• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAKAIAN ADAT MALUKU UTARA docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PAKAIAN ADAT MALUKU UTARA docx"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PAKAIAN ADAT MALUKU UTARA

1. Pakaian Manteren Lamo (Sultan) dan Kimun Gia ( Permaisuri)

(2)

2. Pakaian Adat Bangsawan

Pakaian adat untuk para bangsawan atau pembesar berupa jubah panjang yang menjuntai sampai betis, celana panjang, serta ikat kepala berbentuk khusus dan beragam kelengkapan lainnya seperti yang dapat dilihat pada gambar. Sementara untuk para wanita bangsawan, pakaian yang dikenakan berupa kebaya dan kain panjang sebagai bawahan.

3. Pakaian Adat Baju Koja (Pakaian Adat Remaja Putra dan Putri)

(3)

untuk para wanita bangsawan, pakaian yang dikenakan berupa kebaya dan kain panjang sebagai bawahan.

RUMAH ADAT MALUKU UTARA

1. Rumah Adat Sasadu

Rumah adat Sasadu merupakan rumah adat yang diwariskan oleh leluhur suku Sahu di Pulau Halmahera Barat, Maluku Utara. Sasadu berasal dari kata Sasa – Sela – Lamo atau besar dan Tatadus – Tadus atau berlindung, sehingga Sasadu memiliki arti berlindung di rumah besar. Rumah adat Sasadu memiliki bentuk yang simpel atau sederhana yaitu berupa rumah panggung yang dibangun menggunakan bahan kayu sebagai pilar atau tiang penyangga yang berasal dari batang pohon sagu, anyaman daun sagu sebagai penutup atap rumah adat dan memiliki dua pijakan tangga terletak di sisi kiri dan kanan.

(4)

menggambarkan simbol dua kekuatan supranatural yaitu kekuatan untuk membinasakan dan kekuatan untuk melindungi.

2. Rumah Adat Hibualamo

Rumah adat Hibualamo merupakan rumah adat yang berasal dari Halmahera Utara, Maluku Utara. Menurut bahasa asli setempat Hibua berarti Rumah sedangkan Lamo berarti Besar sehingga Hibualamo memiliki pengertian rumah yang besar. Rumah adat Hibualamo baru diresmikan pada bulan April 2007, namun sebenarnya rumah adat Hibualamo ini sudah didirikan semenjak 600 tahun yang lalu. Hilangnya keberadaan rumah adat ini akibat adanya penjajahan, kemudian didirikannya Balai Desa sebagai tempat penyelesaian masalah dan pemerintahan.

Rumah adat Hibualamo didirikan kembali sebagai symbol perdamaian pasca konflik SARA pada tahun 1999 - 2001. Oleh karena itu pembangunannya pun mengalami perkembangan dibandingkan bentuk aslinya yang berupa rumah panggung. Bentuk asli rumah adat ini berada di Pulau Kakara, Halmahera Utara dan biasa disebut Rumah adat Hibualamo Tobelo.

(5)

SENJATA ADAT MALUKU UTARA

1. Parang Salawaku

Parang dan salawaku memiliki arti tersendiri. “Parang” berarti pisau besar namun biasanya memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari pisau dan lebih pendek dari pedang. “Sawalaku” sendiri memiliki arti perisai. Perisai merupakan alat yang dipergunakan untuk melindungi diri dan untuk menangkis serangan senjata lawan.

Parang bertindak sebagai senjata. Parang ini dipergunakan sebagai senjata untuk melakukan penyerangan terhadap lawan. Sedangkan, sawalaku digunakan sebagai perisai yang berfungsiuntuk menahan serangan lawan.

Apabila hari ini Parang Salawaku digunakan untuk melengkapi pakaian penari atau upacara perkawinan, pada zaman dahulu senjata ini juga digunakan untuk berperang dan berburu binatang di hutan. Khususnya berperang, parang salawaku digunakan ketikan perang Kapitan Pattimura melawan pemerintah kolonial Belanda.

Seperti senjata lainnya, salawaku diproduksi oleh para pengrajin besi. Para pengrajin parang dan salawaku yang telah terkenal terdapat di pulau Kakara B di Halmahera Utara. Proses yang penting dalam pembuatan senjata ini adaah ketika senjata tradsional Maluku Utara ini dimantrai oleh Kapitan Pattimura. Dengan mantra ini, konon para prajurit Pattimura tak mempan ditembus peluru.

TARIAN ADAT MALUKU UTARA

(6)

Tarian rakyat untuk menyambut para pahlawan yang pulang dari medan juang.

2. Tarian Bambu Gila

(7)

3. Tarian Soya-soya

Tarian ini berlatarbelakang peristiwa dalam sejarah Ternate, semasa pemerintah Sultan Babullah (1570-1583), yaitu tatkala Sultan Babullah menyerbu benteng Portugis di Kastela (Santo Paolo Pedro) untuk mengambil jenasah ayahnya. Sultan Khairun yang dibunuh secara kejam oleh tentara Portugis di dalam benteng tersebut. Tarian yang bertemakan patriotisme ini diciptakan oleh para seniman kesultanan untuk mengabdikan peristiwa bersejarah tersebut.

Tarian soya-soya ini, diartikan sebagai tarian pejmeputan. Sebab, biasanya tarian ini kerap diperagakan saat akan melakukan penjemputan tamu penting atau tamu kebesaran oleh pihak Keslutanan yang datang.

Selain tarian cakalele, tarian soya-soya ini juga diistilahkan dengan tarian perang, karena berdasarkan laterbalakang tarian ini, digunakan oleh pasukan keslutanan untuk berperang melawan penjajah.

(8)

Tarian Lenso adalah tarian muda-mudi dari daerah Minahasa (sulut) dan daeah Maluku,Tarian ini biasanya di bawakan secara ramai-ramai bila ada Pesta. Baik Pesta Pernikahan, Panen Cengkeh, Tahun Baru dan kegiatan lainnya. Tarian ini juga sekaligus ajang Pencarian jodoh bagi mereka yang masih bujang. Lenso artinya Saputangan. Istilah Lenso, hanya dipakai oleh orang-orang (masyarakat di daerah Sulut, sebagian Sulteng dan daerah lain di Indonesia Timur).

5. Tarian Tidetide

Tidetide adalah tarian khas Halmahera Utara yang biasanya dipentaskan pada acara tertentu seperti pada pesta perkawinan adat atau pesta rakyat. Gerakan pada tarian Tidetide memiliki makna tertentu yang dapat diartikan sebagai bahasa pergaulan sehingga Tidetide juga dikenal sebagai tari pergaulan. Tarian ini dibawakan oleh kelompok penari pria dan wanita yang berjumlah 12 orang sambil diiringi tabuhan tifa, gong dan biola. tarian Tide-Tide yang berasal dari daerah ternate dan tarian tersebut mempunyai ciri khas adat seatoran Maluku kie raha sehingga tarian ini di pakai dalam upacara perkawinan maupun acara hajatan dan lain-lain.

Tarian ini memiliki arti kesuburan alam semesta serta motif-motif mistik. sebagai tarian adat tide-tide merupakan bentuk tarian tradisional yang sudah sangat kuno. Tarian ini aslinya tidak bersifat liris, ditarikan secara duet oleh penari putera-puteri dalam 2 sampai 6 pasangan.

Gambar

gambar di atas. Pakaian istri sultan atau sang permaisur bernama Kimun Gia. Pakaian

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat penelitian adalah untuk memberi sumbangan secara teoritis tentang berbagai bentuk pakaian - pakaian adat Melayu Deli tersebut, dan menambahkan wawasan dan