EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA DI MADRASAH TSANAWIYAH
NEGERI SUNGAI KAKAP
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH :
KASIONO
F25109036
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA DI MTs. NEGERI SUNGAI KAKAP
Kasiono, Amrazi Zakso, Busri Endang
Program Magister Teknologi Pendidikan FKIP Untan, Pontianak Email : [email protected]
Abstrak : Penelitian ini bertujuan: (1) perencanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama, (2) pelaksanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama, (3) hasil evaluasi pembelajaran pendidikan agama. pendekatan kualitatif dan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Alat pengumpulan data menggunakan, yaitu observasi, dokumentasi, angket dan wawancara. Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut: (1) Perencanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016 pendidik agama sudah mampu mengembangkan silabus dan RPP secara mandiri sesuai dengan potensi peserta didik dan terbiasa meniru model yang sudah ada; (2) Pelaksanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama di MTs Negeri Sungai Kakap Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016 adalah Pendidik agama belum sepenuhnya melaksanakan tahap-tahap penilaian sesuai dengan standar penilaian dan KKM, (3) Hasil evaluasi pembelajaran pendidikan agama di MTs Negeri Sungai Kakap Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016 yang diperoleh peserta didik telah mencapai hasil yang baik diatas batas minimal kelulusan (KKM) yaitu 70. Diharapkan bagi kepala sekolah dan para pendidik MTs Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya khususnya pendidik pendidikan agama untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya agar dapat menjalankan tugasnya secara optimal
Kata kunci : Evaluasi Program Pembelajaran, Pendidikan Agama.
Abstract : This study aims to determine: (1) Planning learning evaluation religious education in MTs Negeri river snapper jaya subdistrict rasau 2016 religious educators has been able to develop syllabus and lesson plans in accordance with the potential of learners and used to mimic the existing model; (2) The evaluation study religious education in MTs Negeri River snapper Kecamaatan Rasau Jaya 2016 are teachers of religion are not yet fully implementing the stages of assessment in accordance with the standards of assessment and KKM, (3) The results of the evaluation of teaching religious education in MTs Negeri Jaya Sungai Rasau snapper Kecamaatan 2016 obtained learners have achieved good results above the minimum level of graduation (KKM) is 70. Expected to principals and educators MTs Negeri river snapper in religious education, especially educators to improve their professional competence in order to carry out their duties optimally
unia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan sesusai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang terjadi begitu pesat. Perubahan dan permasalahan tersebut meliputi pasar bebas (free trade)
tenaga kerja bebas (free labour) dan perkembangan IPTEK yang sangat cepat. Hal tersebut mendukukung pentingnya upaya peningkatan kualitas pendidikan yang harus dilakukan terus menerus. Sehingga pendidikan dapat digunakan sebagai wahana dalam membangun watak bangsa. Peningkatan sumber daya manusia merupakan dimensi penting dalam proses pembangunan nasional yang berkaitan dengan dimensi ekonomi, sosial, budaya dan agama. Mardapi (2012:4)
menyebutkan: “bahwa usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh
melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi
siswa untuk belajar yang lebih baik”. Oleh sebab itu pengembangan sumber daya
manusia harus mendapatkan perhatian secara sungguh-sungguh berdasarkan perencanaan secara sistematik dan rinci menuju masa depan. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia salah satunya adalah melalui jalur pendidikan dan secara formal pendidikan di selenggarakan oleh sekolah. Dalam proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah terjadi proses belajar mengajar yang melibatkan banyak faktor, baik guru, siswa, materi, fasilitas maupun lingkungan. Dalam usaha untuk mencapai tujuan itu semua kegiatan, fasilitas, atau dana dan daya diorientasikan untuk pencapaian misi atau tujuan tersebut. Dalam usaha untuk mencapai tujuan itu perlu diketahui apakah usaha yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan, sejauh mana proses untuk mencapai tujuan itu di tempuh, adakah faktor yang menghambat usaha itu serta bagaimana mengatasinya. Upaya untuk mengetahui hal tersebut dilakukan melalui evaluasi.
Evaluasi dalam pendidikan merupakan salah satu komponen yang tak kalah penting dengan proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran dipandang sebagai proses perubahan tingkah laku siswa, peran evaluasi proses pembelajaran menjadi sangat penting. Evaluasi merupakan suatu proses untuk mengumpulkan, menganalisa dan menginterpretasi informasi untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran oleh peseta didik. Sistem evaluasi yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu pengajar merencanakan strategi pembelajaran. Bagi peserta didik sendiri, sistem evaluasi yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya. Evaluasi program pembelajaran merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil pembelajaran. Dengan demikian focus evaluasi pembelajaran adalah hasil, baik hasil yang berupa proses maupun berupa produk. Informasi hasil pembelajaran ini kemudian dibandingkan dengan hasil pembelaran yang telah ditetapkan. Jika hasil nyata pembelajaran sesuai dengan hasil nyata yang ditetapkan, maka pembelajaran dikatakan efektif. Sebaliknya, jika hasil nyata pembelajaran tidak sesuai dengan hasil pembelajaran yang ditetapkan, maka pembelajaran kurang efektif. Menurut Endang Komara (dalam Sardiman, 2006: 34) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Proses belajar-mengajar merupakan dua peristiwa yang berbeda, tetapi keduanya memiliki hubungan yang erat, bahkan terjadi kaitan dan interaksi yang saling mempengaruhi dan menunjang satu sama lain (Oemar Hamalik, 2009: 24) Dengan demikian fokus evaluasi pembelajaran adalah pada hasil, baik hasil yang berupa proses maupun produk. Informasi hasil pembelajaran ini kemudian dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang telah ditetapkan. Jika hasil nyata pembelajaran sesuai dengan hasil yang ditetapkan, maka pembelajaran dapat dikatakan efektif. Sebaliknya, jika hasil nyata pembelajaran tidak sesuai dengan hasil pembelajaran yang ditetapkan, maka pembelajaran dikatakan kurang efektif. Pendidik menggunakan berbagai alat evaluasi sesuai karakteristik kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Dalam dunia pendidikan, Pendidikan Agama memiliki kedudukan yang sejajar dengan pendidikan umum. Tujuan Pendidikan Agama adalah untuk berkembangnya peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasannya dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kualitas pendidikan agama sebagai salah satu pilar pembangunan sumber daya manusia sangatlah penting maknanya bagi pembangunan nasional, bahkan dapat dikatakan masa depan bangsa terletak pada keberadaan pendidikan yang berkualitas pada masa kini. Evaluasi program dalam pelaksanaan pembelajaran PAI juga mutlak dibutuhkan dengan tujuan untuk memperoleh data-data autentik tentang keadaan atau situasi yang nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya. Evaluasi program dalam pembelajaran PAI adalah evaluasi tentang proses pembelajaran dimana guru berinteraksi dengan siswa atau guru terlibat dalam pembelajaran. Maksud dilaksanakannya evaluasi adalah untuk memperoleh sejumlah informasi yang dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Sehingga pelaksanaan evalusi tersebut memiliki makna. Agar pelaksanaan evalusi dapat menghasilkan informasi yang sebenarnya, maka diperlukan banyak faktor pendukung di dalamnya. Dari berbagi faktor yang diperlukan dalam evaluasi, guru memegang peran penting dalam mencapai suksesnya pelaksanaan evaluasi.
pilihan ganda, uraian obyektif, uraian bebas, jawaban atau isian singkat maupun menjodohkan. Sedangkan penilaian ranah afektif berbentuk laporan diri siswa yang menunjukkan konsistensi perilaku yang mengandung nilai, termotivasi berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang biasanya dilakukan dengan mengisi angket. Selain itu dilakukan dengan pengamatan guru dalam pembelajaran maupun di luar jam pelajaran yang terkait dengan minat dan sikap siswa dalam belajar dan memerlukan lembar pengamatan. Contoh nilai afektif yang dinilai di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya adalah seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam. Akan tetapi dalam ranah psikomotorik kegiatan evaluasi yang dilakukan dengan mengukur ketrampilan (skill) ketika proses praktek atau tes unjuk kerja peserta didik tidak dilaksanakan oleh guru pendidikan agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamatan Rasau Jaya. Akibatnya peserta didik hanya mampu memahami sebuah materi, tanpa mengetahui tata cara yang sebenarnya untuk melaksanakan ibadah (Hasil observasi tanggal 28 Mei 2016). Seharusnya bentuk tes dalam ranah psikomotorik harus juga dilaksanakan oleh guru pendidikan agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya, yang diantaranya adalah penilaian praktek-parektek ibadah seperti gerakan shalat, dan tata cara berwudhu.
Tes dalam ranah psikomotorik inilah yang merupakan tes yang seharusnya diutamakan, karena dengan tes psikomotorik, seorang guru akan mengetahui tentang kemampuan pemahaman peserta didik akan sebuah materi pendidikan agama Islam dan dengan tes psikomotorik juga, guru akan dapat mengetahui praktek pelaksanaan ibadah-ibadah yang akan dilakasanakan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi hal tersebut, maka kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya mengadakan evaluasi program pada pembelajaran PAI di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya, menurut beliau dengan melakukan evaluasi program pembelajaran, maka pembelajaran akan berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan evalusi program pembelajaran memperhatikan tujuan pembelajaran, pengklasifikasian materi pelajaran termasuk dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik (hasil wawancara dengan H. Sumargi, (sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya). Akhirnya, berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Evaluasi Program Pembelajaran Pendidikan Agama dengan judul “Evaluasi Program Pembelajaran Pendidikan Agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016”.
METODE
dan kesimpulan yang dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan (Djam’an Satori dan Aan Komariah, 2012: 18). Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy J Meleong (2004:3), kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif, akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif.
Hadari Nawawi (1995:63) menjelaskan bahwa metode diskriptif dapat menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Metode deskriptif dapat digunakan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Sumber data kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen. Dalam penelitian ini penentuan lokasi digunakan dengan mempertimbangkan berbagai hal, yaitu dari segi ekonomi (kemampuan biaya yang dikeluarkan oleh peneliti) maupun dari segi kualitas (kebenaran tempat penelitian) lokasi yang diteliti. Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016.
Prosedur pengumpulan data yang terdapat dalam suatu penelitian akan memungkinkan tercapainya pemecahan masalah secara valid dan fleksibel, yang pada gilirannya memungkinkan dirumuskannya generalisasi yang obyektif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu: a.)
Observasi Non Partisipan. B.) Teknik Komunikasi Langsung. 3.) Dokumentasi. Adapun alat pengumpul data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah : a.) Pedoman wawancara, b.) Catatan lapangan. C.) Kamera
yang telah terkumpul tersebut, sehingga penelitian tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi dalam pengecekan data.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Perencanaan merupakan suatu cara untuk menentukan serangkaian tindakan untuk mengarahkan tindakan tersebut agar sesuai dengan visi. Ackoff menyatakan bahwa walaupun perencanaan itu merupakan suatu proses pembuatan-keputusan, perencanaan adalah jenis pembuatan keputusan khusus: (a) perencanaan merupakan sesuatu yang kita lakukan sebelum bertindak, artinya adalah pembuatan keputusan yang sifatnya antisipatif; (b) perencanaan diperlukan bila keadaan masa depan yang kita inginkan tersebut melibatkan sejumlah putusan yang saling berkaitan, artinya suatu sistem keputusan; dan (c) perencanaan merupakan suatu proses yang diarahkan untuk menghasilkan keadaan di masa depan yang diinginkan, dan tidak diharapkan muncul kecuali ada suatu tindakan yang dilakukan. Rencana evaluasi pembelajaran pada hakekatnya merupakan persiapan jangka pendek yang dilakukan pendidik untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan. Persiapan tersebut meliputi: tujuan, aspek-aspek yang dinilai, metode, bentuk, serta menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk menghasilkan kegiatan evaluasi yang baik. Berdasarkan data observasi yang peneliti dapatkan pada tahap perencanaan evaluasi pembelajaran dibuat oleh pendidik PAI di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya bahwa perencanaan evaluasi dirumuskan dengan pertimbangan yang matang atas dasar materi dan waktu yang tersedia.
Hal ini bisa dilihat dari data Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes), Silabus, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang secara detail telah mencantumkan tujuan, aspek, waktu, materi, metode atau teknik, serta instrument evaluasi yang digunakan. Dilihat dari segi tujuan, materi, dan waktu perencanaan evaluasi dibuat atas dasar pertimbangan ketersediaan waktu yang ada. Sebagai contoh perencanaan program semester dan silabus dalam perangkat pembelajaran pendidik PAI disesuaikan ketersediaan waktu yang ada berdasarkan kalender akademik sekolah yang mengacu pada kalender pendidikan tahun 2015/2016. Berdasarkan data yang di dapat, untuk waktu perencanaan pelaksanaan ulangan harian tidak dicantumkan dan di jelaskan dalam program semester, akan tetapi yang di cantumkan hanyalah untuk pelaksanaan ulangan mid semester yang diperkirakan jatuh pada bulan oktober minggu ketiga serta untuk pelaksanaan tes akhir semester diperkirakan jatuh pada bulan desember minggu kedua.
pendidik membuat dengan diambilkan dari setiap dua pokok bahasan selasai. Sedangkan untuk penyusunan instrumen mid semester pembuatannya diambil dari beberapa pokok bahasan yakni mulai materi pertama sampai materi ke empat. Sedangkan untuk penyusunan intrumen evaluasi semester diambilkan dari materi pertama sampai materi akhir semester. Lebih jelasnya, bentuk soal ulangan harian, mid semester, semester terlampir.
Dalam perencanaan evaluasi program pembelajaran pendidikan agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya menggunakan evaluasi formatif. Penggunaan perencanaan evaluasi program pembelajaran evaluasi formatif, dikarenakan evaluasi formatif mengacu pada evaluasi yang muncul selama proses atau produk itu dirancang. Hal itu tergambar dari pernyataan: “Perencanaan evaluasi program pembelajaran pendidikan agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya menggunakan evaluasi formatif. Penggunaan perencanaan evaluasi program pembelajaran evaluasi formatif, dikarenakan evaluasi formatif mengacu pada
evaluasi yang muncul selama proses atau produk itu dirancang” (wawancara
dengan bapak Surmagih, Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya, pada tanggal 18 Januari 2016).
Penggunaan evaluasi formatif digunakan untuk memperbaiki pengembangan, dan dapat dikatakan sebagai evaluasi berkelanjutan yang mengiringi upaya pengembangan atau proses perubahan yang lebih besar. Evaluasi formatif sangat banyak digunakan, misalnya, saat melakukan implementasi program atau sistem pengajaran baru. Hal itu tergambar dari pernyataan: “Evaluasi formatif biasanya digunakan untuk memperbaiki pengembangan, dan dapat dikatakan sebagai evaluasi berkelanjutan yang mengiringi upaya pengembangan atau proses perubahan yang lebih besar. Evaluasi formatif sangat banyak digunakan, misalnya, saat melakukan
implementasi program atau sistem pengajaran baru” (wawancara dengan bapak H.
Surmagih, Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya, pada tanggal 18 Januari 2016).
Begitu juga pengawas, memberikan saran dan masukan terhadap perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh pendidik. Hal ini dilakukan oleh pengawas agar perencanaan pembelajaran yang disusun oleh pendidik sesuai dengan standar penyusunan, tetap mengacu pada kurikulum yang ada serta memiliki strategi yang lebih efektif dan efisien dalam proses pembelajaran nantinya. Sehingga perencanaan yang disusun oleh pendidik dapat diaplikasikan sesuai dengan keadaan yang ada di sekolah. Hal itu tergambar dari pernyataan:
“Pengawas memberikan saran dan masukan terhadap perencanaan pembelajaran
yang dibuat oleh pendidik. Hal ini dilakukan oleh pengawas agar perencanaan pembelajaran yang disusun oleh pendidik sesuai dengan standar penyusunan, tetap mengacu pada kurikulum yang ada serta memiliki strategi yang lebih efektif dan efisien dalam proses pembelajaran nantinya. Sehingga perencanaan yang disusun oleh pendidik dapat diaplikasikan sesuai dengan keadaan yang ada di sekolah” (wawancara dengan bapak H. Surmagih, Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya, pada tanggal 18 Januari 2016).
kegiatan, tengah kegiatan pembelajaran akhir kegiatan pembelajaran. Evaluasi ini termasuk jenis evaluasi formatif. Penilaian disini tidak hanya berbentuk formatif akan tetapi juga sub sumatif dan sumatif, yang pelaksanaannya membutuhkan waktu khusus untuk melaksanakan evaluasi sehingga evaluasi benar-benar telah disiapkan secara matang, begitu pula pelaksanannya. Karena untuk melihat hasil selama proses pembelajaran tidak mungkin evaluasi langsung dilaksanakan sepenuhnya. Untuk itu penilaian yang berbentuk sub sumatif (mid semester) dilaksanakan tidak lain bertujuan untuk melihat hasil dari kegiatan yang telah berlangsung selama beberapa kali pertemuan. Begitu pula untuk evaluasi semester yang bertujuan untuk melihat tingkat penguasaan materi peserta didik dari awal pertemuan hingga akhir. Hal itu tergambar dari pernyataan: “Pelaksanaan evaluasi pembelajaran dilaksanakan pada awal kegiatan, tengah kegiatan pembelajaran akhir kegiatan pembelajaran. Evaluasi ini termasuk jenis evaluasi formatif. Penilaian disini tidak hanya berbentuk formatif akan tetapi juga sub sumatif dan sumatif, yang pelaksanaannya membutuhkan waktu khusus untuk melaksanakan evaluasi sehingga evaluasi benar-benar telah disiapkan secara matang, begitu pula pelaksanannya. Karena untuk melihat hasil selama proses pembelajaran tidak mungkin evaluasi langsung dilaksanakan sepenuhnya. Untuk itu penilaian yang berbentuk sub sumatif (mid semester) dilaksanakan tidak lain bertujuan untuk melihat hasil dari kegiatan yang telah berlangsung selama beberapa kali pertemuan. Begitu pula untuk evaluasi semester yang bertujuan untuk melihat tingkat penguasaan materi peserta didik dari awal pertemuan hingga akhir” (wawancara dengan bapak Muhammad, pendidik PAI Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya, pada tanggal 18 Januari 2016).
Pretest (tes awal) merupakan tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai. Tes awal pada mata pelajaran PAI peserta didik dilaksanakan secara acak, yaitu pendidik menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan secara lisan tentang materi yang telah dibahas minggu lalu, tes ini untuk melihat apakah peserta didik sudah paham dan masih ingat materi yang telah dijelaskan minggu lalu serta peserta didik disuruh membaca sebagian ayat apakah dalam bacaannya sudah sesuai dengan kaedah tajwid atau belum. Tes Tengah Kegiatan yaitu tes yang dilaksanakan di sela-sela atau pada waktu-waktu tertentu sela-selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini bertujuan untuk mengukur aspek afektif dengan cara mengamati (observasi langsung) peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Penilaian pengamatan dilaksanakan setiap proses belajar mengajar berlangsung yaitu di sela-sela saat pendidik menerangkan materi dengan melihat keseriusan, kerajinan, ketekunan peserta didik serta tanya langsung kepada peserta didik apakah sudah paham materi tersebut ataukah belum. Post-Test yaitu test yang diberikan setelah proses pembelajaran berakhir. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sampai dimana pencapaian atau penguasaan peserta didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan meliputi pengetahuan, pemahamaan dan ketrampilan setelah mengikuti proses kegiatan belajar. Adapun teknik yang digunakan dalam penilaian ini yaitu tes tertulis (pilihan ganda dan uraian).
(teacher-made test). Tujuan ulangan praktik diberikan dengan harapan peserta didik mempunyai keterampilan mempraktekan gerakan sholat dengan baik dan sesuai kaedah syariat Islam. Pelaksanaan tes ulangan praktek ini dilaksanakan sebelum pelajaran dimulai dan hanya dilakukan satu kali selama semester dan dilaksanakan dalam bentuk praktek dengan meminta peserta didik satu - persatu maju ke depan untuk mempraktekan gerakan sholat. Sesuai hasil penelitian bahwa ulangan harian dilaksanakan sebanyak tiga kali yaitu setelah menyelesaikan dua pokok bahasan pelajaran. Teknik yang digunakan dalam penilaian ini yaitu tes tertulis, yang terdiri dari pilihan ganda dan uraian. Hal itu tergambar dari pernyataan
Penugasan ini dilaksanakan agar peserta didik tidak lupa dengan materi yang telah diberikan serta peserta didik mau belajar, karena menurut pendidik kalau peserta didik tidak diberikan tugas (PR) maka mereka tidak akan belajar. Setiap peserta didik diharuskan mempunyai buku LKS dan buku tugas khusus. Buku tersebut setiap mau mengikuti pembelajaran harus dikumpulkan dan akan dikembalikan setelah dikoreksi. Penilaian tugas ini termasuk penilaian untuk mengukur aspek kognitif dan hasilnya digunakan sebagai bahan pertimbangan memberikan nilai akhir (nilai rapor). Penilaian ini mengajarkan peserta didik agar selalu bertanggungjawab kepada apa yang telah didapatkan di kelas. Hal itu tergambar dari pernyataan. Berdasarkan hasil pengamatan (obeservasi) yang dilakukan oleh penulis, maka diperoleh data yang menunjukan bahwa untuk evaluasi mid semester atau ulangan tengah semester di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya dilaksanakan setelah dua kali ulangan harian atau setelah menyelesaikan empat pokok bahasan. Sesuai hasil penelitian di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya, ditemukan bahwa baik hasil evaluasi dari ulangan harian, mid semester, penugasan, maupun hasil tes semester bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik setelah satuan pelajaran selesai maupun setelah beberapa proses pembelajaran. Adapun hasil dari ulangan harian, ulangan praktik, penugasan dan pengamatan difungsikan untuk memperbaiki kinerja pendidik dalam pengelolaan pembelajaran selanjutnya. Sedangkan hasil dari semesteran difungsikan untuk melihat kemampuan terhadap materi dari awal sampai akhir yang telah diberikan. Hasil evaluasi keseluruhan untuk memberikan nilai rapor peserta didik diperoleh dari hasil nilai ulangan harian, hasil dari pengamatan sikap peserta didik, hasil dari nilai praktik, hasil dari nilai tugas, nilai mid semester, dan semesteran, baik secara langsung ada catatan khusus maupun tidak. Proses perhitungan akhir nilai rapor diambilkan dari rata-rata nilai hasil ulangan harian, hasil tugas, hasil mid semester, dan nilai hasil semester. Proses perhitungan nilai rapor tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus:
NR = RNH + NT + NMS + NS 4
NR : Nilai Rapor
RNH : Rata-Rata Nilai Harian NT : Nilai Tugas
NMS : Nilai Mid Semester NS : Nilai Semester
penilaian atau kriteria yang ditentukan (kriteria kelulusan minimal/KKM). Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran PAI berjalan dengan dengan baik, yaitu dengan ditunjukkannya hasil nilai keseluruhan peserta didik baik yang berada diatas standar penilaian. Sandar penilaian mata pelajaran PAI untuk semua aspek ditentukan oleh pendidik dengan batas nilai 70. Untuk itu, peserta didik yang nilai rapornya berada di atas standar penilaian maka dianggap sudah mampu dan menguasai materi yang telah diajarkan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil hasil belajar (nilai) satu pelajaran yang digunakan untuk sampel, yaitu nilai pada mata pelajaran fiqih pada kelas VIII, peneliti mengambil kesimpulan bahwa nilai tersebut dapat dijadikan sampel untuk mewakili mata pelajaran pendidikana agama Islam (PAI) yang lainnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai pelaksanaan evaluasi, dapat diketahui bahwasanya evaluasi mempunyai arti penting dan manfaat yang besar bagi peserta didik, pendidik (pendidik), sekolah serta bagi oraang tua peserta didik. Bagi peserta didik hasil evaluasi, memberikan informasi tentang sejauhmana peserta didik telah menguasai bahan pelajaran yang telah disampaikan pendidik, sehingga dengan evaluasi peserta didik dapat mengukur kemampuannya sendiri. Mereka menjadi termotivasi untuk selalu belajar mengenai mata pelajaran PAI dengan sebaik-baiknya, serta belajar membaca al-quran dengan baik dan benar agar mendapatkan nilai yang lebih baik.
Hasil evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya diperoleh guna melihat sejauhmana kondisi belajar yang diciptakan mampu atau tidak dalam rangka membantu peserta didik untuk terampil dalam implementasi di antaranya dapat mempraktekkan sholat dengan baik sesuai aturan serta dapat membaca al-quran secara fasih dan benar sesuai kaedah bacaan. Apabila hasil yang ditunjukan kurang yang diharapkan maka sekolah akan memberikan perhatian khusus terkait dengan pembelajaran, mungkin dengan menambah fasilitas yang dapat mendukung keberhasilan pembelajaran meliputi; penambahan buku-buku tentang PAI, alat peraga, dan lain-lain. Hal itu tergambar dari pernyataan.
Pembahasan
1. Perencanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016
Sementara dari segi perencanaan metode dan teknik evaluasi yang akan digunakan ditemukan adanya kesesuaian antara item test/teknik evaluasi yang digunakan dengan aspek yang akan dinilai, baik pada silabus maupun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat dilihat adanya perencanaan yang cermat mengenai metode dan teknik evaluasi berdasarkan kesesuaian masing-masing bentuk evaluasi tersebut untuk mengukur hasil belajar peserta didik beserta keragaman aspeknya. Sebagai contoh, perencanaan jenis evaluasi unjuk kerja (praktik) pada materi Al-Qur’an Surat At-Tin, hadits tentang menuntut ilmu dan materi lainya untuk mengukur ketrampilan baca tulis peserta didik, mengartikan, dan ketrampilan mempraktikan gerakan atau prosedur kegiatan seperti pada penyembelihan hewan dan ibadah haji. Penggunaan teknik evaluasi bentuk uraian untuk mengetahui kemampuan penguasaan konsep peserta didik tentang materi yang telah diajarkan. Demikian juga teknik penilaian diri untuk menilai sikap dan perilaku peserta didik, khususnya berkaitan dengan implementasi ajaran-ajaran islam yang telah dipelajari seperti, kandungan QS. At-Tin yang menganjurkan untuk beramal sholeh dan anjuran rajin menuntut ilmu.
Dengan demikian, bisa dipahami bahwa pada tahap perencanaan teknik dan metode evaluasi benar-benar mempertimbangkan faktor Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada masing-masing topik ajar. Sehingga perencanaan baik metode maupun materi yang akan diteskan sesuai dengan tujuan diberikannya pokok bahasan tersebut. Dengan kata lain evaluasi benar mengukur dan sesuai tujuan dan materi yang telah diajarkan. Hal ini penting berkenaan dengan karakteristik tiap topik ajar PAI yang tidak hanya diorientasikan pada pengembangan salah satu aspek potensi peserta didik dan meniadakan aspek lainya. Melainkan, mencakup tiga ranah sekaligus, baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Oleh karenanya, metode dan teknik evaluasi yang digunakan juga harus relefan dengan masing-masing aspek yang diukur.
Pada tahap akhir yakni proses penyusunan instrumen test yang akan digunakan telah diupayakan dengan baik. Hal ini bisa dilihat pada contoh instrumen evaluasi yang direncanakan untuk mengetahui tingkat ketuntasan penguasaan peserta didik tentang topik yang telah disampaikan. Begitu pula intrumen evaluasi untuk mengetahui aspek kognitif maka instrumen yang digunakan menggunakan tes tes tertulis, sementara untuk mengukur aspek afektif maka instrumennya menggunakan skala sikap. Sedangkan untuk mengukur aspek psikomotor-pun intrumen evaluasi berbentuk tes unjuk kerja atau ulangan praktik. Hal ini nampak jelas bahwa intrumen yang digunakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Untuk lebih jelasnya tentang intrumen evaluasi baik untuk aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dapat dilihat di RPP.
Oleh karena itu seorang pendidik didalam kelas juga bertindak sebagai manajer maka memang sudah menjadi sebuah kewajiban bagi seorang pendidik untuk menyusun sebuah perencanaan dalam bentuk program pembelajaran. Perencanaan yang dibuat oleh seorang pendidik menyangkut penetapan tujuan dan memperkirakan cara pencapaiantujuan tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang
diuangkapkan oleh Hamzah (2014:2): “Perencanaan yakni suatu cara yang
2. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016
Berdasarkan data penelitian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa proses pelaksanaan evaluasi atau penerapan seperangkat rencana penilaian dapat ditinjau berdasarkan bagiannya masing-masing. Dari segi waktu, tujuan, dan ruang lingkupnya, pelaksanaan evaluasi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya dibagi menjadi evaluasi satuan kegiatan, evaluasi beberapa kegiatan, evaluasi tengah semester, serta evaluasi akhir semester. Masing-masing kegiatan evaluasi tersebut penting dalam pembelajaran mengingat pentingnya kegiatan pemantauan terhadap proses belajar mengajar secara terus menerus. Pelaksanaan tersebut bisa dikelompokkan menjadi evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi hasil bisa dilihat dari ulangan harian, ulangan praktik, mid semester, dan ulangan semester. Sementara evaluasi proses dapat dilihat pada saat pembelajaran berrlangsung yang meliputi penilaian awal kegiatan, tengah kegiatan dan akhir kegiatan.
Kegiatan penilaian yang dilakukan poleh pendidik PAI Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya pada tiap satuan kegiatan secara praktis dapat menjadi patokan, baik bagi pendidik maupun lembaga untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada satuan aktifitas belajar mengajar. Dengan demikian sikap dan tindakan selanjutnya dapat segera diambil. Hal ini berarti peningkatan efektifitas dan kualitas pembelajaran dapat diupayakan tanpa harus menunggu waktu. Demikian juga kegiatan evaluasi yang lain, seperti evaluasi harian, mid semester, serta semester yang secara umum telah dilaksanakan dengan maksimal. Pelaksanaan evaluasi secara terus menerus seperti yang telah diterapkan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya mempunyai nilai positif berupa peningkatan dan perbaikan terhadap proses belajar mengajar yang berlangsung. Sementara dari segi bentuk dan model evaluasi yang digunakan dapat dipahami perbedaan pertimbangan dan tujuan dari masing-masing jenis evaluasi yang diterapkan.
Sebagai contoh, penilaian unjuk kerja (performance) yang lebih ditujukan untuk mengetahui tingkat ketrampilan peserta didik dalam membaca, memahami suatu peristiwa dan memperagakan rangkaian gerakan dengan benar. Penilaian tertulis (paper and pencil tes) yang lebih diorientasikan untuk mengetahui penguasaan konsep peserta didik. Penilaian diri, dan sikap dilakukan melalui kegiatan pengamatan (observasi) yang bertujuan untuk mencari informasi mengenai sikap dan perilaku peserta didik serta pengamalan terhadap norma-norma agama yang telah dipelajari.
dinilai melalui pengamatan sikap, bukan melalui tes tertulis dan kuesioner dengan mengajukan pertanyaan tentang baik dan buruk. Relefansi antara model dan bentuk evaluasi dengan aspek yang diukur akan sangat berdampak pada tingkat validitas informasi hasil belajar yang diperoleh melalui kegiatan evaluasi. Tanpa adanya relefansi beberapa hal di atas tidak menutup kemungkinan hasil yang diperoleh tidak akan memiliki tingkat objektifitas dan validitas yang tinggi. Hal ini berarti, informasi hasil tersebut secara mutlak tidak akan valid jika digunakan sebagai bahan pengambilan tindakan selanjutnya.
Pada penilaian aspek psikomotor kekurangan berada pada kurang menyeluruhya penggunaan bentuk unjuk kerja pada materi atau topik yang justru sangat membutuhkan peragaan. Sementara pada evaluasi aspek afektif yang hanya dilakukan satu kali dalam satu semester masih sangat kurang. Pelaksanaan penilaian seperti di atas jelas tidak memenuhi prinsip terus menerus (continue). Jika demikian halnya, maka proses perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik baru bisa diambil pada akhir semester atau dua kali dalam setahun. Dengan demikian, tidak bisa diupayakan penanganan lebih dini untuk meningkatkan perilaku peserta didik melalui proses pembelajaran yang berlangsung.
Dari penjalasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan evaluasi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil, kedua-duanya dalam pelaksaannya tidak sesuai dengan dengan perencanaan yang telah dibuat. Walaupun sebagian perencanaan telah dilaksankan dengan baik, akan tetaapi sebagian lain belum tersentuh sama sekali. Hal paling banyak dilaksanakan dan sesuai dengan perencanaan adalah pada evaluasi untuk mengukur aspek kognitif, sedangkan untuk evaluasi afektif dan psikomotor secara jelas dibuat dengan baik akan tetapi pada pelaksanaannya kuraang maksimal dan jauh dari yang direncanaakan. Jika diteliti lebih lanjut tentang pelaksanaan evaluasi untuk aspek afektif yang hanya dilakukaan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan pada saat shalat berjamaah serta saat istirahat, tidak menutup kemungkinan penilaian tidak bisa mewakili penilaian yang valid dan berkesinambungan apalagi menyeluruh, karena obyek yang diamati sangat banyak apalagi tidak dibantu dengan adanya catatan khusus maka evaluasi hanya bisa menggambarkan keadaan peserta didik secara umum saja tidak secara personal.
3. Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016
beberapa realitas dilapangan yang perlu ditelaah lebih lanjut. Tidak seperti proses pelaksanaan evaluasi yang telah terdapat relefansi antara bentuk, model dan jenis yang digunakan dengan masing-masing aspek yang dinilai.
Pada bagian pengolahan hasil tersebut bila dicermati proses penilaian yang komprehensip dan relefan tersebut tidak ditindak lanjuti dengan pengolahan hasil yang komprehensip pula. Sehingga hasil yang didapatkan kurang mewakili seluruh aspek, artinya hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan prinsip evaluasi, yaitu prinsip menyeluruh. Realitas ini dapat diperhatikan pada pengolahan nilai raport yang hanya menggunaan hasil pengukuran aspek kognitif saja dan mengabaikan dua aspek lainya, yaitu aspek afektif dan psikomotor. Penggunaan rumus penghitungan nilai (NR=RNH+NT+NMS+NS/4) mencerminkan kurang menyeluruhnya proses penghitungan nilai. Baik nilai harian, nilai tugas, nilai mid semester dan nilai semester semuanya masuk dalam klasifikasi kemampuan intelektual atau aspek kognitif peserta didik. Sementara aspek yang tidak kalah pentingnya dalam menentukan nilai seperti aspek afektif dan psikomotor harus menjadi perhitungan pula dalam menentukan nilai akhir. Mengacu pada pertimbangan bahwa nilai raport merupakan data prestasi atau kemampuan peserta didik selama satu semester dan meliputi seluruh aspek kemampuan, maka secara praktis proses penghitungan nilai harus didasarkan pada kalkulasi nilai atau kemampuan pada ketiga aspek secara menyeluruh, bukan sebatas nilai aspek kognitif saja.
Sekalipun data evaluasi/prestasi belajar peserta didik menunjukan hasil yang cukup memuaskan (memenuhi standar KKM yang ditetapkan), akan tetapi nilai yang dicantumkan tersebut belum bisa dinyatakan mewakili seluruh aspek kemampuan belajar peserta didik. Perolehan hasil belajar peserta didik melalui kegiatan evaluasi tersebut tidak lebih hanya merupakan data prestasi pada aspek kognitif saja. Jika demikian halnya, maka data hasil belajar peserta didik yang tercantum dalam raport tidak kurang memiliki tingkat validitas yang tinggi. Karena, kurangnya salah satu prinsip utama yang harus terpenuhi dalam kegiatan evaluasi belajar mengajar, yakni prinsip menyeluruh (mencakup seluruh aspek kemampuan peserta didik).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil paparan data yang diperoleh dalam penelitian evaluasi program pembelajaran pendidikan agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. ) Perencanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016, guru pendidikan agama sudah mampu mengembangkan silabus dan RPP secara mandiri sesuai dengan potensi peserta didik dan juga terbiasa meniru model yang sudah ada. 2.) Pelaksanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama adalah sebagai berikut : (a) Guru pendidikan agama belum sepenuhnya melaksanakan tahap-tahap penilaian sesuai dengan standar penilaian. (b) Guru Pendidikan agama belum membuat perencanaan penilaian seperti penyusunan dan pengembangan kisi-kisi penilaian. (c) Guru pendidikan agama belum melaksanakan program pengayaan untuk peserta didik yang telah tuntas lebih awal, dan (d) Guru pendidikan agama belum menganalisis hasil ulangan harian dengan menggunakan acuan KKM yang telah ditetapkan. 3.) Hasil evaluasi pembelajaran pendidikan agama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap di Rasau Jaya Kecamaatan Rasau Jaya Tahun 2016 menunjukkan baik karena hasil rata-rata akhir yang diperoleh peserta didik berada di atas batas minimal kelulusan 70.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dja’man Satori dan Aan Komariah. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Nawawi, H. Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan. Nuha Medika, Yogyakarta.
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi penelitian kualitatif Bandung : Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi penelitian kualitatif Bandung : Remaja Rosdakarya
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2006. Penilain Program Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Sardiman A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Oemar Hamalik. 2009. Dasar – dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.