• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2. Pengambilan Template Citra Referensi Citra template yang dipakai adalah 2.3.Perhitungan Koefisien Korelasi Setelah proses pemilihan template dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2.2. Pengambilan Template Citra Referensi Citra template yang dipakai adalah 2.3.Perhitungan Koefisien Korelasi Setelah proses pemilihan template dari"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pengklasifikasian Motif Keramik Berdasarkan Koefisien Korelasi Dan Koefisien Bhattacharya

Miftahuddin, 50407552

Skripsi Jurusan S1 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, 2011.

ABSRAK

Dari hasil observasi yang penulis dapat di P.T. KIA, pengerjaan untuk pengklasifikasian motif keramik saat ini masih menggunakan operator manusia, dimana untuk setiap mesin penyetakan keramik ditempatkan satu operator. Operator tersebut dibantu dengan pencahayaan menggunakan 2 buah lampu neon panjang dan cairan penanda bewarna yang berguna sebagai penanda sementara untuk pemisahan keramik. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian dengan memanfaatkan bidang pengolahan citra untuk mengklasifikasikan jenis keramik berdasarkan motif sebagai bagian dari penelitian tentang pemanfaatan bidang pengolahan citra pada perindustrian keramik. Pendekatan berbasis ekstraksi fitur warna dan pendekatan berbasis template digunakan dalam proses pencocokan. Penerapan fitur warna yang dimaksud termasuk dalam kategori metode untuk CBIR(Content Based Image Retrieval), yaitu dengan menggunakan histogram warna yang didapat dari ekstraksi piksel RGB 8x8x8 pada citra. Kemudian histogram tersebut

dinormalisasi agar piksel yang didalamnya memiliki batasan nilai 0-1. Proses pengklasifikasian dilakukan dengan membandingkan histogram yang telah dinormalisasi antara citra uji dan referensi menggunakan koefisien Bhattacharya. Pendekatan berbasis template dilakukan dengan cara mengambil 1/4 bagian dari citra

yang dijadikan referensi untuk selanjutnya dibandingkan dengan citra uji mengunakan perhitungan koefisien korelasi untuk dicari nilai maksimalnya.

2.1. Diagram Blok Proses Pengklasifikasian Keramik

(2)

2.2. Pengambilan Template Citra Referensi Citra template yang dipakai adalah

potongan ±1/4 bagian dari citra referensi

karena penulis mengamati bahwa motif yang

berada pada suatu keramik akan berulang di

keramik lainnya jadi cukup menggunkan

beberapa bagian dari suatu motif saja, penulis

mengkondisikan bahwa kemungkinan

keragaman motif yang ada menyebabkan

penggunaan banyak template pada

masing-masing referensi untuk mewakili suatu motif

keramik, karena jika perbandingan citra uji

dgn citra referensi hanya 1:1, maka objek

yang berbeda sedikit saja dengan template

tidak akan dikenali. Oleh karena itu,

penggunaan beberapa template yang spesifik

perlu dibuat agar cocok dengan berbagai

bentuk motif yang ada.

2.3.Perhitungan Koefisien Korelasi

Setelah proses pemilihan template dari citra

referensi telah selesai dilakukan, langkah

selanjutnya yaitu mengecek keterhubungan

antara citra uji dan citra template referensi

dengan menggunakan koefisien korelasi. Hal

tersebut digunakan untuk mengetahui suatu

korelasi dengan rentan angka antara -1 dan +1

untuk mengukur derajat hubungan antara dua

variabel (yakni matriks piksel citra uji(X) dan

citra template referensi(Y)). Sebuah nilai

positif untuk korelasi menyiratkan hubungan

positif (nilai yang besar dari X cenderung

berhubungan dengan nilai-nilai besar Y dan

nilai-nilai kecil dari X cenderung

berhubungan dengan nilai-nilai kecil Y).

Sebuah korelasi nilai negatif untuk

menyiratkan hubungan negatif atau terbalik

(nilai yang besar dari X cenderung

berhubungan dengan nilai-nilai kecil Y dan

sebaliknya). Rumus korelasi koefisien yang

(3)

Dengan :

r = nilai korelasi koefisien

stdevX = Standar deviasi citra sumber, citra

keabuan.

stdevY = Standar deviasi template berupa

citra keabuan.

covarXY = nilai rata-rata dari semua

pasangan, perbedaan dari mean citra sumber

dikalikan dengan perbedaan dari mean citra

template.

Gambar Diagram Blok Proses Perhitungan

Koefisien Korelasi

2.4. Ekstraksi Fitur

Contoh ekstraksi warna RGB citra :

R : 212 213 213 212 211 210 209 206 202 201 205 G : 191 192 192 191 190 189 188 185 181 180 184 B :160 161 161 160 159 158 157 154 150 149 153…… [H]

Pseudokode kuantisasi warna :

bins ← 8; f ← 1; for i ← 1 to z go kuantisasi ← kuantisasi + f*floor(Warna indeks i * bins/256); f← f*bins; end for

2.5. Perhitungan Koefisien Bhattacharya Setelah melakukan proses penghitung

histogram warna dari citra uji dan citra

referensi dan menempatkan mereka ke dalam

dua vektor yang berbeda, langkah selanjutnya

yaitu membandingkan kedua vector tersebut

(4)

Koefisien Bhattacharya adalah perkiraan

pengukuran jumlah tumpang tindih antara dua

sampel statistik. Koefisien dapat digunakan

untuk menentukan kedekatan relatif dari

kedua sampel yang dipertimbangkan.

Menghitung koefisien Bhattacharya

melibatkan dasar bentuk integrasi dari

tumpang tindih dua sampel. Interval

nilai-nilai dari dua sampel dibagi menjadi sejumlah

partisi yang dipilih, dan jumlah anggota

masing-masing sampel dalam setiap partisi

digunakan dalam rumus berikut:

Mempertimbangkan di mana sampel a dan b,

n adalah Jumlah partisi, dan ai, bi adalah

jumlah anggota sampel a dan b di partisi

sampai jumlah ke i. Koefisien Bhattacharya

akan berkisar dari 0 sampai dengan 1, di mana

1 mewakili gambar benar-benar sama dan 0

menunjukkan bahwa tidak ada kesamaan

dalam dua gambar. Gambar 3.4.

menggambarkan gambaran proses

perhitungan koefisien Bhattacharya.

Gambar Aktifitas Diagram Proses

Perhitungan Koefisien Bhattacharya

3.1. Hasil Koefisien Korelasi

ELB

SBDF HBDF

0.76091 5 0.82626 4 0.60095 6 0.76094 6 0.82425 3 0.59431 4 0.77261 8 0.84049 4 0.59944 9

(5)

Pada proses pengujian diatas,

dilakukan 500 masukan citra uji dengan

keterangan sebagai berikut : untuk keramik

ukuran 20×25 dipakai sebanyak 10 jenis motif

dengan jumlah masukan 392 citra. Kemudian

dibandingkan dengan citra referensi sebanyak

10 buah. Untuk keramik ukuran 40×40

dipakai sebanyak 3 jenis motif dengan jumlah

masukan 108 citra. Kemudian dibandingkan

dengan citra referensi sebanyak 3 buah.

Pada table pengujian diatas, dilakukan klasifikasi motif keramik jenis Star Biege DF. Dimana terdapat 10 buah citra uji masukan yang di bandingkan dengan 3 buah jenis motif. Pembandingan hanya 3 motif karena 10 motif lainnya berbeda ukuran keramiknya, jadi keterhubungan antara keduanya mengacu pada nilai 0(nol). Pada baris ke-1 terlihat bahwa citra uji masukan memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0.760915 dengan motf Elmira Biege(ELB), 0.826264

dengan motif Star Biege DF(SBDF), dan 0.600956 dengan motif Hero Med Biege DF(HBDF). Dari hasil tersebut citra uji masukan memiliki koefisien korelasi yang tinggi dengan jenis motif Star Biege DF dengan nilai 0.826264 yang juga menandakan nilai koefisien tersebut memiliki tingkat

keterhubungan yang tinggi (< 0.8). tetapi untuk memastikan lebih pasti nilai koefisien Bhattacharya yang diperoleh akan ditambahkan dengan nilai koefisien Bhattacharya.

3.2. Hasil Perbandingan Histogram Warna Dengan Koefisien Bhattacharya

AB BG BO DMB 100 0.00396 1 84.3751 8 31.1055 99.5437 3 0.00560 2 85.3784 6 29.5465 3 99.6800 3 0.00792 3 83.5247 3 31.0214

Pada table pengujian diatas, dilakukan

klasifikasi motif keramik jenis Athena Brown.

Dimana terdapat 9 buah citra uji masukan

yang di bandingkan dengan 10 buah jenis

motif. Pembandingan hanya 10 motif karena 3

motif lainnya berbeda ukuran keramiknya,

jadi keterhubungan antara keduanya mengacu

pada nilai 0(nol). Pada baris ke-1 terlihat

bahwa pada saat pengujian citra uji masukan

(6)

100 dengan motif Athena Brown(AB),

0.003961 dengan motif Butterfly Green(BG),

84.37518 dengan motif Butterfly

Orange(BO), 31.1055 dengan motif Denton

Med Brown(DMB), 30.69013 dengan motif

Eunice Biege(EB), 13.07365 dengan motif

Fugu Green(FG), 0.702146 dengan motif

Hero Biege(HB), 97.69766 dengan motif

Hero Med Biege(HMB), 89.92489 dengan

motif Sidney Med Brown(SMB), 24.79852

dengan motif Sidney Brown(SB). Dari hasil

tersebut bias terlihat bahwa keramik uji

masukan memiliki koefisien Bhattacharya

paling tinggi dengan jenis motif Athena

Brown, berarti hal tersebut menandakan

bahwa jenis citra uji masukan bermotif

Athena Brown, tetapi untuk memastikan lebih

pasti nilai koefisien Bhattacharya yang

diperoleh akan ditambahkan dengan nilai

koefisien korelasi.

4. Kesimpulan

Proses pengklasifikasian keramik

dengan menggunakan perhitungan koefisien

Bhattacharya dari hasil ekstraksi warna citra

uji dan referensi serta perhitungan koefisien

korelasi antara cita gray pada citra uji dan

citra template referensi menghasilkan tingkat

kecocokan yang cukup tinggi. Untuk keramik

yang bermotif abstrak penggunaan

perhitungan koefisien Bhattacharya sangat

tepat dibandingkan dengan penggunaan

koefisien korelasi dengan citra template,

karena keramik yang berpola abstrak akan

lebih mudah diambil informasinya berupa

warna dibandingkan dengan pengambilan

motifnya. Masalah yang ditemukan pada

penggunaan metode ini mengenai

pencahayaan yang tidak stabil pada

pengambilan citra, hal ini menyebabkan

warna keramik pada motif yang sama terlihat

berbeda. Untuk penggunaan perhitungan

koefisien korelasi antara citra gray uji dan

citra gray template lebih cocok digunakan

untuk motif yang statis, apabila diterapkan

pada motif abstrak perlu menggunakan

(7)

motif abstrak tersebut. Dari data yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian

didapatkan bahwa tingkat penggunaan

koefisien Bhattacharya dan koefisien korelasi

untuk proses pengklasifikasian motif keramik

sebesar 78.2 %.

Daftar Pustaka

Astuti, Ambar. 1997. Pengetahuan Keramik, Gajah Mada University Press,. Yugyakarta.

Burdick, Howard E. (1997), Digital Imaging Theory Anal Applications,. McG1"aW — Hill Companies, lnc., New York.

Gonzalez, R.C. & Woods, R.E., 2002. Digital Image Processing Second Edition, Prentice Hall, New Jersey.

Hariyanto, Bambang. 2005. Esensi-Esensi Bahasa Pemrograman Java, Informatika, Bandung.

K. Jain, Fundamentals of Digital Image Processing, Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, 1989

Mohammad Reza Zare & Woo Chaw Seng. 2004 “Integration of Color, Texture and Shape for Blood Cell Image Retrieval’’, University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia.

M. Sohail Khalid,. 2006. Bhattacharyya Coefficient in Correlation of Gray-Scale Objects, National University of Sciences and Technology, Pakistan

M.S. SUSSMAN, G.A. WRIGHT. The Correlation Coefficient Technique for Pattern Matching, Department of Medical Biophysics; Sunnybrook and Women’s

College Health Science Centre, Toronto, Canada.

Munir, Rinaldi. 2004. Pengolahan Citra Digital dengan Pendekata Algoritma, Informatika, Bandung.

Siallagan, Sariadin. 2009. Pemrograman Java Dasar-Dasar Pengenalan & Pemahaman, Ed.1, Andi, Yogyakarta.

Suarga. 2009. Dasar Pemrograman Komputer dalam Bahasa Java, Ed.1, Andi, Yogyakarta.

Gambar

Gambar Diagram Blok Proses Perhitungan
Gambar Aktifitas Diagram Proses

Referensi

Dokumen terkait

Setiap butir pupuk Phonska mengandung tiga macam unsur hara utama yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) yang diperkaya dengan unsur hara belerang (S) dalam bentuk larut air,

Pada hari ini Jumat tanggal Dua Puluh Dua bulan Juni tahun Dua Ribu Dua Belas dimulai pukul 07.00 WIB s/d pukul 08.00 WIB bertempat di Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya

Wabah virus covid – 19 atau yang dikenal dengan virus corona telah menjadi musuh besar bagi setiap bangsa, karena sudah banyak memakan korban dan sudah banyak

Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) mengenai mendorong efisiensi pakan ikan dalam budidaya ikan lele (Clarias sp.) dan nila (Oreochromis

Menjadikan BCIC sebagai etalase katalog industri kreatif nasional dengan menarik pebisnis dan wisatawan lokal maupun mancanegara untuk mengunjungi BCIC baik dengan

Index Terms- System analysis and design, traditional approach, object- oriented approach, data flow diagram, use case

Dan dengan analisa Clii Square hitung dapat diketahul bahwa dan kelima dimensi tersebut nilai Clii Kuadart hitungnya 68,745 lebih besar daripada Clii Kuadrat tabelnya 26,29 dengan

JALAN PEGANGSAAN TIMUR NO. INSTRUKSI KEPADA PESERTA point 27.6 B) berbunyi : untuk kontrak Harga Satuan atau Kontrak Gabungan Lumpsum dan Harga Satuan pada bagian