SEJARAH PASAR UANG SYARIAH
041114141
Abdurrofi’ll Ali
041211433069
Friska Mega Puspitasari
041211433071
Mukaffi Alif Lutfi
041411431002
Aditama Ardi Nugraha
041411431003
Faridatul Aliyah
041411431006
Lailatul Istiqomah
041411431011
Anantasena Indra Wicaksono
041411431017
Halimatussa'idah
041411431018
Wardatul Firdaus
FAKULTAS EKONOMI BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dengan demikian pasar uang merupakan sarana alternatif khususnya bagi lembaga-lembaga keuangan, perusahaan-perusahaan non keuangan, dan peserta-peserta lainnya, baik dalam memenuhi kebutuhan dana jangka pendeknya maupun penempatan dana atas kelebihan likuiditasnya.
Untuk memenuhi kebutuhan likuiditas, bank-bank syariah juga memerlukan akses kepasar uang, baik dalam rangka penanaman dana yang sementara waktu belum digunakan maupun untuk memenuhi kebutuhan dana dengan segera. Untuk keperluan tersebut diperlukan juga instrumen-instrumen likuiditas, berupa surat-surat berharga yang berasal dari sekuritisasi aset.
Pasalnya perusahaan akan di hadapkan pada bunga yang harus ditanggung dan risiko pailit jika ternyata perusahaannya tak bisa survive dan terlilit kredit macet. Namun hal itu merupakan transaksi ekonomi konvensional yang bersifat spekulatif dan alangkah baiknya jika semua badan usaha kini beralih ke pasar uang syariah yang berorientasi pada falah.
I.2 Rumusan Masalah
I.2.1 Bagaimana sejarah Pasar uang di Indonessia ?
I.2.2 Apa perbedaan mendasar Pasar uang konvensional dengan syariah ? I.2.3 Instrumen apa saja yang terlibat didalamnya ?
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pasar Uang
yang dibutuhkan, sedangkan unit yang kelebihan memperoleh penghasilan atas uang yang berlebih tersebut.
Pengertian pasar uang dalam teori ekonomi bukanlah suatu tempat (fisik) orang berjualan dan menjajakan barang dagangannya. Pasar diartikan secara lebih luas dan abstrak, namun tetap mencakup pasar dalam pengertian sehari-hari, yaitu pertemuan antara permintaan dan penawaran (Boediono, 2001: 1). Apabila permintaan bertemu penawaran di pasar, maka akan terjadi transaksi.Transaksi merupakan kesepakatan antara apa yang diinginkan pembeli dan apa yang diinginkan penjual. Dalam transaksi seperti itu kedua belah pihak mencapai kesepakatan mengenai dua hal, yaitu harga dan volume dari apa yang ditransaksikan.
Dalam praktik pasar uang konvensional, yang ditransaksikan adalah hak untuk menggunakan uang dalam jangka waktu tertentu. Jadi dipasar tersebut terjadi transaksi pinjam-meminjam dana, yang selanjutnya menimbulkan utang-piutang. Adapun barang yang ditransaksikan dalam pasar ini adalah secarik kertas berupa surat utang atau janji untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu tertentu pula. Tujuan pasar uang adalah untuk memberikan alternatif, baik bagi lembaga keuangan bank mauun bukan bank untuk memperoleh sumber dana atau menanamkan dananya. Harga dalam pasar uang konvensional biasanya dinyatakan dalam bentuk suatu presentase yang mewakili pendapatan berkaitan dengan penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Harga yang diterima oleh pemberi pinjaman untuk melepaskan hak penggunaan dana itu disebut dengan tingkat bunga (interest rate).
Dalam pandangan islam, uang hanyalah sebagai alat tukar, bukan sebagai komoditas atau barang dagangan. Maka motif permintaan terhadap uang adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi (money demand for transaction), bukan untuk spekulasi atau trading.islam tidak mengenal permintaan uang untuk motif spekulasi (money demand for speculation). Dalam pandangan islam uang adalah flow concept, karenanya harus selalu berputar dalam perekonomian, akan semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat dan akan semakin baik perekonomian.
2.2 Perbedaan Mendasar Pasar Uang Konvensional dan Pasar
Uang Berprinsip Syariah
Ada perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu: pertama, pada mekanisme penerbitan dan kedua, pada sifat instrumen itu sendiri. Pada pasar uang konvensional instrumen yang diterbitkan adalah instrumen hutang yang dijual dengan diskon dan didasarkan atas perhitungan bunga; sedangkan pasar uang syariah lebih kompleks dan mendekati mekanisme pasar modal.
Pengembangan pasar syariah sangat penting karena Mekanisme pasar uang hanya dapat berfungsi dengan baik apabila dipenuhi beberapa syarat sebagai berikut (Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis dan Manajemen, 1992: 24):
1. Cukup banyak instrumen sebagai pengganti uang yang dapat diperdagangkan. Uang yang diperdagangkan harus mempunyai bentuk (instrument) tertentu, antara lain: Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), sertifikat deposito, dan call money.
2. Ada lembaga keuangan yang bersedia menjadi pencipta pasar (market maker), lembaga inilah yang akan menyimpan instrumen-instrumen pasar uang dan akan menjualnya kepada unit yang mempunyai kelebihan dana jangka pendek, atau membelinya dari unit yang kekurangan dana jangka pendek. Di Indonesia fungsi ini dijalankan oleh Ficorinvest yang sering disebut security house.
3. Prasarana komunikasi yang memadai.
4. Informasi keuangan yang dapat dipercaya, yaitu data keuangan perusahaan yang mengeluarkan SBPU, agar setiap peminat dapat membuat penelitian mengenai keadaan perusahaan.
bank atau lembaga keuangan non-bank, kemudian surat-surat berharga ini diperjualbelikan oleh bank atau lembaga keuangan non-bank melalui security house yang akan memperjualbelikan dengan BI (Wijaya dan Hadiwigeno, 1999: 393-394).
Kebijakan mengenai pasar uang syariah di Indonesia didasarkan pada Peraturan Bank Indonesia Nomor : 10/36/PBI/2008 tanggal 10 desember 2008 tentang operasi moneter syariah yang merupakan pengejawantahan pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah dalam rangka mendukung tugas bank indonesia dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Pencapaian target operasional tersebut dilakukan dengan cara memengaruhi likuiditas perbankan syariah melalui kontraksi moneter atau ekspansi moneter.
2.3 Fungsi dan Peserta Pasar Uang
2.3.1 Fungsi dan Tujuan pasar uang
1. Salah satu sumber pembiayaan modal kerja dan investasi jangka pendek bagi perusahan untuk melakukan ekspansi usaha;
2. Sebagai fasilitator dan mediator para investor dari luar negeri yang ingin berinvestasi menyalurkan pinjaman jangka pendek kepada pengusaha di indonesia;
3. Sebagai mediator dan menghimpun dana masyarakat dalam bentuk transaksi perdagangan surat-surat berharga berjangka pendek;
4. Menawarkan kepada masyarakat untuk ikut andil dalam pembelian Sertifikat Bank Indonesia (BI), serta Surat Berharga Pasar Uang.
2.3.2 Peserta pasar uang 1 Bank
2 Yayasan 3 Dana Pensiun 4 Perusahaan Asuransi
5 Perusahaan-perusahaan besar 6 Lembaga Pemerintah
7 Lembaga Keuangan lain
2.4 Sejarah pasar uang
Karena dunia mengalami krisis moneter secara global maka munculah sebuah ide di dunia perekonomian yaitu diadakannya system simpan pinjam, kredit baik jangka panjang maupun jangka pendek seperti : SBI, SBPU, SUN, repurchase Agreement, yang akan bisa membantu perekonomian di saat krisis moneter.
Pada tahun 1968 Bank Indonesia membentuk Tim Persiapan Pasar Uang dan Modal tahun 1969 yang diketuai Gubernur Bank Indonesia. Tahun 1972 tim ini diganti dengan Badan Pembina Pasar Uang dan Modal yang masih diketuai oleh Gubernur Indonesia. Pada penghujung tahun 1967 badan inilah yang
melahirkan Bapepam (Badan Pelaksana Pasar Modal) dan PT.Persero Danareksa.
Alasan kenapa pasar uang dibutuhkan dalam sistem perekonomian adalah banyaknya perusahaan serta individu yang mengalami arus kas yang tidak sesuai antara inflows dan outflows. Misalnya, perusahaan melakukan penagihan dari klien pada periode tertentu dan pada waktu yang lain ia harus mengeluarkan uang untuk menutupi biaya operasionalnya.
Untuk mnegatasi masalah tersebut (perusahaan pada saat kasnya
mengalami defisit), maka perusahaan tersebut sementara dapat memasuki pasar uang sebagai peminjam dengan mencari lembaga keuangan atau pihak lain yang memiliki surplus (kelebihan) dana. Selanjutnya, pada saat perusahaan tersebut mengalami surplus dana, maka perusahaan tersebut menjadi kreditor dalam pasar uang untuk memperoleh pendapatan daripada membiarkan dananya tak terpakai atau idle.
Pasar uang pada saat ini tidak lagi dibatasi dalam wilayah suatu negara saja. Uang berputar ke seluruh bagian dunia, mencari investasi yang menawarkan
expected return yang paling tinggi untuk suatu tingkat resiko tertentu sejalan sengan pesatnya perkembangan perdagangan dunia. Pertumbuhan dan perkembangan perdagangan internasional membutuhkan pembiayaan jangka pendek maupun jangka panjang. Modal jangka panjang dibutuhkan untuk membiayai pembangunan pabrik baru, sistem transportasi dan sebagainya. Pembiayaan jangka pendek untuk membiayai ekspor dan impor barang dan kebutuhan modal kerja lain.
2.5 Landasan Hukum yang Mengatur tentang Pasar Uang
Syariah
1. Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Pasar Uang berdasarkan Prinsip Syariah. Latar belakang dikeluarkannya Fatwa DSN No : 37/DSN-MUI/X/2002, tentang uang antarbank berdasarkan prinsip syariah adalah atas pertimbangan sebagai berikut:
a) Bank syariah dapat mengalami kekurangan likuiditas disebabkan oleh perbedaan jangka waktu penerimaan dan penanaman dana atau kelebihan likuiditas yang dapat terjadi karena dana yang terhimpun belum dapat disalurkan kepada pihak yang memerlukan.
b)Dalam rangka peningkatan efisiensi pengelolaan dana, bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah memerlukan adanya pasar uang antarbank.
c) Untuk memenuhi keperluan itu, dipandang perlu penetapan fatwa tentang pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah.
Di antara keputusan Fatwa DSN No : 37/DSN-MUI/X/2002 tentang pasar uang antarbank berdasar prinsip syariah adalah sebagai berikut :
Ketentuan Umum
Pasar uang antarbank yang tidak dibenarkan menurut syariah, yaitu pasar
uang antarbank yang berdasarkan bunga.
Pasar uang yang dibenarkan menurut syariah, yaitu pasar uang antarbank
yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Pasar uang antarbank menurut prinsip syariah adalah kegiatan transaksi
keuangan jangka pendek antarpeserta pasar berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Peserta pasar uang sebagaimana tersebut dalam butir 3 yaitu :
1)Bank syariah sebagai pemilik atau penerima dana; 2)Bank konvensional hanya sebagai pemilik dana.
Ketentuan Khusus
Akad yang dapat digunakan dalam pasar uang antarbank berdasarkan prinsip
syariah adalah : Mudharabah (Muqaradhah)/qiradh ; musyarakah ; qiradh ; wadiah ; al-sharf.
Pemindahan kepemilikan instrumen pasar uang (sebagaimana tersebut dalam
butir menggunakan akad-akad syariah yang digunakan dan hanya boleh dipindahtangankan sekali.
Berikut adalah dalil yang digunakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam menetapkan fatwa tentang pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah,
1. QS Al-Maidah : 1
”Hai orang-orang yang beriman tunaikanlah akad-akad itu,....”
2. QS Al-Baqarah : 275
“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”.
3. Hadist Nabi riwayat Muslim, Tirmidzi, an-nasa’I , Abu Daud dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah
“Rasulullah SAW melarang jual-beli yang mengandung gharar”.
4. Hadist Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf’
“Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”.
5. Hadist Nabi riwayat Ibnu Majah dari ‘Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu ‘Abbas dan riwayat Imam Malik dari Yahya
“Tidak boleh membahayakan orang lain dan menolak bahaya dengan bahaya”.
6. Kaidah Fiqih
“ Pada dasarnya segala sesuatu dalam muamallah boleh dilakukan sampai ada dalil yang mengharamkannya”.
2. Keputusan Dewan Syariah Nasional (DSN) NO: 78/DSN-MUI/IX/2010 Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
Pasar Uang Antarbank berdasarkan prinsip Syariah (PUAS) adalah kegiatan
transaksi keuangan jangka pendek antarpeserta pasar berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
Peserta PUAS dalam pasar primer adalah:
a. bank syariah sebagai penerima dana dalam kapasitasnya sebagai penerbit instrumen PUAS, atau pemilik dana, dan
b. bank konvensional hanya sebagai pemilik dana.
Peserta PUAS dalam pasar sekunder adalah:
a. bank syariah sebagai penjual atau pembeli instrumen PUAS. b. bank konvensional sebagai penjual atau pembeli instumen PUAS.
Sertifikat PUAS adalah instrumen bukti kepemilikan investasi yang
ditransaksikan dalam PUAS.
Pialang adalah perantara perdagangan sertifikat PUAS.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pasar uang yang dibolehkan hanya pasar uang yang tidak menggunakan sistem bunga, hal ini untuk menghindari dari riba karena kerugian dari bunga itu lebih besar daripada mashlahahnya. Selain itu karena dalam Islam melarang adanya jual-beli uang sebagai komoditi atau spekulasi.
Dewan Syariah Nasional semestinya mengembangkan konsep kebijakan dan prosedur kegiatan pasar uang dengan lebih rinci, sehingga pihak yang melakukan transaksi tersebut dapat sesuai dengan prinsip-prinsip norma syariah yang ditetapkan. Namun, fatwa Dewan Syariah Nasional No:37/DSN-MUI/X/2002 dapat digunakan sebgai solusi bagi pihak yang melakukan transaksi di pasar uang dengan memberikan alternatif akad-akad.
Daftar Pustaka
Bisnis Indonesia Online
Sumber: www.academia.edu/9893413/Pasar_uang_syariah
Al Arif, Nur. Riyanto. 2012. Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoretis Praktis. Bandung: Pustaka Setia.
Soemitra, Andri. 2009. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.