• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUNUNG GAMALAMA.docx GUNUNG GAMALAMA.docx GUNUNG GAMALAMA.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GUNUNG GAMALAMA.docx GUNUNG GAMALAMA.docx GUNUNG GAMALAMA.docx"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

GUNUNGAPI GAMALAMA

TERNATE

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Geomorfologi Gunungapi

OLEH : AHMAD HIDAYAT 16/402649/PGE/01236

PASCASARJANA GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

I. PENDAHULUAN

Wilayah Indonesia merupakan bagian dari jalur gempabumi dunia yang terbentang dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Alor, Seram, Papua, dan Sulawesi. Sebagai wilayah yang terletak pada jalur gempabumi, kondisi fisiografi wilayah Indonesia sangat dipengaruhi oleh aktivitas tumbukan empat lempeng tektonik, yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia, Filipina, dan Pasifik (Bock et al., 2003). Keempat lempeng tektonik tersebut bertumbukan dan bergerak secara relatif antara yang satu dengan yang lain, menjadikan wilayah Indonesia sebagai salah satu kawasan seismik paling aktif di dunia.

Akibat benturan lempeng tersebut, membuat retaknya beberapa bagian pada kerak bumi, selain menimbulkan panas, juga memproduksi batuan cair (magma). Melalui retakan-retakan tersebut yang bisa dikatakan sebagai bidang lemah, magma cair tersebut terdorong naik ke permukaan bumi dan membentuk kerucut-kerucut gunungapi.

Zona subduksi yang terbentuk sangatlah luas, dimulai dari sisi selatan barat Pulau Sumatera hingga sisi selatan Pulau Jawa. Zona tersebut berlanjut hingga ke Nusa Tenggara yang memanjang dari barat ke timur. Lalu di bagian timur Nusantara jalurnya memutar, dimulai dari Laut Banda di Maluku. Zona subduksi inilah yang membuat Indonesia kaya akan gunungapi.

Indonesia memiliki 129 gunungapi aktif (Sumatera 30 gunungapi, Jawa 35, Bali Nusa Tenggara 30, Sulawesi 18 serta Maluku 16 gunungapi) yang bertipe A, B dan C (Gambar 2). Tipe A, Gunung berapi yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600. Tipe B, Gunung berapi yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara. Tipe C, Gunung berapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah.

II. TEKTONIK HALMAHERA

(3)

Gambar1. Peta Seismisitas Indonesia 1900-2009 (Irsyam et al., 2010)

Halmahera adalah suatu gambaran tektonik yang cukup kompleks (Gambar 2). Bentuk dua lengan Sulawesi timur dan Halmahera dapat disebandingkan dengan dua anak panah yang bergerak ke barat. Ini telah diketahui cukup lama bahwa lengan timur yang cembung ke arah barat terdiri dari ofiolit, dan busur barat terdiri dari gunungapi aktif, yang di Sulawesi telah padam pada zaman Kwarter. Sulawesi dan Halmahera merupakan busur kepulauan yang mengarah ke utara selatan yang cembung ke arah Pasifik dengan zona subduksi Sulawesi-Maluku yang miring ke barat.

Gambar2. Tektonik Halmahera

(4)

Sulawesi-Halmahera. Selama pergerakan ini pulau Banggai dan Buton dibawa ke arah timur laut. Pergerakan Banda ke arah timur-barat hanya merupakan pelenturan, tidak membuat sesar besar sepertihalnya di Papua dan Sulawesi.

Sistem subduksi ini menjadikan halmahera sebagai daerah yang sangat aktif di Indonesia. Berdasarkan intensitas kegempaannya, Badan Meteorologi Kimatologi dan Geofisika membagi wilayah Indonesia atas enam zona:

1. Daerah sangat aktif (Halmahera)

2. Daerah aktif (Lepas pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara, Banda)

3. Daerah lipatan dan retakan (Pantai barat Sumatra, Sulawesi Tengah) 4. Daerah lipatan tanpa retakan ( Utara Jawa, Kalimantan Timur), Daerah

gempabumi kecil (Sumatra Timur, Kalimantan Tengah) 5. Daerah Stabil (Selatan Irian, Kalimantan Barat)

Karena wilayah halmahera adalah suatu sistem yang sangat aktif dan kompleks maka intensitas gempa yang terjadi sangat tinggi (Gambar 3). Hal ini dikarenakan adanya suatu pola patahan halamahera yang di subduksi oleh lempeng oceanic pasifik sehingga lempeng bergerak ke barat dan menunjam ke arah lempeng maluku yang didesak pula oleh lempeng kontinen yang bergerak ke timur. Sementara itu lempeng halmahera juga mengalami sesar trasform dextral di sebelah selatan dengan lempeng eurasia serta sesar transform sinistral dengan lempeng oceanic ( pasific ) di sebelah timur.

Gambar 3. Seismisitas Pulau Halmahera

(5)

III. GUNUNGAPI GAMALAMA

Provinsi Maluku Utara memiliki potensi sumber daya alam yang sangat luar biasa, diantaranya yaitu Gunungapi, terdapat 6 Gunungapi di Maluku Utara (Gambar 4), 4 gunung tipe A dan 2 gunung tipe B. Gunung tipe A yaitu Dukono, Gamkonora, Gamalama dan Kie besi sedangkan tipe B yaitu Malupang Warirang dan Tokodo sementara G. Ibu tidak termasuk karena tidak ada rekapan datanya (Direktorat Vulkanologi, 1979).

Gunung Gamalama adalah sebuah gunung stratovolcano kerucut yang merupakan keseluruhan Pulau Ternate, Kepulauan Maluku, Indonesia. Pulau ini ada di pesisir barat Pulau Halmahera yang ada di bagian utara Kepulauan Maluku. Selama berabad-abad, Ternate adalah pusat benteng Portugis dan VOC Belanda

untuk perdagangan rempah-rempah, yang telah mencatat aktivitas volkanik Gamalama.

Gunung Gamalama mempunyai ketinggian 1.715 meter di atas permukaan laut. Gunung Gamalama ditutupi Hutan Montane pada ketinggian 1.200 - 1.500 m dan Hutan Ericaceous pada ketinggian di atas 1.500 m (Gambar 4).

Gambar 4. Gununapi Gamalama

Nama Gunung Gamalama diambil dari kata Kie Gam Lamo (”negeri yang besar”). Geomorfologi tubuh dan puncak Gunungapi Gamalama memiliki kemiringan lereng >40% (Gambar 5) dengan material penyusun berupa breksi, lava andesit, pasir, dan tufa. Pada daerah kaki gunungapi material penyusun berupa tufa. Gunungapi ini merupakan gunung api yang terbentuk pada masa holosen (Firmansyah, 2011). Bentuk gunungapi Gamalama yaitu strato, menurut Sumintadireja (2000), gunung api strato terbentuk oleh adanya perlapisan antara lava denagn piroklastik.

(6)

Gambar 5. Peta Kemiringan Lereng Kota Ternate. (Sumber: Bappeda Kota Ternate, 2010)

IV. SEJARAH LETUSAN

Gamalama sudah lebih dari 60 kali meletus sejak letusannya pertama kali tercatat pada tahun 1538. Erupsi yang menimbulkan korban jiwa setidaknya sudah empat kali terjadi, dengan korban terbanyak jatuh pada tahun 1775. Kala itu, erupsi Gunung Gamalama melenyapkan Desa Soela Takomi bersama 141 penduduknya. Pasca letusan, di lokasi desa yang berjarak 18 kilometer dari pusat Kota Ternate itu muncul dua danau, yaitu Danau Tolire Jaha dan Tolire Kecil.

Tetapi S. Bronto dkk. (1982) mengatakan, bahwa terbentuknya maar tersebut akibat letusan freatik yang dipicu oleh gempa tektonik berskala besar kemudian terjadi assosiasi dengan intrusi magma dengan airtanah di bawah Soela Takomi. Boleh jadi pada saat gempabumi, terbentuk rekahan dan menyusupnya air tanah dan terjadi kontak dengan heat front mengakibatkan letusan freatik (analisa penulis). Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya endapan breksi letusan dan endapan tumpuan dasar (lihat Peta Geologi Gunungapi Gamalama, 1982).

Letusan besar Gunung Gamalama lain terjadi pada 1908 yang menghasilkan leleran lava batu angus hingga ke pantai. Sisa-sisa letusan bisa dilihat di Kelurahan Kulaba, Kecamatan Ternate Utara. Letusan tersebut memakan

puluhan korban jiwa.

(7)

menyapu ratusan rumah di Kota Ternate. Letusan yang sama juga terjadi pada 1991, 1993, 2003, dan akhir 2011 ini.

V. KARAKTER LETUSAN

Beberapa catatan yang menunjukkan letusan G. Gamalama yang terkait dengan naiknya aktifitas tektonik sebelumnya, antara lain Letusan 1980 didahului oleh gempa tektonik terasa beberapa hari sebelumnya. Letusan 1983 juga diawali rentetan gempabumi tektonik kemudian disusul dengan meningkatnya gempa vulkanik. Dominasi tektonik yang berlangsung sejak Oktober 1991 yang berakhir dengan letusan pada Januari 1992.

Demikian juga dengan Letusan 1993 ditriger dengan gempabumi tektonik berkekuatan 5,8 pada skala Richter. Bahkan terbentuknya maar dalam tahun 1775 yang dikenal dengan Tolire Jaha juga didahuli gempabumi tektonik Pada umumnya gempabumi tektonik berkekuatan > 4 skala Richter berpeluang memicu kantong fluida menjadi aktif, menyusul kemudian naiknya jumlah gempabumi vulkanik.

Letusan G. Gamalama pada umumnya berlangsung di Kawah Utama dan hampir selalu magmatik. Kecuali letusan yang terjadi dalam tahun 1907 yang mengambil tempat di lereng timut (letusan samping) dan menghasilkan leleran lava (Batu Angus) hingga ke pantai. Letusan 1980 juga menghasilkan Kawah Baru, lokasinya sekitar 175 m ke arah timur dari Kawah Utama. Tetapi kawah tersebut tertutup kembali oleh material ketika terjadi letusan dalam tahun 1983 dan 1988.

VI. ANCAMAN BAHAYA

Kawasan Gunung Api Gamalama terdiri dari tiga kawasan yaitu:

1. Kawasan rawan bencana III, kawasan ini rawan terlanda awan panas, aliran lahar, dan guguran batu pijar, dan abu vulkanik. Kawasan ini dalam radius 2,5 km dari pusat erupsi.

2. Kawasan rawan bencana II, kawasan ini rawan terlanda awan panas, aliran lahar, lontaran batu pijar pada radius 3,5 km dari pusat erupsi.

(8)

Gambar 6. Peta Rawan Bencana Gunungapi Gamalama (Sumber Baharudin dalam Firmansyah, 2011)

(9)

VII. SUMBERDAYA DAN UPAYA PENGELOLAAN SEKITAR GUNUNG GAMALAMA

Kota Ternate merupakan salah satu kota pesisir yang ada di wilayah Indonesia, daratannya berupa alam pegunungan dimana 80 % wilayahnya adalah Gunung, yaitu gunung Gamalama yang menjadi icon kebanggaan masyarakat ternate.

Secara geomorfologi, Pulau ternate memiliki lahan berkelerengan besar dengan volume luasan yang cukup besar, sehingga sulit dikembangkan untuk kegiatan permukiman dan industri seperti di pulau-pulau besar lainnya. Sebagai kota pulau yang didominasi lahan bergunung dan berbukit-bukit serta berbatasan langsung dengan laut, menyebabkan pengembangan lahan untuk perkotaan terbatas di wilayah pesisir.

Tingkat ketinggian lahan dari permukaan laut di wilayah Pulau Ternate cukup bervariasi yang dapat diklasifikasikan menjasi 3 kategori. Kategori rendah (0-500 m)yang diperuntukkan untuk pemukiman, pertanian, perikanan, perdagangan, dan pusat pemerintahan; kategori sedang (500-700 m) diperuntukkan untuk hutan konservasi, danusaha kehutanan; kategori tinggi ( > 700 m) diperuntukkan untuk hutan lindung.

Gunung Gamalama merupakan salah satu gunung berapi di Provinsi Maluku Utara. Gunung Gamalama sendiri memiliki ketinggian sekitar 1.715 m dpl. Gunung ini ditutupi oleh hutan Montane pada ketinggian 1.200 - 1.500 m dan hutan Ericaceous pada ketinggian di atas 1.500 m. Wilayah terdekat dari gunung tersebut akan mendapatkan dampak akibat letusan diikuti dengan pertumbuhan penduduk secara tidak langsung telah mempengaruhi tata ruang hijau, sosial budaya yang berpengaruh pula terhadap kehidupan flora, fauna dan jasad renik yang ada. Secara history tempat ini terkenal dan mengalamai kejayaan dengan rempah-rempahnya yang secara langsung memajukan pembangunan dan menaikkan pendapatan asli daerah.

SumberDaya Alam 1. Pariwisata

Meski terkesan berbahaya, namun Gunung Gamalama meyimpan pesona kecantikan yang luar biasa. Banyak penjelajah alam yang sangat tertarik untuk mendaki gunung ini, begitu sampai dipuncak gunung, para pendaki dapat melihat landscape Pulau ternate. Tak hanya itu, beberapa pulau lainnya, seperti Pulau Tiodre, Pulau Halmahera dan Pulau Maitara dapat terlihat dari sini.

(10)

berbagai penyakit. Selain itu juga ada kuburan leluhur masyarakat Ternate yang sudah berumur ratusan tahun dan Istana Kesultanan Ternate, yaitu bangunan peninggalan Bangsa Portugis yang menjadi wisata historis bagi wisatawan.

2. Pertanian dan Perkebunan

Masyarakat disekitar Gunung Gamalama memanfaatkan lahannya dengan ; Menanami Padi, Jahe, terdapat keanekaragaman bunga Anggrek baik yang tumbuh secara tersetrial maupun epifit, kebun Cengkeh dan Pala dilereng gunung yang menurut keterangan penduduk setempat telah berumur kurang lebih 30 tahun, pada beberapa daerah yang terbuka penduduk sekitar menanami dengan tanaman palawija ataupun sayur-sayuran, pada ketinggian 100 mdpl banyak pula ditanami Kelapa.

Pada kawasan hutan dijalur pendakian gunung Gamalama terlihat Kawasan hutan campuran terletak mulai pada ketinggian 1.000 mdpl, daerah ini merupakan lokasi proyek reboisasi yang ditanami jenis-jenis tanaman penghijauan seperti Kenari (Canarium Indicum L), Mahoni

(Swietenia mahagoni L) dan Durian ( Durio Zhibethinus Murr). Pada ketinggian 1500 mdpl merupakan kawasan hutan hujan tropika pegunungan rendah dengan jenis tumbuhan yang mendominasi adalah Sengon (Paraserianthes falcataria L), Paku pohon (Cyathea sp).

3. Sumberdaya Mineral

Ternate merupakan daerah kepulauan yang memiliki potensi strategis dari aspek kekayaan sumber daya alam. Sumberdaya mineral yang terdapat di kawasan ini adalah bahan galian golongan C. Bahan galian golongan C merupakan golongan bahan yang tidak termasuk dalam golongan A (strategis) dan B (vital), yaitu bahan galian tidak strategis dan vital, yang sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional, seperti nitrat, asbes, batu apung, batu kali, pasir, tras, dampal dan lain-lain.

4. Kelautan dan Perikanan

(11)

(pembenihan dan pembesaran). Selama ini masyarakat cenderung lebih banyak pada kegiatanpenangkapan, baik ikan pelagis, ikan demersal, sehinga cukup sulit merubah kepada perilaku pembudidayaan. Dipesisir pantai kota Ternate banyak terdapat bibit bandeng nener dan benur yang dapat digunakan sebagai bibit alami budidaya tambak. Luas perairan potensial untuk budidaya laut mencapai 30 ha. Pengelolaan Mangrove disekitar pesisir tersebut mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam produktivitas ekosistem laut di pulau ternate. Hal inilah yang membuat kota ternate membentuk Pusat Promosi yang berfungsi untuk membantu memasarkan ikan laut hingga ke mancanegara.

Sumber Daya Manusia

Masyarakat sekitar gunung gamalama :

1. Nelayan : Nelayan ditempat ini ada dua jenis yatiu kegiatan perikanan rakyat dan kegiatan perikanan industri.

2. Bertani : Masyarakat dilereng gamalama mamanfaatkan lahan dengan menanam padi, palawija,ubi jalar, dll

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Bock, Y., Prawirodirdjo, L., Genrich, J.F., Stevens, C.W., McCaffrey, R., Subarya, C., Puntodewo, S. and Calais, E. (2003). Crustal motion in Indonesia from Global Positioning System measurements. Journal of Geophysical Research 108

Bronto, S. Dkk. 1982, Peta Geologi Gunungapi Gamalama, Ternate, Maluku Utara.

Direktorat Vulkanologi, 1979

Fijridiyanto, Izu . 2011. Keanekaragaman Anggrek di G.Gamalama,Ternate. LIPI : Jakarta

Firmansyah . 2011. Identifikasi tingkat risiko bencana letusan Gunungapi Gamalama di Kota Ternate. Universitas Pasundan : Bandung

Hartini, Sri . 2011. Tumbuhan paku di Kawasan Gunung Gamalama, Pulau Ternate. LIPI : Jakarta

Kusunadinata, K. 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia

LIPI . 2011. Ekologi Ternate. Pusat Penelitian Biologi-LIPI : Jakarta

Neumann van Padang, M. 1951. Catalogue of the Active Volcanoes Of The World Including Solfatara Fields, Part I, Indonesia

Wittiri, S.R. 1988. Beberapa Catatan Tentang Gejala Awal Kegiatan G. Gamalama; 1993 Kegiatan G. Gamalama, Mei 1993 (Suatu tinjauan berdasarkan kegempaan). Direktorat Vulkanologi.

Gambar

Gambar 3. Seismisitas Pulau Halmahera
Gambar 4. Gununapi Gamalama
Gambar 5. Peta Kemiringan Lereng Kota Ternate.
Gambar 6. Peta Rawan Bencana Gunungapi Gamalama (Sumber Baharudin dalam Firmansyah, 2011)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melindungi trafo tenaga dari kerusakan, telah dilakukan pemasangan rele- rele proteksi yang dapat mengenal kondisi abnormal pada sistem tenaga listrik dan

kan rucah yang berbeda memperlihatkan perbe- daan yang nyata terhadap pertumbuhan ikan ba- ung, namun tidak berbeda nyata terhadap kelang- sungan hidup maupun produksi; (2) Konversi

memiliki khasiat sebagai obat, menjadikan alasan masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit secara tradisional dengan pemanfaatan tanaman obat tersebut, salah satu

1) Prioritas pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah tidak lagi terfokus pada infrastruktur jalan baru namun sebaiknya pemerintah dapat melakukan perawatan

Sustainable Water Fund (FDW), Hollanti Vuodesta 2012 toiminut ohjelma ja rahoitusinstrumentti, jonka tavoitteena on edistää julkisen ja yksityisen sektorin kumppanuusmalleja

Ijbar tidak relevan karena mengandung paksaan dan karena berdasarkan atas persetujuan calon mempelai sehingga perkawinan yang dilakukan dengan adanya paksaan dari

Ramuan mempunyai efektifitas yang setara dengan obat pembanding bila dilihat hasil pengukuran pada hari yang sama, menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara

Kandungan flavonoid yang banyak ditemukan pada bahan alam memiliki efek antioksidan dan mampu menghambat secara langsung aktivitas tirosinase pada proses