• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pertumbuhan Ekonomi dan Siklus E

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pertumbuhan Ekonomi dan Siklus E"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1; Latar Belakang

Pembangunan ekonomi pada saat ini merupakan salah satu syarat mutlak

apabila suatu wilayah ingin mengalami pertumbuhan ekonomi. Suatu wilayah

dikatakan sejahtera apabila dilihat dari pertumbuhaan ekonominya mengalami

peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan wilayah yang lain.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi biasanya diikuti dengan terjadinya pemerataan

pendapatan pada masyarakatnya sehingga pertumbuhan ekonomi suatu wilayah

menjadi sangat penting bagi terciptanya kemakmuran suatu wilayah. Salah satu

cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah dengan bekerjasamanya

pihak swasta dan pemerintah dalam bentuk investasi. Investasi pada suatu wilayah

juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi pada wilayah tersebut

sehingga nantinya investasi akan memacu pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut

dan bukan sebaliknya.

1.2; Rumusan Masalah

1; Apa pengertian Pertumbuhan Ekonomi? 2; Apa saja Teori Pertumbuhan Ekonomi?

3; Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?

4; Apa manfaat Pertumbuhan Ekonomi? 5; Apa pengertian siklus ekonomi?

6; Apa Durasi Siklus dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya? 7; Apa hubungan Siklus Ekonomi, kesempatan kerja dan inflasi ? 8; Bagaimana Pengelolaan Siklus Ekonomi ?

(2)

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1; Untuk mengetahui apa pengertian pertumbuhan ekonomi, Teori apa saja yang digunakan untuk mengetahui tingkat pertubuhan ekonomi suatu

negara, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi suatu negara dan manfaatnya.

2; Untuk mengetahui apa pengertian siklus ekonomi, hubungan siklus ekonomi dengan kesempatan kerja dan inflasi, serta bagaimana pengeloaan

siklus ekonomi suatu negara.

1.4; Manfaat Penulisan Makalah

1; Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

2; Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung.

3; Untuk memperkaya wawasan ilmiah dan non-ilmiah penyusun dalam disiplin ilmu yang peyusun tekuni serta mengaplikasikannya secara

kontekstual dan tekstual.

4; Sebagai masukan bagi kalangan akademis dan peneliti yang tertarik membahas pertumbuhan ekonomi.

(3)

PEMBAHASAN

2.1 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan

kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan

jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting

dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu

negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian

akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.

Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan

faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada

gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi

yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka

diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan

meningkat.

Dengan perkataan lain bahwa pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada

perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative change) dan biasanya diukur

dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan atau

nilai akhir pasar (total market value) dari barang-barang akhir dan jasa-jasa (final

goods and services) yang dihasilkan dari suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Perlu diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi berbeda dengan pembangunan

ekonomi, kedua istilah ini mempunyai arti yang sedikit berbeda. Kedua-duanya

memang menerangkan mengenai perkembangan ekonomi yang berlaku. Tetapi

biasanya, istilah ini digunakan dalam konteks yang berbeda. Pertumbuhan selalu

digunakan sebagai suatu ungkapan umum yang menggambarkan tingkat

perkembangan suatu negara, yang diukur melalui persentasi pertambahan

pendapatan nasional riil. Istilah pembangunan ekonomi biasanya dikaitkan dengan

perkembangan ekonomi di negara-negara berkembang. Dengan perkataan lain,

dalam mengartikan istilah pembangunan ekonomi, ahli ekonomi bukan saja

(4)

kepada modernisasi kegiatan ekonomi, misalnya kepada usaha merombak sektor

pertanian yang tradisional, masalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dan

masalah perataan pembagian pendapatan (Sukirno, 2006:423).

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori-teori pertumbuhan ekonomi yang berkembang antara lain: (Sadono

Sukirno, 2006:243-270)

2.1.2.1 Teori Pertumbuhan Klasik

Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan John

Stuart Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat

faktor, yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan kekayaan

alam serta teknologi yang digunakan. Mereka lebih menaruh perhatiannya pada

pengaruh pertambahan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi. Mereka

asumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi tidak mengalami

perubahan. Teori yang menjelaskan keterkaitan antara

pendapatan perkapita dengan jumlah penduduk disebut dengan teori penduduk

optimal.

Menurut teori ini, pada mulanya pertambahan penduduk akan

menyebabkan kenaikan pendapatan perkapita. Namun jika jumlah penduduk terus

bertambah maka hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi

fungsi produksi yaitu produksi marginal akan mengalami penurunan, dan akan

membawa pada keadaan pendapatan perkapita sama dengan produksi marginal.

Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimal.

Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimal. Apabila jumlah

penduduk terus meningkat melebihi titik optimal maka pertumbuhan penduduk

akan menyebabkan penurunan nilai pertumbuhan ekonomi.

2.1.2.2 Teori Pertumbuhan Harrod-Domar

Teori ini melengkapi teori Keynes, dimana Keynes melihatnya dalam

jangka pendek, sedangkan Harrod-Domar melihatnya dalam jangka panjang Teori

Harrod-Domar didasarkan pada asumsi :

(5)

b; Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan.

c; Proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale).

d; Tingkat pertumbuhan angkatan kerja adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk.

Model ini menerangkan dengan asumsi supaya perekonomian dapat mencapai

pertumbuhan yang kuat (steady growth) dalam jangka panjang. Asumsi yang dimaksud di sini adalah kondisi dimana barang modal telah mencapai kapasitas

penuh, tabungan memiliki proposional yang ideal dengan tingkat pendapatan

nasional, rasio antara modal dengan produksi (Capital Output Ratio/COR) tetap perekonomian terdiri dari dua sektor (Y = C + I).

Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis

dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh

kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi

syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut :

g = K = n Dimana :

g = Growth (tingkat pertumbuhan output)

K = Capital (tingkat pertumbuhan modal)

n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Harrod-Domar mendasarkan teorinya berdasarkan mekanisme pasar tanpa

campur tangan pemerintah. Akan tetapi kesimpulannya menunjukkan bahwa

pemerintah perlu merencanakan besarnya investasi agar terdapat keseimbangan

dalam sisi penawaran dan permintaan barang.

2.1.2.3 Teori Pertumbuhan Neo-klasik

Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow

(1970) dan T.W. Swan (1956). Perbedaan utama dengan model Harrod-Domar

adalah dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu,

Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya

substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan demikian, faktor

terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi adalah kemajuan teknologi

(6)

Dalam persamaan pandangan dapat dinyatakan dengan persamaan :

ΔY = f (ΔK, ΔL, ΔT)

Dimana :

ΔY adalah tingkat pertumbuhan ekonomi.

ΔK adalah tingkat pertumbuhan modal.

ΔL adalah tingkat pertumbuhan penduduk.

ΔT adalah tingkat perkembangan teknologi.

2.1.2.4 Teori Schumpeter

Teori ini menekankan pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha

dan mengatakan bahwa kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh jiwa usaha

(enterpreneurship) dalam masyarakat yang mampu melihat peluang dan berani

mengambil risiko membuka usaha baru, maupun memperluas usaha yang telah

ada. Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan usaha, tersedia lapangan kerja

tambahan untuk menyerap angkatan kerja yang bertambah setiap tahunnya.

Didorong oleh adanya keinginan untuk memperoleh keuntungan dari

inovasi tersebut, maka para pengusaha akan meminjam modal dan mengadakan

investasi. Investasi ini akan mempertinggi kegiatan ekonomi suatu negara.

Kenaikan tersebut selanjutnya juga akan mendorong pengusaha-pengusaha lain

untuk menghasilkan lebih banyak lagi sehingga produksi agregat akan bertambah.

Selanjutnya Schumpeter menyatakan bahwa jika tingkat kemajuan suatu

perekonomian semakin tinggi maka keinginan untuk melakukan inovasi semakin

berkurang, hal ini disebabkan oleh karena masyarakat telah merasa mencukupi

kebutuhannya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan semakin lambat

jalannya dan pada akhirnya tercapai tingkat keadaan tidak berkembang

(stationary state). Namun keadaan tidak berkembang yang dimaksud di sini berbeda dengan pandangan klasik. Dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak

berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi. Sedangkan

dalam pandangan klasik, keadaan tidak berkembang terjadi pada waktu

(7)

2.1.2.5 Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi

Teori ini dimunculkan oleh Prof. W.W. Rostow yang memberikan lima

tahap dalam pertumbuhan ekonomi. Analisis ini didasarkan pada keyakinan

bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercapai sebagai akibat dari timbulnya

perubahan yang fundamental dalam corak kegiatan ekonomi, juga dalam

kehidupan politik dan hubungan sosial dalam suatu masyarakat dan negara.

Adapun kelima tahapan tersebut adalah:

1) Tahap Masyarakat Tradisional (The Traditional Society) Rostow mengartikan bahwa masyarakat tradisional sebagai suatu masyarakat yang:

a; Cara-cara memproduksi yang relatif primitif dan sikap masyarakat serta cara hidupnya yang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dicetuskan oleh cara

pemikiran yang bukan rasional, tetapi oleh kebiasaan yang telah berlaku secara

turun-temurun. Tingkat produksi yang dapat dicapai masih sangat terbatas, karena

ilmu pengetahuan dan teknologi modern belum ada atau belum digunakan secara

sistematis dan teratur.

b; Tingkat produksi perkapita dan tingkat produktivitas per pekerja masih sangat terbatas. Oleh sebab itu sebagian besar dari sumber-sumber daya masyarakat

digunakan untuk kegiatan dalam sektor pertanian. Dalam sektor ini struktur

sosialnya sangat bersifat hierarkis, sehingga mobilitas secara vertikal dalam

masyarakat sedikit sekali.

c; Kegiatan politik dan pemerintahan terdapat di daerah-daerah dipegang oleh tuan-tuan tanah yang berkuasa, dan kebijakan-kebijakan dari pemerintah pusat selalu

dipengaruhi oleh pandangan tuan-tuan tanah di berbagai daerah tersebut.

2.) Tahap Prasyarat Lepas Landas

Tahap ini adalah tahap sebagai suatu masa transisi pada saat masyarakat

mempersiapkan dirinya ataupun dipersiapkan dari luar untuk mencapai

pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustain

growth). Pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan berlaku secara otomatis. Tahap prasyarat lepas landas ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

a; Tahap prasyarat untuk lepas landas yang dicapai oleh negara-negara Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika yang dilakukan dengan merubah struktur masyarakat

(8)

b; Yang dinamakan Rostow bom free, yaitu prasyarat lepas landas yang dicapai Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru, dengan tanpa harus

merombak sistem masyarakat yang tradisional, karena masyarakat negara-negara

itu terdiri dari emigran yang telah mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh

masyarakat untuk mencapai tahap prasyarat lepas landas.

3) Tahap Lepas Landas (Take Off)

adalah suatu tahap interval dimana tahap masyarakat tradisional dan tahap

prasyarat untuk lepas landas telah dilewati. Pada periode ini, beberapa penghalang

pertumbuhan dihilangkan dan kekuatan-kekuatan yang menimbulkan kemajuan

ekonomi diperluas dan dikembangkan, serta mendominasi masyarakat sehingga

menyebabkan efektivitas investasi dan meningkatnya tabungan masyarakat.

Ciri-ciri tahap lepas landas yaitu:

a; Adanya kenaikan dalam penanaman modal investasi (yang produktif, dari 5% atau kurang, menjadi 10% dari Produk Nasional Neto). NNP=GNP-D (penyusutan).

b; Adanya perkembangan beberapa sektor industri dengan laju perkembangan yang tinggi.

c; Adanya atau terciptanya suatu kerangka dasar politik, sosial dan institusional yang akan menciptakan: 1) Kenyataan yang membuat perluasan di sektor modern. 2)

Potensi ekonomi ekstern sehingga menyebabkan petumbuhan terus-menerus

berlangsung.

4; Tahap Gerakaan ke Arah Kedewasaan (The Drive ofMaturity)

Gerakan ke arah kedewasaan diartikan sebagai suatu periode ketika

masyarakat secara efektif menerapkan teknologi modern dalam mengolah

sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alamnya.

Ciri-ciri gerakan ke arah kedewasaan adalah:

a; Kematangan teknologi, dimana struktur keahlian tenaga kerja mengalami perubahan.

b; Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan.

c; Masyarakat secara keseluruhan merasa bosan dengan keajaiban yang diciptakan oleh industrialisasi, karena berlakunya hukum kegunaan batas semakin berkurang.

5; Tahap Masa Konsumsi Tinggi

(9)

berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat dan bukan lagi kepada

masalah produksi. Leading sectors, bergerak ke arah barang-barang konsumsi

yang tahan lama serta jasa-jasa. Pada periode ini terdapat tiga macam tujuan

masyarakat untuk mendapatkan sumber-sumber daya yang tersedia dan dukungan

politis, yaitu:

a; Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut ke luar negeri dan kecenderungan ini dapat berakhir pada penaklukan atas negara-negara lain.

b; Menciptakan suatu welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada pendukungnya dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan

yang lebih merata melalui sistem perpajakan yang progresif, dalam sistem

perpajakan seperti ini makin besar pendapatan maka makin besar pajaknya.

c; Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi dasar yang sederhana atas makanan, pakaian, rumah keluarga secara terpisah dan juga

barang-barang konsumsi tahan lama serta barang-barang mewah.

2.1.3; Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sadono (2000), alat untuk mengukur keberhasilan perekonomian

suatu wilayah adalah pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri. Perekonomian

wilayah akan mengalami kenaikan dari tahun ketahun dikarenakan adanya

penambahan pada faktor produksi. Selain faktor produksi, jumlah angkatan kerja

yang bekerja juga akan meningkat dari tahun ke tahun sehingga apabila

dimanfaatkan dengan maksimal maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Ada beberapa alat pengukur dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu :

a; Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto/Produk Domestik Regional Bruto apabila ditingkat

nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian

dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar.

b; Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita

(10)

yang lebih baik dalam mencerminkan kesejahteraan

c; penduduk dalam skala daerah.

Model pertumbuhan ekonomi neoklasik yang dikemukakan oleh Solow

menyatakan bahwa persediaan modal dan angkatan yang bekerja dan asumsi

bahwa produksi memiliki pengembalian konstan merupakan hal-hal yang

mempengaruhi besaranya output. Model pertumbuhan Solow juga dirancang

untuk mengetahui apakah tingkat tabungan, stok modal, tingkat populasi dan

kemajuan teknologi mempunyai dampak terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua aspek

yang tidak dapat dipisahkan. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari

pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga

konstan. Pertumbuhan ekonomi di daerah dapat dilihat menggunakan PDRB per

kapita sehingga diketahui apakah kesejahteraan masyarakat sudah tercapai atau

belum.

2.1.4; Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Subandi, dalam bukunya Sistem Ekonomi Indonesia, menulis bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum,

adalah:

1. Faktor produksi

2. Faktor investasi

3. Faktor perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran

4. Faktor kebijakan moneter dan inflasi

5. Faktor keuangan negara

Sedangkan Tambunan, dalam bukunya Perekonomian Indonesia, menulis

bahwa di dalam teori-teori konvensional, pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan

oleh ketersediaan dan kualitas dari faktor-faktor produksi seperti SDM, kapital,

(11)

tersebut untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang, bukan pertumbuhan jangka

pendek.

Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan lebih

baik, sama atau lebih buruk dari tahun sebelumnya lebih ditentukan oleh

faktor-faktor yang sifatnya lebih jangka pendek, yang dapat dikelompokkan ke dalam

faktor internal dan eksternal.

Faktor eksternal didominasi oleh faktor-faktor ekonomi, seperti perdagangan

internasional dan pertumbuhan ekonomi kawasan atau dunia.

1. Faktor-faktor Internal

a. Faktor ekonomi, antara lain:

1. Buruknya fundamental ekonomi nasional 2. Cadangan devisa

3. Hutang luar negeri dan ketergantungan impor 4. Sektor perbankan

5. Pengeluaran konsumsi

b. Faktor non ekonomi, antara lain: 1. Kondisi politik, sosial dan keamanan 2. Pelarian modal ke luar negeri

3. Nilai tukar rupiah

2. Faktor-faktor Eksternal

Kondisi perdagangan dan perekonomian regional atau dunia.

2.1.5; Manfaat Pertumbuhan Ekonomi

Manfaat Pertumbuhan Ekonomi antara lain sebagai berikut:

1; Laju pertumbuhannya untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional Pendapatan perkapitanya dipergunakan untuk mengukur

tingkat kemakmuran penduduk, sebab semakin meningkat pendapatan perkapita

dengan kerja konstan semakin tinggi tingkat kemakmuran penduduk dan juga

produktivitasnya.

2; Sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk perencanaan pembangunan nasional atau sektoral dan regional. Sebagai

(12)

lembaga internasional lainnya.Sebagai dasar pembuatan prakiraan bisnis,

khususnya persamaan penjualan bagi perusahaan untuk dasar penyusunan

perencanaan produk dan perkembangan sumbur daya (tenaga kerja dan modal).

(Dornbuch, R dan Fischer, S, 1994:649-651)

2.2 Siklus Ekonomi

Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik-turun aktivitas

ekonomi, yang terdiri atas empat elemen, yaitu:

1; Gerakan menaik (Upturn atau Expansion)

Pemulihan ekonomi ditandai dengan gerakan perekonomian yang menaik.

Kadang – kadang gerakan menaik ini disebut juga ekspansi bila gerakan menaik

ini terjadi selama minimal dua triwulan berturut – turut.

2; Titik puncak atau kulminasi (Peak)

Ekspansi ekonomi tidak akan terjadi selamanya, suatu ketika gerakan menaik

ini mencapai titik tertinggi. Titik ini disebut titik puncak atau kulminasi. Setelah

mencapai titik kulminasi, perekonomian akan mengalami penurunan kembali.

3; Gerakan menurun (Downturn)

Yang dimaksud dengan gerak menurun adalah menurunnya output yang dilihat

dari menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Kadang – kadang gerakan

penurunan ini disebut resesi, bila terjadi selama minimal dua triwulan berturut –

turut.

4; Titik terendah atau nadir (Trough)

Gerakan menurun akan berlanjut hingga mencapai titik yang paling rendah,

yang disebut titik nadir. Setelah mencapai titik nadir, perekonomian akan pulih

kembali dilihat dari adanya gerakan menaik.

2.2.1 Durasi Siklus dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya

Waktu yang dibutuhkan dalam pergerakan satu siklus telah lama menjadi

pengamatan para ahli ekonomi. Mereka menemukan beberapa variasi siklus.

1; Siklus jangka pendek (Kitchin Cycle)

(13)

(Kitchin cycle). Faktor – faktor yang diduga mempengaruhi siklus jangka pendek

adalah pengaruh alamiah dan adat – istiadat atau kebiasaan. 2; Siklus jangka menengah (Juglar Cycle)

Durasi siklus jangka menengah adalah berkisar 7-11 tahun. Pola siklus ini

pertama kali ditemukan oleh Clement Jugalar (1860) 3; Siklus jangka panjang (Kondratief Cycle)

Pola siklus jangka panjang pertama kali ditemukan oleh Nikolai D. Kondratief

(1925). Durasi siklusnya berkisar 48-60 tahun.

2.2.2 Siklus Ekonomi, kesempatan kerja dan inflasi a. Siklus ekonomi dan kesempatan kerja

Secara umum ada hubungan positif antara tingkat output dengan

kesempatan kerja, terutama bila analisanya jangka pendek. Sebab, dalam jangka

pendek teknologi dianggap konstan, barang modal merupakan input tetap.

Sedangkan yang dianggap variabel adalah tenaga kerja. Karenanya pengaruh

siklus sangat terasa bagi kesempatan kerja.

b. Siklus ekonomi dan inflasi

Jika output riil lebih kecil dari output natural , inflasi cenderung menurun

dan begitu pula sebaliknya jia output riil lebih besar dari output natural maka

inflasi cenderung meningkat. Karenanya pengaruh siklus sangat berpengaruh

terhadap inflasi.

2.2.3 Pengelolaan Siklus Ekonomi

Karena siklus ekonomi tidak terhindari, yang dapat dilakukan adalah

mengelola siklus agar dampak negatifnya dapat ditekan seminimal mungkin,

sementara pola siklus diusahakan stabil meningkat. Dalam arti, simpangan gerak

naik – turun output diusahakan tidak terlalu lebar, sementara kecenderungan

output jangka panjang terus meningkat.

A. Kebijakan jangka pendek

Target utama jangka pendek adalah mengatasi perbedaan output riil dengan

output natural. Mengubah kondisi output agar tidak terlalu besar maka dapat

dilakukan dengan kebijakan fiskal dan moneter, yang memengaruhi permintaan

(14)

1; Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal bertujuan menstabilkan perekonomian dengan cara

mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrument utama

kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Dengan kebijakan fiskal

pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya perekonomian dari

keadaan-keadaan yang tidak diinginkan. Seperti keadaan-keadaan dimana banyak pengangguran,

inflasi, neraca pembayaran internasional yang terus menerus defisit dan

sebagainya.

2; Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kebijakan

internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)

serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilitas ekonomi yang

dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran

internasional yang seimbang.

B. Kebijakan jangka panjang

Target yang ingin dicapai dalam jangka panjang, selain memperkecil

simpangan tingkat pertumbuhan ekonomi, juga pencapaian pertumbuhan yang

tinggi. Sebab, simpangan yang kecil tidak banyak artinya jika perekonomian

bertumbuh lamban. Untuk mengubah kondisi stabil stagnan ke kondisi stabil

dengan pertumbuhan dapat digunakan peralatan kebijakan fiskal dan moneter. Jika

dalam jangka pendek penekanan tujuan kebijakan fiskal dan moneter adalah

stimulasi permintaan, maka dalam jangka panjang lebih diarahkan kepada

stimulasi penawaran. Contohnya seperti, pemberian kredit kepada UKM (Usaha

Kecil Menengah), alokasi anggaran yang lebih besar kepada

pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan kualitas SDM dan kesehatan.

2.2.4 Siklus Ekonomi di Indonesia

Siklus ekonomi Indonesia akan sangat menarik bila dibahas secara

menyeluruh. Namun, penafsiran siklus tersebut membutuhkan teori-teori tingkat

lanjut. Maka dalam penjelasan kali ini, kami hanya melihat siklus ekonomi dari

(15)

Indonesia pada tahun 1990 Triwulan I – 1999 Triwulan IV ketika krisis ekonomi

melanda Indonesia tahun 1988.

Selama periode 1990-an, resesi terjadi pada triwulan pertama dan kedua

pada tahun 1998. Resesi ini menandai dimulainya krisis ekonomi Indonesia,

setelah diawali krisis nilai tukar rupiah pada tahun pertengahan 1997. memasuki

tahun 1999, perekonomian tidak mengalami penurunan output lagi, sedangkan

tahun 2000 output sudah mulai tumbuh kembali. Namun tingkat pertumbuhan

masih dibawah rata-rata 1990-1999.

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa perekonomian Indonesia

tiba-tiba mengalami krisis, setelah menikmati pertumbuhan jangka panjang selama

sekitar tiga dasawarsa?Ada berbagai jawaban atas pertanyaan ini. Salah satu

jawabannya adalah krisis ekonomi Indonesia merupakan konsekuensi dari

mekanisme pasar yang ditempuh pemerintah. Resiko dari mekanisme pasar adalah

kegagalan pasar (market failure) ,yang disebabkan ketidaksempurnaan informasi

(inperfect information) dan atau penyimpangan moral (moral hazard).

Memasuki periode 1980-an pemerintah mulai mengurangi perannya dalam

memacu pertumbuhan ekonomi. Tampaknya secara bertahap pasar diberikan

keleluasaan dalam berkerja agar alokasi sumber daya ekonomi makin efisien.

Mekanisme pasar juga meningkatkan kemampuan individu (produsen dan atau

konsumen) untuk mengoptimalkan dirinya. Kemampuan optimalisasi individu ini

dipercaya akan memberikan sumbangan positif terhadap perekonomian.

Proses peleluasaan pasar dimulai dengan liberalisasi sektor perbankan

1983,yang diikuti langkah-langkah liberalisasi dan deregulasi selanjutnya.

Memasuki periode tahun 1990-an langkah-langkah tersebut tampaknya

membuahkan hasil, dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Jika lokomotif

pertumbuhan periode 1970-an adalah sektor pemerintah,maka lokomotif

pertumbuhan periode 1990-an adalah sektor swasta.

Kunci dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah tingginya investasi

selama periode 1990-an yang hampir mencapai 40% PDB. Sebagian besar

investasi tersebut merupakan investasi swasta. Investasi ini umumnya berasal dari

(16)

hutang luar negeri swasta melebihi tingkat pertumbuhan ekonomi. Sedangkan

utang sektor swasta terhadap perbankan domestik juga meningkat pesat.

Membengkaknya utang sektor swasta menunjukan bahwa industri

keuangan domestik maupun asing begitu mempercayai sektor swasta Indonesia.

Jika kepercayaan ini ternyata salah dapat dijelaskan bahwa dalam dunia nyata

informasi yang diterima pemberi pinjaman tidak sempurna (inperfect information)

atau telah terjadi penyimpangan moral dikalangan perlaku ekonomi indonesia.

Hal-hal ini lah yang meyebabkan kegagalan pasar sebagai alat alokasi sumber

daya yang efisien.

Salah satu wujud kegagalan pasar adalah salah alokasi investasi. Sebagian

besar utang swasta disalurkan untuk kegiatan ekonomi yang tidak menghasilkan

devisa,terutama sektor properti. Salah alokasi ini lah yang memicu krisis nilai tuar

rupiah,yakni memburuknya nilai tukar rupiah.Krisis nilai tukar rupiah merupakan

konsekuensi dari penggunaan mekanisme pasar. Sebab memburuknya nilai tukar

rupiah mengindikasikan terjadinya kelebihan permintaan valuta asing,terutama

US$.Kelebihan permintaaan ini berkaitan dengan jatuh temponya utang luar

negeri swasta,sedangkan kemampuan membayar tidak ada.Krisis nilai tukar

rupiah diperburuk oleh krisis kepercayaan dan krisis politik yang akhirnya

bermuara kepada krisis ekonomi.

BAB III

PENUTUP

3.1; Kesimpulan

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting

dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu

negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian

akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.

Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan

(17)

gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi

yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka

diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan

meningkat.

Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik-turun aktivitas

ekonomi, yang terdiri atas empat elemen, yaitu: Gerakan menaik (Upturn atau

Expansion), Titik puncak atau kulminasi (Peak), Gerakan menurun (Downturn),

Titik terendah atau nadir (Trough).

3.2; Saran

Untuk menyempurnakan makalah ini, kami berharap bagi para pembaca

untuk tidak segan-segan memberikan saran dan kritikan yang sifatnya

membangun dan berguna, agar makalah ini bisa mencapai kesempurnaan pada

penyusunan selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya penyusun mengucapkan terima

kasih.

DAFTAR PUSTAKA

file:///F:/DATA%20TUGAS%20EONOMI%20MAKRO/data%20mentah/tugas

%20%20makalah%20pertumbuhan%20ekonomi.htm

Pambudi, Eko Wicaksono.2013. Jawa Tengah; Analisis pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi (kabupaten/kota di provinsi Jawa tengah.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel pengalaman terhadap loyalitas karyawan pada PT. Delina Denpasar dengan nilai koefisien regresi

a) Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan cara-cara tanda itu

Posyandu XI Serangan Sidoluhur Godean Sleman Yogyakarta dapat diketahui bahwa sebagian besar responden atau sebanyak 28 orang (63,6%) menganggap atau menilai kualitas pelayanan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

Subyek dan sumber data seharusnya tidak hanya alumni peserta diklat tetapi juga atasan langsung yang bersangkutan sebagai pengguna alumni (stakeholder). Atasan alumni perlu

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Pasuruan Tahun 2014 ini mengambil tema Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Melalui Pemantapan Sektor Industri, Perdagangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebersyukuran pada buruh gendong yang ditinjau melalui aspek kebersyukuran. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

Dimensi ruang sangat berpengaruh pada proses pengeringan pakaian, semakin besar dimensi lemari maka, semakin lama proses kenaikan suhu pada lemari, kelembaban dalam