REPELITA (RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN)
PADA MASA ORDE BARu
Nama Kelompok
:
Mita Andriana
(17)
Nirmala Mega Rosyidah
(21)
Kelas XII-A3
SMA NEGERI 11 SURABAYA
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN MASA ORDE BARU
No REPELITA WAKTU
TITIK BERAT /
PRIMADONA
TUJUAN/SASARAN
KEBERHASILAN/HAMBATAN
1 I 1 April 1969 -31 Maret 1984
Pembangunan bidang pertanian sesuai tujuan untuk mengejar
ketinggalan ekonomi melalui proses pembaruan bidang pertanian.
Tujuan :
memenuhi kebutuhan dasar dan infrastruktur dengan
meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembanguanan dalam tahap-tahap berikutnya.
Sasaran :
pangan,sandang,perbaikan prasarana,perumahan
rakyat,perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Keberhasilan :
Bidang pertanian mengalami kenaikan rata-rata 4% setahun 9produksi beras).
Bidang industri, terutama industri pupuk,semen, dan tekstil.
Bidnag kelistrikan, ditandai denagn berhasilnya pembangunan pusat-pusat tenanag listrik (PLTA)
Bidang perhubungan, khusunya
perbaikan jalan menunjukkan hasil yang memuaskan.
Bidang pendidikan, ditandai oleh indikator berikut.
a. Penataran tenaga-tenaga pengajar.
b. Merehabilitasi sekolah-sekolah kejuruan.
c. Pembangunan pusat-pusat pelatihan listrik.
d. Pembagian buku bagi guru dan murid.
2 II 1 April 1974 -31 Maret 1979
Sektor pertanian dengan meningkatkan industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
Tujuan :
meningktakan pembangunan di pulau-pulau selain Jawa,Bali dan Madura diantaranya melalui transmigrasi.
Sasaran :
Tersedianya
pangan,sandang,perumahan,sara na dan prasarana,
menyejahterakan rakyat,serta memperluas kesempatan kerja.
Keberhasilan :
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% setahun.
Bidang pengairan telah berhasil
diperbaiki dan disempurnakan kira-kira 500.000 hktare.
Bidang industri terjadi kenaikan
produksi kerajinan rakyat,industri kecil serta industri menengah dan besar.
Di bidnag perhubungan ada rehabilitasi
jalan sepanjang 8.000 km dan jembatan 21.000 meter. meningkatkan industri yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi.
Tujuan :
Menekankan bidang industri padat karya untuk menigkatkan ekspor dan trilogi pembangunan dengan penekanan pada segi pemerataan. Pemerataan pembangunan dilakukan melalui delapan jalur pemerataan,yaitu sebagai berikut.
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya
pangan,sandang,dan perumahan.
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan. 3. Pemerataan pembagian
Keberhasilan :
Adanya imunisasi, KB, dan pembangunan PERUMNAS.
Hambatan :
Ada kecenderungan harga minyak yang
pendapatan.
4. Pemerataan kesempatan kerja.
5. Pemerataan kesempatan berusaha.
6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan,khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita.
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air
8. Pemerataan memperoleh keadilan.
4 IV 1 April 1984 -31 Maret 1989
Sektor pertanian menuju swasembada pangan dan peningkatan industry yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri.
Tujuan :
Bidang politik, yaitu berusaha memasyarakatkan P4 (pedoman,penghayatan dan pengamalan Pancasila)
Bidang pendidikan, menekankan pada pemerataan kesempatan belajar dan meningkatkan mutu pendidikan
Keluarga berencana (KB), menekankan pada
Keberhasilan :
Swasembada Pangan : tahun 1984 indonesia menjadi Negara swasembada sehingga Indonesia mendapatkan penghargaan dari FAO (Food and Agriculture Organization).
Keluarga Berencana : pada tanggal 29 Juni 1970 dibentuk BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). Strategi yang diterapkan adalah tercapainya jumlah penduduk yang serasi dengan laju pembangunan.
Pembangunan Perumahan: pada bulan Mei 1972 dibentuk Badan
pengendalian laju
pertumbuhan penduduk yang dapat menimbulkan masalah nasional
Sasaran :
Kecukupan pangan, tempat tinggal yang nyaman, dan jumlah keluarga yang terencana. pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya agar tercipta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
(BKPN). (BKPN) terus meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kualitatif ditingkatkan
pengembangan program perumahan dan permukiman di daerah perkotaan.
5 V 1 April 1989 -31 Maret 1994
Prioritas pembangunan sesuai dengan pola umum pembangunan jangka panjang pertama, maka dalam Pelita V prioritas diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada:
Sektor pertanian untuk memantapkan
swasembada pangan dan meningkatkan produksi hasil
Tujuan :
Tujuan dari Repelita V sesuai dengan GBHN tahun 1988 adalah pertama, meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil; kedua, meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya.
Keberhasilan :
pertanian lainnya;
Sektor industri khususnya industri yang menghasilkan untuk ekspor, industri yang banyak menyerap tenaga kerja, industri pengolahan hasil pertanian, serta industri yang dapat
menghasilkan mesin-mesin industri.
Sasaran :
Pembangunan bidang ekonomi
Pembangunan sosial budaya
Untuk mendukung pembangunan di bisang ekonomi mka pembangunan di bidang social budaya terdiri dari keluarga berencana, tranmigrasi, kesehatan, pendidikan, tenaga kerja , kesejah teraan social, kebudayaan, dan agama.
Pembangunan bidang politik
pemerintahaan,hukum, dan hubungan dengan luar negri.
Pembangunan bidang hankamnas
Realisasi pembangunan hankamnas tergantung pada kondisi-kondisi yang dapat diciptakan oleh pelaksanaan rangkaian rencana-rencana jangka menengah (lima tahun) dalam bidang ekonomi, yang menjadi sumber penyediaan sarana-sarana bagi rencana-renacana pembangunan dalam bidang hankamnas.
6 VI 1 April 1994 -31 Maret 1999
Sektor pertanian dan industri dititikberatkan pada pembangunan industri nasional yang mengarah pada penguatan dan
pedalaman struktur industri didukung kemampuan teknologi yang makin meningkat.
Tujuan :
Penghapusan Kemiskinan.
Pemantapan Otonomi daerah.
Pengelolaan lingkungan. hidup dan tata ruang.
Pembangunan.
Sasaran :
BIDANG EKONOMI
Keberhasilan :
A. BIDANG EKONOMI
Sasaran pembangunan bidang ekonomi adalah tercapainya laju pertumbuhan PDRB nonmigas yang diperkirakan rata-rata sekitar 8,2 persen per tahun; dengan laju pertumbuhan sektoral, yaitu sektor pertanian rata-rata sekitar 6,53 persen; industri nonmigas sekitar 15,08 persen; perdagangan sekitar 8,30 persen; pertambangan sekitar 7,23 persen; angkutan dan komunikasi sekitar 9,4 persen; dan sektor bangunan sekitar 8,20 persen. Dengan target laju pertumbuhan seperti tersebut di atas, pendapatan per kapita diharapkan mencapai sekitar Rp. 2,17 juta pada akhir Repelita VI dengan peningkatan kesempatan kerja mencapai 303.900 orang.
B. BIDANG SOSIAL BUDAYA
Sasaran pembangunan bidang sosial budaya adalah meningkatnya derajat
(9,2 persen), dan sektor Jasa (8,5 persen).
Struktur ekonomi Sulawesi Selatan selama periode 1993-1995 tidak mengalami banyak perubahan. Pada tahun 1993 sumbangan sektor pertanian adalah 38,15% persen, yang kemudian pada tahun 1995 sedikit meningkat menjadi 39,14 persen. Sektor Industri hanya mengalami sedikit kenaikan dari 11,62 persen pada tahun 1993 menjadi 11,71 persen pada tahun 1995. Sektor Jasa bahkan mengalami penurunan, yaitu dari 47,03 persen pada tahun 1993 menjadi 44,68 persen pada tahun 1995. Kondisi ini menunjukkan suatu struktur ekonomi Sulawesi Selatan masih didominasi oleh sektor pertanian.
kesehatan dan gizi
masyarakat secara merata dengan peningkatan usia harapan hidup menjadi 64,6 tahun dan penurunan angka kematian bayi menjadi 50 per seribu kelahiran hidup; menurunnya angka kematian ibu melahirkan menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup; dan menurunnya laju
pertumbuhan penduduk sesuai dengan sasaran nasional.
Sasaran pembangunan di bidang pendidikan adalah makin merata, meluas, dan meningkatnya kualitas pendidikan dasar dan kejuruan; meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) sekolah dasar termasuk madrasah ibtidaiyah (MI) sekitar 115,81 persen; sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) termasuk madrasah tsanawiyah (Mts) sekitar 67 persen; dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) termasuk madrasah aliyah (MA) sekitar 48,55 persen; serta
tambahan kesempatan kerja sebesar 303.900 orang akan tercapai.
B. BIDANG SOSIAL BUDAYA
Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan mencakup areal seluas 72.781 kilometer persegi atau sekitar 4 persen dari luas daratan Indonesi, merupakan wilayah di Indonesia Timur yang relatif cukup padat. Pada tahun 1996 jumlah penduduk propinsi ini mencapai 7,7 juta jiwa atau dengan kepadatan penduduk rata-rata sebesar 105 jiwa per Km2. Dalam kurun waktu 1990-96, laju pertumbuhan penduduk masih di atas satu persen, yaitu 1,63 persen, walaupun sudah lebih kecil dari angka nasional yang mencapai 1,69 persen.
dimulainya pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.
C. BIDANG FISIK DAN PRASARANA
Sasaran selanjutnya adalah meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana ekonomi secara merata dan efisien, terutama
berkembangnya sistem transportasi antarmoda yang terpadu sehingga mampu meningkatkan aksesibilitas wilayah propinsi ini;
meningkatnya keikutsertaan dunia usaha dan masyarakat dalam kegiatan produktif; meningkatnya produktivitas tenaga kerja setempat di sektor pertanian, industri, dan jasa; dan meningkatnya PAD, termasuk di daerah tingkat II yang relatif tertinggal.
kesehatan masyarakat tersebut tidak lepas dari dukungan peningkatan pelayanan kesehatan yang makin merata dan makin luas jangkauannya. Pada tahun 1995 telah ada 43 unit rumah sakit dengan kapasitas tempat tidur 3.842 buah, dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) serta puskesmas pembantu sebanyak 1.406 unit.
Angka partisipasi kasar sekolah dasar (SD) di Sulawesi Selatan justru mengalami sedikit penurunan, dimana pada tahun 1994 mencapai 103,77 persen menurun menjadi 103,51 persen pada tahun 1995, sehingga target Repelita VI sebesar 115,81 persen belum tercapai. Sebaliknya, angka partisipasi kasar sekolah menengah tingkat pertama (SMTP) meningkat dari 54,43 persen pada tahun 1994 menjadi 57,76 persen, walaupun target Repelita VI sebesar 67 persen juga belum tercapai. Tingkat partisipasi pendidikan ini didukung oleh ketersediaan sekolah yang relatif memadai, dimana pada tahun 1995 telah tersedia 8.011 unit SD dengan jumlah guru tercatat sebanyak 60.056 orang guru SD dan setiap guru SD melayani 17 murid.
C. BIDANG FISIK PRASARANA
dilaksanakan, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah tingkat I dan daerah tingkat II. Mutu pelayanan prasarana jalan relatif meningkat, yang ditandai dengan relatif mantapnya jalan nasional (51,8 persen), jalan propinsi (48,1 persen), dan jalan kabupaten (82,3 persen).
Ketersediaan prasarana transportasi lainnya yang mendukung pembangunan daerah adalah prasarana transportasi laut dan transportasi udara. Propinsi Sulawesi Selatan memiliki pelabuhan samudra Makassar/Soekarno-Hatta yang telah dikembangkan sebagai pelabuhan utama ekspor bagi KTI, pelabuhan Pare-pare, dan beberapa pelabuhan rakyat lainnya seperti di Bulukumba, Sinjai, Barru, Belang-belang. Transportasi udara dilayani oleh Bandar Hasanuddin yang juga telah ditingkatkan sebagai bandara internasional, di samping melayani penerbangan dalam negeri. Disamping itu tersedia pula pelayanan penerbangan pariwisata, pertambangan dan transmigrasi seperti Bandara Potingku di Tana Toraja, Tampa Padang di Mamuju, Soroako dan Andi Jemma di Luwu.
menjadi 315.700 hektar, sehingga membantu peningkatan produksi pertanian, khususnya dalam rangka mencapai swasembada beras.
Penyediaan prasarana ketenagalistrikan di propinsi ini dilayani oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) Wilayah VIII yang meliputi juga Propinsi Sulawesi Tenggara. Sampai dengan tahun 1995 telah dibangun pembangkit dan distribusi yang mampu menghasilkan daya terpasang sebesar 367.351 MW. Khususnya di Sulawesi Selatan sendiri, pada Repelita VI ini kapasitas pembangkit yang sedang dan akan dibangun adalah: PLTU Takalar 135 MW, PLTG Sulawesi 60 MW, PLTD Pare-pare 60 MW, PLTM Bili-bili 16,2 MW (Mini Hidro). Sementara itu, listrik pedesaan yang juga merupakan kebutuhan energi bagi upaya peningkatan aktivitas ekonomi pedesaan, pada tahun kedua Repelita VI (1996) telah melayani 1.239 desa (66,2 persen dari total desa yang ada).