• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SYIRKAH DI LEMBAGA KEUANGAN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI SYIRKAH DI LEMBAGA KEUANGAN (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI

SYIRKAH

DI LEMBAGA KEUANGAN

SYARIAH DARI PERSEPEKTIF FIQIH KONTEMPORER

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Kontemporer

Dosen Pengampu : Imam Mustofa, M.S.I

Oleh kelompok 4:

Juwitasari (141265510)

Kelas B

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

JURUSAN S1-PERBANKAN SYARIAH

IAIN METRO

(2)

KONSEP DASAR

SYIRKAH

A. PENDAHULUAN

Dalam masyarakat arab jahiliyah sudah dikenal adanya kerjasama dalam

lapangan ekonomi, baik kerjasama yang bersifat produktif maumpun berbentuk

kerjasama dalam kepemilikan sesuatu secara bersama oleh 2 orang atau beberapa

orang.1 Beberapa langan menjelaskan, bahwa terdapat beberapa bentuk kerjasama yang telah dipraktekan oleh komunitas muslim pada periode awal. Keterangan ini

hanya menunjukkan tentang eksistensi dari bentuk kerjasama yang telah

dipraktekan, tidak ada indikasi yang menjelaskan lebih lanjut tentang terminologi,

kondisi ataupun konsep yang mungkin dijalankan dalam merealisasikan kerjasama

tersebut.

Penjelasan yang komprehensif kontrak tersebut dapat diketahui dalam

hukum islam, melalui hasil ijtihad oleh para ulama dalam mengembangkan fiqh.2 Salah satu akad kerjamasama yaitu syirkah. Model syirkah merupakan sebuah konsep yang secara tepat dapat memecahkan permasalahan permodalan. Satu sisi,

prinsip Islam menyatakan bahwa segala setuatu yang dimanfaatkan oleh orang

lain berhak memperoleh kompensasi yang saling menguntungkan, baik terhadap

barang modal, tenaga atau barang sewa. Di sisi lain Islam menolak dengan tegas

kompensasi atas barang modal berupa bunga (Chapra, 1999).

Para ahli ekonomi Islam mendukung pentingnya peranan syirkah dalam

pertumbuhan ekonomi masyarakat. Kemandekan ekonomi sering terjadi karena

pemilik modal tidak mampu mengelola modalnya sendiri atau sebaliknya

mempunyai kemampuan mengelola modal tetapi tidak memiliki modal tersebut.

Semua hal tersebut dapat terpecahkan dalam syirkahyang dibenarkan dalam

syariahIslam (Qardawi, 1997).

1 Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2002), H. 1.

2 Abdullah Saeed, Bank Islam & Bunga, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004), Cet. II, H.

(3)

B. Definisi Syirkah

Syirkah dapat dikatakan sebagai percampuran atau ikatan kerjasama yang dilakukan 2 orang atau lebih. Dengan adanya akad syirkah yang disepakati kedua belah pihak, semua pihak yang mengikatkan diri berhak bertindak hukum

terhadap harta serikat itu dan berhak mendapatkan keuntungan sesuai dengan

persetujuan yang disepakati. 3 Syirkah secara etimologi merupakan kata yang

berasal dari kata „isytirak‟ yang berarti perkongsian, diartikan demikian, karena syirkah merupakan perkongsian dalam hak untuk menjalankan modal.

Wahbah al-Zuhaili mendifiniskan syirkah secara bahasa yaitu syirkah adalah percampuran yaitu bercampurnya suatu modal dengan lainnya, sampai

tidak dapat dibedakan antara keduanya.4 Menurut Afzalur Rahman, seorang Deputy Secretary General in The Muslim School Trust, secara bahasa syirkah berarti al-ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua orang atau lebih, sehingga

antara masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan. Istilah lain dari

syirkah adalah musyarakah, sharikah atau kemitraan.5

Syirkah menurut istilah ialah akad perjanjian yang menetapkan adanya hak milik bersama antara dua orang atau lebih yang bersekutu.6 Ada perbedaan definisi syirkah di kalangan Ulama. Menurut Malikiyah, syirkah adalah perkongsian dua pihak atau lebih dimana semua anggota perkongsian tersebut

mengizinkan anggota lainnya untuk menjalankan modal untuk berusaha. Menurut

Hanafiyah, syirkah merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut akad antara dua pihak yang berkongsi atau bersekutu dalam modal dan keuntungan.

Menurut kalangan Syafi‟iyah, syirkah adalah tetapnya hak para pihak yang

berkongsi untuk menjalankan dan mengembangkan modal. Sementara kalangan

3 Dwi Suwiknyo, Kamus Lengkap Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Total Media, 2000), H.

241.

(4)

Hanbaliyah berpendapat bahwa syirkah adalah persekutuan dalam hak dalam berusaha atau menjalankan sebuah usaha.

Syirkah dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syari‟ah (KHES) Pasal 20 didefinisikan sebagai kerja sama antara dua orang atau lebih dalam hal

permodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha tertentu dengan

pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang disepakati oleh pihak-pihak yang

berserikat.

C. Dasar Hukum Syirkah

Syirkah mempunyai landasan hukum yang kuat, baik dari Al-Qur‟an, Al

-Sunnah, Ijma‟ dan dasar hukum lainnya. Dasar hukum syirkah dalam Al-Qur‟an antara lain adalah sebagai berikut:

1. Firman Allah dalam surat An-Nisa‟ ayat 12:

“mereka berkongsi untuk mendapatkan bagian sepertiga”

2. Firman Allah dalam surat Sad ayat 24:

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali

orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh dan amat

sedikitlah mereka ini”7

Kedua ayat tersebut menunjukkan perkenaan dan pengakuan Allah SWT

akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja dalam surat

an-Nisa ayat 12 perkongsian terjadi secara otomatis (jabr), sedangkan pada surat sad

ayat 24 terjadi atas dasar akad (ikhtiyari).8

Sementara dasar hukum syirkah dari Al-Sunnah antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Hadis riwayat dari Abu Hurairah:

“dari Abu Hayyanal-Taimi dari ayahnya dari Abu Hurairah (marfu‟)

Rasulllah bersabda: sesungguhnya Allah Swt, berfirman „aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersekutu, selama salah satu diantara

7

Imam Mustofa, “Fiqih Mu‟amalah...”, h.128-129. 8

(5)

mereka tidak menghianati lainnya, apabila salah seorang diantara

mereka menghianati lainnya, maka Aku keluar dari persekutuan

mereka”

2. Rasulullah saw, bersabda:

“pertolongan Allah akan selalu menyertai dua pihak yang berkongsi

atau bersekutu, selama mereka tidak saling menghianati”9

Sedangkan berdasarkan dari Ijma, Ibnu Qudamah dalam kitabnya al-mughini telah erkata, “kaum muslimin telah berkonsekuen terhadap legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa

elemen lainnya”.10

Dalam konteks Indonesia, dasar legalitas syirkah dikuatkan dengan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) Pasal 134-186.11

D. Rukun dan Syarat Syirkah

Prinsip dasar yang dikembangkan dalam syirkah adalah prinsip kemitraan dan kerjasama antara pihak-pihak yang terkait untuk mencapai keuntungan

bersama. Unsur-unsur yang harus ada dalam syirkah adalah

1. pelaku

2. obyek syirkah

3. ijab qabul

4. nisbah keuntungan

Ketentuan atau syarat-syaratnya yaitu:

1. Pelaku, para mitra harus cakap hukum dan baligh

2. Obyek syirkah, harus ada modal dan kerja

a. Modal

1) Modal yang diberikan harus tunai.

2) Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak,

aset perdagangan, atau aset tidak terwujud seperti lisensi.

9 Ibid., H. 130. 10 Ibid.,

(6)

3) Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk non kas, maka

harus ditentukan nilai tunainya terlebih dahulu dan harus

disepakati bersama.

4) Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur.

Tidak dibolehkan pemisahan modal dari masing-masing pihak

untuk kepentingan khusus.

5) Setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset kemitraan.

6) Tidak boleh meminjam uang atas nama usaha syirkah, demikian juga meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari

modal syirkah, menyumbangkannya, atau menghadiahkan uang tersebut. Kecuali, mitra yang lain telah menyepakatinya.

7) Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau

menginvestasikan modal untuk kepentingan sendiri.

8) Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk

membiayai proyek atau investasi yang dilarang oleh syariah.

b. Kerja

1) Tidak dibenarkan bila salah seorang diantara mitra menyatakan

tidak ikut serta menangani pekerjaan dalam kemitraan tersebut.

2) Para mitra harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.

3) Jika seorang mitra mempekerjakan pekerja lain untuk

melaksanakan tugas yang menjadi bagiannya, biaya yang

timbul harus ditanggung sendiri.

3. Ijab kabul

Adalah pernyataan saling rela diantara pihak-pihak pelaku akad yang

dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan

cara-cara komunikasi modern.

(7)

a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus

disepakati oleh para mitra pada awal akad, sehingga risiko

perselisihan diantara para mitra dapat dihilangkan.

b. Perubahan nisbah berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

c. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai

proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.

d. Pada prinsipnya keuntungan miliki para mitra, namun

diperbolehkan mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila

disepakati, misalnya untuk organisasi kemanusiaan tertentu.12

E. Jenis-jenis syirkah

Secara garis besar, syirkah ada dua macam, yaitu syirkah amlak dan syirkah

uqud.

1. Syirkah amlak

Syirkah amlak artinya perserikatan atau perkongsian dalam pemilikan.13 Syirkah amlak terdapat dua macam, yaitu:

a. Syirkah amlak ikhtiyari (perkongsian sukarela)

Perkongsian sukarela adalah kesepakatan dua orang atau lebih untuk

memiliki suatu barang tanpa adanya keterpaksaan dari

masing-masing pihak. Contohnya dua orang yang bersepakatan untuk

membeli sesuatu barang satu buah mobil truk untuk angkutan

barang.

b. Syirkah amlak ijbari (perkongsian paksa)

Perkongsian paksa adalah perkongsian dimana para pihak yang

terlibat dalam kepemilikan barang atau suatu aset tidak bisa

menghindar dari bagian dan porsinya dalam kepemilikan tersebut,

karena memang sudah menjadi ketentuan hukum. Misalnya, dalam

hal bagian harta waris bagi saudara orang yang mewariskan, apabila

jumlah saudara lebih dari satu orang, maka mereka secara ijbari

(8)

berkongsi mendapatkan seperenam. Artinya, seperenam harta

warisan dibagi sejumlah saudara yang ada.14

2. Syirkah „uqud

Syirkah uqud adalah suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk menjalankan suatu usaha, baik barang maupun jasa dan

pembagian keuntunganya. Wahbah al-Zuhaili menjelaskan syarat-syarat

syirkah „uqud adalah sebagai berikut: a. Bisa diwakilkan

Pekerjaan yang menjadi obyek akad syirkah harus bisa diwakilkan. Karena diantara ketentuan syirkah adalah adanya persekutuan dalam

keuntungan yang dihasilkan dari perdagangan. Selain itu,

keuntungan perdagangan tidak akan menjadi hak milik bersama,

kecuali jika masing-masing pihak bersedia menjadi wakil bagi

mitranya dalam mengelola sebagian harta syirkah dan bekerja untuk

dirinya sendiri atas sebagian harta syirkah yang lain.

b. Jumlah keuntungan yang dihasilkan hendaknya jelas

Bagian keuntungan tiap-tiap mitra harus jelas, seperti seperlima,

sepertiga, atau sepersepuluh persen. Jika keuntungan tidak jelas,

maka akad syirkah menjadi tidak sah. Karena keuntungan inilah yang menjadi obyek transaksi, dan tidak jelasnya obyek transaksi

akan merusak transaksi.

c. Bagian keuntungan yang diberikan hendaknya tidak dapat

terbedakan15

Secara umum menurut ulama fiqih, termasuk kalangan malikiyah dan

syafi‟iyah menyatakan bahwa syirkah uqud terbagi menjadi empat yaitu syirkah inan, syirkah mufawaduah, syirkah abdan dan syirkah wujuh. a. Syirkah „inan

(9)

Syirkah al-„inan yaitu penggabungan harta atau modal dua orang atau lebih yang tidak selalu sama jumlahnya. Boleh satu pihak

memiliki modal lebih besar dari pihak yang lain.16 Al- syarakhsi mendefinisikan syirkah „inan yaitu dua orang yang bersekutu dengan

modal bersama, akad dilakukan bersama-sama, begitu juga saat

membeli suatu barang, modal harus berupa dana cash dan tidak

boleh berupa utang. Menurut Wahbah al-Zuhaili, syirkah „inan

adalah persekutuan antara dua pihak atau lebih untuk memanfaatkan

harta bersama sebagai modal dalam berdagang, apabila mendapat

keuntungan maka dibagai bersama, bila terjadi kerugian juga

ditanggung bersama. Ulama bersepakat bahwa syirkah „inan

diperbolehkan. Al-Farra‟ mengatakan bahwa “al- „inan” berasal dari kata „anna al- syai‟ yang berarti muncul sesuatu. Dikatakan syirkah

„inan karena kemauan untuk berkongsi muncul dari masing-masing pihak, artinya tidak ada paksaan. Kerjasama untuk menjalankan

usaha dan membagi hasilnya muncul dari masing-masing pihak. Ada

dua syarat yang harus terpenuhi dalam syirkah „inan sebagaimana

diterangkan al-Kasani yang dikutip oleh Wahbah al-Zuhaili:

1) Pertama, modal syirkah hendaknya nyata, baik saat akad maupun

saat membeli. Syirkah menjadi tidak sah jika modal yang digunakan berupa utang atau harta yang tidak ada. Karena tujuan

dari transaksi syirkah adalah mendapat keuntungan, dan keuntungan tidak mungkin didapatkan tanpa bekerja atau

membelanjakan modal. Sementara pembelanjaan itu tidak

mungkin dilakukan pada harta yang masih diutang orang atau

pada harta yang tidak ada, sehingga tujuan syirkah tidak bisa

terwujud. Juga, karena orang yang berutang bisa saja tidak

membayar utangnya, dan barang yang hilang atau tidak ada

belum tentu akan kembali.

16 Abdul Rahman Ghazali, Ghufron Ihsan, Dan Sapiudin Shidiq, “Fiqih Muamalat”,

(10)

2) Kedua, modal syirkah hendaknya berupa barang berharga secara

mutlak, yaitu uang, seperti dirham dan dinar di masa lalu atau

mata uang tersebar luas sekarang di masa modern.

Masing-masing pihak yang terlibat dalam syirkah „inan tidak harus

menyetorkan modal yang sama. Dalam pembagian keuntungan juga

dalam syirkah ini tidak ada keharusan untuk sama, akan tetapi

disesuaikan dengan modal yang disetorkan dan volume kerja yang

dilakukan. Dalam pasal 173 KHES disebutkan bahwa dalam syirkah

„inan dapat berupa kerja sama dalam permodalan sekaligus kerja sama keahlian dan kerja. Adapun masalah risiko, pembagian

pekerjaan dan keuntungan dilakukan sesuai dengan kesepakatan para

pihak yang berkongsi atau bermitra. Pasal 175 KHES menyebutkan

bahwa:

1) Para pihak dalam syirkah al- „inan tidak wajib untuk menyerahkan semua uangnya sebagai sumber dana modal.

2) Para pihak diperbolehkan mempunyai harta yang terpisah dari

modal syirkah al- „inan17

b. Syirkah mufawadah

Syirkah mufawadah adalah kerja sama antara dua orang atau lebih, setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan

berpartisipasi dalam kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan

kerugian secara sama.18 KHES pasal 165 menyebutkan bahwa syirkah mufawadah adalah kerja sama untuk melakukan usaha boleh

dilakukan dengan jumlah modal yang sama dan keuntungan dan atau

kerugian dibagi sama. Al-Kassani, sebagai dikutip Wahbah

al-Zuhaili menjelaskan syarat-syarat khusus syirkah mufawadah sebagai berikut:

17 Ibid., h. 132-133.

18 Ismail Nawawi, “Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer”, (Bogor: Ghalia

(11)

1) Masing-masing sekutu hendaknya cakap untuk mengadakan

transaksi wakalah dan kafalah, yaitu keduannya harus merdeka, balig, berakal dan bijaksana (rasyid).

2) Persamaan dalam modal, baik dari segi kadar maupun nilai, dan

baik sejak awal maupun ketika berakhir. Jika kedua harta yang

dijadikan modal tidak sama kadarnya, maka akad yang

dilaksanakan tidak bisa dikatakan sebagai mufawadah. Karena prinsip dasar mufawadah adalah persamaan, maka harus diusahakan adanya persamaan dalam berbagai segi. Adapun jika

kedua modal tidak sama dari segi nilai. Seperti adanya perbedaan

nilai tukar dan mata uang, maka syirkah mufawadah tidak sah.

3) Apabila semua barang yang dimiliki salah satu dari kedua pihak

yang melaksanakan akad syirkah mufawadah dan dapat dijadikan

sebagai modal syirkah harus dimasukkan dalam syirkah, maka akad syirkah yang dilaksnakan tidak bisa disebut sebagai syirkah

mufawadah, karena hal itu bertentangan dengan prinsip persamaan.

4) Persamaan dalam pembagian keuntungan mufawadah. Jika keduanya mensyaratkan perbedaan keuntungan, maka akad

tersebut tidak bisa disebut sebagai syirkah mufawadah, mengingat tidak adanya persamaan.

5) Mufawadah hendaknya dilakukan pada semua jenis perdagangan yang diperbolehkan. Tidak sah jika salah satu sekutu melakukan

perdagangan tertentu, tanpa mitranya yang lain, karena hal itu

akan membatalkan hakikat mufawadah, yaitu persamaan.19 c. Syirkah abdan

Syirkah abdan adalah kerja sama dua atau lebih untuk melakukan usaha atau pekerjaan atau lebih mudahnya persekutuan dua orang

atau lebih untuk menerima kerja yang akan dikerjakan secara

19

(12)

bersamasama dan hasilnya dibagi bersama.20 Contohnya dua orang yang mempunyai keterampilan dalam menjahit pakaian. Keduanya

berkongsi untuk mengerjakan satu paket borongan penjahitan baju

seragam. Keduanya sama-sama mempunyai peralatan konveksi

untuk mengerjakan borongan tersebut. Keuntungan dibagi di antara

dua orang tersebut sesuai dengan kesepakatan yang mereka

buat.ulama berbeda pendapat mengenai hukum syirkah abdan. Ulama hanbaliyyah memperbolehkan syirkah abdan dengan persyaratan, yaitu:

1) Adanya kesamaan pekerjaan di antara para pihak yang

berkongsi, meskipun dilakukan pada waktu dan tempat yang

berbeda.

2) Para pihak yang terlibat harus mempunyai pekerjaan dan

keterampilan yang sama, terkecuali pekerjaan mereka saling

terkait.

3) Adanya kesepakatan antara pihak yang berkongsi untuk

membagi keuntungan sesuai dengan proporsi dan volume kerja.21 Perkongsian ini disebut juga dengan perkongsian shana‟i dan

taqabbul.22 d. Syirkah wujuh

Syirkah wujuh adalah perkongsian antara dua pihak untuk memperdagangkan barang tertentu. Para pihak yang berkongsi itu

sudah dikenal mempunyai reputasi yang baik, sehingga mereka

dapat dipercaya untuk membeli barang tertentu dengan pembayaran

tangguh, kemudian mereka menjualnya secara tunai. Keuntungan

dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan. Syirkah ini disebut

syirkah wujuh karena yang menjadi modal adalah reputasi para pihak

20

Abdullah A-Mushlih, “Fikih Ekonomi Keuangan Islam”, (Jakarta: Darul Haq, 2004), H. 148.

21 Ibid., h. 139- 140.

(13)

yang berserikat. Reputasi kejujuran dan integritas mereka dalam

bekerja.23

23

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah A-Mushlih. Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq. 2004.

Abdul Rahman Ghazali, Ghufron Ihsan, dan Sapiudin Shidiq. Fiqih Muamalat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010.

Abdullah Saeed. Bank Islam & Bunga. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2004.

Adiwarman A Karim. Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2014.

Dwi Suwiknyo. Kamus Lengkap Ekonomi Islam. Yogyakarta: Total Media. 2000.

Helmi Karim. Fiqh Muamalah. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada. 2002.

Imam Mustofa. Fiqih Mu‟amalah Kontemporer. Jakarta: Pt Raja Grafindo

Persada. 2016.

Muhammad Syafi‟i Antonio. Bank Syariah, Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani. 2013.

Ismail Nawawi. Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Ghalia Indonesia. 2012.

Rachmat Syafe‟i. Fiqih Muamalah. Bandung: Djati Press. 1997.

Sri Nurhayati dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Pertama S Tenaga Pendidik yang namanya tersebut dalam lampiran Surat Keputusan mi diangkat sebagai Tenaga Pendidik pada Program Studi Si Kedokteran Fakultas Kedokteran

Na slici 26 je prikazan graf puzanja za slučaj učitavanja podataka iz tekstualne datoteke prikazane na slici 15.. Slika 26

PETA WILAYAH WILKUM POLRES LOMBOK BARAT:.

Teori Perkembangan Menurut Sigmund Freud Jurnal Makalah Univ.PGRI Yogya 87. Sosiologi

Adanya kecenderungan kekurangan zat besi, vitamin C dan tembaga yang kurang pada remaja akibat tidak memperhatikan pola makan dan kurangnya pengetahuan akan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi serta sumbangsih pemikiran bagi Baitul Maal wa Tamwil Sahara Tulungagung mengenai hasil penelitian price ,

Misalkan sebuah benda empat persegi panjang yang mempunyai luas penampang seragam dengan ketebalan satu satuan mendapat tegangan tarik langsung pada dua arah yang saling tegak