangkan ashitaba kami katakan sebagai susunan tulang daun menyirip karena pada helaian daun yang merupakan hasil torehan daun tersebut, tulang daunnya tersusun menyirip.daun menyirip yaitu daun -daun yang mempunyai ibu tulang -daun yang berjalan dari pangkal keujung dan meupakan terusan tangkai daun. Dari ibu tulang ini akan muncul tulang-tulang cabang, sehingga susunannya seperti susunan sirip-sirip pada ikan.

(8)

sanalah kemudian akan muncul tulan-tulang cabang yang membentuk seperti sirip ikan tadi. Tepi daun ashitaba yaitu bergerigi dengan duri yang berwarna putih yang tidak terlalu keras atau kaku. Dagimg daunnya tipis seperti kertas jika pada usia muda tapi pada daun-daun yang sudah dewasa. Daun tanaman ini tipis agak keras dengan permukaan yang agak kasar. Warna daun yang masih muda berwarna hijau agak kekuning-kuningan seadangkan daun yang sudah dewasa berwarna hijau tua. Daun tanamn yang oleh orang Barat di panggil dengan sebutan Tomorrow’s leaf yang berasal dari Jepang ini berdasarkan sisitem pertulangan daunnya merupakan daun tipe majemuk campuran.daun majemuk campuran yaitu daunsuatu daun majemuk ganda yang mempunyai cabang – cabang ibu tangkai memencar seperti jari dan terdapat anak-anak daun yang tersusun menyirip.

Jika kita teliti secara seksama daun ashitaba terlihat seperti daun yang tunggal yang tersusun dalam suatu tangkai tanpa upih daun. Karena pada dasrnya daun Ashitaba ini mengalami torehan dalam dan terpisah yang mempengaruhi bentuk dengan anak tangkai daun yang terkesan seperti ibu tangkai daun tapi sebenarnya merupakan anak tangkai pertama di mana yang kemudian menjadi anak tangkai kedua yaitu tangkai yang langsung berhubungan dengan helaian daun atau dengan pertulangan daun menyirip tadi. Jika di lihat dengan sudut pandang secara keseluruhan daunnya di mana daunnya tersebut kita lihat tanpatorehan maka daun ashitaba tersebut adalah daun majemuk yang berhadapan dan bentuknya seperti pohon cemara atau lebih tepatnya bangun segitiga sama sisi. Jika kita lihat secara subjektif maka bentukatau bangun daun ashitaba adalah bulat. Daun bulat yaitu daun yang jika panjang : lebar = 1 : 1.

Anatomi Daun Ashitaba

(9)

Pada epidermis terdapat stomata yang diapit oleh 2 sel penutup. Stomata terletak nerdert di antara urat daun. Fungsi dari stomata tersebut yaitu untuk sebagai jalan masuk dan keluarnya udara. Sedangkan jaringan epiderms brfungs untuk melindung lapsan sel di bagian dalm dari kekeringan dan untuk mecegah penguapan ar melalui permukaan daun.

Mesofil merupakan jaringan dasar penyusun daun Ashitaba. Mesofil terdiri dari sel-sel parenkim yang tersusun renggang dan banyak ruang antar sel-sel. Pada tanaman Asitaba tidak jaringan mesofil tidak mengalami diferensiasi menjadi jaringan palisade dan jaringan spons sehingga jaringan ini kemungkinan jumlah klorofilnya kurang. Namun meskipun bigitu mesfil sangat berarti bagi kelangsungan hidup Ashitaba karena pada mesofil ini makanan di prduksi dengan bantuan cahaya matahari melalui suatu proses yang di sebut dengan proses fotosintesis. Tanaman Ashitaba ini juga melakukan penyimpanan makanan pada daun berupa getah yang berwarna kuning pekat dalam jumlah yang cukup banyak di mana getah tersebut juga di temukan di organ Ashitaba yang lain seperti batang misalnya. Dan kemungkinan juga getah tersebut di hasilkan dari sel-sel tambahan yaitu kelenjar.

Berkas pengangkut terdapat pada tulang daun yang berfungsi sebagai alat transpor dan sebagai penguat daun. Yang termasuk berkas pengangkut daam hal ini yaitu jaringan xilem dan jaringan floem. Pada tanaman seperti Ashitaba letak xilem dan floem tidak teratur jumlah suatu berkas pembuluhnya.

Jaringan sklerenkim / jaringan penguat yang terdapat pada daun yaitu yang berfungsi untuk memperkokoh organ tumbuhan.Jaringan sklerenkim ini hanya terdapat ada daun yang sudah tidak lagi melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Jaringan sklerenkim terdiri dari sel-sel mati. Dinding selnya kurang kuat karena tidak mengandung kayu.

Jaringan parenkim tidak terlalu dominan pada dan hanya terdapat dalam jumlah yang sedikit saja. Parenkim pada Ashitaba juga berfungsi sebagai jaringan penghasil dan penyimpanan cadangan makanan. Parenkim ini terdapat pada jaringan mesofil.

2.3 Kalkon

(10)

Gambar 1. Senyawa Kalkon

Pada struktur senyawa kalkon, subtituen pada 2 cincin aromatis yang mengapit enon akan memberikan pengaruh terhadap elektrofilisitas struktur enon melalui peningkatan ataupun penurunan kerapatan elektron pada cincin aromatis. Adanya gugus pemberi elektron akan menurunkan elektrofilisitas dari cincin enon. Demikian pula sebaliknya, adanya gugus penarik elektron pada cincin c aromatis akan meningkatkan aktivitasnya sebagai agen pengalkil nukleofil biologis dalam biosintesis IL-1 sebagai antiinflamasi (Batt dkk, 1993).

Senyawa kalkon memiliki aktivitas inhibisi angiogenesis melalui adisi nukleofilik pada gugus enon (Robinson dkk, 2003). Menurut Batt dkk (1993), jembatan enon pada senyawa 2’-kalkon tersubtitusi memegang peranan penting dalam mekanisme aksi inhibitor biosintesis IL-1 karena dapat berperan sebagai agen elektrofilik pengalkilasi. Para agen pengalkilasi memberikan efek sitotoksik melalui transfer alkyl group untuk berbagai konstituen seluler. Alkilasi DNA dalam inti atom mungkin mewakili interaksi utama yang menyebabkan kematian sel (Katzung, 2006).

Senyawa pengalkilasi dapat membentuk senyawa kationik antara yang tidak stabil, diikuti pemecahan cincin membentuk ion karbonium reaktif. Ion ini bereaksi, melalui reaksi alkilasi, membentuk ikatan kovalen dengan gugus-gugus donor elektron, seperti gugus-gugus karboksilat, amin, fosfat, dan tiol, yang terdapat pada struktur asam amino, asam nukleat dan protein, yang sangat dibutuhkan untuk proses biosintesis sel. Reaksi ini membentuk hubungan melintang (cross-lingking) antara dua rangkaian DNA dan mencegah mitosis. Akibatnya proses pembentukan sel terganggu dan terjadi hambatan pertumbuhan sel kanker (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

(11)

Tujuannya agar flavonoid yang dikandung tidak rusak. Kalau dilakukan perebusan pada suhu 90oC hanya boleh 15 menit.

2.4 Hematoksilin Dan Eosin

Untuk pembuatan preparat histopatologi dibutuhkan bahan utama berupa jaringan segar, yang difiksasi dalam larutan formalin (BNF) 10%. Jaringan dipotong clan diatur dalam tissue cassetes, didehidrasi secara otomatis dengan mesin dehidrasi, dikeringkan dengan mesin vaccum, clan diblok dengan cairan parafin, selanjutnya blok tersebut dipotong 3 - 5 ~tm dengan mesin mikrotom clan potongan tersebut dilekatkan pada kaca obyek. Setelah itu kaca obyek diwarnai secara manual dengan hematoksilin clan eosin. Pewarnaan tersebut akan memberikan keseimbangan warna biru clan merah dengan jelas padajaringan, sehingga komponen sel dapat diidentifikasi denganjelas.

(12)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 ALAT

- Gelas objek dan gelas penutup

- Mikroskop cahaya dengan micrometer - Timbangan analitis

3.2 BAHAN

- 30 ekor tikut putih jantan - Ekstrak air daun Ashitaba - Ekstrak etanol daun ashitaba - Aquadest

- Dapar formalin - NaCl 0,9%

- Pewarna Hematoksilin Eosin

3.3 METODE PENELITIAN 3.3.1 Persiapan

Daun Ashitaba yang akan digunakan diperoleh dari perkebunan ashitaba daerah trawas Malang. Bagian yang digunakan adalah 2 helai daun setelah bagian pucuk, atau setelah 2 helai daun dari pangkal batang, sebelumnya dirajang menjadi bentuk yang lebih kecil lalu diblender hingga bentuknya lebih kecil lagi, kemudian dikeringkan. Setelah kering daun Ashitaba dibagi 2 bagian, 1 bagian yang telah berbentuk serbuk dimaserasi dengan etanol 96% selama satu hari, dan 1 bagian lainnya dimaserasi dengan air selama 1 hari, kemudian dilakukan penyaringan untuk mendapatkan cairan dari hasil perendaman. Hasil penyaringan diuapkan dengan rotary evaporator. Ekstrak yang telah didapat selanjutnya disimpan pada suhu -20ºC sebelum digunakan.

3.3.2 Perlakuan

(13)

Kontrol ;

 Kelompok 0 digunakan sebagai control negative diberi Aquades.

 Kelompok 1 sebagai control positif diberikan rifampisin dosis 100mg/100 kgbb.

Ekstrak Etanol daun Ashitaba ;

 Kelompok A’ dosis 150mg/kgbb;

 Kelombok B’ dosis 300mg/kg bb;

 Kelompok C’ dosis 600 mg/kgbb ;

 Kelompok D’ dosis 900mg/kgbb dan

 Kelompok E’ dosis 1200mg/kgbb.

Perlakuan tersebut dilakukan setiap hari dan diberikan secara oral, selama 2 bulan. 3.3.3 Pembuatan Preparat

Perlakuan sesuai kelompoknya dilakukan selama 2 bulan (61 hari). Pada hari ke 62 semua mencit dinekropsi, kemudian ginjal diambil untuk selanjutnya dibuat preparat histopatologi. Pembuatan preparat hsitopatologi dibuat sesuai prosedur Kiernan (1990) dan pewarnaan dengan metode Harris hematoksilin eosin (HE).

3.3.4 Pemeriksaan Preparat Histopatologi

Preparat histopatologi diperiksa di bawah mikroskop masing-masing pada 5 lapang pandang mikroskopik. Perubahan yang diamati seperti adanya perubahan ukuran sel epitel tubulus dibandingkan ukuran sel normal pada terhadap control negatif. Ukuran sel diukur dengan menggunakan micrometer scale. Dan dihitung sebanyak 50 sel, 10 sel pada tiap lapangan pandang.

3.3.5 Metode Analisa

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Gembong Citro Soepomo,1997,Morfologi Tumbuhan , yogyakarta : UGM - IKAPI

Guyton dan Hall. 1997. Buku ajar fisiologi kedokteran. Setiawan I, editor. Ed. 9. Jakarta: EGC.

Himawan, S. 1992. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta:UI Press. Inamori Y, Baba K, Tsujibo H, Taniguchi M, Nakata K, Kozawa M, 1991. “Antibacterial activity of two Chalcones, xanthoangelol and 4-hydroxyderricin, isolated from the root of Angelica Keiskei koidzumi”, Chemical and Pharmacy Bulletin, Osaka University of Pharmaceutical Sciences, Japan, Jun;39(6):1604-5.

Sukandar, E.Y. 2006. “Tren dan Paradigma Dunia Farmasi. Industri- KlinikTeknologi Kesehatan”. http://itb.ac.id/focus/focus_file/orasiilmiah-dies-45.pdf.

Nagata J, Morino T, Saito M. 2007. “Effects of dietary Angelica keiskei on serum and liver lipid profi les, and body fat accumulations in rats”, Journal of Nutrition Scientific Vitaminology, National Institute of Health and Nutrition, Tokyo.

Gambar

Gambar 1. Senyawa Kalkon

Referensi

Dokumen terkait

Sistem disimulasikan pada kondisi setelah adanya filter aktif seri untuk mengurangi harmonisa, dengan pemodelan sistem dalam tugas akhir dapat diamati pada

Terkait dengan tekanan populasi penduduk dan penurunan luas lahan untuk produksi pertanian, banyak negara menerapkan pertanian intensif dan diversifikasi untuk meningkatkan

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur sub sektor logam dan sejenisnya yang terdaftar di BEI periode 2013-2017 dengan menggunakan

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, dengan jumlah populasi sebanyak 109 orang pegawai dijadikan sebagai responden ( sensus). Teknik

ini dibuat sejalan dengan pedoman umum tersebut Dengan adanya pedoman ini diharapkan tiap rumah sakit dapat direncanakan pelayanan laboratorium sesuai dengan keias rumah sakit

• Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan dan persentasi • Melaporkan informasi tentang jenis barang dagangan di suatu toko/warung  Melaporkan informasi tentang

Geografi sebagai ilmu pengetahuan yang pernah disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of sciences) mengalami pasang-surut peranannya untuk memberikan sumbangan pemikiran

skripsi dengan judul ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DI NEW DUTA FOTO DI PASAR KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG dengan baik. Skripsi ini