• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Dasar - Dasar Ilmu Lingkungan

Disajikan pada, 15 Maret 2017 Yang dibina oleh Bapak Dr. Sueb, M.Kes

Disusun oleh :

Kelompok 7 Offering B 2017 1. Lingga Mofa Diah Lorentin :160341606034

2. Puguh Setiawan :160341606033

3. Risma Afrida Rosania :160341606026

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI

(2)

DAFTAR ISI 2.1 Pengertian Sumber Daya Mineral dan Energi... 2.2 Konservasi Sumber Daya Mineral dan Energi... PEMBAHASAN 3 3 3.1 Sumber Daya Mneral dan Energi...………..………... 5

3.2 Klasifikasi Sumber Daya Alam...………....…... 6

3.3 Kegunaan Sumber Daya Mineral dan Energi... 3.4 Permasalahan Sumber Daya Mineral dan Energi…………... 3.5 Indikator Kerusakan & Pencemaran Sumber Daya Energi danMineal…… 3.6 Manajemen Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan

(3)

Mineral dan Energi. Makalah Dasar Lingkungan, Offering B S1 Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang. Dosen Pembimbing : Dr. Sueb, M.Kes E-mail: sueb.fmipa@um.ac.id No. Telepon : 08155150474

Sumber daya mineral dan energi merupakan salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan. Sumber daya mineral dan energi di dunia ini banyak jenisnya seperti bahan tambang, minyak bumi dan gas alam. Manfaat dari sumber daya mineral dan energi ini banyak dirasakan oleh manusia di dunia. Dibalik banyaknya manfaat dari sumber daya mineral dan energi tersimpan banyak masalah baik dalam pengelolaannya maupun ketersediaannya. Oleh karena itu, diperlukan manajemen pengelolan sumber daya mineral dan energi yang sangat baik agar generasi selanjutnya dapat merasakan manfaatnya juga.

Kata kunci : sumber daya mineral dan energi, manfaat, masalah pengelolaan, manajemen.

ABSTRACT

Lorentin, Lingga M., Setiawan Puguh., Rosania, Risma A 2017. Resource Minerals and Energy. Basic Papers Environment, Offering B S1 Biology Education, State University of Malang. Supervisor: Dr. Sueb, M.Kes E-mail: sueb.fmipa@um.ac.id. No. Telepon : 08155150474

Mineral resources and energy is one of the most important things in life. Mineral and energy resources in the world of many kinds, minerals, petroleum and natural gas. The benefits of mineral and energy resources are widely perceived by humans in the world. Behind the many benefits of mineral resources and energy saved a lot of problems both in the management and availability. Therefore, the necessary management of mineral resource management and excellent energy so that future generations can benefit as well.

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang memiliki daratan luas dan laut yang luas, menjadikan negara ini dengan aset sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya itu salah satunya yaitu sumber daya mineral. Sumber daya mineral melimpah di Indonesia dengan berbagai jenisnya. Mulai dari emas, intan, timah, belerang, dan bahan tambang lainnya merupakan sumber daya mineral yang melimpah di Indonesia.

Berbagai sumber daya mineral yang ada di Indonesia perlu kita ketahui macamnya. Sumber daya tersebut juga harus dikelola dan dikembangkan dengan baik agar memberi manfaat bagi manusia. Eksploitasi terhadap berbagai sumber daya mineral tidaklah boleh sembarangan, harus menjaga lingkungan dan keberlanjutan, sehingga dapat diwariskan kepada anak cucu kita. Untuk itu dalam makalah ini akan dijelaskan tentang sumber daya mineral dan macam sumber daya mineral. Penting bagi kita menyadari akan hasil bumi kita dan cara mengelolanya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa pentingnya Sumber Daya Mineral dan Energi bagi kehidupan ?

2. Apa sajakah yang termasuk ke dalam pengklasifikasian Sumber Daya Mineral dan Energi ?

3. Apa saja masalah Sumber Daya Mineral dan Energi yang terjadi ? 4. Bagaimana manajemen Sumber Daya Mineral dan Energi?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan pembuatan makalah adalah sebagai berikut :

(5)

2. Mengetahui pengklasifikasian Sumber Daya Mineral dan Energi.

3. Mengetahui masalah Sumber Daya Mineral dan Energi yang terjadi.

4. Mengetahui manajemen Sumber Daya Mineral dan Energi.

1.4 Manfaat

Manfaat pembuatan makalah adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui pentingnya Sumber Daya Mineral dan Energi bagi kehidupan.

2. Dapat mengetahui dan lebih memahami apa sajakah yang termasuk ke dalam pengklasifikasian Sumber Daya Mineral dan Energi.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sumber Daya Mineral dan Energi

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) sumberdaya adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang. 2. 2 Konservasi Sumber Daya Mineral dan Energi

Menurut Ridge, 1964 (dalam Zen, 1984: 67), berbunyi: “conservation is the most sfficient practical recovery, processing, use, and re-use of known mineral raw materials that present-day technique permits”. Jadi, konservasi adalah melakukan penambangan, pemrosesan, penggunaan serta penggunaan ulang bahan mineral secara praktis dan efisien yang dapat dilakukan dalam batas – batas kemampuan teknik pada masa ini.

Konservasi dalam pengertian demikian dapat dimajukan dan dikembangkan melalui penemuan sumber–sumber baru, pengembangan metoda–metoda baru untuk memperoleh untuk memperolehnya darisumber–sumber lain, menemukan bahan bahan pengganti bagi bahan yang kinibanyak dipakai, terutama bagi bahan yang dipakai habis. Jadi, konservasi tidak boleh diartiakn sebagai preservasi, yakni membiarkan bahan mineral di dalam tanah secara tak terjamah dan menyisihkannya untuk digunakan generasi yang akan datang.konsep ini lebih menekankan pada pengembangan metoda dan teknik baru untuk menemukan, memproses dan memanfaatkan bahan-bahan mineral yang ada agar generasi sekarang dan generasi mendatang lebih dapat memanfaatkan bahan -bahan secara lebih luas bagi kesejahteraan masyarakat.

(7)

Walaupun terlihat belum ekonomis untuk ditambang, apabila sudah tersedia data yang telah diarsipkan pada suatu saat nanti ketika memang sumber daya tersebut sudah ekonomis atau layak ditambang kita tidak perlu lagi memulai kegiatan eksplorasi dari awal, cukup melanjutkan kegiatan eksplorasi pada langkah selanjutnya yang lebih detail.

Selain hal tersebut, penerapan konservasi sumber daya mineral juga dapat dilakukan dalam bentuk efisiensi dan efektifitas dalam pengambilan data. Kegiatan-kegiatan eksplorasi yang dilakukan disetiap daerah tentunya terdapat sumber daya mineral yang berbeda-beda yang masih layak dan menguntungkan untuk ditambang. Dalam melakukan kegiatan eksplorasi, objek yang dieksplor tidak hanya terfokus pada satu komoditas saja tetapi juga memperhatikan keberadaan komoditas lain yang mungkin juga ada dalam suatu daerah yang sedang dieksplorasi. Sehingga tidak terjadi kegiatan eksplorasi ditempat yang sama hanya untuk mencari kemungkinan keberadaan suatu komoditas yang berbeda. ( J. Bourgois, 2001)

Upaya konservasi terhadap sumber daya mineral ini sudah menjadi tanggung jawab bersama dalam pengelolaan dan penghematan sumber daya yang semakin langka karena kebutuhan manusia.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Sumber Daya Mineral dan Energi

(8)

Sumber daya mineral (mineral resource) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral sendiri menurut keyakinan geologi dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang (Nugraha, 2014:1)

Sumber daya energi sangat penting, karena sumber daya energi merupakan segala sesuatu yang berguna dalam membangun nilai didalam kondisi dimana kita menemukannya. Untuk itu sumber daya energi adalah aset untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas manusia. Selain itu sesuatu dapat dikatakan sebagai sumber daya harus memiliki 2 kriteria, yaitu:

 Harus ada pengetahuan, teknologi atau keterampilan (skill) untuk

memanfaatkannya.

 Harus ada permintaan (demand) terhadap sumber daya tersebut.

Sumber daya energi bisa meliputi semua yang terdapat di bumi baik yang hidup maupun benda mati, berguna bagi manusia, terbatas jumlahnya dan penguasaannya memenuhi kriteria teknologi, ekonomi, sosial dan lingkungan. Sumber daya energi di sisi lain merupakan sumber daya yang digunakan untuk kebutuhan menggerakan energi melalui proses transformasi panas maupun transformasi energi lainnya. (Braunstein, 2001)

Sumber daya energi terdiri dari sumber daya alam non-hayati mineral patra, yaitu minyak bumi dan gas bumi, mineral seperti batubara dan uranium. Sumber daya energi di luar air dan minyak/gas bumi, seperti panas bumi, surya, angin, arus laut, pasang surut, panas laut serta sumber daya alam hayati seperti kayu bakar. Energi itu sendiri dapat berupa energi kimiawi, listrik, gelombang, nuklir, mekanis, dan panas.

3.2 Klasifikasi Sumber Daya Mineral dan Energi

Menurut Sukanto Reksohadiprojo (1994), jenis-jenis sumber daya energi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Sumber daya energi yang dapat diperbaharui

(9)

b. Sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui

Sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui adalah sumber daya energi yang habis sekali pakai. Misalnya: minyak bumi, gas bumi, dan batu bara.

Klasifikasi Sumber Daya Mineral :

a. Sumber daya mineral hipotetik (hypothetical mineral resource)

Sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap survei tinjau.

b. Sumber daya mineral tereka (inferred mineral resource)

Sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap prospeksi.

c. Sumber daya mineral terujuk (indicated mineral resource)

Sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap eksplorasi umum.

d. Sumber daya mineral terukur (measured mineral resurce)

Sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap eksplorasi rinci.

e. Sumber daya mineral pra keleyakan (prefeasibility mineral resource)

Dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil studi pra kelayakan yang biasanya dilaksanakan di daerah eksplorasi rinci dan eksplorasi umum. f. Sumber daya mineral kelayakan (feasibility mineral resource)

Dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil studi kelayakan atau suatu kegiatan penambangan yang sebelumnya dilakukan di daerah eksplorasi rinci.

3.3 Kegunaan Sumber Daya Mineral dan Energi a. Peranan Energi dalam pembangunan di Indonesia

(10)

untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri yang dibutuhkan dalam pembangunan. (Howard,2000)

b. Peranan energi sebagai sumber penerimaan negara

Penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi (penerimaan migas), memberikan sumbangan yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Walaupun peranan minyak dan gas bumi dalam penerimaan negara relatif semakin menurun, namun dalam jangka waktu lima tahun terakhir (1996/97-1999/2000) rata-rata penerimaan minyak dan gas bumi dibandingkan dengan jumlah penerimaan dalam negeri masih mencakup yaitu sekitar 30%. Penerimaan minyak dan gas bumi dipengaruhi antara lain oleh besarnya tingkat produksi minyak mentah dan kondesat, volume ekspor LNG dan LPG, harga minyak mentah dan biaya produksi. Unsur lain yang juga penting dan mempengaruhi besarnya penerimaan minyak dan gas adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Selain sebagai sumber penerimaan negara, minyak dan gas bumi juga berperan sebagai sumber penerimaan devisa. (Horne, 2004)

c. Peranan energi untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri.

Dalam hal ini terlihat bahwa hubungan perekonomian dengan energi sedemikian kuat, peningkatan kegiatan ekonomi biasanya diikuti dengan meningkatnya konsumsi energi. Di Indonesia tercermin dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 7% per tahun mengakibatkan pertumbuhan konsumsi energi meningkat sebesar 10%. Hubungan tersebut disebut dengan ”elastisitas energi” terhadap kegiatan energi, atau dapat didefenisikan sebagai perubahan pertumbuhan konsumsi energi sebagai akibat perubahan pertumbuhan konsumsi energi sebagai akibat perubahan kegiatan ekonomi.

(11)

Pembangunan di berbagai sektor ini sangat penting bagi tercapainya tujuan pembangunan seperti menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapapatan nasional, mengubah struktur ekonomi, yang pada gilirannya akan meningkatkan permintaan tenaga listrik. Di samping itu, tersedianya tenaga listrik yang merata dan dipergunakan secara luas untuk keperluan sehari-hari akan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat.

Minyak bumi, gas bumi dan batu bara merupakan sumber daya energi yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi listrik. Pemanfaatan minyak bumi, gas bumi dan batu bara sebagai pemasok untuk memproduksi listrik di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Keterbatasan cadangan minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri menyebabkan pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk melakukan diversifikasi energi untuk sektor Pembangkit Listrik Negara (PLN) bentuk diversifikasi ini telah dapat dirasakan dengan berdirinya pusat pembangkit listrik tenaga air, tenaga gas, maupun panas bumi. (Achnan, 1998)

Sebagai salah satu bentuk energi yang sudah siap dipergunakan oleh konsumen, tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk mencapai sasaran pembangunan, sehingga perlu diusahakan serasi, selaras, dan serempak dengan tahap pembangunan nasional. Hal ini berarti bahwa sasaran pembangunan ketenagalistrikan harus selalu menunjang setiap tahap pembangunan nasional baik dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun dalam mendorong peningkatan ekonomi. (Bronto, 2004)

3.4 Masalah Sumber Daya Mineral dan Energi

Kegiatan pertambangan sering menjadi sorotan negatif dan perhatian banyak pihak. Di satu sisi kegiatan pertambangan membawa dampak perubahan lingkungan. Namun di sisi lain, tidak dapat dipungkiri bahwa secara makro kegitan pertambangan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembangunan nasional.

(12)

1. Penguasaan negara atas bahan galian tambang batubara sangat besar

Konsepsi Hak Menguasai Negara merupakan masalah serius dalam praktik pertambangan di Indonesia. Konsepsi ini kerap melahirkan berbagai kebijakan salah kaprah yang berdampak bagi penduduk lokal. Dari konsepsi ini pula trecipta tindakan – tindakan negara yang tidak bijak.

2. Kebijakan pertambangan batubara lebih berpihak pada modal asing

Keberpihakan pemerintah kepada investor asing nampak pada pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, yang menyatakan “Perjanjian dan komitmen Internasional yang berlaku dan akan dibuat oleh pemerintah juga berlaku bagi daerah otonom.” Ketentuan tersebut memperlihatkan betapa pemerintah sangat melindungi pengusaha asing yang telah menanamkan modalnya di Indonesia. Substansi tersebut akan membahayakan bagi daerah sebab apabila pemerintah pusat mengadakan perjanjian internasional berkaitan dengan pertambnagan batubara, maka daerah akan tunduk dengan apa yang dilakukan pemerintah tersebut.

3. Konflik pemilikan lahan dengan penduduk lokal dan meniadakan posisi masyarakat

adat.

Besarnya kekuasaan pemerintah untuk mengeluarkan ijin kuasa pertambangan batubara mengakibatkan secara sepihak pemerintah dapat mengklaim suatu wilayah sebagai tanah negara bebas dan memberikan kuasa pertambangan pada perusahaan tambang berakibat terampasnya wilayah hidup rakyat. Hal ini yang memicu konflik kepemilikan lahan dan penduduk lokal.

4. Tumpang tindih lahan dengan sektor lain

Industri pertambangan merupakan industri yang memakan lahan. Untuk mengeruk bahan tambang diperlukan ketersediaan areal tambang yang sangat luas. Hal ini yang memicu tumpang tindih peruntukan lahan dengan sektor lain.

5. Pelanggaran HAM dalam pengusahaan pertambangan batubara

(13)

kebunnya. Kasus PT Thailand di Kalimantan Timur sarat dengan perampasan tanah adat, kebun dan hutan tanpa ganti rugi.

6. Ketiadaan konsep pencadangan energi

Perspektif yang dimiliki untuk menggali dan memanfaatkan semaksimal mungkin

bahan tambang dengan tidak memiliki konsep mineral reserve, tak memiliki strategi

untuk mengelola agar kekayaan bahan tambang masih bisa digali terus oleh generasi yang akan datang, atau lebih panjang pemanfaatannya. Akibatnya, dimana pun bahan galian terpendam akan segera digali.

7. Tidak berpihak pada lingkungan

Adanya perusahaan pertambangan menimbulkan berbagai masalah lingkungan bagi kawasan sekitar areal penambangan. Seperti rusaknya lahan pertanian, sungai, hutan, dan lainnya yang berakibat pada kehidupan masyarakat sekitar.

8. Reklamasi lahan paksa penambangan tidak dilakukan

Perusahaan yang telah selesai melakukan penambangan harus melakukan reklamasi lahan. Hal tersebut sudah tercantum dalam Undang – Undang Pertambangan Nomor 4 Tahun 2009. Namun dalam pelaksanaannya tidak berjalan efektif. Lahan bekas tambang dibiarkan menjadi danau yang beracun. Hal ini terjadi karena tidak adanya sanksi tegas bagi perusahaan tamban yang melakukan pelanggaran.

9. Rakyat akan mudah dikriminalkan

Persoalan lain yaitu konsep kriminalisasi terhadap rakyat melalui Undang – Undang Pertambangan untuk meminggirkan hak rakyat atas bahan tambang. Hal tersebut tercantum pada pasal 32 ayat 2 Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2009 yaitu “Dihukum dengan hukuman selama tiga bulan dengan denda setinggi – tingginya sepuluh ribu rupiah, barang siapa yang berhak atas tanah merintangi atau mengganggu usaha pertambangan yang sah.” Penyelesaian atas sengketa berkaitan dengan penambahan batubara hendaknya dapat memenuhi rasa keadilan para pihak yang bersengketa.

(14)

Beberapa indikator mengenai terjadinya kerusakan sumber daya mineral dan energi ini dapat kita perhatikan dari uraian berikut ini :

a. Semakin banyak dan meluasnya lubang-lubang bekas galian mineral tambang atau bekas galian tanah untuk pembuatan “bata” dan genting yang dibiarkan tanpa upaya reklamasi.

b. Semakin luasnya areal semak-semak belukar dan tanah gundul bekas penebangan hutan ilegal dan peladangan bakar yang tidak dihijaukan kembali.

c. Semakin menurunnya tingkat kesuburan tanah/lahan untuk budidaya pertanian, karena siklus pemanfaatan lahan yang terlalu intensif tanpa upaya penyuburan kembali (refertilization).

d. Semakin banyaknya terjadi tanah longsor di wilayah pegunungan/perbukitan, dan tanah terbuka bekas penggalian tambang permukaan (emas, timah, batubara dan lain-lain).

e. Semakin bertambahnya areal lahan kritis akibat dibiarkan begitu saja dan terbakar setiap tahun.

f. Semakin kecilnya debit air sungai dari tahun ke tahun.

g. Semakin besarnya perbedaan debit air sungai pada musim hujan dengan musim kemarau.

h. Semakin dalamnya permukaan air tanah dan mengeringnya sumur penduduk di daerah ketinggian.

i. Adanya penetrasi air asin pada sumur penduduk di beberapa kota pantai/pesisir.

j. Semakin kecilnya “Catchment Water Areas” (daya serap lahan terhadap curahan air hujan).

k. Semakin tingginya pencemaran air sungai (terutama sungai-sungai di Pulau Jawa).

l. Semakin menyempitnya luas areal hutan lindung/hutan alami sebagai akibat “illegal logging”, (pencurian kayu) terutama di Pulau Jawa. m. Semakin luasnya HPH dan HTI yang kurang diimbangi dengan

upaya reboisasi yang berhasil (karena seringnya dimanipulasi). n. Semakin maraknya pertanian ilegal di kawasan tanah/hutan negara

akibat desakan kebutuhan penduduk miskin, terutama di pulau Jawa. o. Semakin berkurangnya keragaman/jumlah “species” tumbuhan dan

(15)

hutan dan perburuan hewan yang sering terjadi. (Bronto dan Hartono, 2003)

3.6 Manajemen Pegelolaan Sumber Daya Mineral dan Energi

Menyadari bahwa fungsi sumber daya alam mineral sebagai sumber daya alam yang tidak terbaharui, masih memegang peranan penting didalam pembangunan nasional di masa mendatang, maka perlu dikembangkan visi, misi kebijaksanaan, strategi dan program pembangunan energi dan sumber daya mineral yang berlandaskan paradigma dan konsep pembangunan berkelanjutan dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. (Sillitoe,1999) Sehingga pengelolaan energi dan sumber daya mineral yang berwawasan kemasyarakatan dan lingkungan hidup didasarkan pada empat faktor mendasar yaitu:

- Pemerataan dan Keadilan

Pemanfaatan sumber daya alam dalam hal ini energi dan sumber daya mineral untuk semaksimal mgkin untuk kemakmuran rakyat merupakan dasar kebijaksanaan pembangunan energi dan sumber daya mineral yang berwawasan kemasyarakatan dan lingkungan hidup. Konsep kemitraan dan eksistensi yang bersinergi antara kegiatan pertambangan tradisional, skala kecil menengah dan skala besar perlu dikembangkan, sehingga memberikan kepastian kepada masyarakat, dunia usaha dan pemerintah tentang arah, lingkup ruang gerak dan tingkat keleluasaan didalam pelaksanaan pembanguann energi dan sumber daya mineral yang berwawasan kemasyarakatan dan lingkungan hidup.

- Pendekatan Integratif

(16)

- Wawasan Jangka Panjang

Sumber daya mineral adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui oleh karena itu eksploitasinya perlu dilaksanakan dengan asas efisiensi yang berlandaskan pada pencapaian nilai tambah yang maksimal. Pemanfaatan sumber daya alam mineral juga harus didasarkan kepada wawasan keberlanjutan sehingga apabila sumber daya alam habis dieksploitasi tidak menimbulkan biaya sosial bagi generasi masa depan. Kegiatan pasca tambang harus dikembangkan berdasarkan dimensi ruang dan waktu sehingga ‘reklasifikasi’ dari kegiatan pemanfaatan energi dan sumberdaya mineral menjadi kegiatan lainnya (industri, pertanian, pariwisata, dll) dapat dikembangkan secara simultan.

- Menghargai Keanekaragaman

Indonesia sebagai negara dan bangsa yang pluralistis, harus dapat menghargai keanekaragamannya dan menjadikan basis pembangunan energi dan sumber daya mineral karena keberhasilannya sangat ditentukan oleh kondisi sosial budaya ekonomi dan ekologi sekitar wilayah kegiatan. (Darmoyo, 2001)

Untuk dapat melaksanakan pembangunan energi dan sumber daya mineral yang berwawasan kemasyarakatan dan lingkungan hidup diperlukan keikutsertaan segenap pelakunya (stakeholder) dalam suatu kemitraan yang sinergis. (Soeria-Atmadja, 2002)

Kemitraan yang sinergis dapat dilaksanakan berdasarkan beberapa hal dibawah ini :  Segenap pelaku pembangunan mempunyai visi dan persepsi yang sama

tentang makna pembangunan energi dan sumber daya mineral.

 Segenap pelaku pembangunan mengetahui peran dan posisinya serta peran dan posisi mitranya.

(17)

 Setiap pelaku memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang diciptakan demi kepentingan bersama dalam kerangka pencapaian tujuan.

 Dalam menjalankan tugasnya dan fungsinya setiap pelaku harus berpegang pada etika sosial, etos kerja dan profesionalime.

BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pentingnya sumber daya mineral dan energi bagi kehidupan adalah untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas manusia. Sumber daya mineral dan energi sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia, hampir semua kebutuhan hidup manusia berkaitan dengan sumber daya mineral dan energi. Misalnya, sebagai sumber energi dan bahan bakar.

(18)

 Tereka  Terujuk  Terukur  Pra kelayakan  Kelayakan

Sumber daya energi dapat diklafikasikan menjadi :

 Dapat diperbaharui  Tidak dapat diperbaharui

3. Masalah Sumber Daya Mineral dan Energi :

 Penguasaan negara atas bahan galian tambang batubara sangat besar  Kebijakan pertambangan batubara lebih berpihak pada modal asing  Konflik pemilikan lahan dengan penduduk lokal dan meniadakan

posisi masyarakat adat

 Tumpang tindih lahan dengan sektor lain

 Pelanggaran HAM dalam pengusahaan pertambangan batubara  Ketiadaan konsep pencadangan energi

 Tidak berpihak pada lingkungan

 Reklamasi lahan paksa penambangan tidak dilakukan  Rakyat akan mudah dikriminalkan

4. Manajemen Sumber Daya Mineral dan Energi :  Pemerataan dan Keadilan

 Pendekatan integrative  Wawasan jangka panjang

 Menghargai Keanekaragaman

4.2 Saran

(19)

2. Sebaiknya kita mengetahui dan memahami apa sajakah yang termasuk ke dalam masalah lingkungan.

3. Sebaiknya mahasiswa mengetahui hubungan antara wawasan lingkungan dengan masalah lingkungan.

DAFTAR RUJUKAN

Achnan, K., 1998. Hubungan antara struktur geologi dan lokasi geowisata di wilayah Bandung dan sekitarnya Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, v. VIII, h.8 - 14. Braunstein. H. M, Copenhaver. E. D., and Pfudere, 2001, Environmental, Health and

Control Aspect of Coal Conversion, Vol. I, hal: 237 – 524. Ann Arbor Science. Bronto, S., Achnan K., Kartawa, W., Dirk, M.H., Utoyo, H., Subandrio, J. dan Lumbanbatu,

K., 2004a. Penelitian Awal Mineralisasi di Daerah Cupunagara, Kabupaten Subang – Jawa Barat. Majalah Geologi Indonesia, v. 19, no. 1, h.12-30.

Bronto, S. dan Hartono, U., 2003. Strategi Penelitian Emas Berdasarkan Konsep Pusat Gunungapi. Prosiding Kolokium Energi dan Sumber Daya Mineral 2003, Balitbang ESDM, Bandung, h.172-189.

(20)

Geologi

Indonesia, v. 16, no. 1, h.15-38

Horne, J.C. Ferm, Caruccio, F.T., Baganz, B.P., 2004, Depositional Models in Coal Exploration and Mine Planning in Appalachian Region, The American Assosiation of Petroleum Geologists Bulletin volume 62, number 12, America, hal. 2379 – 2411

Howard, A.D., 2000, Drainage Analysis in Geologic Interpretation:A Summation, AAPG Bulletin, Vol. 51 No.11 November 2000, p 2246 – 2259

J. Bourgois, “Traitements chimiques et physico-chimiques des déchets”, Techniques de l’Ingénieur, vol.1, (2001)

Nugraha, Andhika. 2014. Sumber Daya Mineral dan Energ. Yogyakarta : BPFE Reksohadiprodjo, Sukanto, 2001. Ekonomi Perkotaan. Penerbit BPFE, Yogyakarta

Sillitoe, R.H., 1999. Styles of High-Sulphidation Gold, Silver and Copper Mineralisation in Porphyry and Epithermal Environments, the Pacific Rim Conggress on Mineralisation, Bali – Indonesia, 10-13 October 1999, h.29-44

Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C., Bellon, H., Pringgoprawiro, H., Polve, M. and Priadi, B., 2002. Tertiary magmatic belts in Java. Journal of SE Asian Earth Science, v. 9, no. 1-2, h.13-27

Susmiyati, Haris Retno. 2005. Tinjauan Permasalahan dalam Pengusahaan Pertambangan Batubara di Indonesia : Risalah Hukum Edisi Nomor Dua.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses pengisian digunakan sensor load cell yang terhubung dengan indikator berat untuk mengukur berat cat yang akan diisi ke dalam ember.. Sistem otomatisasi

[r]

Sebagai upaya pengamalan nilai-nilai spiritual ibadah dan dalam rangka pembinaan Pegawai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menuju pelayanan prima kepada masyarakat, dengan ini

(2) Pejabat Penerima Pengaduan Masyarakat menyampaikan Pengaduan Tidak Berkadar Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf e angka 2 kepada Unit Kerja

[r]

Dari percobaan yang dilakukan pada temperatur reduksi 1150 °C, untuk perekat bentonit diperoleh sponge dengan metalisasi optimal sebesar 96 % dengan waktu reduksi

Konsumen juga cenderung memilih BBM yang ramah lingkungan kadar oktan (RON) lebih tinggi seperti pertalite atau pertamax karna kualitasnya lebih tinggi dibandingkan premium,

Hal ini tidak hanya merugikan secara ekonomi dengan adanya kesenjangan yang cukup signifikan, namun juga dampak yang ditimbulkan oleh PT Freeport Indonesia adalah