Daftar
Isi
DAFTAR ISI...I DAFTAR GAMBAR‐SECTION A...III DAFTAR TABEL‐SECTION A...IV RINGKASAN UMUM...VI
I. PENDAHULUAN... 1
I.1. Latar Belakang Studi...1
I.2. Tujuan Penelitian ...2
I.3. Manfaat Studi ...2
I.4. Objek Studi...2
I.5. Metodologi Studi Pemetaan Industri Kreatif Indonesia ...3
A. Studi Literatur ... 4
B. Pembuatan Kisi Model... 5
C. Pengumpulan & Pengolahan Data ... 6
D. Kesimpulan dan Saran ... 10
II. STUDI BANDING INDUSTRI KREATIF LINTAS NEGARA... 11
II.1. Tipologi Pendekatan Studi Industri Kreatif ...11
A. Kerangka kerja UNESCO: Statistik Budaya (Cultural Statistics) ... 12
B. Pendekatan WIPO – Industri Hak Cipta (Copyright Industries) ... 13
C. Pendekatan OECD: Industri Konten (Content Industries) ... 14
D. Pendekatan DCMS Inggris: Industri Kreatif (Creative Industries)... 15
II.2. Kelompok Industri kreatif...16
A. Kelompok Industri Kreatif di Inggris ... 16
B. Kelompok Industri Kreatif di Selandia Baru... 17
C. Kelompok Industri Kreatif di Australia... 17
D. Kelompok Industri Kreatif di Singapura... 18
E. Kelompok Industri Kreatif di Taiwan... 19
F. Kelompok Industri Kreatif di beberapa Negara Lain di Eropa ... 21
II.3. Indikator Dampak Ekonomi Industri Kreatif...21
A. Indikator Kontribusi ekonomi Industri Kreatif di Inggris ... 23
B. Indikator Kontribusi ekonomi Industri Kreatif di Hongkong ... 24
II.4. Hasil Studi Industri Kreatif di Beberapa Negara...29
A. Inggris ... 29
B. Selandia Baru ... 30
C. Amerika Serikat ... 30
D. Australia... 31
E. Singapura... 31
F. Taiwan... 32
G. Cina... 32
H. Korea Selatan... 32
III. PEMETAAN INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA... 33
III.1. Definisi dan Kerangka Kerja...33
A. Kelompok Industri Kreatif ... 33
B. Indikator Dampak Ekonomi Industri kreatif ... 35
III.2. Analisis dampak ekonomi Industri Kreatif ...47
A. Berbasiskan Produk Domestik Bruto ... 47
B. Berbasiskan Ketenagakerjaan... 53
C. Berbasiskan Aktivitas Perusahaan ... 61
D. Dampak Terhadap Sektor Lain... 69
III.3. Analisis Penilaian Kelompok Industri Kreatif ...72
A. Berbasiskan Pertumbuhan... 72
B. Berbasiskan Kontribusi dan Produktivitas Pekerja... 73
C. Berbasiskan Dampak terhadap Sektor Lain ... 74
D. Berbasiskan Seluruh Faktor... 75
IV. KESIMPULAN DAN SARAN... 76
IV.1. Kesimpulan ...76
IV.2. Saran...79
A. Saran Penelitian Lanjutan... 79
B. Saran Bagi Pembuat Kebijakan ... 79
Daftar
Gambar
‐Section
A
Gambar A 1 Metodologi Pemetaan dan Pendefinisian Industri Kreatif di Indonesia...4
Gambar A 2 Kelompok Aktivitas ICT ...14
Gambar A 3 Dampak Positif Ekonomi Kreatif...22
Gambar A 4 Struktur Klasifikasi Ketenagakerjaan...39
Gambar A 5 Nilai Kontribusi PDB Masing‐masing Sektor Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000...48
Gambar A 6 Rata‐rata Nilai dan persentase kontribusi Kelompok Industri Kreatif terhadap Sektor Industri Kreatif periode 2002‐2006...49
Gambar A 7 Persentase Kontribusi PDB Kelompok Industri Kreatif terhadap Total Sektor Industri Kreatif ...49
Gambar A 8 Pertumbuhan PDB Sektor Industri Nasional Tahun 2006...50
Gambar A 9 Rata‐rata Pertumbuhan PDB Tahunan (2002‐2006) Kelompok Industri Kreatif ...51
Gambar A 10 Pertumbuhan PDB Kelompok Industri Kreatif Tahun 2006 ...52
Gambar A 11 Penyerapan Tenaga Kerja dan Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja ...54
Gambar A 12 Komposisi Jumlah Tenaga Kerja Kelompok Industri Kreatif Tahun 2006...55
Gambar A 13 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Tahun 2006 ...57
Gambar A 14 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Kelompok Industri Kreatif Tahun 2006...57
Gambar A 15 Produktivitas Tenaga kerja Sektoral Tahun 2006 ...58
Gambar A 16 Nilai Produktivitas Tenaga Kerja Kelompok Industri Kreatif Di Tahun 2006 ...59
Gambar A 17 Jumlah Perusahaan Sektoral Tahun 2006 ...61
Gambar A 18 Jumlah Perusahaan Pada Kelompok Industri Kreatif Tahun 2006 ...62
Gambar A 19 Komposisi Nilai Ekspor Komoditi Utama Indonesia Tahun 2006 ...65
Gambar A 20 Komposisi Nilai Ekspor Kelompok Industri Kreatif Tahun 2006 ...66
Gambar A 21 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Tahun 2006 ...67
Daftar Tabel‐Section
A
Tabel A 1 Perbedaan Pendekatan Pendefinisian ”Industri Kreatif” ...12
Tabel A 2 Kelompok Industri Kreatif di Inggris ...16
Tabel A 3 Kelompok Industri Kreatif di Selandia Baru ...17
Tabel A 4 Kelompok Industri Kreatif di Australia ...18
Tabel A 5 Kelompok Industri Kreatif di Singapura...18
Tabel A 6 Kelompok Industri Kreatif di Taiwan ...19
Tabel A 7 Kelompok ”Industri Kreatif” di beberapa negara lain di Eropa ...21
Tabel A 8 Indikator Kontribusi Ekonomi Industri Kreatif berdasarkan Studi Industri Kreatif Inggris ...23
Tabel A 9 Indikator Kontribusi Ekonomi Industri Kreatif berdasarkan Studi Industri Kreatif Hongkong...25
Tabel A 10 Indikator Kontribusi Ekonomi Industri Kreatif berdasarkan Studi Industri Kreatif Singapura ...27
Tabel A 11 Indikator Kontribusi Ekonomi Industri Kreatif berdasarkan Studi Industri Kreatif Selandia Baru ...28
Tabel A 12 Dampak Ekonomi Industri Kreatif di beberapa Negara...29
Tabel A 13 Rekapitulasi Dampak Ekonomi Industri Kreatif terhadap Perekonomian Nasional...47
Tabel A 14 Nilai PDB Sektor Industri Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000...47
Tabel A 15 Kontribusi PDB Kelompok Industri Kreatif Tahun 2002‐2006 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 ...48
Tabel A 16 Persentase Pertumbuhan PDB Tahunan Sektor Industri di Indonesia Tahun 2002‐2006 ...50
Tabel A 17 Pertumbuhan PDB Tahunan Kelompok Industri Kreatif periode 2002‐2006...52
Tabel A 18 Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor Industri Kreatif Periode Tahun 2002‐2006 ...53
Tabel A 19 Komposisi Jumlah Tenaga Kerja Kelompok Industri Kreatif tahun 2002‐200655 Tabel A 20 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Periode 2002‐2006...56
Tabel A 21 Persentase Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Kelompok Industri Kreatif Tahun 2002‐2006...56
Tabel A 22 Produktivitas Tenaga Kerja Sektoral Periode 2002‐2006...58
Tabel A 23 Produktivitas Tenaga Kerja Kelompok Industri Kreatif Periode 2002‐2006 ....59
Tabel A 24 Jumlah perusahaan Sektor Industri Kreatif Periode 2002‐2006...61
Tabel A 25 Jumlah Perusahaan Kelompok Industri Kreatif Tahun 2002‐2006 ...62
Tabel A 26 Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Sektoral Periode 2002‐2006 ...63
Tabel A 27 Pertumbuhan Jumlah Perusahaan Industri Kreatif Tahun 2002‐2006...64
Tabel A 28 Nilai Ekspor Berdasarkan Komoditi Tahun 2002‐2006 ...64
Tabel A 29 Nilai Ekspor Kelompok Industri Kreatif Tahun 2002‐2006 ...65
Tabel A 31 Pertumbuhan Ekspor Komoditi Tahun 2002‐2006...67 Tabel A 32 Pertumbuhan Ekspor Kelompok Industri Kreatif Tahun 2002‐2006 ...68 Tabel A 33 Ranking Kelompok Industri Kreatif berdasarkan Angka Pengganda Output.70 Tabel A 34 Ranking Kelompok Industri Kreatif berdasarkan Backward Linkage...71 Tabel A 35 Ranking Kelompok Industri Kreatif berdasarkan Forward Linkage ...71 Tabel A 36 Skor Faktor Kelompok Industri Kreatif Berbasis Pertumbuhan ...73 Tabel A 37 Skor Faktor Kelompok Industri Kreatif Berbasis Kontribusi dan Produktivitas ...74
Tabel A 38 Skor Faktor Kelompok Industri Kreatif Berbasis Dampak Terhadap Sektor Lain...75
Ringkasan
Umum
Bisnis Kreatif saat ini telah menjadi perhatian utama sebagian besar negara di dunia, karena sangat diyakini, bahwa Bisnis Kreatif ini mampu memberikan kontribusi perekonomian secara signifikan. Persentase kontribusi GDP industri kreatif di beberapa negara berkisar antara 2,8% (Singapura) sampai dengan 7,9% (Inggris) dan tingkat pertumbuhan industri kreatif di beberapa negara berkisar antara 5,7% (Australia) dan 16% (Inggris), dengan tingkat penyerapan tenaga kerja berkisar antara 3,4% (Singapura) sampai dengan 5,9% (US) dari seluruh tenaga kerja yang ada di negara yang bersangkutan.
Untuk lebih mempertajam pemahaman mengenai industri kreatif, maka dilakukanlah studi awal industri kreatif yang bertujuan untuk memetakannya yang mengacu ke sebuah klasifikasi lapangan usaha standar (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, KBLI, 2005) serta membuat profil kontribusi ekonomi industri kreatif dan kelompoknya di Indonesia berdasarkan 4 indikator pengukuran, yaitu berbasis nilai produk domestik bruto, ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan dampak terhadap sektor‐sektor lain.
Dari studi yang telah dilakukan, maka berhasil diidentifikasikan 14 kelompok dalam industri kreatif di Indonesia, yaitu: (1) Periklanan; (2) Arsitektur; (3)Pasar seni dan barang antik; (4) Kerajinan; (5) Desain; (6) Fesyen; (7) Video, Film dan Fotografi, (8) Permainan interaktif; (9) Musik; (10) Seni Pertunjukan; (11) Penerbitan dan Percetakan; (12) Layanan Komputer dan piranti lunak; (13) Televisi & radio; serta (14) Riset dan Pengembangan.
Industri kreatif ini memberikan kontribusi PDB pada urutan ke 7 dari 10 sektor yang dianalisis, yaitu rata‐rata sebesar 104,638 Triliun Rupiah pada tahun 2002‐ 2006, di atas rata‐rata kontribusi sektor: pengangkutan dan komunikasi, bangunan, dan Listrik, gas, dan air bersih.
Pada periode 2002‐2006 industri kreatif mampu menyerap tenaga kerja dengan rata‐rata sebesar 5,4 juta pekerja di atau dengan tingkat partisipasi sebesar 5,8% serta dengan produktivitas tenaga kerja mencapai 19,5 juta per pekerja tiap tahunnya. Produktivitas tenaga kerja pada sektor ini lebih tinggi dari produktivitas nasional yang hanya mencapai kurang dari 18 juta rupiah per pekerja per tahunnya.
Jumlah perusahaan yang bergerak di sektor ini hingga tahun 2006 mencapai 2,2 juta, berkisar 5,17% dari jumlah perusahaan yang ada di Indonesia. Pada tahun 2006 ini pula, industri kreatif telah melakukan ekspor sebesar 81,5 triliun rupiah mencapai hingga 9,13% dari total ekspor Nasional.
I.
P
ENDAHULUAN
I.1.
Latar
Belakang
Studi
Industri kreatif di berbagai negara di dunia saat ini diyakini dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian bangsanya secara signifikan. Banyak studi telah dilakukan untuk melihat perkembangan serta kiprah sektor industri kreatif dalam perekonomian di dunia. Indonesia pun mulai melihat bahwa sektor industri kreatif ini merupakan sektor industri yang potensial untuk dikembangkan, karena jika dilihat dari sumber daya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, kreativitas masyarakat Indonesia dapat disejajarkan dengan bangsa‐ bangsa lainnya di dunia. Hal ini terbukti dengan banyak sekali karya anak bangsa yang diakui oleh komunitas internasional. Saat ini Indonesia tercatat menempati peringkat ke‐43 di Economic Creativity Index Ranking yang dipublikasikan oleh World Economic Forum.
Industri kreatif merupakan industri yang potensial untuk dikembangkan mengingat industri ini memiliki sumber daya yang sifatnya tidak terbatas, yaitu berbasis pada intelektualitas SDM yang dimiliki. Tentunya karakteristik industri ini sangatlah berbeda dengan karakteristik industri yang sarat akan kebutuhan SDA sebagai bahan dasar pokok dalam proses produksinya, sehingga membutuhkan perlakuan/kebijakan yang berbeda dari sektor industri lainnya. Hingga saat ini, Departemen Perdagangan RI telah mencatat 15 cakupan kelompok ekonomi kreatif, yaitu meliputi: (1) Jasa Periklanan; (2) Arsitektur; (3) Seni Rupa; (4) Kerajinan; (5) Desain; (6) Mode (fesyen); (7) Film; (8) Musik; (9) Seni Pertunjukan; (10) Penerbitan; (11) Riset dan Pengembangan; (12) Piranti Lunak (Software); (13) Televisi dan Radio; (14) Mainan; dan (15) Video game. Cakupan kelompok industri kreatif yang sudah diidentifikasikan ini hanyalah merupakan studi awal yang perlu dilanjutkan dengan studi pemetaan yang lebih komprehensif yang nantinya dapat memberikan gambaran umum mengenai dampak/kontribusi ekonomi dari industri kreatif ini.
I.2.
Tujuan
Penelitian
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut di atas, maka tujuan dari studi ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pemetaan industri kreatif dengan mengacu pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) versi tahun 2005,
2. Membuat profil kontribusi ekonomi industri kreatif di Indonesia berdasarkan 3 dasar pengukuran, yaitu berbasis nilai produk domestik bruto, berbasis ketenagakerjaan, dan berbasis kepada aktivitas perusahaan.
3. Membuat profil kontribusi ekonomi kelompok industri kreatif di Indonesia berdasarkan berdasarkan 4 dasar pengukuran, yaitu berbasis nilai produk domestik bruto, berbasis ketenagakerjaan, berbasis kepada aktivitas perusahaan; dan berbasis kepada dampak terhadap sektor industri lainnya. 4. Membuat penilaian prioritas kelompok industri kreatif yang akan
dikembangkan berdasarkan nilai pertumbuhan, nilai kontribusi dan produktivitas tenaga kerja, dan dampak terhadap sektor lain.
I.3.
Manfaat
Studi
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini, maka studi ini diharapkan akan memberikan manfaat dalam:
1. Meningkatkan peran Pemerintah khususnya Departemen Perdagangan Republik Indonesia dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi industri kreatif.
2. Meningkatkan peran Departemen Perdagangan Republik Indonesia serta kementrian dan institusi terkait untuk membuat kebijakan ekonomi yang dapat mendukung pertumbuhan industri kreatif secara optimal.
3. Menambah khasanah literatur mengenai studi industri kreatif di Indonesia yang dapat memberikan wawasan baru bagi masyarakat umum untuk memahami peta industri kreatif di Indonesia.
I.4.
Objek
Studi
I.5.
Metodologi
Studi
Pemetaan
Industri
Kreatif
Indonesia
Metodologi yang dipergunakan dalam studi pemetaan industri kreatif ini meliputi tahapan‐tahapan sebagai berikut:
1. Studi Literatur mengenai industri kreatif. Studi literatur yang dilakukan meliputi studi mengenai: (i) segmen/kelompok lapangan usaha yang merupakan industri kreatif; (ii) indikator‐indikator yang dapat digunakan sebagai variabel untuk mengukur kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian Indonesia; (iii) data‐data sekunder yang dapat digunakan sebagai dasar proximity atau perhitungan atas variabel/faktor yang akan dianalisis. Informasi tersebut diperoleh dengan melakukan studi banding (benchmarking) terhadap studi serupa yang telah dilakukan oleh negara‐ negara lain di dunia dan studi lapangan mengenai ketersediaan data sekunder pendukung studi pemetaan ini.
2. Focus Group Discussion, kegiatan ini dilakukan secara intensif untuk memperoleh: (i) kisi model kelompok industri kreatif yang sesuai dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia; (ii) kisi model indikator kontribusi ekonomi; (iii) data‐data sekunder yang akan digunakan sebagai dasar proximity indikator kontribusi ekonomi. Focus group ini dilakukan secara intensif dengan para pengambil kebijakan (khususnya Tim Departemen Perdagangan), para pelaku bisnis di industri kreatif, pemerhati industri kreatif, dan institusi pendidikan yang tertarik mengembangkan industri kreatif.
3. Membuat Kisi Model, yaitu membuat terminologi dasar yang terkait dengan klasifikasi lapangan usaha yang akan dikategorikan sebagai industri kreatif serta indikator yang akan digunakan sebagai dasar evaluasi kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian Indonesia. Kisi model ini akan digunakan sebagai dasar pengumpulan dan pengolahan data selama studi ini dilakukan, sehingga tidak menimbulkan persepsi ganda dalam proses pengukurannya serta analisis hasil pengolahan data yang dilakukan.
4. Melakukan pengumpulan dan pengolahan data. Data yang akan digunakan dalam studi ini adalah data sekunder yang akan diperoleh dari institusi‐ institusi yang terkait lapangan usaha studi industri kreatif dan BPS (Badan Pusat Statistik) untuk mengestimasi indikator kontribusi ekonomi industri kreatif yang akan digunakan dalam studi ini.
Mulai
Study Hongkong Identifikasi Indikator Kontribusi
Ekonomi Industri Kreatif
Dalam memetakan dan mendefinisikan industri kreatif di Indonesia, maka digunakan pendekatan studi industri kreatif yang telah dilakukan di Inggris oleh DCMS (Department of Culture, Media and Sport) berdasarkan Creative Industries Mapping Document 2001 dan Baseline Study on Hongkong’s Creative Industries, September 2003 sebagai dasar pemetaan awal untuk kemudian didiskusikan secara intensif untuk penyesuaian studi sesuai dengan kondisi aktual di Indonesia.
Leisure Software; (9) Music; (10) Performing Arts; (11) Publishing; (12) Software & Computer Services; (13) Television & Radio. Sedangkan berdasarkan Baseline Study on Hongkong’s Creative Industries, September 2003 terdapat 11 kelompok industri kreatif, yaitu: (1) Advertising; (2) Architecture; (3) Art, Antiques & Crafts; (4) Design; (5) Digital Entertainment; (6) Film & Video; (7) Music; (8) Performing Arts; (9) Publishing; (10) Software & Computing; (11) Television & Radio.
Dari kelompok industri kreatif yang telah diidentifikasikan di atas, akan dijabarkan menjadi kelompok lapangan usaha yang mengacu pada standar klasifikasi lapangan usaha yang berlaku di negara masing‐masing, yaitu Creative Industries Mapping Document 2001 akan mengacu kepada UKSIC, sedangkan Baseline Study on Hongkong’s Creative Industries, September 2003 akan mengacu kepada HSIC.
Hasil pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh DCMS menyebutkan beberapa kode kelompok industri kreatif yang tidak terdapat dalam UKSIC 2003, yaitu kelompok craft dan design, sehingga hanya ada 11 kelompok industri kreatif yang terdapat kodenya di dalam UKSIC (mengacu kepada Economy Estimation Report 2004). Sedangkan klasifikasi industri kreatif di Hongkong secara keseluruhan dapat dipetakan dalam kode HSIC. Berdasarkan kode klasifikasi standar industri inilah kemudian dilakukan pemetaan terhadap KBLI 2005.
B.
PEMBUATAN KISI MODELDalam proses pemetaan awal tersebut, tidak semua kelompok industri kreatif dalam UKSIC maupun HSIC memiliki padanan di KBLI 2005, hal ini dikarenakan adanya perbedaan dalam mendefinisikan lapangan usaha/klasifikasi industri baik dari UKSIC, HSIC dan KBLI 2005. Sehingga untuk melengkapi definisi kelompok industri kreatif di Indonesia dilakukan studi lanjutan dari studi industri kreatif lainnya serta focus group discussion secara intensif.
Dalam membuat kisi model kelompok industri kreatif ini dilakukan focus group discussion secara intensif sebanyak 6 putaran sehingga tidak terdapat kelompok industri kreatif berdasarkan KBLI yang tumpang tindih (overlap) dan sudah mencakup proses penciptaan sampai dengan distribusi (penciptaan, produksi, distribusi dan atau perdagangan) pada setiap kelompok industri kreatif. Berdasarkan focus group discussion ini kemudian dihasilkan 14 kelompok industri kreatif yang akan menjadi fokus dalam studi ini.
Sejalan dengan proses yang terkait dengan atau pembuatan kisi model kelompok industri kreatif, maka dilakukan pula proses yang terkait dengan penyusunan indikator dampak ekonomi industri kreatif.
Langkah awal yang dilakukan dalam proses penyusunan indikator dampak ekonomi industri kreatif adalah melakukan perbandingan indikator‐indikator yang digunakan dalam studi industri kreatif lainnya serta studi literatur. Kemudian dilakukan studi lapangan untuk mengetahui ketersediaan data, meliputi studi ke : (i) BPS (Badan Pusat Statistik); (ii) institusi/organisasi terkait dengan kelompok industri kreatif, yaitu: APPI (Asosiasi Perusahaan Periklanan Indonesia), INKINDO (Ikatan Konsultan Indonesia), ASIRI, Yayasan Kelola, Yayasan Dunia Musik Rekaman Indonesia (Yadumuri), Yayasan Artis Penyanyi dan Produser Indonesia (YAPPI), Asosiasi Artis‐Produser Rekaman Indonesia (ASA‐PRI), IDC, ORARI, Asosiasi Televisi Swasta Nasional (ATVSI), Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), Masyarakat Pers dan Penyiaran Indonesia (MPPI).
Berdasarkan studi literatur, studi lapangan dan studi banding maka kemudian dirumuskan indikator yang akan digunakan serta metode estimasi yang akan dilakukan berdasarkan data yang tersedia untuk masing‐masing indikator yang akan digunakan. Berdasarkan focus group discussion maka kemudian dibuat sebuah kisi model indikator yang menjabarkan definisi serta metode estimasi yang digunakan dalam studi ini.
Focus group discussion menghasilkan indikator industri kreatif yang akan diukur berdasarkan: (i) Nilai Produk Domestik Bruto; (ii) Ketenagakerjaan; (iii) Aktivitas Perusahaan; (iv) Dampak terhadap Sektor lain.
C.
PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATAUntuk menghilangkan definisi ganda dan saling beririsan, studi industri kreatif Indonesia ini dilakukan dengan langkah awal mengelompokkan lapangan‐ lapangan usaha terinci yang dimiliki Biro Pusat Statistik, yaitu KBLI kode 5 digit, ke dalam kelompok industri kreatif. Selanjutnya perhitungan dan estimasi seluruh indikator‐indikator dampak ekonomi yang digunakan dalam studi, didasarkan pada statistik lapangan usaha terinci tersebut, untuk diagregasi kedalam kelompok industri kreatifnya masing‐masing.
1. Perhitungan Nilai Tambah Bruto Kelompok Industri Kreatif.
masing kelompok. Karena input sama dengan output, maka Nilai Tambah Bruto dapat diestimasi dengan menggunakan koefisien alokasi input primer terhadap input.
Untuk perdagangan besar dan eceran, NTB diestimasi dengan menggunakan data ekspor dan impor. NTB Perdagangan besar dan eceran adalah selisih dari nilai output perdagangan besar dan eceran dikurangi total biaya (input antara yang diperlukan oleh subsektor‐subsektor perdagangan besar dan eceran). Nilai Output Perdagangan Besar dan eceran diestimasi dari nilai ekspornya serta dari margin perdagangan besar dan eceran. Margin perdagangan besar dan eceran ini diperoleh dari koefisien alokasi output Tabel Input Output Update, tahun 2003. Tahapan‐tahapan estimasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
• Estimasi Nilai Output Perdagangan Sektor Industri Kreatif
Menurut Oliver Blanchard1 mengatakan bahwa index of openness atau derajat keterbukaan paling baik diwakili oleh rasio tradable goods terhadap output. Derajat keterbukaan ini mengindikasikan aktivitas suatu negara dalam perdagangan internasional pada suatu sistem perekonomian terbuka. Setidaknya hipotesis ini berlaku untuk perekonomian jangka pendek.
Derajat Keterbukaan = (Ekspor + Impor) / Output Total
Hipotesis tersebut menjadi rasional, karena jumlah tradable goods dalam perekonomian suatu negara cenderung konstan, hanya saja berbeda dalam cara memperolehnya, bisa diperoleh dari domestic market, bisa juga diperoleh dari foreign market. Namun jumlah total tradable goods itu sendiri tidak berubah signifikan, dari pasar manapun memperolehnya.
Derajat Keterbukaan Nasional Indonesia: Thn Ekspor Non
2002 45046,1 24763,1 1.821.833.400.000 191.771,937 0,364021979178 2003 47406,8 24939,8 2.013.674.600.000 211.965,747 0,341312692726 2004 55939,3 34792,5 2.295.826.200.000 241.665,916 0,375443097565 2005 66428,4 40243,2 2.784.960.400.000 293.153,726 0,363875981863 Nilai Derajat Keterbukaan dari tahun 2002–2005 cenderung konstan.
Perbedaan nilai bisa diakibatkan nilai kurs yang berubah‐ubah dan faktor‐faktor lain. Dengan nilai derajat keterbukaan yang diasumsikan konstan, maka nilai output total jasa perdagangan industri kreatif dapat diestimasi dengan menggunakan data jumlah ekspor dan impor. Output perdagangan adalah derajat keterbukaan dikalikan dengan jumlah ekspor dan impor.
• Estimasi Nilai Output untuk Margin Perdagangan Besar dan eceran
1
Output total perdagangan merupakan output perdagangan besar dan eceran. Rasio Margin Perdagangan besar dan eceran terhadap Output perdagangan diperoleh dari Koefisien Alokasi Output Tabel Input Output Update 2003. Nilai Margin Perdagangan besar dan eceran (output perdagangan besar dan eceran), diperoleh dengan mengalikan koefisien alokasi terhadap output total perdagangan yang telah diestimasi pada langkah 1.
• Estimasi Struktur Biaya Sektor Perdagangan
Struktur Biaya sektor perdagangan terdiri dari biaya input antara (nilai pembelian barang‐barang yang diperjualbelikan, ketika memperolehnya dari produsen atau supplier), ditambah biaya‐biaya operasionalnya. Biaya‐biaya operasional yang digunakan pada estimasi ini diperkirakan terdiri dari:
142 listrik dan gas 143 air bersih
144 bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal 153 jasa angkutan kereta api
154 jasa angkutan jalan raya 155 jasa angkutan laut
156 jasa angkutan sungai dan danau 157 jasa angkutan udara
158 jasa penunjang angkutan 159 jasa komunikasi
160 bank
163 sewa bangunan dan sewa tanah 164 jasa perusahaan
166 jasa pendidikan pemerintah 168 jasa pemerintahan lainnya 169 jasa pendidikan swasta 170 jasa kesehatan swasta
174 jasa perorangan dan rumah tangga
Nilai biaya‐biaya ini diperoleh dengan menggunakan koefisien penggunaan input antara Tabel Input Output 175 sektor tahun 2003, untuk sektor perdagangan (kode 149). Nilai input antara (biaya‐biaya) dapat diperoleh dengan mengalikan koefisien input tersebut dengan nilai input masing‐masing subsektor perdagangan. Karena input = output, maka output yang dihitung pada langkah 2, digunakan sebagai nilai input total pada langkah ini.
Estimasi NTB perdagangan ekspor dilakukan dengan cara yang sama dengan estimasi NTB perdagangan besar dan eceran. Perbedaannya, margin perdagangan besar dan eceran tidak digunakan lagi. Digantikan oleh koefisien alokasi output ekspor terhadap output masing‐masing sektor yang terkait.
2. Perhitungan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kreatif
Estimasi jumlah tenaga kerja masing‐masing kelompok industri kreatif dilakukan dengan mengalikan jumlah tenaga kerja di setiap 9 sektor utama kode ISIC dengan rasio NTB masing‐masing kelompok industri kreatif. Data jumlah tenaga di 9 sektor utama diperoleh dari data Sakernas Indonesia (Survey Angkatan Kerja Nasional), yang dipublikasikan Biro Pusat Statistik setiap tahunnya.
Rasio NTB adalah hasil bagi Nilai Tambah Bruto masing‐masing kelompok industri kreatif terhadap Nilai Tambah Bruto setiap 9 sektor utama, dimana klasifikasi kelompok industri kreatif tersebut berada.
3. Perhitungan Jumlah Perusahaan
Jumlah Perusahaan kelompok industri kreatif untuk lapangan usaha KBLI kode 15111 sampai dengan kode 37200, diperoleh dari Statistik Industri Besar dan Sedang Indonesia, yang dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik setiap tahun. Jumlah perusahaan lapangan usaha diluar kode tersebut diestimasi dengan menggunakan data jumlah perusahaan di 9 sektor utama kode ISIC, dikalikan dengan rasio NTBnya masing‐masing. Rasio NTB yang dimaksud adalah hasil bagi NTB masing‐masing kelompok industri kreatif terhadap NTB induknya di 9 sektor utama kode ISIC.
Data jumlah perusahaan di 9 sektor utama diperoleh dari data Sakernas Indonesia (Survey Angkatan Kerja Nasional), yang dipublikasikan Biro Pusat Statistik setiap tahunnya. BPS mengklasifikasikan tenaga kerja berdasarkan Status Pekerjaan menjadi 7 kelompok, yaitu:
a. Status 1, Berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain
b. Status 2, Berusaha dengan dibantu anggota rumahtangga/buruh tidak tetap
c. Status 3, Berusaha dengan buruh tetap d. Status 4, Buruh/Karyawan/Pegawai e. Status 5, Pekerja bebas pertanian
f. Status 6, Pekerja bebas di non pertanian g. Status 7, Pekerja tidak dibayar
4. Perhitungan Ekspor
Nilai ekspor setiap kelompok industri kreatif diperoleh dari Direktori Ekspor Indonesia, yang dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik Indonesia setiap tahunnya. Kendala utama adalah, klasifikasi data ekspor berdasarkan HS (Harmonized System) Code adalah berdasarkan jenis komoditi. Sedangkan klasifikasi kelompok industri kreatif adalah mengikuti KBLI 2005, berdasarkan lapangan usaha. Karena itu dilakukan langkah penyesuaian, yaitu mendefinisikan setiap jenis komoditi kode HS, dihasilkan oleh lapangan usaha KBLI jenis yang mana.
D.
KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan dan saran dalam studi pemetaan industri kreatif ini dilakukan setelah hasil perhitungan seluruh indikator dipastikan valid serta akurat dan analisis data telah selesai dilakukan.
II.
S
TUDI
B
ANDING
I
NDUSTRI
K
REATIF
L
INTAS
N
EGARA
Studi pemetaan industri kreatif yang sering digunakan sebagai kerangka dasar studi industri kreatif yang dilakukan oleh beberapa pemerintah negara lain, baik di tingkat nasional, regional bahkan sampai dengan tingkat perkotaan yang bertujuan untuk melakukan studi tentang ukuran dan dampak ekonomi dari industri kreatif adalah studi pemetaan industri kreatif yang diperkenalkan di tahun 1998 oleh DCMS1. Studi ini fokus kepada faktor ketenagakerjaan dan aktivitas dalam industri yang termasuk dalam klasifikasi industri kreatif, dengan menggunakan data survei populasi industri atau survei bisnis dalam industri tersebut.
Studi industri kreatif dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan studi yang berbeda‐beda serta tingkat kedetailan analisis yang berbeda pula. Studi industri kreatif dapat dibedakan dalam 3 gelombang, yaitu:2
(1) Gelombang Pertama: memakai kerangka dari DCMS dengan output meliputi: 1998 UK Creative Industries Mapping Document; 2001 UK Creative Industries Mapping Document; 2002 Creative Industries in New Zealand: Economic Contribution; 2003 Australia Creative Industry Cluster Study Series; 2003 Economic Contribution of Singapore’s Creative Industries; 2003 Queensland Creative Industries Strategy (QCIS).
(2) Gelombang Kedua: menggunakan Industry & Occupation Tables dengan output meliputi: 2003 Baseline Study of Hongkong’s Creative Industries; 2003 UK Creative Industries Economic Estimates Statistical Bulletin July 2003; 2004 Designing The Economy: A Profile Of Ontario’s Design Workforce.
(3) Gelombang Ketiga: lebih memakai 2007 The CCI National Mapping Approach.
II.1.
Tipologi
Pendekatan
Studi
Industri
Kreatif
Studi mengenai industri kreatif telah dilakukan sejak tahun 1998 yang dipelopori oleh DCMS UK dan diikuti dengan studi di Australia, Jerman, Selandia Baru, Amerika Serikat, Hongkong, Taiwan, Singapura, dan beberapa negara lainnya di dunia. Studi mengenai industri kreatif yang dilakukan oleh berbagai negara ini, dilakukan dengan berbagai pendekatan studi, yaitu dengan pendekatan creative industry copyright industries, content industries, cultural industries, serta digital content.
Secara umum, studi pemetaan industri kreatif dibutuhkan oleh pembuat kebijakan di departemen pemerintah dan organisasi industri yang bersesuaian sebagai focal point komunikasi dari definisi‐definisi, konsep, permasalahan, dan peluang diantara stake‐holders yang beragam. Dan yang lebih penting lagi,
2Creative Digital Industries National Mapping Project ARC Centre of Excellent for Creative
ternyata studi pemetaan ini dapat dijadikan dasar justifikasi untuk pengembangan tata kepemerintahan.
Perbedaan secara lebih lanjut untuk masing‐masing pendekatan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah. Kelompok Advertising Commercial Art Pre‐recorded music Museums & Commercial Art
Architecture Creative Arts Recorded Galleries Film & Video
Design Film & Video Music Retailing Visual arts & crafts Photography
Interactive Music Broadcasting & Film Arts Education Electronic games
Software Publishing Software Broadcasting & Film Recorded Media
Film and TV Recorded Media Multimedia Services Music Sound Recording
Music Data Processing Performing Arts Information storage
Publishing Software Literature & retrieval
Performing Arts Libraries
Keterbatasan Adanya kesulitan dalam pencarian
Selain tipologi pendekatan studi industri kreatif yang telah dijelaskan di atas, terdapat klasifikasi lain dalam menggambarkan berbagai pendekatan tentang ”industri kreatif” sebagaimana yang dijelaskan di bawah ini.
A.
KERANGKA KERJA UNESCO: STATISTIK BUDAYA (CULTURAL STATISTICS)(7) aktivitas sosio‐kultural; (8) olahraga dan permainan (9) alam dan lingkungan.
5 “proses produksi budaya” yang saling berhubungan: (1) kreasi, (2) produksi, (3) distribusi, (4) konsumsi dan (5) perlindungan.
• Perbandingan dengan definisi lainnya
Pendekatan ini mencakup lingkungan dan alam di dalam ruang lingkup kategorinya.
Pendekatan ini tidak akan digunakan dalam studi ini karena kecenderungannya yang dapat melahirkan kontradiksi terhadap tujuan studi, yaitu untuk mengukur kontribusi industri kreatif terhadap perekonomian bangsa. Beberapa aktivitas dalam pendekatan ini, seperti cagar budaya dan lingkungan, berusaha untuk “menghilangkan” kontribusi ekonomi di dalamnya. Alasan lainnya adalah sifat kolektif dari industri budaya dan kurang mengakomodasi perkembangan industri kreatif kontemporer.
B.
PENDEKATAN WIPO – INDUSTRI HAK CIPTA (COPYRIGHT INDUSTRIES)Sebagaimana disimpulkan oleh Director General of WIPO di tahun 2002: “Pada abad 21 ini intellectual property adalah penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Ketika dihubungkan terhadap pengembangan modal insani (human capital), hasilnya adalah individu yang termotivasi, memiliki keterampilan yang tinggi, dan menjadikannya sebagai kombinasi yang dinamis untuk menstimulasi kreativitas dan inovasi, menghasilkan pendapatan, mempromosikan investasi, meningkatkan kebudayaan, dan mampu mencegah brain drain, serta menghasilkan perekonomian bangsa yang sehat. World Intellectual Property Organization (WIPO) kemudian menetapkan sebuah metodologi untuk menilai pengaruh ekonomi dari copyright industries yang mengacu pada Guide on Surveying Copyright Industries.
• Pendekatan: Ekonomi
• Definisi: Industri‐industri yang terlibat dalam kreasi, produksi dan manufaktur, kinerja, broadcast, komunikasi dan eksibisi, atau distribusi dan penjualan berbagai karya serta hal‐hal yang dilindungi lainnya sebagai kekayaan intelektual.
• Kriteria: Copyright adalah karakteristik dari keluarannya.
• Ruang Lingkup: Literatur dan percetakan, musik, teater, opera, radio dan televisi, foto, piranti lunak dan database, seni grafis dan visual, jasa iklan, copyright dan collective management societies.
• Perbandingan dengan definisi lainnya:
WIPO merekomendasikan penilaian dari dampak ekonomi (copyright industry) dilengkapi dengan penilaian dari “non‐core” industri copyright, seperti:
- serta industri‐industri terkait lainnya, seperti: bisnis mesin‐ mesin industri, arsitektur, perhiasan, furnitur, baju dan alas kaki, dan lain‐lain.
Metodologi WIPO telah dipakai secara luas, misal oleh US based International Intellectual Property Alliance dan anggota‐anggota dari EU (misal: Finlandia dan Denmark) juga negara‐negara lain (seperti Kanada dan Selandia Baru). Pendekatan ini juga tampaknya akan kurang efektif jika dipakai dalam studi ini, mengingat bahwa basis copyright di Indonesia masih kurang berkembang, serta diperlukan suatu klasifikasi industri baru yang sesuai dengan kelompok yang telah disebutkan di atas, sebagaimana yang telah dilakukan oleh US dan beberapa negara Amerika Utara lainnya (Kanada).
C.
PENDEKATAN OECD: INDUSTRI KONTEN (CONTENT INDUSTRIES)Di dalam Annex “Guide to measuring the information society” (2005), OECD mendefinisikan kelompok ICT dan menekankan adanya tumpang tindih antara teknologi informasi, telekomunikasi dan aktivitas‐aktivitas konten informasi dalam perusahaan, sebagaimana yang diperlihatkan pada diagram di bawah ini.
Gambar A 2 Kelompok Aktivitas ICT
Oleh karenanya industri konten kemudian diacu sebagai sesuatu yang berbeda, meskipun saling melengkapi dengan sektor ICT. Adapun definisi dari ICT adalah: “those industries which facilitate, by electronic means, the processing, transmission and display of information”.
Definisi ini secara eksplisit tidak menyertakan industri‐industri yang menghasilkan informasi atau yang kemudian disebut industri konten.
• Pendekatan: Digerakkan oleh teknologi. • Definisi: Perlu dielaborasi lebih lanjut.
Telekomunikasi
(Produk & Jasa Termasuk Manufacturers)
Jaringan
Online
termasuk interaktif
Transmisi
IT
(Produk & Jasa termasuk Manufacturers)
Konten Informasi
(Produksi film Jasa informasi
Media) Multimedia
Pendekatan ini juga tidak akan cocok untuk dipakai dalam studi ini mengingat keterbatasan pada ruang lingkup dan definisi yang masih belum jelas.
D.
PENDEKATAN DCMS INGGRIS: INDUSTRI KREATIF (CREATIVE INDUSTRIES)Sulit untuk menemukan konsep awal dari industri kreatif itu berasal. Ada yang menganggap bahwa konsep ini bermula dari Australia pada awal dekade 1990. Di tahun 1994, Pemerintahan Keating mengeluarkan kebijakan “Bangsa yang Kreatif”, yang dirancang untuk membantu negaranya menghadapi tantangan revolusi teknologi informasi. Di Eropa, terminologi industri kreatif dipelopori oleh Inggris, yaitu ketika pada akhir dekade 1990, pemerintah membentuk tim kerja industri kreatif untuk menggambarkan serta mempromosikannya sebagai penggerak ekonomi. Konsep ini diformalisasikan di Departemen Budaya, Media, dan Olahraga (DCMS) lewat 2 dokumen pemetaan kreatif yang dipublikasikan pada tahun 1998 dan 2001.
• Pendekatan Ekonomi
• Definisi: “Those industries which have their origin in individual creativity, skill and talent and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property”
• Kriteria: ‐“Kreativitas” sebagai input sentral terhadap proses produksi. ‐ Intellectual property (dan bukan hanya copyright) sebagai karakteristik dari output.
• Ruang Lingkup: Periklanan, arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain, desain fesyen, film dan video, interactive leisure software, musik, seni pertunjukan, penerbitan, jasa computer dan piranti lunak, radio dan televisi.
Aktivitasnya mencakup: kreasi, produksi, distribusi,
penyebarluasan, promosi, berkaitan dengan pendidikan, serta aktivitas yang berkaitan dengan media.
• Perbandingan dengan definisi lainnya
Ruang lingkup dari definisi DCMS termasuk salah satu yang terluas diantara berbagai pendekatan yang pernah dilakukan.
Pendekatan industri kreatif dari Inggris ini tampaknya sesuai dengan keadaan di Indonesia, karena beberapa sebab. Pertama, definisi yang diajukan lebih ajeg/konsisten (telah diterapkan juga di banyak negara dan hasilnya memuaskan). Yang kedua, industri ini juga dapat bersifat individu
• Kriteria: Pernyataan industri konten dipakai untuk menggambarkan industri yang menghasilkan “information content products”, baik digital ataupun tidak.
• Ruang Lingkup: Perlu dielaborasi lebih lanjut. • Perbandingan dengan
definisi lainnya:
ataupun kolektif. Ketiga, pendekatan ini akan sangat sesuai jika tujuan dari studi adalah berusaha untuk mengukur dampak industri kreatif dalam perekonomian suatu negara.
II.2.
Kelompok
Industri
kreatif
Jika kita melihat berbagai kelompok industri kreatif yang telah dikembangkan oleh beberapa negara, terlihat adanya keragaman yang cukup luas diantara mereka. Terkait dengan asumsi awal, yaitu studi ini menggunakan pendekatan industri kreatif dalam pengklasifikasian dan pemetaan berbagai kelompok yang akan dikembangkan sebagai dasar untuk pengembangan lebih lanjut. Akan tetapi adalah bijak jika kita juga mengetahui berbagai kelompok yang dikembangkan oleh negara lain. Untuk itu, di bawah ini ditampilkan (Tabel A2 – A7) berbagai klasifikasi kelompok industri di negara‐negara lain yang dimasukkan sebagai bagian dalam ”industri kreatif” di negaranya.
A.
KELOMPOK INDUSTRI KREATIF DI INGGRISIndustri kreatif di Inggris diklasifikasikan berdasarkan UKSIC (United Kingdom Standard Industrial Classification). Klasifikasi Industri yang diidentifikasikan sebagai Industri kreatif di Inggris dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel A 2 Kelompok Industri Kreatif di Inggris
Sector of Industries SIC codes Description
Advertising 74.4 Advertising
Architecture 74.20 Architectural and engineering activities & related technical consultancy
Art & antiques market 52.48 / 49 Retail sale in specialized stores n.e.c (proportion) / Retail sale of second / hand goods in stores (proportion)
Crafts no code ‐
Design no code ‐
Designer fashion 9 sub‐sectors of clothing manufacture (proportion) 74.84 Other business activities, n.e.c. (proportion) Film & video 22.32 Reproduction of video recording
74.81 Photographic activities (proportion) 92.11 Motion pictures and video production 92.12 Motion pictures and video distribution 92.13 Motion picture projection
Interactive leisure software no code ‐
Music 22.14 Publishing of sound recording
Performing arts 22.31 Reproduction of sound recording (proportion) 92.31 Artistic & literary creation & interpretation 92.32 Operation of arts facilities
Sector of Industries SIC codes Description 22.12 Publishing of newspapers
22.13 Publishing of journals & periodicals 22.15 Other publishing (proportion)
92.4 News agency activities
Software & computer services 22.33 Reproduction of computer media (proportion)
72.2 Software consultancy & supply
Television & radio 92.2 Radio & television activities
B.
KELOMPOK INDUSTRI KREATIF DI SELANDIA BARUDalam melakukan studi Industri kreatif, Selandia Baru dalam mengidentifikasikan industri yang merupakan industri kreatif menggunakan pendekatan standard Industrial Classificaton yaitu ANZSIC. Klasifikasi Industri yang diidentifikasikan sebagai Industri kreatif di Selandia Baru dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel A 3 Kelompok Industri Kreatif di Selandia Baru
Sector of Industries ANZSIC codes Description Advertising L783400 Advertising services Architecture L782100 Architectural services
G525200 Antique and used good retailing (part) Art & antiques market
P924200 Creative arts (part)
Crafts no code
Design L785200 Commercial art and display services Designer fashion L786900 Business services, n.e.c. (very small part) Film & video P911100 Film and video production
Interactive leisure software L783400 Computer consultancy services (part) Music P924100 Music and theatre productions P925100 Sound recording studios Performing arts P924200 Creative arts (part) P925200 Performing arts venues P925900 Services to the arts n.e.c. (part) Publishing C242100 Newspaper printing or publishing C242200 Other periodical publishing C242300 Book and other publishing
C243000 Recorded media manufacturing & publishing Photography P95230 Photographic studios
Software & computer services L783400 Computer consultancy services (part) Television & radio P912200 Television services
P912100 Radio services
C.
KELOMPOK INDUSTRI KREATIF DI AUSTRALIAindustri yang merupakan industri kreatif, Australia mengacu pada industri yang berbasis kepada hak cipta sehingga kelompok industrinya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok utama yaitu: (1) Core Copyright Industries; (2) Partial Copyright Industries; dan (3) Distribution Industries.
Tabel A 4 Kelompok Industri Kreatif di Australia
Component industries
Core Copyright industries
- Newspaper printing or publishing - Radio services
- Other periodical publishing - Free to air television services - Book & other periodical publishing - Pay television
- Recorded media manufacturing & publishing - Music and theatre productions - Internet service providers - Creative arts
- Data processing services - Sound recording studios - Commercial art and display services - Photographic studios - Film and television production
Partial Copyright Industries
- Printing - Architectural services
- Services to printing - Computer consultancy services - Paper stationery manufacturing - Surveying services
- Toy and sporting goods manufacturing - Advertising services
Distribution industries
- Photographic equipment wholesaling - Information storage and retrieval services - Toy and sporting good wholesaling - Film and video distribution
- Book and magazine wholesaling - Motion picture exhibition - Paper product wholesaling - Libraries
- Recorded music retailing - Museums
- Computer and software retailing - Performing arts venues - Toy and game retailing - Services to the arts - Newspaper, book and stationery retailing - Video hire outlets
- Photographic equipment retailing - Photographic film processing
D.
KELOMPOK INDUSTRI KREATIF DI SINGAPURAStudi industri kreatif di Singapura, menggunakan pendekatan yang sama dengan studi di Australia yaitu berbasis kepada industri yang menghasilkan hak cipta. Klasifikasi industri kreatif di Australia dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel A 5 Kelompok Industri Kreatif di Singapura
Creative Industries (copyright‐based industries) Recorded media
Printing & publishing of newspapers Printing of periodicals, books and magazines Publishing of books and periodicals
Publishing of books, brochures, musical books and periodicals Free to air TV / Pay TV / Internet services
Data processing services (IT consultancy, IT development and IT services) Television services
Radio services
Creative Industries (copyright‐based industries) Music and theatre production
Commercial art and display services Photographic studios
Partial Copyright Industries
- Printing of cards, stationery etc. - Surveying services - Services to printing - Advertising services
- Architectural services - Toy and sporting good manufacturing Distribution industries
- Newspaper, book and stationery retailing - Recorded music wholesaling - Paper product wholesaling - Recorded music retailing - Book and magazine wholesaling - Libraries
- Computer and software retailing - Motion picture exhibition / distribution - Photographic equipment wholesaling - Photographic film processing
- Photographic equipment retailing - Film and art venues / sound recording Inggris dan Selandia Baru. Industri kreatif di Taiwan diklasifikasikan berdasarkan SIC (Standard Industrial Classification) yang dimiliki oleh Negara Taiwan. Klasifikasi Industri yang diidentifikasikan sebagai Industri kreatif di Taiwan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel A 6 Kelompok Industri Kreatif di Taiwan
Sector industries SIC codes Description
Publishing C191 C192 Books and Printing Materials Printing Production of Plates printing Book publication Magazine and news publishing News publication Magazines publication Audio
publishing Records publishing Software publishing Software package for entertainment utility Digital entertainment tools Software package for entertainment utility Other entertainment products
Film and Video (incl. local Comics and
J841 J842 Film production Film distribution
Animation Industries) J843 J844 J85301305 J85301405 J85301515
Sector industries SIC codes Description
Crafts F52991901
F55901901 F52992203 F55902201
Craft products and materials Craft products and materials Sculptures Sculptures
Antiques F52992001
F52992101 F52992301
Stamps and coins collection Antique painting and calligraphy Mediaeval collections
F55902001
F55902101
Stamps and coins collection Antique painting and calligraphy
Broadcasting J851 J853 J85301205
Broadcasting industry (incl. J85101104 Radio stations) Provision of broadcasting television programmes Broadcasting television programme production and distribution
Television J852 Television industry (incl. J85201104 wireless television stations, J85201204 Cable television stations, J85209904 Other television industries)
Performing Arts (Music, Drama, Dance, Traditional Performances and
Performingi Industries Drama and dance companies Other performing companies Live music performances Management of concert halls Coordination of programmes and performance agents Music agents Agency of
composition and lyric copyrights Literature and arts industries
Advertising I760 Advertising industry
Advertising design and production
Construction of advertising displays boards
Other advertising
Design industries Product design Monopoly commercial logo design Packaging design Landscape design Interior design Garden design
Architecture I720 Architecture and engineer services industries (incl Design, Publication) I72001128 Architectural design services
I72001228 Construction and structural engineering
consultancy services
I72001328 Electrical circuit design Software and Digital
Games (Computer programming)
Sector industries SIC codes Description Creative Living Industries J89929915 Other Photography
Wedding photography
F.
KELOMPOK INDUSTRI KREATIF DI BEBERAPA NEGARA LAIN DI EROPAPendekatan studi industri kreatif negara Finlandia, spanyol, dan Jerman berbeda dengan studi yang telah dibahas pada sub bab sebelumnya. Klasifikasi industri kreatif di Finlandia, Spanyol dan Jerman berdasarkan pendekatannya adalah industri budaya. Kelompok Industri yang diidentifikasikan sebagai industri kreatif di negara Finlandia, Spanyol dan Jerman dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel A 7 Kelompok ”Industri Kreatif” di beberapa negara lain di Eropa
Finland (Cultural Industries) Spain (Culture and Leisure Industry )
Germany (Culture Industries)
Advertising Advertising Advertising sector
Amusement parks, games and other entertainment and recreation
Historic Heritage, Amusement parks
Architectural and industrial design and art (product, communication and presentation designs) Libraries, archives and museums Libraries and Museums
Photography Fine arts: photography
Production and distribution of books, newspapers and periodicals
Publishing and printing Book, literature and press market
Production and distribution of motion pictures and videos
Film Film market
Production and distribution of music and sound recordings
Audio‐visual market
Radio and television Television Performing arts and musical performing arts Sports Bullfighting Shows and fairs Lotteries and gambling Toys
Radio and television market Performing arts and entertainment
II.3.
Indikator
Dampak
Ekonomi
Industri
Kreatif
kegiatan sosial; (6) membantu pembentukan ekonomi nasional; serta (7) membuat Inggris menjadi lebih menarik untuk kepariwisataan.
Industri kreatif ini merupakan pilar utama dalam pembentukan ekonomi kreatif dan ekonomi kreatif ini sangatlah penting bagi Indonesia karena diyakini ekonomi kreatif akan memberikan dampak positif bagi tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dampak positif yang dapat dihasilkan dengan terbentuknya ekonomi kreatif dapat ditunjukkan dalam gambar berikut ini:
A.
INDIKATOR KONTRIBUSI EKONOMI INDUSTRI KREATIF DI INGGRISPemahaman bagaimana industri kreatif memberi dampak terhadap kondisi makro dan mikro perekonomian suatu negara, merupakan pertimbangan utama pada hampir semua studi industri kreatif di dunia. Selain itu, pertimbangan‐ pertimbangan seperti ketersediaan data dan kondisi negara yang bersangkutan turut mempengaruhi indikator‐indikator yang digunakan. Kondisi negara yang bersangkutan akan mempengaruhi definisi industri kreatif di negara tersebut, dan akhirnya akan mempengaruhi pemilihan indikator dampak yang digunakan.
Indikator yang digunakan pada studi di Inggris yang menggunakan pendekatan Creative Industry, didominasi oleh variabel‐variabel makro berbasis Produk Domestik Bruto dan Ketenagakerjaan serta variabel‐variabel mikro untuk melihat aktivitas perusahaan. Indikator inovasi memang ditampilkan, akan tetapi tidak terdapat penekanan khusus terhadap copyright. Karena baseline studi kreatif tidak didasarkan pada copyright industry. Indikator makro berbasis PDB diekstraksi menjadi beberapa indikator lain seperti konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, pajak dan net trade. Indikator‐indikator tersebut kemudian diolah untuk melihat percentage of share dan percentage of growht. Sementara indikator ketenagakerjaan difokuskan pada jumlah tenaga kerja saja, baik pekerja kreatif maupun nonkreatif.
Indikator mikro untuk melihat aktivitas perusahaan, difokuskan pada pemahaman terhadap struktur pasar industri kreatif dan dampak terhadap sektor industri lain. Sehingga indikator‐indikator seperti: jumlah perusahaan, konsentrasi pasar, konsentrasi kepemilikan dan linkage menjadi fokus perhatian studi. Indikator‐indikator lain yang digunakan seperti; consumer age, award, degree of innovation, dan lain‐lain, cenderung untuk menambah pemahaman dampak industri kreatif terhadap perekonomian makro dan mikro Inggris. Indikator‐indikator dampak yang digunakan Inggris selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel A 8 Indikator Kontribusi Ekonomi Industri Kreatif berdasarkan Studi Industri Kreatif Inggris
INDIKATOR KETERANGAN
A. Berbasis PDB
1 Turnover (Revenue) Nilai total penjualan
2 Turnover Growth Pertumbuhan penjualan tahunan 3 Nilai Tambah Bruto Nilai tambah sektor industri kreatif
4 Pertumbuhan NTB Persentase peningkatan nilai tambah year on year
INDIKATOR KETERANGAN 9 Investasi Jumlah investasi di industri kreatif B. Berbasis Tenaga Kerja
1 Jumlah Pekerja (Employee) Jumlah pekerja yang diserap industri kreatif
2 Jumlah Pemberi Kerja (Employer) Jumlah pemberi kerja kategori: Fulltime, Freelance, Wanita, Pria
3 Jumlah Pekerja Kreatif
Jumlah pekerja di industri kreatif yang melakukan aktivitas kreatif
4 Jumlah Pekerja Non Kreatif Jumlah pekerja di industri kreatif yang tidak melakukan aktivitas kreatif
C. Berbasis Aktivitas Pekerjaan
1 Jumlah Perusahaan Jumlah seluruh perusahaan di industri kreatif 2 Pangsa Pasar Total nilai pangsa pasar yang dikuasai industri kreatif 3 Concentration of Ownership Struktur kepemilikan perusahaan kreatif
4 Concentration of Market (Firm) Struktur pasar industri kreatif D. Berbasis Perdagangan Internasional
1 Nilai Ekspor Nilai penjualan produk industri kreatif ke luar negeri 2 Nilai Impor Nilai produk dan input produk kreatif yang diperoleh dari
luar negeri
3 Net Trade Selisih ekspor dan impor
4 Porsi Negara Tujuan Ekspor Persentase nilai ekspor berdarkan negara tujuan ekspor 5 Porsi Negara Asal Impor Persentase biaya bahan baku berdasarkan negara asal impor
E.Others
1 Consumer Age Usia konsumen, untuk mengestimasi potensi pertumbuhan 2 Substitusi intra‐sektoral Pertukaran produk antar subsektor di industri kreatif 3 Lisensi Jumlah lisensi yang dikeluarkan suatu merk industri kreatif 4 Jumlah Award diperoleh Award seperti musik dan film
5 Potential Growth Estimasi potensi pertumbuhan 6 Copyright earning Pendapatan atas copyright
7 Tax Revenue Pendapatan pajak langsung dan tidak langsung dari industri kreatif
8 Degree of Inovation Tingkat inovasi: jumlah patent yang terdaftar, R&D yang dilakukan
9 Dampak terhadap sektor lain Efek pengganda terhadap sektor‐sektor industri lainnya
B.
INDIKATOR KONTRIBUSI EKONOMI INDUSTRI KREATIF DI HONGKONGSeperti halnya studi industri kreatif di Inggris, indikator‐indikator makro berbasis PDB dan ketenagakerjaan serta indikator mikro untuk melihat aktivitas perusahaan tetap menjadi indikator penting dalam studi. Studi Hongkong juga mulai memasukkan indikator dampak ekonomi terhadap pembangunan sosial dan politik. Hal ini terlihat dengan munculnya indikator indeks toleransi seperti; attitude, demokrasi, hak‐hak perempuan dan lain‐lain.