• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Manajemen pengembangan diri. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Materi Manajemen pengembangan diri. docx"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar isi

Konsep Manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, mahhluk tuhan dan

makhluk susila...1

Manusia sebagai makhluk individu...1

Manusia sebagai makhluk sosial...1

Manusia sebagai makhluk tuhan...2

Manusia sebagai makhluk susila...2

Bakat merupakan anugerah...2

(2)

Konsep Manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial,

mahhluk tuhan dan makhluk susila

Manusia sebagai makhluk individu

 Pada dasarnya manusia merupakan makhluk individu, manusia mempunyai kesadaran pribadi (self respect), egois, martabat kepribadian, dan persamaan dengan yang lain.

 Manusia sebagai pribadi dikarunia akal pikiran, perasaan, emosi dan spiritual yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya.

 Perkembangan manusia secara pribadi melalui beberapa tahap yang memakan waktu puluhan bahkan belasan tahun yang dimulai dari bayi, batita, balita, anak-anak, remaja, dewasa dan manula.

 Sebagai pribadi manusia mempunya potensi yang akan berkembang jika disertai dan diikuti dengan belajar melalui proses pendidikan.

Manusia sebagai makhluk sosial

 Manusia sebagai makhluk social tidak bias hidup tanpa manusia lainnya, artinya manusia tidak bias hidup dengan kesendirian dan selalu membutuhkan bantuan orang lain baik langsung maupun tidak,

 Untuk memenuhi kebutuhannya manusia mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang primer maupun sekunder. Baik fisik maupun mental dan salah satu pendukung untuk memperoleh kebutuhan itu manusia membutuhkan orang lain.

(3)

Manusia sebagai makhluk tuhan

 Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dimuka bumi ini sebagai makhluk yang sempurna disbanding makhluk lain, dengan kesempurnaannya itu manusia bias berfikir yang baik dan benar.

 Selain itu manusia meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan.

 Dalam kehidupannya manusia tidak bias meninggalkan unsure ketuhanan, manusia selalu ingin mencari yang sempurna dan sesuatu yang sempurna itu adalah Tuhan Yang Maha Esa.

 Dan merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya.

Manusia sebagai makhluk susila

 Sebagai makhluk susila manusia selalu memegang adanya norma-norma kehidupan. Aspek kehidupan susila adalah aspek ketiga setelah aspek individu dan social. Disininmanusia dapat menetapkan tingkah laku yang baik dan buruk karena hanya manusia yang dapat menghayati norma-norma dalam kehidupannya.

 Kehidupan manusia tidak lepas.

Bakat merupakan anugerah

 Bertahun-tahun orang memandang tingkat kecerdasan (IQ) dipandang sebagai tolak ukur penentuan kecerdasan, siswa yang tidak bias salah satu pelajaran akan tersisihkan dan mereka dianggap tidak cerdas bahkan disebut bodoh.

(4)

Kebiasaan Manusia

Menurut Stephen R. Covey ada kebiasaan manusia yang sangat efektif (1989). 1. Jadilah proaktif yakni mengambil inisiatif dalam kehidupan dengan

menyadari bahwa keputusan adalah faktor determinasi primer untuk efektivitas kehidupan anda.

2. Mulailah dari akhir dalam pikiran anda artinya tentukan diri sendiri dan klarifikasi nilai-nilai karakter dan tujuan dalam hidup anda.

3. Dahulukan yang utama rencanakan, prioritaskan eksekusi tugas mingguan berdasarkan kepentingan dahulu sesaui dengan urjensinya. 4. Berfikir menang-menang, benar-benar berusaha untuk mencapai solusi

perjanjian saling menguntungkan dalam hubungan anda. Hormati orang lain dengan memahami bahwa kemenangan untuk semua orang untuk solusi jangka panjang.

5. Berusaha untuk mengerti orang lain dahulu baru kemudian dimengerti artinya mendengarkan saran orang laindengan empati agar mendorong orang lain untuk mendengarkan saran kita dan berfikir terbuka, menciptakan Susana peduli, menghormati dan pemecahan masalah secara positif.

6. Sinergi, menggabungkan kekuatan dari beberapa orang melalui kerja sama tim yang positif sehingga untuk mencapai satu tujuan tidak ada satu orangpun yang bias melakukan sendiri, mendapatkan performa terbaik dari sekelompok orang dengan mendorong kontribusi yang berarti dan pemodelan kepemimpinan inspirasi dan mendukung.

(5)

Perkembangan Manusia

Erik Homburger Erikson mengelompokkan tahapan perkembangan manusia ke dalam 8 stage/tahap yang merentang sejak kelahiran hingga kematian.

Tahap Bayi (Infancy): sejak lahir hingga usia 18 bulan

Periode ini disebut juga dengan tahapan sensorik oral, karena orang biasa melihat bayi memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya.Sosok Ibu memainkan peranan terpenting untuk memberikan perhatian positif dan penuh kasih kepada anak, dengan penekanan pada kontak visual dan sentuhan. Jika periode ini dilalui dengan baik, bayi akan menumbuhkan perasaan trust (percaya) pada lingkungan dan melihat bahwa kehidupan ini pada dasarnya baik. Sebaliknya, bila gagal di periode ini, individu memiliki perasaan mistrust (tidak percaya) dan akan melihat bahwa dunia ini adalah tempat yang mengecewakan dan penuh frustrasi. Banyak studi tentang bunuh diri dan usaha bunuh diri yang menunjukkan betapa pentingnya pembentukan keyakinan di tahun-tahun awal kehidupan ini. Di awal kehidupan ini begitu penting meletakkan dasar perasaan percaya dan keyakinan bahwa tiap manusia memiliki hak untuk hidup di muka bumi, dan hal itu hanya bisa dilakukan oleh sosok Ibu, atau siapapun yang dianggap signifikan dalam memberikan kasih sayang secara tetap.

(6)

Sosok Ibu atau pengganti Ibu adalah sekolah pertama melalui kasih sayangnya, sehingga ada pepatah “surga di telapak kaki ibu”. Ibu lah yang bertanggung jawab di awal untuk mengantarkan anak ke surga.

Tahap Kanak-Kanak Awal (Early Childhood): 18 bulan hingga 3 tahun

Selama tahapan ini individu mempelajari ketrampilan untuk diri sendiri. Bukan sekedar belajar berjalan, bicara, dan makan sendiri, melainkan juga mempelajari perkembangan motorik yang lebih halus, termasuk latihan yang sangat dihargai:

toilet training. Di masa ini, individu berkesempatan untuk belajar tentang harga diri dan otonomi, seiring dengan berkembangnya kemampuan mengendalikan bagian tubuh dan tumbuhnya pemahaman tentang benar dan salah. Salah satu ketrampilan yant muncul di periode adalah kemampuan berkata TIDAK. Sekalipun tidak menyenangkan orang tua, hal ini berguna untuk pengembangan semangat dan kemauan.

Di sisi lain, ada kerentanan yang bisa terjadi dalam periode ini, khususnya berkenaan dengan kegagalan dalam proses toilet training atau mempelajari skill lainnya, yang mengakibatkan munculnya rasa malu dan ragu-ragu. Lebih jauh, individu akan kehilangan rasa percaya dirinya.

Dalam periode ini, hubungan yang signifikan adalah dengan orang tua.

QS Al-Maidah 6: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.

(7)

Tahap Usia Bermain (Play Age): 3 hingga 5 tahun

Pada periode ini, individu biasanya memasukkan gambaran tentang orang dewasa di sekitarnya dan secara inisiatif dibawa dalam situasi bermain. Anak laki-laki bermain dengan kuda-kudaan dan senapan kayu, anak perempuan main “pasar-pasaran” atau boneka yang mengimitasi kehidupan keluarga, mobil-mobilan, handphone mainan, tentara mainan untuk bermain peran, dsb. Di masa ini, muncul sebuah kata yang sering diucapkan seorang anak:”KENAPA?”

Sesuai dengan konsep Freudian, di masa ini anak (khususnya laki-laki) juga sedang berjuang dalam identitas gender-nya yang disebut “oedipal struggle”. Kita sering melihat anak laki-laki yang bermain dengan alat kelaminnya, saling menunjukkan pada sesama anak laki-laki, atau bahkan menunjukkan pada anak perempuan sebaya. Kegagalan melalui fase ini menimbulkan perasaan bersalah. Hubungan yang signifikan di periode ini adalah dengan keluarga inti (ayah, ibu, dan saudara).

Rasulullah SAW bersabda; “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang-tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR Bukhari)

Anak-anak di usia ini disebut dengan golden age, karena memiliki ingatan yang luar biasa, dan apapun memory yang didapatkan di kurun usia ini akan menjadi kenangan seumur hidup. Karena itu biarlah mereka selalu mengenang orang tuanya sebagai ilham bagi perbuatan penuh kebajikan dan amal saleh di kelak kemudian hari.

Tahap Usia Sekolah (School Age): Usia 6 – 12 tahun

(8)

Keterampilan baru yang dikembangkan selama periode ini mengarah pada sikap industri (ketekunan belajar, aktivitas, produktivitas, semangat, kerajinan, dsb), serta berada di dalam konteks sosial. Bila individu gagal menempatkan diri secara normal dalam konteks sosial, ia akan merasakan ketidak mampuan dan rendah diri.

Sekolah dan lingkungan sosial menjadi figur yang berperan penting dalam pembentukan ego ini, sementara orang tua sekalipun masih penting namun bukan lagi sebagai otoritas tunggal.

Imam asy-Syafi’i rahimahullaah pemah mengatakan dalam sya’irnya: Saudaraku, engkau tidak akan mendapat ilmu, melainkan dengan enam perkara .Kukabarkan kepadamu rinciannya dengan jelas: Kecerdasan, kemauan keras, bersungguh-sungguh, bekal yang cukup, bimbingan ustadz, dan waktunya yang lama.

Anak-anak selalu menganggap guru sebagai orang tua kedua, bahkan seringkali lebih mendengar penuturan mereka. Karena guru dan teman-teman sekolah memberikan pengaruh penting, kita wajib seksama dalam memilihkan pendidikan dasar anak kita.

Tahap Remaja (Adolescence): Usia 12 hingga 18 tahun

Bila sebelumnya perkembangan lebih berkisar pada apa yang dilakukan untuk saya, sejak stage perkembangan ini perkembangan tergantung pada apa yang saya kerjakan. Karena di periode ini individu bukan lagi anak tetapi belum menjadi dewasa, hidup berubah sangat kompleks karena individu berusaha mencari identitasnya, berjuang dalam interaksi sosial, dan bergulat dengan persoalan-persoalan moral.

(9)

Hal utama yang perlu dikembangkan di sini adalah filosofi kehidupan. Di masa ini, seseorang bersifat idealis dan mengharapkan bebas konflik, yang pada kenyataannya tidak demikian. Wajar bila di periode ada kesetiaan dan ketergantungan pada teman.

Menyendiri lebih baik daripada berkawan dengan yang buruk, dan kawan bergaul yang sholeh lebih baik daripada menyendiri. Berbincang-bincang yang baik lebih baik daripada berdiam dan berdiam adalah lebih baik daripada berbicara (ngobrol) yang buruk. (HR. Al Hakim) Seseorang adalah sejalan dan sealiran dengan kawan akrabnya, maka hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih kawan pendamping. (HR. Ahmad)

Pergaulan menjadi sangat crucial di usia ini, dan sangat menentukan arah masa depan perkembangan kerohanian seseorang kelak. Orang tua perlu mengontrol siapa saja teman anak-anaknya tanpa merasa rikuh, karena tugas orang tua adalah memilihka teman yang bisa membawa anak ke jalan kehidupan yang benar.

Tahap Dewasa Awal (Young Adulthood): Usia 18 hingga 35 tahun

Langkah awal menjadi dewasa adalah mencari teman dan cinta. Hubungan yang saling memberikan rasa senang dan puas, utamanya melalui perkawinan dan persahabatan. Keberhasilan di stage ini memberikan keintiman di level yang dalam.

Kegagalan di level ini menjadikan orang mengisolasi diri, menjauh dari orang lain, dunia terasa sempit, bahkan hingga bersikap superior kepada orang lain sebagai bentuk pertahanan ego.

Hubungan yang signifikan adalah melalui perkawinan dan persahabatan.

(10)

” jika seorang hamba menikah sesungguhnya ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karena itu bertakwalah pada Allah untuk menyempurnakan sebagian yang lain” (HR Al Baihaqi)

Menikah adalah pilihan, namun bagi kaum muslim adalah sunnah. Pernikahan yang baik dan berdasarkan ridha Allah akan memberikan ketenteraman.

Tahap Dewasa (Middle Adulthood): Usia 35 hingga 55 atau 65tahun

Masa ini dianggap penting karena dalam periode inilah individu cenderung penuh dengan pekerjaan yang kreatif dan bermakna, serta berbagai permasalahan di seputar keluarga. Selain itu adalah masa “berwenang” yang diidamkan sejak lama. Tugas yang penting di sini adalah mengejawantahkan budaya dan meneruskan nilai budaya pada keluarga (membentuk karakter anak) serta memantapkan lingkungan yang stabil. Kekuatan timbul melalui perhatian orang lain, dan karya yang memberikan sumbangan pada kebaikan masyarakat, yang disebut dengan generativitas. Jadi di masa ini, kita takut akan ketidak aktifan dan ketidak bermaknaan diri.

Sementara itu, ketika anak-anak mulai keluar dari rumah, hubungan interpersonal tujuan berubah, ada kehidupan yang berubah drastic, individu harus menetapkan makna dan tujuan hidup yang baru. Bila tidak berhasil di stage ini, timbullah self-absorpsi atau stagnasi.

Yang memainkan peranan di sini adalah komunitas dan keluarga.

Anas bin Malik r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Tidak sempurna iman seseorang di antaramu kecuali jika ia mencintai saudaranya sebagaimana yang ia cintai untuk dirinya.” (HR Bukhari dan Muslim)Dari Nu’man bin Basyir r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan saling membantu itu bagaikan satu jasad. Jika ada di antaranya yang merasa sakit, maka semua unsur jasad ikut tidak tidur dan merasa demam.” (HR Bukhari dan Muslim)

(11)

Tahap Dewasa Akhir (Late Adulthood): Usia 55 atau 65tahun hingga mati

Orang berusia lanjut yang bisa melihat kembali masa-masa yang telah dilaluinya dengan bahagia, merasa tercukupi, dan merasa telah memberikan kontribusi pada kehidupan, ia akan merasakan integritas. Kebijaksanaannya yang tumbuh menerima keluasan dunia dan menjelang kematian sebagai kelengkapan kehidupan.

Sebaliknya, orang yang menganggap masa lalu adalah kegagalan merasakan keputus asaan, belum bisa menerima kematian karena belum menemukan makna kehidupan. Atau bisa jadi, ia merasa telah menemukan jati diri dan meyakini sekali bahwa dogma yang dianutnyalah yang paling benar.

QS Al-Jumu’ah 8: Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan”.

Referensi

Dokumen terkait

III Meningkatkan kegiatan usaha ekonomi daerah dengan memanfaatkan sumberdaya lokal 13 Terwujudnya sentra/klaster usaha skala UMKM dengan produk khas daerah yang memiliki

Mean level yang diperoleh pada fase intervensi (B) 74,2 lebih tinggi dari pada fase baseline (A) 60,6 serta selisih level perubahan dari fase baseline (A) sampai awal

Apabila SB penerima memiliki antena dengan pattern receive yang buruk, artinya gain side-lobenya cukup besar (tinggi), maka sinyal down=link yang berasal dari satelit lain

Kepemilikan individu adalah hak individu yang diakui syariah dimana dengan hak tersebut seseorang dapat memiliki kekayaan yang bergerak maupun tidak bergerak.

Hasil penelitian ini mengidentifikasikan bahwa komunikasi dan program edukasi yang dilakukan di Istana Kepresidenan Jakarta belum optimal, mengingat Istana Kepresidenan Jakarta

(3) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar menggunakan media realia dalam pembelajaran struktur daun pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 19 Sungai Raya Kabupaten

Bahwa, di luar penilaian perihal etis-tidaknya dalil-dalil Pemohon sepanjang menyangkut pendapatnya tentang keadaan partai-partai politik pada saat ini sementara faktanya

Menurut Berry (Sobur, 2009) dalam penelitian kepribadian, terdapat berbagai istilah seperti motif, sifat dan temperamen yang menunjukkan kekhasan permanen pada