• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengintip Peluang Pariwisata Berbasis Ma (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Mengintip Peluang Pariwisata Berbasis Ma (1)"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Mengintip Peluang Pariwisata Berbasis Masyarakat Untuk

Masa Depan Pariwisata Flores

Yosefina Rosdiana Su, S.S, M.Pd

Dosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris ,STKIP St. Paulus Ruteng

Perhelatan balap sepeda berkelas Internasional, Tour De Flores, yang mengurai banyak perdebatan telah sukses terselenggara. Terlepas dari polemik pro dan kontra yang masih hangat diperdebatkan oleh beberapa kalangan, konsep promosi yang dikemas dalam agenda tdf telah membuka mata banyak pihak termasuk pemerintah pusat tentang kemolekan, eksotika alam, dan keragaman budaya Flores yang memukau. Bagi para peserta tdf, pelayanan dan senyum tulus masyarakat Flores akan menjadi oleh-oleh terbaik yang bisa dikisahkan kepada keluarga, sahabat, maupun para penggemar tour sepeda di seluruh dunia. Kisah dan pesan tentang “Wonderful Flores” ini adalah bentuk promosi yang efektif yang akan mengangkat potensi pariwisata Flores di mata internasional.

Perumusan kebijakan-kebijakan baru yang mengarah pada pembenahan infrastrukur dan pengelolaan pariwisata di Flores menjadi salah satu jawaban dari pertanyaan reflektif untuk artikel yang dimuat pada kolom Salam pada harian Pos Kupang, edisi Rabu 25 Mei 2016, Buat Apa Setelah TdF?. Tentang infrastruktur, Kementrian Pariwisata RI bahkan memastikan sejumlah anggaran dalam jumlah yang fantastis akan mengalir ke rekening pemerintah daerah, yang akan diinvestasikan untuk pembangunan dan pengembangan bandara, pelabuhan, sarana kesehatan, perhotelan, dan fasilitas lainnya untuk mempercepat pertumbuhan Flores sebagai destinasi pariwisata berkelas. Selain pengembangan infrastruktur, pekerjaan rumah lainnya yang tersirat dalam pertanyaan reflektif ini adalah sisi pemberdayaan manusia yang merujuk pada upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat Flores tentang pariwisata itu sendiri, termasuk penanaman kecintaan serta kebanggaan terhadap budaya dan lingkungannya agar tetap lestari dan layak untuk dibanggakan.

(2)

pertumbuhan ekonomi masyarakat Flores. Pengembangan usaha perhotelan, rumah makan, jasa transportasi, travel agency, dll, akan menyerap banyak tenaga kerja dan disinyalir akan mengurangi angka pengangguran di Flores. Sektor pertanian juga akan diuntungkan dengan menjadi supplier bagi kebutuhan pangan dalam aktifitas pariwisata seperti sayuran ataupun buah-buahan dengan harga layak. Setiap orang akan memiliki kesempatan untuk menciptakan peluang usahanya sendiri dan peradaban kita akan secara dinamis berkembang mengikuti arus modernisme.

Pada dasarnya, konsep pariwisata yang ideal adalah yang dapat memberikan manfaat yang menyeluruh terutama bagi masyarakat itu sendiri. Dapat dipastikan, kemudahan akses dan ketersediaan infrastruktur akan memberikan manfaat pagi perkembangan pariwisata. Akan tetapi, perlu disadari, infrastruktur hanyalah produk mati yang tidak dapat berkembang sendiri. Pembangunan infrastruktur tidak akan memberikan manfaat yang holistik apabila tidak diimbangi dengan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Murphy (1985), sejak awal telah menegaskan pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata. Menurut Murphy, keberhasilan pariwisata bergantung pada niat baik dan kerja sama dari masyarakat setempat karena mereka adalah bagian dari produk pariwisata. Dia berpendapat bahwa pengembangan dan perencanaan pariwisata yang tidak sesuai dengan aspirasi dan kemampuan lokal dapat menghancurkan potensi industri itu sendiri. Secara ekonomi, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pariwisata akan mengimbangi kekuatan skala besar seperti para investor dan pemilik modal sehingga tetap berimplikasi langsung terhadap kesejahteraan masyarakat lokal. Pertanyaannya adalah bagaimana masyarakat harus berpartisipasi?

(3)

Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat adalah jantung dari CBT, dimana masyarakat menjadi pelaku utama dan terlibat secara aktif dalam mengelola usaha pariwisata. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengkaji efektifitas CBT. Sebagian besar membuktikan bahwa pendekatan CBT berimplikasi secara langsung terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, beberapa penelitian juga menunjukan kemungkinan terburuk dan resiko CBT. Goodwin (2011) dan Mitchell & Muckosy, (2008) dalam kajiannnya menemukan bahwa kurangnya akses dan manajemen tata kelola yang buruk akan menyebabkan kegagalan dalam pengelolaan CBT. Peneliti lain juga menemukan bahwa keterbatasan partisipasi masyarakat setempat, seperti kurangnya pengetahuan dan sumber daya, kurangnya pendampingan dan fakta bahwa masyarakat setempat tidak selalu beroperasi sebagai satu kelompok (Koch, 1997; Tosun, 2000; Scheyvens, 2002; Timothy, 1999) juga menjadi kendala dalam implementasi CBT.

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini, para murid yang mengambil program Peer Mediator banyak melakukan case study dan role play agar tetap mendapatkan kesempatan untuk menerapkan konsep yang mereka telah

Dalam kedudukannya sebagai pengelola barang, dan dihubungkan dengan amanat pasal 6 ayat (2) Undang-undang nomor 17 tahun 2003, Gubernur juga berwenang mengajukan usul untuk

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun petai cina (Leucaena glauca (L.) Benth.) memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas dengan

Dengan menyatakan sinyal sinus dalam fasor dan elemen-elemen dalam inpedansinya, maka hubungan arus-tegangan pada elemen menjadi. hubungan fasor arus - fasor tegangan pada

NGO dapat berperan dalam memperluas (baik secara finansial maupun teknis) serta sekaligus memperkuat dalam program pemberdayaan kapabilitas`masyarakat dalam rehabilitasi

 In0ra'truktur 'e1aai moal In0ra'truktur 'e1aai moal 'o'ial ma'2arakat 'anat 'o'ial ma'2arakat 'anat iperlukan alam iperlukan alam

Dongkrak harus ditempatkan bersebelahan dengan bantalan, langsung dibawah flens tepat pada plat pengaku badan profil dari gelagar melintang pada ujung bentang rangka. Apabila

Menurut Manuaba (2008; h.389) disebutkan perdarahan terjadi karena gangguan hormon, gangguan kehamilan, gangguan KB, penyakit kandungan dan keganasan genetalia. 55)