• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Pa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Pa"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

KEPENTINGAN AMERIKA SERIKAT MENDUKUNG PAKISTAN DALAM KASUS PEREBUTAN WILAYAH KASHMIR ANTARA

INDIA DAN PAKISTAN (2009-2013)

Tulisan ini merupakan ringkasan dari skripsi yang telah menempuh Sidang Akhir

Pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional pada 16 Maret 2016

Cahya Fauzi

NIM : 6211121034

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

1. Nama : Cahya Fauzi 2. NIM : 6211121034

3. Judul : “Kepentingan Amerika Serikat Mendukung Pakistan Dalam Kasus Perebutan Wilayah Kashmir antara India dan Pakistan (2009-2013)” 4. Halaman : xxv + 158

5. Kata Kunci : Kepentingan Nasional, Konflik Kashmir, India, Pakistan

Amerika Serikat adalah sebuah negara kuat yang selalu memainkan perannya disetiap permasalahan yang sedang dialami setiap negara-negara di dunia, Amerika Serikat selalu muncul sebagai mediator atau penengah dari setiap permasalahan yang terjadi. Seperti halnya pada konflik yang terjadi di kawasan Asia Selatan yakni konflik perebutan wilayah Kashmir antara India dan Pakistan. Konflik Kashmir ini dimulai pada tanggal 22 Oktober 1947 setelah kemerdekaan Pakistan dan India. Perselisihan atas wilayah Kashmir menyangkut persoalan agama dan politik.

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan bantuan Amerika Serikat dalam membantu Pakistan di persengketaan perebutan wilayah Kasmir dengan India pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Sementara tujuan khusus dari penelitian ini untuk mendeskripsikan kepentingan nasional Amerika Serikat di Pakistan khususnya dalam keberpihakan negara tersebut ke Pakistan dalam konflik perebutan wilayah Kashmir dengan India pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan pendekatan Realisme dengan Konsep Power, Konsep Kepentingan Nasional, dan Konsep Kerjasama Bilateral. Namun peneliti lebih memfokuskan penelitian ini pada konsep kepentingan nasional, yang menjadi dasar kepentingan nasional Amerika Serikat mendukung Pakistan dalam konflik yang terjadi antara India dan Pakistan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif analisis dan teknik pengumpulan data sekunder yakni dengan studi literatur dan kepustakaan.

Amerika Serikat dalam hal ini memiliki kepentingan nasional pertahanan untuk pemberantasan terorisme dan pembukaan kembali Rute Logistik NATO; kepentingan nasional ekonomi yakni lebih mempererat perdagangan bilateral AS-India, dan kerjasama perdagangan AS-Pakistan, dan untuk menghegemoni ekonomi di kawasan tersebut; kepentingan nasional tata internasional yakni menjaga stabilitas kawasan di Asia Selatan dan menjadi hegemoni dalam semua aspek di kawasan Asia Selatan; kepentingan nasional ideologi yakni upaya membendung pengaruh kekuatan komunis Rusia dan China dan sebagai cara untuk memantau perkembangan ideologi di kawasan Asia Selatan.

6. Bahan Acuan : 57 referensi

7. Pembimbing : 1. Suwarti Sari SIP., M.Si.

(5)

A. Pendahuluan

India dan Pakistan menjadi dua Negara tetangga di kawasan Asia Selatan yang telah cukup lama terlibat konflik, konflik tersebut dimulai pada tanggal 22 Oktober 1947 setelah kemerdekaan Pakistan dan India. Perpecahan India menjadi dua bagian yakni India di bagian timur dan Pakistan di bagian barat membuat hubungan kedua Negara menjadi tidak harmonis. Selama pertikaian India dan Pakistan mengalami beberapa kali pecah perang yakni pada tahun 1947, 1965, 1971, Perang Sianchen pada tahun 1984 dan Perang Kargil pada tahun 1999.

Perebutan wilayah Kashmir menjadi konflik terlama yang dihadapi oleh kedua Negara. Perselisihan atas wilayah Kashmir menyangkut persoalan agama dan politik, dimana India didominasi oleh penganut agama Hindu sementara Kashmir sama dengan kondisi Pakistan yakni didominasi oleh penganut agama Islam. Akar permasalahan dari konflik ini yakni ketika Maha Raja Kashmir Hari Singh (orang yang beragama Hindu) memutuskan memilih bergabung dengan pemerintah India tanpa persetujuan rakyat Kashmir yang mayoritas beragama Islam seperti Pakistan.

Konflik antara India dan Pakistan tidak hanya menyangkut masalah perebutan wilayah Kashmir saja. Isu terorisme dan persoalan nuklir pun menjadi persoalan yang memaksa kedua Negara untuk terus berseteru. Konflik di wilayah Asia Selatan banyak disebabkan oleh aksi terorisme. Keberagaman suku, budaya, agama, ideologi politik, tingkat ekonomi membuat terorisme menjadi bagian yang tak terelakan dari wilayah Asia Selatan.

Amerika Serikat muncul di Asia Selatan dalam konflik yang terjadi di wilayah Kashmir, dimana wilayah Kashmir ini menjadi sengketa perebutan wilayah antara India dan Pakistan. Amerika Serikat muncul pada tahun 1990 yakni mencoba menjadi pihak ketiga atau mediator dalam resolusi penyelesaian konflik antara India dan Pakistan.

Peran Amerika Serikat sebagai mediator konflik Kashmir seharusnya lebih bersikap netral atau tidak memihak kesatu pihak, namun pada kenyataannya Amerika Serikat cenderung lebih berpihak ke Pakistan, dimana pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Keberadaan Amerika Serikat untuk Pakistan sangat jelas terlihat dimana Amerika Serikat melakukan berbagai bantuan setiap tahunnya.

(6)

seperti pada tahun 2010 lalu, Amerika Serikat mengumumkan pada dunia bahwa Amerika Serikat akan memberikan lagi bantuan 2 Milyar Dolar Amerika Serikat untuk Pakistan. Rencana bantuan lima tahun ini akan menggantikan paket bantuan sebelumya yang telah berakhir. Dengan paket bantuan ini pemerintah Amerika Serikat memenuhi permintaan para pemimpin Pakistan. Menteri luar negeri Amerika Serikat Hillary Clinton akan meminta Kongres untuk menyetujui bantuan militer untuk tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.1

Bantuan Militer AS di kawasan Asia Selatan dan Asia Tengah South and Central

Asia 2009FY 2010FY 2011FY 2012FY 2013FY 2014FY 2015FY

Bangladesh 590 1.500 2.957 2.200 2.848 2.500 2.000

Kazakhstan 4.500 6.843 2.395 1.800 855 1.500 800

Kyrgyz Republic 800 3.500 1.496 1.500 655 1.050

-Maldives - - - 400 380 400 400

Nepal - 800 898 1.240 2.274 1.300 1.300

Pakistan 300.000 294.169 295.408 295.408 280.171 280.000 280.000

Sri Lanka - 1.000 998 500 424 450

-Tajikistan 740 1.500 750 800 854 1.500 700

Turkmenistan 150 2.000 750 - - 685 100

Uzbekistan - - - 5.260 1.624 1.500 700

Sumber : US Department of State – Diplomacy in Action

Tabel diatas memperlihatkan bantuan militer Amerika Serikat untuk negara-negara dikawasan Asia Selatan dan Asia Tengah, dalam tabel ini tidak terlihat Amerika Serikat memberikan bantuan militer untuk India di tahun 2009 sampai dengan 2015. Bantuan Amerika Serikat untuk Pakistan pun jika di bandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia Selatan dan kawasan Asia Tengah cukup berbeda, Inilah yang memperlihatkan Amerika Serikat cenderung lebih meganakemaskan Pakistan dari negara-negara lain di kawasan tersebut.

Bantuan militer ini merupakan salah satu bentuk komitmen Amerika Serikat dalam mendukung rencana Pakistan memenuhi kebutuhan pertahanan negara.2 Meskipun dalam hal

1

Ralf Schauff Ed. Luky Setyarini. “AS Umumkan Bantuan Dua Milyar Dolar Bagi Pakistan, Deutsche Welle (22 Oktober 2010) internet. 29 Oktober 2015, http://www.dw.com/

(7)

ini Amerika Serikat tidak mengkhususkan untuk keperluan pertahanan dalam permasalahan konflik Kashmir, Sedikitnya mencukupi untuk keperluan pertahanan wilayah Pakistan dari ancaman perang yang bisa saja terjadi antara Pakistan dan India atau ancaman lainnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka peneliti membuat perumusan masalah sebagaiberikut: “Apa saja kepentingan nasional Amerika Serikatmendukung Pakistan dalam studikasus perebutan wilayah Kashmir antara India dan Pakistan pada tahun 2009-2013?”

C. Tujuan Penelitian

Setiap melakukan sebuah penelitian pastilah peneliti menyusun sebuah penelitian

tersebut dengan adanya tujuan tersendiri sama seperti peneliti lainnya, disini saya

sebagai peneliti pun memiliki tujuan, dalam tujuan penelitian ini peneliti membagi

tujuannya kedua bagian yakni tujuan umum dan tujuan khusus yang antara lain:

a. TujuanUmum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan bantuan Amerika Serikat dalam membantu Pakistan di persengketaan perebutan wilayah Kasmir dengan India pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.

b. TujuanKhusus

(8)

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran sangat dibutuhkan untuk menganalisis sebuah permasalahan sehingga hasil analisis akan bersifat valid, logis, dan obyektif. Kerangka pemikiran akan menuntun peneliti untuk terfokus dan terarah pada analisis yang tajam dan ilmiah. Penelitian ini menggunakan pendekatan realis, dengan konsep kepentingan nasional, konsep resolusi konflik. Kerangka pemikiran dalam laporan ini dibagi ke dalam pendekatan, teori, dan konsep, yang akan diuraikan sebagai berikut:

a. Pendekatan Realisme

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pedekatan realis dalam mengkaji masalah yang diteliti. Pendekatan realis dianggap relevan dan mampu menganalisa apa saja kepentingan nasional Amerika Serikat di kawasan Asia Selatan khususnya di Pakistan dalam konflik wilayah Kashmir antara India dan Pakistan.

Pendekatan realis mendasarkan pandangan pada realita apa adanya bukan pada apa yang seharusnya seperti yang dianut oleh kaum idealis. Dalam pandangan kaum realis, negara adalah aktor utama dalam politik internasional dan politik adalah cara untuk mendapatkan tujuan mencapai power atau kekuasaan. Baik dalam bidang Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya.

Dalam teori realisme ini menjelaskan bahwa situasi politik ketika pembagian kekuatan menjadi salah satu bentuk aplikasi kepentingan suatu negara karena realisme merupakan paradigma dunia politik di mana setiap negara berkompetisi memperoleh kekuatan guna mewujudkan kepentingan dan memperoleh dominasi di dalam dunia politik.3

Dalam pendekatan realis terdapat empat asumsi yang mendasarinya, yaitu :4

3Charles W. Kegley, Jr dan Eugene Wittkopf, World Politics:Trend and Transformation (United States: Wadsworth, 2004), hlm36.

(9)

1. Negara merupakan aktor tunggal atau unitary actor, di mana negara sebagai penentu kebijakan dalam menanggapi isu-isu dalam hubungan internasional.

2. Negara merupakan aktor utama dan terpenting dalam hubungan internasional. Negara adalah unit analisis yang utama dalam mengkaji peristiwa-peristiwa dalam politik global. Hubungan internasional berarti mengkaji semua tentang tingkah laku negara.

3. Negara merupakan aktor rasional, dalam proses pengambilan kebijakan luar negerinya. Suatu negara selalu mempertimbangkan hal-hal yang menyangkut kemampuan negara dalam menjalankan kebijakan tersebut, termasuk kemampuan pendanaan dan manfaatnya bagi kepentingan nasional yang hendak dicapai. Segala kebijakan luar negeri dibuat secara matang agar tidak merugikan negara.

4. Kaum realis memandang bahwa isu internasional yang utama adalah national security atau keamanan nasional. Realis memandang konflik aktual antara aktor negara menjadi dasar bagi terciptanya stabilitas keamanan internasional dan kekuasaan adalah alat dalam memecahkan perselisihan dan pencegahan terhadap integritas territorial.

b. Konsep Power

(10)

yang diambil negara harus mempertimbangkan untung, rugi dan manfaatnya bagi negara tersebut.5

Konsep power tidak sebatas dalam konteks kekuasaan, melainkan sebagai konsep national power atau kekuatan nasional. Dalam konteksnya, power tidak hanya diukur oleh kekuatan militer saja. Tetapi power atau kekuatan nasional dapat juga dinilai dari tingkat teknologi yang dikuasainya, sumber daya alam, bentuk pemerintah dan kepemimpinan serta ideologinya.

Kehadiran bantuan militer dan ekonomi dari sebuah negara besar di sebuah kawasan yang khususnya sedang mengalami konflik atau sebuah masalah yang perlu ditangani, akan memberikan kesempatan negara besar untuk senantiasa memberikan bantuan untuk negara-negara yang memerlukan bantuannya. Negara besar tersebut merupakan negara dengan power yang sudah kuat, biasanya negara besar seperti ini selalu memainkan perannya dalam setiap konflik dan permasalahan yang kerap terjadi di ruang lingkup internasional, ini dilakukan sebagai eksistensi negara tersebut dalam peraktek hegemoni dan memperlihatkan bahwa negara besar tersebut memiliki power yang tidak bisa di pandang sebelah mata oleh negara-negara lain.

c. Konsep Kepentingan Nasional

Konsep kepentingan nasional sangat penting dalam menganalisis dan memahami perilaku internasional. Konsep kepentigan nasional merupakan dasar untuk menjelaskan perilaku politik luar negeri suatu negara. Kepentingan nasional juga dapat dijelaskan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya. Kepentingan nasional suatu negara secara khas merupakan unsur-unsur membentuk kebutuhan negara yang paling vital, seperti pertahanan, keamanan, militer, dan kesejahteraan ekonomi.6

5Hans J. Morgenthau, Politic Among Nations: The Struggle for Power and Peace (New York: Alferd A. Knop. Ed. 3, 1978), hlm27.

(11)

Adapun mengenai jenis-jenis kepentingan nasional juga terdapat identifikasi yang beragam. Namun Donald E. Nuechterlin sedikitnya menyebutkan terdapat empat jenis kepentingan nasional, antara lain:7

1. Kepentingan pertahanan, diantaranya menyangkut kepentingan untuk melindungi warga negaranya serta wilayah dan sistem politiknya dari ancaman negara lain;

2. Kepentingan ekonomi, yakni kepentingan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian negara melalui hubungan ekonomi dengan negara lain;

3. Kepentingan tata internasional, yaitu untuk mewujudkan atau mempertahankan sistem politik dan ekonomi internasional yang menguntungkan bagi negaranya;

4. Kepentingan ideologi, yaitu kepentingan untuk mempertahankan atau melindungi ideologi negaranya dari ancaman ideologi negara lain.

Dalam penelitian ini, peneliti mengkategorikan permasalahan yang sedang diteliti ini kepada jenis kepentingan nasional menurut Donald E. Nuechterlin yang menyangkut kepada kepentingan pertahanan, kepentingan ekonomi, kepentingan tata internasional dan kepentingan ideologi. Karena jenis kepentingan nasional Amerika Serikat ini dianggap peneliti sangat relevan untuk membahas dan memecahkan masalah penelitian ini.

Salah satu konsep dalam pandangan realis yang banyak digunakan untuk membantu menganalisis dan mendeskriminasikan tindakan negara yaitu konsep kepentingan nasional. konsep kepentingan nasional menjadi dasar bagi terciptanya interaksi internasional antar negara. Konsep ini, peneliti anggap relevan untuk menganalisis kepentingan nasional Amerika Serikat di kawasan Asia Selatan khususnya Pakistan.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian ini digunakan karena objek penelitian ini merupakan realitas sosial yang dipandang sebagai suatu gejala atau fenomena yang bersifat dinamis, kompleks, dan

(12)

interaktif. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek alamiah, atau naturalistik, dimana peneliti menggambarkan objek penelitian secara apa adanya berdasarkan data yang didapat melalui pengamatan fenomena, studi literatur, dan menempatkan peneliti sebagai instrumen penelitian.

Pendekatan kualitatif yang digunakan untuk penelitian tidak menggunakan statistika atau data-data yang berbentuk angka. Maka dari itu peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini tidak terukur datanya sesuai ciri khusus dari kualitatif, di mana datanya berupa kata-kata, kalimat-kalimat, teori-teori para ahli, konsep teori, bentuk gambar, grafik dan lain sebagainya kecuali data yang terukur dan dapat terhitung. Dalam penelitian ini pun peneliti mencari makna lain yang dapat dicari tahu lebih dalam, di mana isu atau permasalahan ini belum dapat disimpulkan kebenarannya atau perlu diteliti lebih lanjut. Sumber data penelitian adalah aktor-aktor yang juga dari lembaga-lembaga yang memiliki kaitannya misalanya seperti Kedutaan Besar Amerika Serikat, dan Kedutaan Besar Pakistan.

Penelitian ini dilakukan pada obyek yang alamiah, yaitu pada staf bagian Kedutaan Besar Amerika Serikat, dan staf bagian dari Kedutaan Besar Pakistan. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Teknik analisis data kualitatif menggunakan model Miles and Huberman. Uji keabsahan data melalui uji kredibilitas, depenabilitas, dan konfirmbilitas. Uji kredibilitass dilakukan melalui perpanjangan pengamatan, triangulasi, dan membercheck.

Alasan mengapa peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif ini karena peneliti menganggap bahwa keberadaan Amerika Serikat di konflik Kashmir ini terdapat kepentingan lain untuk Amerika Serikat itu sendiri. Kepentingan Amerika Serikat di Pakistan ini tidak terang-terangan di utarakan oleh Amerika Serikat. Sehingga terdapat makna lain dimana tidak semata-mata Amerika Serikat masuk ke permasalahan ini dan ikut terlibat tanpa ada kepentingan lain. Oleh karena itu peneliti tertarik mengupas masalah ini dengan metode penelitian kualitatif.

Ketika menganalisa dan membahas fenomena yang diteliti ini, berdasarkan keterkaitan variabel, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif analisis. Deskriptif analisis yaitu suatu metode yang bertujuab untuk menggambarkan, mencatat, menganalisis dan mengintrepretasikan kondisi-kondisi yang sedang terjadi atau ada. Dengan kata lain, penelitian deskriptif analisis bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat hubungan antar variabel-variabel yang ada.8

(13)

Secara umum, ciri-ciri metode penelitian deskriptif analisis sebagai berikut:9

1. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat aktual.

2. Bersifat mencari informasi faktual dan dilaukan secara mendetail guna mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung.

3. Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang tertentu dalam waktu yang bersamaan.

4. Metode penelitian deskriptif analisis tidak menguji hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti.

F. Pembahasan

Keberadaan Amerika Serikat di kawasan Asia Selatan khususnya pada konflik Kashmir yang terjadi antara India dan Pakistan memiliki kepentingan khusus, yakni :

1. Kepentingan Pertahanan Amerika Serikat di Kasus Konflik Kashmir a. Pemberantasan Terorisme

Keberadaan mayoritas muslim di kawasan Asia Selatan membuat Amerika Serikat khawatir, karena Amerika Serikat secara umum mendeskripsikan bahwa Muslim atau Islam dianggap musuh besar Amerika Serikat karena pelaku aktivitas Terorisme kebanyakan membawa nama agama Islam. Namun dalam hal ini Amerika Serikat perlu membedakan Muslim atau agama Islam yang mana yang dianggapnya sebagai suatu hal yang harus di berantas, Kemungkinan Amerika Serikat perlu melakukan karantina untuk membedakan mana Islam yang radikal dan mana Islam yang sudah liberal. Dalam hal ini Amerika Serikat pun ingin menggali lebih dalam lagi mengenai kawasan tersebut dan ingin menjadikan kawasan hegemoninya. Mengingat Amerika Serikat pada 11 September 2001 mengalami serangan teroris terhadap menara kembar World Trade Centre (WTC) di New York dan markas pertahanan militer Pentagon, AS pun

(14)

kemudian menyatakan perang terhadap terorisme atau yang lebih dikenal dengan “The Global War On Terrorism” (GWOT).

Beberapa saat setelah penyerangan terhadap gedung WTC dan menghadapi perubahan ancaman keamanan AS pasca 11 September 2001.

Tekad AS memerangi terorisme bukanlah sebuah ungkapan kemarahan semata. Kesungguhan AS dalam hal ini terlihat jelas ketika AS menjadikan “war against terrorism” sebagai salah satu bagian dari Strategi Keamanan Nasional AS 2002 (National Security Strategy/NSS). Dan upaya AS memberantas terorisme ini tidak terbatas pada wilayah nasional AS saja, tetapi juga diseluruh penjuru dunia, dimana kelompok-kelompok teroris bersembunyi. Afganistan bukanlah satu-satunya wilayah dimana AS berusaha menangkap dan menghancurkan kelompok Taliban dan Al-Qaeda. Tetapi ribuan kelompok teroris yang terlatih secara militer dan sebagian besar diantaranya merupakan jaringan Al-Qaeda, telah tersebar di berbagai kawasan seperti belahan benua Amerika utara dan selatan, Eropa, Afrika, Timur Tengah, serta Asia

(15)

Oleh karena itu AS memandang perlu mengadakan perang terhadap pemikiran-pemikiran untuk memenangkan pertempuran melawan terorisme internasional. Cara-cara yang akan dilakukan AS meliputi:

i. Dengan mempergunakan pengaruh besar AS dan bekerjasama dengan

negara-negara sahabat dan sekutu, Menegaskan bahwa seluruh tindakan terorisme adalah “haram” sehingga terorisme akan dipandang setara dengan perbudakan, pembajakan, serta pembunuhan masal. Dengan demikian tidak ada negara yang dapat menghargai atau mendukung prilaku teroris, sebaliknya harus ditentang.

ii. Mendukung pemerintahan moderat dan modern khususnya dikawasan

dengan penganut mayoritas muslim, untuk menjamin bahwa tidak ada tempat dimana kondisi dan ideologi yang membantu kemajuan perkembangan terorisme.

iii. Mengurangi kondisi-kondisi yang menimbulkan terorisme dengan cara membuat masyarakat internasional untuk fokus terhadap sumber-sumber yang menimbulkan kondisi tersebut.

iv. Mempergunakan diplomasi publik yang efektif untuk memajukan aliran informasi yang bebas untuk membangkitkan harapan-harapan dan aspirasi kebebasan dalam lingkungan yang telah dikuasai oleh para sponsor teroris internasional.

b. Pembukaan Kembali Rute Logistik NATO

(16)

Clinton secara resmi, meminta maaf atas kerugian yang diderita oleh militer Pakistan. Selanjutnya, Pakistan dipulihkan rute pasokan NATO.10

Serangan tersebut menewaskan tiga orang pasukan Pakistan, meskipun NATO berdalih jika serangan dilancarkan untuk menggempur basis pertahanan Taliban. Pihak NATO beserta Pemerintah Pakistan saat ini terus menyelidiki insiden yang terjadi di distrik Kurram tersebut. Pihak Pentagon yang menjadi pemimpin operasi di Afghanistan selama ini menyatakan jika kesalahan itu disebabkan karena komunikasi yang gagal, antara para pasukan di lapangan.

Kepentingan nasional pertahanan Amerika Serikat mendukung Pakistan salah satunya yakni untuk memberikan pengertian ke Pakistan bahwa Amerika Serikat (NATO) ingin membuka kembali jalur/rute pemenuhan logistik NATO (The North Atlantic Treaty Organization) untuk Afghanistan. Perang Afganistan, yang sudah berlangsung lebih dari 10 tahun dengan hasil tak tentu dan diwarnai berbagai masalah rumit, kini menghadapi kemungkinan masalah baru yang tak diduga sebelumnya.11

Peta Rute Logistik NATO 2011

10 CNN Wire Staff (4 Juli 2012). "Pakistan reopens NATO supply routes to Afghanistan". CNN Wirestaff (CNN)

(17)

Sumber : http://creativecommons.org/

Gambar diatas yakni yang memiliki warna garis merah dan biru tua memperlihatkan rute logistik NATO untuk kebutuhan Perang di Afghanistan pada tahun 2011. Logistik NATO di Perang Afghanistan mengacu pada upaya Bantuan Keamanan Angkatan NATO Internasional untuk memberikan bahan bakar, makanan, hardware dan perlengkapan logistik lainnya ke Afghanistan untuk mendukung Perang di Afghanistan (2001-2011). Pengiriman pasokan dilakukan dengan menggunakan kombinasi transportasi udara dan serangkaian rute pasokan darat. Ada dua rute yang melewati Pakistan, dan beberapa rute lainnya yang melewati Rusia dan negara-negara Asia Tengah. Setelah 2011 serangan NATO di Pakistan, rute Pakistan ditutup, tapi dibuka kembali setelah Menteri Luar Negeri AS meminta maaf atas insiden tersebut pada tanggal 3 Juli 2012.12

Karena Afghanistan adalah negara yang terkurung daratan, persediaan harus melewati negara-negara lain untuk mencapai itu, atau yang lain dikirim melalui udara. Sejak pengiriman udara mahal, pasukan NATO cenderung mengandalkan rute darat untuk peralatan non-mematikan. Hal ini terutama dilakukan baik oleh pengiriman barang melalui laut ke pelabuhan Pakistan,

(18)

Karachi di provinsi Sindh, atau dengan pengiriman mereka melalui Rusia khusus untuk Pakistan saja di kawasan Asia Selatan.

2. Kepentingan Ekonomi Amerika Serikat di Kasus Konflik Kashmir a. AS-India Perdagangan Bilateral dan Investasi

Barang dan jasa perusahaan swasta perdagangan Amerika Serikat dengan India mencapai $93.000.000.000 pada tahun 2012 (data terakhir). Ekspor mencapai $34.000.000.000; Impor mencapai $59.000.000.000. Amerika Serikat barang defisit dan jasa perdagangan dengan India adalah $25 miliar pada 2012. India pada tahun 2012 lalu pun adalah 11 mitra perdagangan terbesar barang-barang Amerika Serikat dengan $63.700.000.000 total perdagangan barang selama 2013. Ekspor Barang mencapai $21.900.000.000; impor barang mencapai $41.800.000.000. AS Defisit perdagangan barang dengan India adalah $20,0 miliar pada tahun 2013. Perdagangan jasa pribadi dengan India (ekspor dan impor) mencapai $30 miliar dalam 2012 (data terakhir). Jasa ekspor $12 milyar; Jasa impor sejumlah $19 miliar. AS defisit perdagangan jasa dengan India adalah $7 miliar pada 2012.13

Praktek Impor dan Ekspor antara Amerika Serikat dan India ini memperlihatkan bahwa India sangat penting keberadaannya untuk Amerika Serikat. Apabila India memutuskan hubungan ekonomi dengan Amerika

(19)

perdagangan barang selama 2013. Ekspor Barang mencapai $1.600.000.000; Impor barang mencapai $3,7 milyar. Defisit perdagangan barang Amerika Serikat dengan Pakistan adalah $2,0 miliar pada tahun 2013.14

Bagi Amerika Serikat politik luar negeri merupakan upaya yang pada dasarnya membangun kerjasama, perdamaian dan manfaat bagi negara-negara yang terlibat. Hubungan antar negara-negara, bagi Amerika Serikat tentunya dilandasi semangat kompetisi sebagaimana nilai budaya masyarakat dan landasan politik demokrasi liberal. Dalam bekerjasama dan menjalani proses berhubungan dengan negara lain, Amerika kerap kali mengalami berbagai masalah dan konflik yang menjurus pada pertikaian bahkan senantiasa berorientasi pada kepentingan Amerika yang dikedepankan. Landasan inilah yang menjadikan Amerika Serikat dianggap oleh negara lain sebagai kekuatan yang melakukan berbagai cara demi kekuasaan dan kepentingannya.15

3. Kepentingan Tata Internasional Amerika Serikat di Kasus Konflik Kashmir Kepentingan Tata Internasional Amerika Serika di Kasus Konflik Kashmir ini cenderung kepada kepentingan tata regional. Dimana dalam aktivitasnya tata internasional dan tata regional cukup memiliki kesamaan, yang membedakan hanya pada ruang lingkupnya saja, dimana tata internasional lebih luas dari tata regional yang hanya fokus pada kawasan. Dalam kepentingan tata regional khususnya di kawasan Asia Selatan, Amerika Serikat memiliki kepentingan regional antara lain:

a. Menjaga Stabilitas Keamanan di Kawasan Asia Selatan (Tata Regional)

Kawasan Asia Selatan merupakan kawasan yang strategis dan rentan dengan isu keamanan, dikarenakan letaknya yang strategis mengundang

14 Executive Office of The President,”US-Pakistan Trade Facts”, Office of The United States Trade Refresentative (5 Februari 2014) internet. 10 Februari 2016 https://ustr.gov/

(20)

kekuatan-kekuatan besar dunia untuk bersaing saling menanamkan pengaruh di kawasan dan mengamankan kepentingan nasionalnya disana. Amerika Serikat memiliki kepentingan strategis di kawasan ini juga turut andil dalam menanamkan pengaruh di kawasan tersebut. Dimana hingga saat ini, kedekatan dengan negara-negar di kawasan Asia Selatan ini perlu dilakukan lebih kuat lagi dan tetap berkomitmen dalam menjaga stabilitas kawasan. Hubungan antar negara-negara di kawasan semakin kompleks dikarenakan bangkitnya kekuatan aktor-aktor lain yang muncul memberikan pengaruh lain seperti China dan Rusia dengan perkembangan perekonomian dan moderisasi militernya.

b. Menjadi Hegemoni dalam Semua Aspek di Kawasan Asia Selatan (Tata Regional)

Seperti halnya kepentingan nasional ekonomi Amerika Serikat yang menginginkan hegemoni di kawasan Asia Selatan sebagai kekuatan ekonomi nomor satu dikawasan tersebut, tidak menutup kemungkian bahwa Amerika Serikat menginginkan hegemoni di ruang lingkup tata internasional, dengan keberadaan Amerika Serikat di sebuah konflik yang terjadi di dunia, sedikitnya mengubah stigma bahwa Amerika Serikat sebuah negara yang maju, besar, kuat, masih mau membantu negara yang sedang mengalami masalah.

(21)

masa-masa krisisnya melawan dan mengimbangi kemiliteran India yang tidak bisa di prediksi kapan India akan menyerang sewaktu-waktu.

Seperti hegemon dunia, Amerika Serikat merasa harus turut andil untuk mengamankan kawasan ini dalam hal menjamin tidak adanya kekuatan yang dapat mengancam kestabilan kawasan ataupun global sekaligus mengamankan kepentingan nasionalnya disana. Inilah yang di inginkan Amerika Serikat dalam kepentingan Tata Internasional dimana Amerika Serikat ingin dianggap sebagai penguasa sistem politik dan ekonomi yang di akui kuat di ruang lingkup internasional, aktif dalam membantu sebuah negara, keeksistensian di dunia dianggap ada, dan menjadi role model bagi negara lain.

4. Kepentingan Ideologi Amerika Serikat di Konflik Kashmir

Sejarah perebutan wilayah Kashmir mencatat bahwa keberadaan pihak-pihak lain yang terlibat di masalah perebutan wilayah Kashmir ini bukan hanya India, Pakistan dan keberadaan Amerika Serikat saja, namun ada pihak lain yakni Rusia dan China. Amerika Serikat selalu berambisi memperluas wilayah demokrasi sampai seluas dunia, dan menerapkan norma-norma masyarakat madani dalam perluasan tersebut. Dalam kenyataannya, praktik yang dilakukan Amerika Serikat ialah lebih kepada mengubah dunia sesuai dengan konsep Amerika Serikat.

Proses melakukan kebijakan luar negerinya, Amerika Serikat selalu berusaha menjadi penguasa dunia untuk menegakan nilai-nilai Amerika Serikat di seluruh muka bumi dengan dukungan jaringan ekonomi besar dan kekuatan militer yang kuat.16 Sadar ataupun tidak, sejak beberapa abad lalu Amerika

Serikat terus menggiring dunia ini ke arah sebuah Persemakmuran Bangsa-Bangsa, yang dalam hal ini Amerika Serikat sama sekali tidak mau hidup berdampingan bahkan berupaya memusnahkan pengaruh yang duanggap buruk baginya yakni, komunisme dan turunannya.17

Meskipun dewasa ini ideologi tidak gencar terlihat dan terang-terangan seperti pada Perang Dingin, namun dalam permasalahan ini Ideologi cukup

16 Taufik Adi Susilo, Mengenal Amerika Serikat, (Yogyakarta: Garasi, 2009).

(22)

terlihat dimana masing-masing negara besar yang sudah memiliki integritas kepemilikan masing-masing ideologi ini cenderung memperlihatkan keberadaanya. Yakni negara-negara besar memiliki kecenderungan untuk mencari pion atau anak buah dalam segi untuk lebih mempromosikan ideologi yang dianut negara-negara tersebut untuk bisa diaplikasikan ke negara-negara lain. Ketika negara dengan jumlah pion atau anak buah terbanyak maka negara tersebut akan disegani dan dianggap sebagai kekuatan paling besar di dunia internasional ini.

a. Membendung Pengaruh Kekuatan Komunis China

Amerika Serikat memang tidak akan merasa khawatir dengan negara komunis dan keberadaan komunisme, namun Amerika Serikat takut dan khawatir dengan kekuatan China sebagai negara komunis, akan menguasai dunia. Dengan motif Hak Asasi Manusia dan Demokrasi, Amerika Serikat berupaya meningkatkan hegemoni kapitalismenya dikawasan Asia Selatan.

Keikutsertaan China dalam mendukung kemiliteran Pakistan diwujudkan dengan China melakukan kerjasama jual beli perlengkapan Militer dengan Pakistan. Semua perlengkapan militer untuk mengimbangi kekuatan militer India yang dimiliki Pakistan kebanyakan di impor dari China. Inilah salahsatu alasan yang mengharuskan Amerika Serikat ikut campur di masalah perebutan wilayah Kashmir sedikitnya untuk membendung faham komunisme yang dimiliki China ke Pakistan. Posisi Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang kuat secara hegemoni politik dan kekuatan militer (negara adidaya) memungkinkan untuk melakukan apapun demi merealisasikan kepentingan strategi politik luar negerinya.

b. Memantau Perkembangan Ideologi di Kawasan Asia Selatan

(23)

yang rentan dan resistensi yang dianggap akan ada pengaruh ideologi baru dikawasan tersebut, untuk itu Amerika Serikat menempatkan dirinya secara tegas untuk menjaga serta memperluas kekuatan hegemoni melalui penyebaran pengaruh-pengaruhnya baik secara ideologis (politik dan ekonominya).

G. Kesimpulan

Keberadaan Amerika Serikat yang awalnya menjadi mediator di konflik yang terjadi

antara Pakistan dan India khususnya dalam koflik perebutan wilayah Kashmir menjadikan

Amerika Serikat lebih mendukung Pakistan dari pada India. Sebagai sebuah negara yang

besar yang berperan sebagai “Polisi Dunia” Amerika Serikat seharusnya mampu menunjukan

netralitas dalam permasalahan konflik tersebut. Namun seperti yang dipaparkan diatas

Amerika Serikat lebih mendukung Pakistan karena memiliki kepentingan nasional yang ingin

dicapainya.

Menurut peneliti dari keempat kepentingan nasional tersebut yang lebih dominan

menjadi kepentingan nasional Amerika Serikat adalah lebih concern pada kepentingan

nasional pertahanan dimana yang berfokus pada pemberantasan terorisme di kawasan Asia

Selatan, meskipun banyaknya kekhawatiran yang dirasakan Amerika Serikat ketika

menghadapi keberadaan pihak lain yakni Rusia dan China yang juga kedua negara ini berada

dibayang-bayang konflik Kashmir, dan kedua negara ini merupakan negara Komunis terbesar

di dunia, oleh sebab itu kepentingan nasional ideologi pun disini lebih dominan terlihat

bahwa Amerika Serikat menjadikan kepentingan nasional ideologi. Kemudian dapat

(24)

menghegemoni kawasan Asia Selatan, yang dimana Amerika Serikat menganggap bahwa

keberadaaan Rusia dan China ini sebagai saingan untuk mendominasi dan menghegemon

kawasan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adi Susilo, Taufik. Mengenal Amerika Serikat. (Yogyakarta: Garasi, 2009)

Bakry, Umar Suryadi. Pengantar Hubungan Internasional. (Jayabaya University Press, 1999)

Behera, Navnita. “State, Identity and Violance: Jammu, Kashmir and Ladakh (New Delhi: Manohar, 2000)

Burki Javed, Shahid. Pakistan: Fifty Years of Nationahood (Boulder CO: Westview, 1999)

Charles W. Kegley, Jr dan Eugene Wittkopf, World Politics:Trend and Transformation (United States: Wadsworth, 2004)

Coloumbus, Theodore A. And James H. Wolfe. Introduction to International Relations,Power and Justice. (New Delhi: Prentice Hall of India Griffiths, 1981)

(25)

David Bloomfield and Ben Reilly. Democracy and Deep-Rooted Conflict: Options for Negotiatiors (1998), ed. Peter Harris and Ben Reilly, trans. Salma Hasan Ali. (Depok: Studio Signum, 2000)

Ellis S. Krauss dan T.J Pempell, Beyond Billateralism: US-Japan Relation in The New Asia Pasific (United States of America: Stanford University Press, 2004)

Hadiwijoyo, Suryo Sati. Batas Wilayah Negara Indonesia: Dimensi, Permasalahan, Dan Strategi Penanganan. (Jogjakarta : Gava Media, 2009)

Hoffman, Stanley. A World of Complexity dalam Douglas J, Murray dan Paul Viotti, The Defense Policies of Nations: A Comparative Study. (Lexington: Lexington Books, 1998)

Howard Lentner. Foreign Policy Analysis, (New York: BarrunchCollege, 1996)

Jackson, Robert and George Sorensen. Introduction to International Relations: Theories and Approaches. (United States: Oxford Univ. Press, Inc, 2007)

Junjun Iman Umar, Kamus Pemerintaha, (Jakarta: Ghalih Pustaka. 2006)

Kegley, Charles W. And Jr Eugene Wittkopf. World Politics:Trend and Transformation. (United States: Wadsworth, 2004)

K.J Holsti. International Politic, Terj., M. Tahrir Azhary. Politik Internasional: Kerangka untuk Analisis, 1983

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)

Maunna, Boer. Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, Dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global. (Bandung: Alumni, 2000)

(26)

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)

Morgenthau, Hans J. Politic Among Nations: The Struggle for Power and Peace. (New York: Alferd A. Knop. Ed. 3, 1978)

Nazar, Mohammad. Metode Penelitian. (Jakarta: Ghalia, 1998)

Perwita, Anak Agung Banyu. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)

Plamar, Norman D. dan Howard C. Perkins, International Relations: The World Comunity in Transition. Boston: Houhton Miflin Company. Ed 2

Plano. Jack C. & Roy Olton. Kamus Hubungan Internasional, (Bandung, Putra Abardin, 1995)

Pratimila, Hamid. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005)

Rudy, T. May. Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin. (Bandung: PT Refika Aditama, 2002)

Rudy, T. May. Teori, Etika Dan Kebijakan Hubungan Internasional. (Bandung : Angkasa, 1995)

Sadarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2002)

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R & D. (Bandung: Alfabeta, 2009)

(27)

Viotti, Paul R. and Mark V. Kauppi. International Relations Theory: Realisme, Pluralism, Globalism and Beyond. Ed. 3. (New York: MacMillan Punliing Company, 1999)

Viotti, Paul R. and Mark V. Kauppi. International Relations and World Politics: Security, Economy, Identity. (United States: Prentince Hall, 2001)

Wirsing, Robert G. India, Pakistan and the Kashmir Disputu. (New York: St. Martin’s Press, 1994)

Yanuar, Ikbar. (Bandung: PT Refika Aditama, 2012)

INTERNET

Bureau of South and Central Asia Affairs. “U.S. Relations with India.” Fact Sheet (09 Oktober 2015) internet. 07 Januari 2016, http://www.state.gov/

Bureau of South and Central Asia Affairs. “U.S. Relations with Pakistan.” Fact Sheet (07 Oktober 2015) internet. 07 Januari 2016, http://www.state.gov/

Dahono Fitrianto. “Menyiasati Afghanistan, Membujuk Rusia”, Kompas (20 Mei 2012) internet. 18 Februari 2016, http://health.kompas.com/

Did You Know?. “Kashmir.” Did You Know Website (13 Juli 2013) intenet. 10 Februari 2016, http://www.didyouknow.org/

Executive Office of The President,”US-India Bilateral Trade and Investment”, Office of The United States Trade Refresentative (5 September 2014) internet. 10 Februari 2016 https://ustr.gov/

(28)

Global Security. “Military World War Indo-Pak 1947” Asian Studies (23 April 2014) intenet. 10 Februari 2016, http://www.globalsecurity.org/

Mario Wahyu, Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat, diakses dari

http://academia.edu/3252038/Kebijakan_Luar_Negeri_Amerika_Serikat, pada tanggal 17 November 2015.

Office of The Historian, “India.” U.S Departement of State, internet 07 Januari 2016, https://history.state.gov/

Rajat Ganguly. “India, Pakistan and the Kashmir Dispute” Asian Studies Intitute (28 Mei 2014) intenet. 10 Februari 2016, http://www.researcharchive.vuw.ac.nz/

Ralf Schauff Ed. Luky Setyarini. “AS Umumkan Bantuan Dua Milyar Dolar Bagi Pakistan”, Deutsche Welle (22 Oktober 2010) internet. 29 Oktober 2015, http://www.dw.com/

Security Assistance Monitor. “Direct Overt U.S. Aid Appropriations for and Military Reimbursements to Pakistan, FY2002-FY2016.” Security Assistance Monitor (02 Oktober 2015) internet. 17 November 2015, http://www.securityassistance.org/

VOA Indonesia,”AS Janjikan Bantuan 2 Miliar Dolar bagi Militer Pakistan”, Voice of America Indonesia (22 Oktober 2010) internet. 27 Oktober 2015

http://voaindonesia.com/

William Kirk.“Jammu and Kashmir.” Encyclopædia Britannica (24 April 2010) internet. 23 Januari 2016, http://www.britannica.com

William Kirk. “Kashmir.” Encyclopædia Britannica (27 Maret 2007) internet. 23 Januari 2016, http://www.britannica.com

CNN Wire Staff (4 July 2012). "Pakistan reopens NATO supply routes to Afghanistan". CNN Wirestaff (CNN)

(29)

JURNAL

Anthony Wanis St. John, “Third Party Mediation over Kashmir: A Modest Proposal”, International Peacekeeping, vol.4 no.4 (1997)

Dewi Triwahyuni, “Perubahan Kebijakan Keamanan Amerika Serikat Pasca 11 September 2001 Untuk Kawasan Asia Tenggara,” JIPSi, Vol. 01 No. 2 (2010)

Rahul Roy-Chaudhury, “The United States role and influence on the India-Pakistan conflict”, Jurnal Ilmiah oleh peneliti untuk Asia Selatan di Lembaga International Institute for Strategic Studies (IISS), (2004)

Refy Wahyu Kurniawan, “Dinamika Hubungan Amerika Serikat-Pakistan Dalam Kerjasama The Global War On Terrorism (GWOT”, Skripsi pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember, (2014)

The Carter Center, “The Kashmiri Conflict: Historical and Prspective Intervention Analyses,” Kashmir Conflict (2002)

Gambar

Tabel diatas memperlihatkan bantuan militer Amerika Serikat untuk negara-negara
Gambar diatas yakni yang memiliki warna garis merah dan biru tua

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4.42 : Pola plafon yang mengikuti pola denah Crossing Gambar 4.43: Denah Lantai Gereja Sagrada Familia. Gambar 4.44 : Simbol pola lantai Gambar 4.45 : Pola lantai

Pembuatan garam kurkumin larut air dilakukan dengan cara reaksi penggaraman dengan menggunakan natrium metoksida sehingga menghasilkan natrium kurkumin yang

Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 BAB II - 84 2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun.. berjalan dan

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa sebenarnya remaja yang suka mendengarkan musik dengan irama yang keras dan cepat akan berdampak kurang baik pada kecerdasan

Saran pengembangan yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan Sistem Informasi pencatatan transaksi penjualan ini dalam versi aplikasi mobile. Aplikasi juga

Tuntutan ekonomi yang terus mendesak keluarga nelayan di Muara Angke khususnya dengan pendapatan suami yang tidak menentu membuat wanita nelayan memiliki

Berdasarkan permasalahan penelitian yang berjudul “Penerapan strategi Self-management untuk meningkatkan penyesuaian diri di sekolah pada siswa kelas X MIA 3 SMA