• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Kegiatan Penyuluhan Pertanian d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tinjauan Kegiatan Penyuluhan Pertanian d"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian hingga kini masih memiliki peranan yang strategis dalam pembangunan nasional, baik bagi pertumbuhan ekonomi maupun pemerataan pembangunan. Sejarah telah membuktikan hasil gemilang atas program dan motivasi yang tinggi para penyuluh pertanian dalam mendukung keberhasilan pembangunan nasional seperti contohnya keberhasilan dalam pencapaian swasembada beras pada tahun 1984. Namun keberhasilan pencapaian swasembada beras tersebut tidak dapat dipertahankan seiring dengan penurunan kinerja dari para penyuluh pertanian (Permentan, 2008).

Untuk mewujudkan kembali sejarah tersebut diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan handal. Maka, penyuluhan pertanian sebagai bagian dari sistem pembangunan pertanian mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan sumber daya manusia pertanian, khususnya pemberdayaan masyarakat tani yang berada di wilayah pedesaan. Pemberdayaan masyarakat ini dilakukan melalui kegiatan penyuluhan yang tujuannya untuk dapat mengembangkan kemampuan dan kemandirian petani dan keluarganya agar mampu mengelola usahataninya sehingga mempunyai daya saing tinggi yang dicirikan dengan tingginya produktivitas, mutu, dan efisiensi usaha. Mengingat pentingnya peranan penyuluh pertanian, implementasi program-program pembangunan pertanian melibatkan penyuluh pertanian yang akan bertindak sebagai pendamping petani dan pelaku agribisnis (Madyan, 2011).

Penyuluhan pertanian sebagai suatu sistem pemberdayaan petani merupakan suatu sistem pendidikan non formal bagi keluarga petani yang bertujuan membantu petani dalam meningkatkan keterampilan teknis, pengetahuan, mengembangkan perubahan sikap yang lebih positif dan membangun kemandirian dalam mengelola lahan pertaniannya. Penyuluhan pertanian sebagai perantara dalam proses alih teknologi maka tugas utama dari pelayanan penyuluhan adalah memfasilitasi proses belajar, menyediakan

(2)

informasi teknologi, informasi input dan harga input-output serta informasi pasar (Badan Pengembangan SDM Pertanian, 2003).

Menurut Slamet (2003), program penyuluhan pembangunan yang efektif dan efisien dapat dikembangkan oleh tenaga-tenaga profesional di bidang penyuluhan pembangunan. Hal ini hanya memungkinkan apabila program penyuluhan diwadahi oleh sistem kelembagaan penyuluhan yang jelas dan pelaksanaanya didukung oleh tenaga-tenaga yang kompeten di bidang penyuluhan. Peningkatan kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian, bisa dikondisikan melalui berbagai upaya seperti: (1) meningkatkan efektivitas pelatihan bagi penyuluh, (2) meningkatkan pengembangan diri penyuluh melalui peningkatan kemandirian belajar dan pengembangan karir penyuluh, (3) meningkatkan dukungan terhadap penyelenggaraan penyuluhan seperti dukungan kebijakan pemerintah daerah terhadap pendanaan penyuluhan, dukungan peran kelembagaan, dukungan teknologi dan sarana penyuluhan, pola kepemimpinan yang berpihak petani dan (4) memotivas pribadi penyuluh untuik selalu meningkatkan prestasi kerja (kinerja penyuluh) dan mengikuti perubahan lingkungan strategis yang ada.

Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), peranan Penyuluh Pertanian menjadi semakin strategis dalam memfasilitasi proses pemberdayaan petani dan keluarganya. Selain itu UU ini merupakan suatu titik awal dalam pemberdayaan para petani melalui peningkatan sumberdaya manusia dan kelembagaan para penyuluh pertanian PNS, swasta dan penyuluh pertanian swadaya.

(3)

(BPP) dalam program penyuluhan pertanian di Kecamatan Indralaya Selatan, Kabupaten Ogan Ilir.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari praktek lapangan ini yaitu untuk mengetahui secara langsung program penyuluhan apa yang sedang atau akan dilaksanakan, siapa saja yang menjadi sasaran program tersebut, dimana dan kapan dilaksanakan program penyuluhan pertanian tersebut, serta bangaimana pelaksanaan pada program penyuluhan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Kecamatan Indralaya Selatan, Kabupaten Ogan Ilir.

(4)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyuluhan Pertanian

Saat ini sektor pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan pertanian di negara berkembang. Pembangunan pertanian ini bertujuan untuk memperbaiki mutu produk dan memenuhi kebutuhan pangan nasional. Salah satu upaya dalam melaksankan pembangunan pertanian adalah dengan mengadakan penyuluhan pertanian.

Dalam bahasa Indonesia, istilah penyuluhan berasal dari kata dasar “suluh” yang berarti barang yang dipakai untuk menerangi. Dengan demikian, penyuluhan dalam pertanian menurut KBBI adalah usaha yang dilakukan untuk membantu dan meningkatkan pengetahuan petani dibidang pertanian untuk meningkatkan efisiensi usaha tani. Dalam arti umum, penyuluhan adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai yang diharapkan (Setiana. L. 2005).

Pengertian penyuluhan menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (dibidang pertanian, perikanan, dan kehutanan).

(5)

“Penyuluhan Pertanian sebagai “upaya membantu masyarakat agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dan meningkatkan harkatnya sebagai manusia”.

Dalam pengertian membantu masyarakat agar dapat membantu dirinya sendiri tersebut terdapat terdapat beberapa kokok pikiran tentang pelaksanaan penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian harus mengacu pada kebutuhan sasaran/petani yang akan dibantu, dan bukan sasaran yang harus mengikuti keinginan penyuluh pertanian; penyuluhan pertanian harus mengarah pada terciptanya kemandirian petani, tidak menciptakan ketergantungan petani terahadap penyuluh; penyuluh pertanian harus mengacu kepada perbaikan kualitas hidup dan kesejahteraan sasaran, tidak mengutamakan taget-terget fisik yang tidak banyak manfaatnya bagi bagi perbaikan kualitas hidup sasaran. Dari pandangan tersebut terkandung pengertian bahwa penyuluhan pertanian harus bekerja dengan masyarakat dan bukan bekerja untuk masyarakat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Pegawai Negeri Sipil (PNS), Penyuluh Pertanian Swadaya dan/atau Penyuluh Pertanian Swasta. Penyuluh Pertanian Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyuluh Pertanian PNS adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluh swadaya, yaitu petani atau warga masyarakat yang secara sukarela melakukan kegiatan penyuluhan di lingkungannya, termasuk dalam kelompok ini adalah penyuluh yang diangkat dan atau memperoleh imbalan dari dan oleh masyarakat di lingkungannya. Penyuluh Swasta, yaitu penyuluh pertanian yang berstatus sebagai karyawan perusahaan swasta (produsen pupuk, pestisida, perusahaan benih/alat/mesin pertanian). Termasuk kategori penyuluh swasta adalah penyuluh dari lembaga swadaya masyarakat (LSM).

2.2. Peranan Penyuluh Pertanian

(6)

berkaitan yang dijalankan seseorang sesuai dengan ketentuan peranan yang seharusnya dilakukan dan sesuai dengan harapan peranan yang dilakukan (Departemen Pertanian, 2009).

Sesuai dengan pengertian yang diberikan kepada istilah penyuluhan, di dalam kegiatan penyuluhan pertanian terkandung banyak peran atau tugas yang harus dilaksanakan oleh kegiatan penyuluhan, yang terkait dengan kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat pertanian. Tentang hal ini, secara ringkas, Mardikanto (1998) mengemukakan beragam peran/tugas penyuluh dalam satu kata yaitu edfikasi, yang merupakan akronim dari: edukasi, diseminasi informasi/ inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi, pemantauan dan evaluasi.

1. Edukasi, yaitu untuk memfasilitasi proses belajar yang dilakukan oleh para penerima manfaat penyuluhan (beneficiaries) dan atau stakeholders pembangunan yang lain-nya. Seperti telah dikemukakan, meskipun edukasi berarti pendidikan, tetapi proses pendidikan tidak boleh meng-gurui apalagi memaksakan kehendak (indoktrinasi, agitasi), melainkan harus benar-benar berlangsung sebagai proses belajar bersama yang partisipatip dan dialogis.

2. Diseminasi Informasi/Inovasi, yaitu penyebar-luasan informasi/inovasi dari sumber informasi dan atau pengguna-nya.Tentang hal ini, seringkali kegiatan penyuluhan hanya terpaku untuk lebih mengutamakan penyebaran infor-masi/inovasui dari pihak-luar. Tetapi, dalam proses pem-bangunan, informasi dari “dalam” seringkali justru lebih penting, terutama yang terkait dengan kebutuhan-kebu-tuhan masyarakat, pengambilan keputusan kebijakan dan atau pemecahan masalah yang segera memerlukan pena-nganan.

3. Fasilitasi, atau pendampingan, yang lebih bersifat me-layani kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh klien-nya.Fungsi fasilitasi tidak harus selalu dapat mengambil kepu-tusan, memecahkan masalah, dan atau memenuhi sendiri kebutuhan-kebutuhan klien, tetapi seringkali justru hanya sebagai penengah/mediator.

(7)

pemecahan masalah. Dalam melaksanakan peran konsultasi, penting untuk memberikan rujukan kepada pihak lain yang “lebih mampu” dan atau lebih kompeten untuk menanganinya. Dalam melaksanakan fungsi konsultasi, penyuluh tidak boleh hanya “menunggu” tetapi harus aktif mendatangi kliennya.

5. Supervisi, atau pembinaan. Dalam praktek, supervisi seringkali disalah-artikan sebagai kegiatan “pengawasan” atau “pemeriksaan”. Tetapi sebenarnya adalah, lebih banyak pada upaya untuk bersama-sama klien melakukan penilaian (self assesment), untuk kemudian memberikan saran alternatip perbaikan atau pemecahan masalah yang dihadapi.

6. Pemantauan, yaitu kegiatan evaluasi yang dilakukan selama proses kegiatan sedang berlangsung. Karena itu, pemantauan tidak jauh berbeda dengan supervisi. Bedanya adalah, kegiatan pemantauan lebih menonjolkan peran penilaian, sedang supervisi lebih menonjolkan peran “upaya perbaikan”.

7. Evaluasi, yaitu kegiatan pengukuran dan penilaian yang dapat dilakukan pada sebelum (formatif), selama (on-going, pemantauan) dan setelah kegiatan selesai dilakukan (sumatif, ex-post).

Fashihullisan (2009) menguraikan peranan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu: menyadarkan masyarakat atas peluang yang ada untuk merencanakan hingga menikmati hasil pembangunan, memberikan kemampuan masyarakat untuk menentukan program pembangunan, memberi kemampuan masyarakat dalam mengontrol masa depannya sendiri, dan memberi kemampuan dalam menguasai lingkungan sosialnya.

(8)

peranan yang sesuai antara lain sebagai: penyedia jasa pendidikan (edukator), motivator, konsultan (pembimbing), dan pendamping petani.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan penyuluh, baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal tersebut meliputi; tingkat pendidikan, motivasi, kepribadian dan harga diri serta keadaan sosial budaya penyuluh. Adapun faktor eksternal tersebut meliputi; manajemen organisasi penyuluhan, insentif atau fasilitas yang diperoleh penyuluh dalam menjalankan tugasnya serta tingkat partisipasi sasaran yang berada di bawah koordinasinya. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan oleh pihak pimpinan organisasi sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengupayakan peningkatan kompetensi penyuluh (Departemen Pertanian, 2009).

Dapat dilihat bahwa peran penyuluh sangat berat, mengharuskannya memiliki kemampuan tinggi, Oleh karena itu, kualitas dari penyuluh harus terus ditingkatkan sehingga mampu berperan dalam memberikan penyuluhan dan mewujudkan pembangunan pertanian.

2.3. Program Penyuluhan Pertanian

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) juga mengamanatkan bahwa program penyuluhan pertanian terdiri dari atas program penyuluhan desa/kelurahan atau unit kerja lapangan, program penyuluhan kecamatan, program penyuluhan kabupaten/kota, program penyuluhan propinsi dan program penyuluhan nasional.

(9)

diperdesaan, penyusunan program penyuluhan diawali dari tingkat desa/kelurahan. Dengan demikian semua programa penyuluhan pertanian selaras dan tidak bertentangan antara program penyuluhan pertanian dalam berbagai tingkatan (Permentan,2009).

Programa penyuluhan pertanian disusun setiap tahun dan memuat rencana penyuluhan pertanian tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus anggaran pada masing-masing tingkatan, serta mencakup pengorganisasian dan pengelolaan sumberdaya sebagai dasar penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Penyusunan programa penyuluhan pertanian dilakukan secara partisipatif untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha (Permentan,2009).

Penyusunan programa penyuluhan dilakukan oleh penyuluh pertanian bersama para pelaku utama dan pelaku usaha serta organisasi petani secara partisipatif, melalui tahapan sebagai berikut:

1. Perumusan keadaan adalah penggambaran fakta berupa data dan informasi di suatu wilayah pada saat program disusun yang diperoleh setelah melakukan pengumpulan dan pengolahan data. Hasil analisis data dan informasi dapat digali melalui berbagai metode partisipatif, diantaranya PRA (Participatory Rural Appraisal), dari rencana kegiatan pelaku utama dan pelaku usaha (RDKK) serta dari rekapitulasi programa penyuluhan setingkat dibawahnya.

2. Penetapan tujuan adalah perumusan keadaan yang hendak dicapai dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. Penetapan tujuan tersebut dilakukan bersama-sama pemerintah, pelaku utama dan pelaku usaha, serta kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha sehingga rumusan tersebut berupa keinginan dan kepentingan dari kedua belah pihak.

(10)

4. Rencana monitoring dan evaluasi disusun oleh para penyuluh yang berada di pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/ desa bersama para pelaku utama dan pelaku usaha.

5. Revisi programa penyuluhan pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa dilakukan karena adanya perubahan-perubahan keadaan yang mengakibatkan berubahnya tujuan, masalah dan rencana kegiatan. Secara skematis urutan penyusunan programa penyuluhan pertanian dapat digambarkan seperti pada

Sumber : Permentan

Gambar 1. Skema Penyusunan Program Penyuluhan Pertanian

2.4. Kegiatan Penyuluhan Pertanian

Kegiatan penyuluhan pertanian adalah suatu kegiatan penyampaian informasi kepada orang lain, dengan harapan orang tersebut dapat berubah perilakunya dengan mau melaksanakan informasi yang disampaikan. Seseorang berubah perilakunya dapat disebabkan setelah berinteraksi dengan orang lain. Bila kita ingin berinteraksi dengan orang lain, maka komunikasi amat diperlukan. Sehingga informasi apa yang ingin kita sampaikan dapat diterima oleh mereka.

Perumusan Keadaan

Penetapan Tujuan

Penetapan Masalah

Penetapan Rencana Kegiatan

Penyusunan Rencana Monev

(11)

Slamet (2000) menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyuluhan adalah untuk memberdayakan masyarakat. Memberdayakan berarti memberi daya kepada yang tidak berdaya dan atau mengembangkan daya yang sudah dimiliki menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan. Konsep pemberdayaan tersebut, terkandung pemahaman bahwa pemberdayaan tersebut diarahkan terwujudnya masyarakat madani (yang beradab) dan mandiri dalam pengertian dapat mengambil keputusan (yang terbaik) bagi kesejahteraannya sendiri.

Dalam bahasa teknis penyuluhan, materi penyuluhan seringkali disebut sebagai informasi pertanian (suatu data/bahan yang diperlukan penyuluh, petani-nelayan, dan masyarakat tani). Klasifikasi materi pokok penyuluhan pertanian dapat terbagi menjadi teknik pertanian, ekonomi pertanian,manajemen usahatani, dinamika kelompok, politik pertanian (Ibrahim, 2003).

Dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian ada hal-hal yang perlu diperhatikan agar penyuluhan dapat berjalan dengan baik , yaitu :

1. Apa yang harus dilakukan, apa yang akan kita lakukan pada kegiatan penyuluhan terhadap petani misalnya, menyebarkan informasi pertanian yang bermanfaat.

2. Di mana penyuluhan pertanian dilakukan, kegiatan penyuluhan semestinya dilakukan ditempat keluarga tani itu berada, misalnya tempat penjualan saprodi, rumah PPL, masjid, greja, balai desa, tempat perkumpulan keluarga tani (PKK, kelompok tani, dll).

3. Bilamana kegiatan penyuluhan dilakukan, waktu yang dipilih untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan harus sesuai dengan keperluan dan kondisi sasaran.

4. Oleh siapa kegiatan penyuluhan dilakukan, penyuluhan dilakukan oleh seorang penyuluh pertanian yang profesional baik PNS, swadaya, atau sukarelawan.

(12)

mengenai sasaran dan waktunya, amanat harus diterima dan dimengerti, murah pembiayaan (Wikipedia).

Dalam kegiatan penyuluhan pertanian ada beberapa hal yang dimiliki oleh penyuluh pertanian diantaranya materi penyuluhan, media dan metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan. Materi penyuluhan menurut Undang Undang No.16 tahun 2006 adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan.

Materi penyuluhan harus berangkat dari kebutuhan yang dirasakan ( felt need), terutama menyangkut : kegiatan yang sedang dan akan segera dilakukan,masalah yang sedang dan akan dihadapi, perubahan-perubahan yang diperlukanatau diinginkan. Karena itu, meskipun melalui kegiatan penyuluhan diharapkanterjadi penyampaian inovasi yang berupa produk, ide, teknologi, kebijakan, dll.Inovasi yang disampaikan harus yang terkait dengan kebutuhan-kebutuhan yangsedang dirasakan (Departemen Pertanian, 2010).

(13)

perubahan perilaku (pengetahuan, keterampialn dan sikap) dikalangan kelompok sasaran (Modul Media Penyuluhan Pertanian).

Metode Penyuluhan merupakan teknik komunikasi antara penyuluh dan sasaran. Metode adalah cara-cara penyampaian materi penyuluhan secara sistematis, sehingga materi tersebut dapat dimengerti dan diterima sasaran (Ibrahim, 2003). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode penyuluhan pertanian adalah bahwa tidak ada satu metode penyuluhan yang dianggap lebih baik dibanding metode penyuluhan yang lainnya.

Wahyuti (2006) menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan, metode sering diartikan sebagai “cara”, dan teknik diartikan sebagai “prosedur”, dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penyuluhan pertanian merupakan cara menyampaikan penyuluhan kepada sasaran (pelaku utama dan keluarganya) agar kegiatan penyuluhan memiliki greget dan mendorong pelaku utama dan keluarganya untuk berubah pengetahuan, sikap dan keterampilannya.

(14)

BAB 3

PELAKSANAAN PRAKTEK LAPANGAN

3.1. Tempat dan Waktu

Praktek lapangan ini dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir. Praktek lapangan ini dimulai pada bulan Juni 2015 sampai bulan Agustus 2015.

3.2. Metode Praktek Lapangan

Metode yang digunakan dalam praktek lapangan ini adalah dengan metode observasi yaitu dilakukan dengan pengamatan langsung dan partisipasi langsung yaitu praktikan ikut terlibat langsung dalam kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Indralaya Selatan melalui penyuluh.

3.3. Metode Pengumpulan Data

(15)

Sementara untuk data sekunder yaitu informasi pada instansi terkait serta sumber kepustakaan sebagai data penunjang dalam penyusunan laporan praktek lapangan ini. Kemudian dilengkapi dengan dokumentasi dari kegiatan praktek lapangan yang akan dilaksanakan.

3.4. Jadwal Kegiatan Praktek Lapangan

Kegiatan praktek lapangan ini dimulai dari bulan Juni 2015 sampai Juli 2015. Adapun jadwal kegiatan yang akan dilakukan selama praktek lapangan ini dapat diliat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktik Lapangan

No. Kegiatan

Bulan

Juni Juli Agustus

I I I III

I

V I II III IV I II III IV

1 Pengajuan Judul X

2

Penyusunan Proposal Praktek

Lapangan X X X X

3 Pelaksanaan Praktik Lapangan X X X

4

Pengolahan data primer dan

data sekunder X X X

5

Penyusunan Laporan dan

Konsultasi X X X X

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan SDM Pertanian. 2003. Nasional Pengembangan Penyuluh Pertanian.. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Departemen Pertanian, 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Jakarta.

Departemen Pertanian. 2009. Dasar Dasar Penyuluhan Pertanian. http://www.pustaka.deptan.go.id.

Departemen Pertanian. 2010. Modul diklat tugas dan fungsi penyuluhan pertanian. http://www.pustaka.deptan.go.id.

M.Fashihullisan. 2009. Peranan Penyuluhan Pertanian.

http://fashihullisantugaspenyuluhan.blogspot.com. Diakses pada 3 Agustus 2015.

Ibrahim, 2003. Pemilihan Materi Penyuluhan. http://www.deptan.go.id /bpsdm/ruu _pp/ruupp_bab4.htm. Diakses pada tanggal 5 Juli 2015.

KBBI. Pengertian Penyuluhan. http://kbbi.web.id/suluh. Diakses pada 3 Agustus 2015.

Kusnadi, Dedi. 2011. Modul Metode Penyuluhan Pertanian STPP Bogor.

Murdikanto, T. 1998. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta. Sebelas Maret University Press.

Modul Media Penyuluhan Pertanian STPP Bogor.

(17)

%2520Pertanian.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id. Diakses pada 3 Agustus 2015.

Permentan. 2008. Pedoman Pembinaan Penyuluh Pertanian Swadaya Dan Penuyuh Pertanian Swasta. Jakarta.

Permentan. 2009. Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian. Jakarta.

Rasyid, M.A. 2001. Sangat Diperlukan Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Ekstensia. Vol 13 tahun VII. September 2001.

Setiana, L. 2005. Teknik Penyuluhan Pertanian dan Pemberdayaan Masyarakat. Ghalia Indonesia.

Slamet, Margono. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press.

Wahyuti, Umi. 2006. Metode dan Teknik Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka.

Wikipedia. Penyuluhan Pertanian.

Gambar

Gambar 1. Skema Penyusunan Program Penyuluhan Pertanian
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktik Lapangan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Cadasari, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten menunjukkan frekuensi anak dengan riwayat berat lahir

Sistem yang berjalan pada wisma pertamina yaitu pertama tamu datang langsung ke wisma atau menelpon wisma untuk memesan kamar, resepsionis mengecek ketersediaan kamar,

termasuk 'korporasi', sehingga dengan demikian yang dimaksud dengan pelaku tindak pidana atau subjek tindak pidana atau yang dapat dimintakan pertanggung jawaban

Hasil penelitian ini diharapkan kedepannya masyarakat dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran pajak khususnya bagi umat Hindu, karena dengan pemahaman terhadap konsep

Ekologi atau lingkungan yang tidak terpisahkan satu sama lain seperti adanya kampung nelayan di pesisir pantai Pasir Panjang - Kelapa Lima dan hamparan pasir

Eritrosit polikrom adalah eritrosit yang lebih besar dan lebih biru dari eritrosit normal. Polikromasi suatu keadaan yang ditandai dengan banyak eritrosit polikrom pada

Memahami lebih dalam dan mengimplementasikan arsitektur Autoencoder (AE) - Dasar arsitektur Autoencoder (AE) diciptakan - Permasalahan dimensi dan dimensionality

Tindakan bedah komisurotomi katup mitral atau penggantian katup mitral pada kehamilan telah dilakukan dengan hasil yang sama dengan penderita yang tidak hamil, tetapi angka