• Tidak ada hasil yang ditemukan

USULAN PENELITIAN PENGARUH LAMA WAKTU UR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "USULAN PENELITIAN PENGARUH LAMA WAKTU UR"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PENELITIAN

PENGARUH LAMA WAKTU URIN PADA PROSES AERASI SISTEM AIR MENGALIR TERHADAP BEBERAPA ASPEK BIOURIN

OLEH

BENI ARISANDI

E10013225

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JAMBI

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah adalah hasil buangan pada suatu kegiatan yang tidak diperlukan lagi. Limbah pada umumnya dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Sedangkan limbah ternak sendiri adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan lain-lain. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, dan sebagainya. Apabila usaha peternakan semakin berkembang maka limbah yang dihasilkan juga akan semakin banyak.

Keberhasilan pengelolaan limbah peternakan sangat dipengaruhi oleh teknik penanganan yang dilakukan, yang meliputi teknik pengumpulan (collections), pengangkutan (transport), pemisahan (separation) dan penyimpanan (storage) atau pembuangan (disposal) (Merkel, 1981). Demikian pula pemanfaatannya baik sebagai pupuk organik, bahan bakar biogas maupun pakan ternak.

Untuk pemanfaatan limbah peternakan padat sudah banyak diterapkan di daerah pedesaan. Contohnya, di kalangan peternak sapi perah, terutama di desa Pesanggrahan Kota Batu-Malang, dapat membuat biogas dan pupuk organik dari kotoran sapi menjadi tambahan pendapatan dan mata pencaharian baru bagi penduduk sekitar. Akan tetapi untuk pengelolaan limbah cair peternakan masih sangat kurang di tingkat daerah pedesaan. Padahal jika dikaji lebih dalam lagi kandungan kemungkinan unsur C, N, P, K, Ratio C/N di dalam kotoran cair sama atau bahkan lebih banyak dibandingkan dengan kotoran padat.

(3)

Pupuk cair urin sapi merupakan salah satu pupuk organik potensial sebagai sumber hara bagi tanaman seperti N, P dan K. Dari aspek haranya, cairan urine sapi memiliki kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan kotoran padatnya (Lingga, 1999). Selain kandungan hara yang dimilikinya, dalam urine sapi juga terdapat Indole Asetat Acid (IAA) sebanyak 704,26 mg L-1 (Sutari, 2010).

Bio urine merupakan pupuk organik cair yang dapat menyediakan bahan-bahan asam amino dan protein yang siap membangun jaringan pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, pupuk cair ini merupakan salah satu pupuk organik yang perlu dipertimbangkan pemanfaatannya dalam menggalakkan pemanfaatan potensi lokal yang murah dan mudah dilakukan (Kariada, et. al. 2004). Dengan demikian maka pemahaman terhadap pupuk organik ditujukan kepada petani untuk menggerakkan agar sumberdaya lahan dapat diperbaiki baik sifat-sifat fisik tanah (memperbaiki struktur tanah, porositas, permeabilitas, meningkatkan kemampuan menahan air), sifat kimia (meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap kation, sebagai sumber hara makro dan mikro, menaikkan pH tanah dan menekan kelarutan Al dengan membentuk kompleks Al-organik), dan sifat biologi tanah (meningkatkan aktivitas mikroba tanah, sebagai sumber energi bagi bakteri penambat N dan pelarut fosfat). Disisi lain, unsur hara N yang tersedia

Proses fermentasi urin sapi menjadi biourin dapat dioptimalkan dengan menambahkan starter dan memperkaya nutrisi yaitu gula merah. Pemberian starter dan memperkaya nutrisi sangat berpengaruh pada lama atau cepatnya proses fermentasi. Pengaruh lama atau cepatnya proses fermentasi disebabkan oleh peningkatan aktivitas bakteri. Kunaepah (2008) menyatakan memperkaya nutrisi pada proses fermentasi urin dengan penambahan glukosa sebagai sumber karbon juga berpengaruh terhadap aktivitas bakteri, karena glukosa merupakan substrat yang mudah dicerna dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Sanjaya (2010) menambahkan, glukosa berfungsi sebagai sumber energi dan unsur utama dalam pembentukan sel mikroorganisme.

(4)

mikroorganisme tersebut dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Kandungan EM4 terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomicetes, ragi dan jamur fermentasi. Manfaat EM4 dapat Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi. Memfermentasi dan mendekomposisi bahan organik tanah dengan cepat (Bokashi). Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah.

Kendala yang dialamai peternakan dalam penggunaan urin adalah amonia tinggi sehingga membuat aroma yang tidak sedap, dan salah satu cara mengurangi aroma tersebut dengan aerasi

Aerasi merupakan istilah lain dari transfer gas, lebih dikhususkan pada transfer gas oksigen atau proses penambahan oksigen ke dalam air. “Keberhasilan proses aerasi tergantung pada besarnya nilai suhu, kejenuhan oksigen, karateristik air dan turbulensi air. Beberapa jenis aerator yang digunakan dalam proses aerasi adalah diffuser aerator, mekanik aerator, spray aerator, dan aerator gravitasi" (Benefield, 1980). Proses aerasi dapat digunakan untuk pengolahan air minum maupun air buangan diantaranya menurunkan kandungan besi (Fe) dan mangan (Mn) terlarut dalam air.

Fungsi utama aerasi dalam pengolahan air adalah melarutkan oksigen ke dalam air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air, dalam campuran tersuspensi lumpur aktif dalam bioreaktor dan melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut dalam air, serta membantu pengadukan air (Awaluddin, 2007).

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

(5)

menaikkan jumlah oksigen yang terlarut di dalam air buangan sehingga bau tidak sedap yang ditimbulkan oleh urin sapi dapat diminimalisirkan.

1.3 Hipotesis

Semakin Lama Waktu Urin Pada Proses Aerasi Sistem Air Mengalir Terhadap Beberapa Aspek Biourin akan semakin bagus kualitas biourin yang dihasilkan.

1.4 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu urin pada proses aerasi system air mengalir terhadap beberapa aspek biourin yang dihasilkan.

1.5 Manfaat

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk Organik

Penggunaan limbah urine sebagai salah satu pupuk organik memberikan hasil yang cukup menjanjikan, sehingga peternak sudah bisa memperoleh hasil sebelum ternak itu dijual.Harga urine yang sudah diolah dan menjadi pupuk cair, berkisar antara Rp 7.000-Rp 10.000/liter. Penggunaan urine ini sangat berpotensi, sehingga perlu memberdayakan peternak agar semua produk dari ternak bisa digunakan untuk mendatangkan keuntungan secara ekonomis, meski awalnya perlu ada pendampingan terhadap peternak, terutama soal teknik atau cara menampung urine hingga proses pembuatan menjadi pupuk cair (Zein, 2011).

Pupuk adalah hara tanaman yang umumnya secara alami ada dalam tanah, atmosfer, dan dalam kotoran hewan. Pupuk memegang peranan penting dalam 11 meningkatkan hasil tanaman, terutama pada tanah yang kandungan unsur haranya rendah (Samekto, 2008).

Menurut Parnata (2004), pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya maksimum 5%. Oleh karena itu, kandungan N, P dan K pupuk organik cair relatif rendah. Pupuk organik cair memiliki beberapa keuntungan yaitu mengandung zat tertentu seperti mikroorganisme yang jarang terdapat pada pupuk organik padat, pupuk organik cair dapat mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat.

(7)

sulfat, borat, dan klorida, meningkatkan ketersediaan hara mikro untuk kebutuhan tanaman, dan memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.

2.2 Potensi Limbah Cair (Urin) Sapi

Urin sapi dapat diolah menjadi pupuk organik cair setelah diramu dengan campuran tertentu. Bahan baku urin yang digunakan merupakan limbah dari peternakan yang selama ini juga sebagai bahan buangan. Pupuk organik cair dari urin sapi ini merupakan pupuk yang berbentuk cair tidak padat yang mudah sekali larut pada tanah dan membawa unsur-unsur penting guna kesuburan tanah. Namun, pupuk organik cair dari urin sapi perah ini juga memiliki kelemahan, yaitu kurangnya kandungan unsur hara yang dimiliki jika dibandingkan dengan pupuk buatan dalam segi kuantitas (Sutato, 2002).

Pupuk cair urin sapi merupakan salah satu pupuk organik potensial sebagai sumber hara bagi tanaman seperti N, P dan K. Dari aspek haranya, cairan urin sapi memiliki kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan kotoran padatnya (Lingga, 1999). Selain kandungan hara yang dimilikinya, dalam urin sapi juga terdapat Indole Asetat Acid (IAA) sebanyak 704,26 mg L-1 (Sutari, 2010).

Kunggulan penggunaan pupuk organik cair (biourine) yaitu volume penggunaan lebih hemat dibandingkan pupuk organik padat serta aplikasinya lebih mudah karena dapat diberikan dengan penyemprotan atau penyiraman, serta dengan proses akan dapat ditingkatkan kandungan haranya (unsur Nitrogen) (Warasfarm, 2013).

Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat (Afghanaus, 2011). Dijelaskan lebih lanjut bahwa dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mengkin. Selain itu pupuk ini juga memiliki bahan pengikat sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.

(8)

air lebih banyak jika dibandingkan dengan kotoran sapi padat 2). Mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh 3). Mempunyai bau yang khas urine ternak yang dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman.

Menurut Sudiro (2010:10) selain mempunyai kelebihan, pupuk organik dan pestisida dari urine sapi ini mempunyai kekurangan, Walaupun pupuk organik cair dari urin sapi merupakan pupuk yang ramah lingkungan karena berasal dari senyawa organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme, tetapi penggunaan pupuk organik cair ini masih memiliki kendala karena memiliki kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga harus diberikan dalam jumlah yang banyak.

Meskipun kandungan unsur hara yang dimiliki oleh urine sapi bermacam-macam jenisnya akan tetapi jumlah kuantitas unsur hara yang dimiliki masih kalah jika dibandingkan dengan pupuk kimia buatan. Selain itu baunya yang menyengat juga membuat orang enggan untuk mengelola serta menggunakannya.. sedangkan pestisida dari urin sapi ini hanya bia digunakan untuk hama hama tertentu, seperti hama tungro, bercak daun, dan lain lain (Andoko, 2011)

Selain sebagai pupuk cair, urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pestisida pembasmi hama pada tanaman. Marlina (2012) menyebutkan “sampai saat ini hanya urine sapi yang diketahui berkhasiat sebagai pestisida”. Urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pestisida ramah lingkungan karena mengandung unsur yang mampu mengusir dan membunuh hama tanaman yang menyerang tanaman para petani.

Dari segi ekonomi, harga pestisida kimia cukup sulit dijangkau oleh petani yang mayoritas dari golongan masyarakat menengah ke bawah, sehingga pembuatan pestisida dari urine sapi ini akan mampu menekan biaya perawatan tanaman mereka dan hasil panen pun tetap melimpah ruah. Dengan menggunakan urine sapi sebagai pestisida dan pupuk organic. Selain bisa mengurangi limbah di kandang, hal ini juga bisa mengurangi kerusakan lahan pertanian yang terjadi.

2.3 Fermentasi

(9)

yang disebut bioreaktor atau fermentor. Umpan yang masuk dalam fermentor disebut substrat. Substrat utama adalah sumber karbon yag diguankan oleh mikroorganisme untuk memberikan energi untuk pertumbuhan dan dan produksi produk akhir. Mikroorganisme juga membutuhkan nutrient lainnya. Fermentasi dengan menggunakan bakteri anaerobik dilakukan dengan tidak adanya udara. Mikroorgainsme ini mendapatkan oksigen dari bahan substrat yang memiliki ikatan kimia dengan oksigen (Riadi, 2007).

Fermentasi adalah segala macam proses metabolisme dengan bantuan dari enzim mikrobia ( jasad renik ) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa, dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk tertantu. Fermentasi merupakan proses biokimia yang menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat dari pemecahan kandungan bahan tersebut (Hardjo et al., 1989).

Menurut Jeris dan Regan (Yulianto, 2010), suhu dan pH merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya fermentasi secara anaerob. Suhu pada awal fermentasi sekitar 380C dapat mempercepat terjadinya proses fermentasi, sedangkan sesudah fermentasi suhunya menjadi sekitar 36,50C.

2.4 Bakteri EM4

Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri 23 dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks (Atlas 1995).

(10)

mikroba memiliki peranan penting karena digunakan untuk mempercepat pembuatan kompos. Di pasaran saat ini tersedia banyak produk-produk dekomposer untuk memper cepat proses pengomposan misalnya: EM-4, OrgaDec, M-Dec, Probion , dan lain-lain.

EM-4 merupakan kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan. Mikroorganisme yang ditambahkan akan membantu memperbaiki kondisi biologis tanah dan dapat membantu penyerapan unsur hara. EM-4 mengandung mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari bakteri asam laktat (Lactobacillus Sp), bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas Sp), Actinomycetes Sp, Streptomycetes Sp, R.bassillus/azotobachter dan ragi (yeast) atau yang sering digunakan dalam pembutan tempe (Utomo, 2007).

Utomo (2007) menyatakan bahwa EM-4 mempunyai beberapa manfaat diantaranya:

1. memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah

2. meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanah 3. mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan

4. membersihkan air limbah dan meningkatkan kualitas air pada perikanan 5. menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan meningkatkan

produksi tanaman serta menjaga kestabilan produksi

2.5 Sistem Aerasi

Teknik aerasi adalah salah satu usaha pengolahan limbah cair dengan cara menambahkan oksigen ke dalam limbah cair tersebut. Penambahan oksigen adalah salah satu usaha dari pengambilan zat pencemar tersebut, sehingga konsentrasi zat pencemar akan berkurang atau bahkan dapat dihilangkan sama sekali. Zat yang diambil dapat berupa gas, cairan, ion, koloid atau bahan tercampur lainnya. Usaha penambahan oksigen ke dalam air limbah dapat melalui

(11)

agar dengan aktif dapat memakan kandungan organik dalam limbah. Bakteri pengurai mengkonsumsi bahan-bahan organik sehingga berurai menjadi bahan-bahan sederhana seperti CO2, CO dan H2O. pada akhirnya CO2 terbang ke udara dan H2O menyatu dengan air (Perdana Ginting, 2007:128).

Efisiensi pengolahan ditentukan oleh kondisi operasi yang berupa kecepatan laju udara masuk atau laju udara dalam kolom aerasi dan debit limbah yang diolah. Pemanfaatan teknologi tangki aerasi bertingkat, pada prinsipnya adalah menambahkan oksigen ke dalam air sehingga oksigen terlarut di dalam air akan semakin tinggi Novriana dan Septia (2003). Menurut Razif (2001) pengolahan dengan menggunakan bakteri aerobik yang diberi aerasi bertujuan untuk menurunkan karbon organik atau nitrogen organik.

2.6 Derajat Keasaman (pH)

Konsentrasi ion hydrogen (pH) merupakan parameter penting untuk kualitas air dan air limbah. pH sangat berperan dalam kehidupan biologi dan mikrobiologi (Alearts dan Santika, 1987). Menurut Sutari (2010) yang menyatakan bahwa semakin lama proses fermentasi, nilai pH akan menunjukan penurunan dan tingkat keasamannya semakin meningkat, makin lama proses fermentasi berlangsung, semakin banyak bagian padatan yang terdekomposisi.

2.7 Unsur Hara

Menurut Sutejo (1994), kandungan unsur hara urine yang dihasilkan ternak tergantung mudah atau sukarnya makanan dalam perut hewan dapat dicernakan. Beliau juga menyatakan bahwa urine pada ternak sapi terdiri dari air 92%, N 1,00%, P 0,2 %,dan K 1,35 %.

2.7.1. Nitrogen (N)

(12)

protoplasma tersusun dari senyawa yang mengandung unsur hara nitrogen. Kotoran sapi mengandung unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor, dan kalium tiap kotoran memiliki kandungan unsur hara yang berbeda

2.7.2. Phosfor (P)

Stofella dan Khan (2001), kandungan fosfor berkaitan dengan kandungan N dalam substrat, semakin besar nitrogen yang dikandung maka multiplikasi mikroorganisme yang merombak fosfor akan meningkat, sehingga kandungan fosfor dalam pupuk cair juga meningkat. Kandungan fosfor dalam substrat akan digunakan oleh sebagian besar mikroorganisme untuk membangun selnya. Proses mineralisasi fosfor terjadi karena enzim fosfotase yang dihasilkan oleh sebagian besar mikroorganisme.

2.7.3. Kalium (K)

Kalium (K) adalah unsur hara makro yang banyak dibutuhkan tanaman, dan diserap tanaman dalam bentuk ion K+. Di dalam tubuh tanaman kalium bukanlah sebagai penyusun jaringan tanaman, tetapi lebih banyak berperan dalam proses metabolisme tanaman seperti mengaktifkan kerja enzim, membuka dan menutup stomata, transportasi hasil-hasil fotosintesis, dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit tanaman (Hasibuan, 2006).

Menurut Yuli, A.H., dkk (2010), kalium tidak terdapat protein, elemen ini bukan elemen langsung dalam pembentukan bahan organik, kalium ini hanya berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium digunakan oleh mikroorganisme dalam bahan substrat sebagai katalisator, dengan kehadiran bakteri dan aktivitasnya akan sangat berpengaruh terhadap pengikatan kandungan kalium. Kalium diikat dan disimpan dalam sel oleh bakteri dan jamur, jika didegradasi kembali maka kalium akan tersedia kembali.

(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian Pengaruh Lama Waktu Urin Pada Proses Aerasi Sistem Air Mengalir Terhadap Beberapa Aspek ini akan dilakukan di Farm Fakultas Peternakan, Universitas Jambi, yang dianalisis di BLH Kota Baru. Penelitian akan dilakukan selama 21 hari dimulai dari bulan ... 2017 sampai dengan bulan ... 2017.

3.2 Materi dan Peralatan

Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu urin sapi, empon-empon, gula merah, empon-emponan (jahe, kunyit, temulawak, kencur, dan lengkuas) serta EM4 dan. Sedangkan perlengkapan digunakan adalah penggiling empon-empon seperti mixer serta ember untuk pengaduk campuran. Alat yang akan digunakan yaitu drum besar, botol kecil, pH meter, penggiling empon-empon seperti mixer serta ember untuk pengaduk campuran.

3.3 Metode Penelitian

Tahapan dalam proses produksi biourine plus secara umum dapat dibagi dalam 4 tahapan kegiatan yaitu 1) penyiapan bahan baku urine, 2) penyiapan bahan fermentasi, 3) proses fermentasi dan aerasi 4) penanganan biourine.

3.3.1. Penyiapan Bahan Baku Urin

(14)

Sebelumnya jangan lupa pasang kain kasa saringan urin pada inlet tekmon pada bagian atas menara biourine. Urine pada bak penampungan didorong menggunakan mesin pompa air 1 menuju tekmon. Urin pada tekmon akan mengalir menuju drum fermentasi yang terbuat dari baby tank setelah melalui saluran sirkulasi aerasi. Setelah baby tank penuh maka pompa air yang terdapat pada bak penampung dimatikan.

3.3.2 Penyiapan Bahan Fermentasi

Tahapan yang dilakukan dalam proses pembuatan bahan fermentasi urine yaitu giling (mixer) empon-empon yang telah dipersiapkan satu persatu atau secara bersamaan sampai halus. Gunakan air panas untuk mencairkan gula merah yang telah dihaluskan terlebih dahulu. Tambahkan EM-4 kedalam larutan gula merah dan aduk secara merata. Campuran bahan fermentasi siap digunakan dan dimasukkan kedalam urine hasil aerasi.

3.3.3 Proses Fermentasi dan Aerasi

Proses fermentasi dimulai ketika urin proses aerasi telah selesai masuk kedalam dirigen penampungan dengan tahapan sebagai berikut; Masukkan langsung larutan gula merah yang mengandung EM-4 ke dalam urine hasil aerasi. Masukkan empon-empon yang sudah digiling dalam kain kasa yang berfungsi sebagai saringan (upayakan terendam pada saat fermentasi). Mulailah pengadukan perdana agar campuran urine, larutan gula EM-4 tercampur merata serta zat-zat antioksidan dalam empon-empon terserap urine. Lakukan sesuai dengan perlakuan dan setelah itu matikan mesin pompa air dan tutup dirigen agar tercipta proses an-aerob. Biarkan proses fermentasi dalam kondisi an-aerob selama 3 hari dan selanjutnya lakukan proses pengadukan ulang. Proses fermentasi membutuhkan waktu sekitar ± 12 hari sehingga setelah pengadukan perdana dibutuhkan 3 kali pengadukan yaitu hari ke-3, 6 dan 9 periode fermentasi.

(15)

tekmon biarkan mengalir kembali menuju dirigen yang telah disiapkan setelah melalui saluran aerasi metode air mengalir. Biarkan proses sirkulasi berlangsung, setelah itu matikan mesin pompa.

Sirkulasi ditujukan untuk mempercepat hilangnya bau urine yang akan difermentasi dan dilakukan sebelum dan saat proses fermentasi. Selama sirkulasi bau urine akan dilepas keudara dan memungkinkan untuk menangkap N udara guna meningkatkan kualitas biourine yang dihasilkan.

3.3.4 Penanganan Biourin (Pasca Fermentasi)

Penyiapan bahan dan proses fermentasi masing-masing butuh waktu 3 dan 12 hari sehingga panen atau kegiatan pasca fermentasi dilakukan pada hari ke-15. Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan pasca fermentasi adalah Keluarkan bekas kain kasa (saringan empon-empon) dari saluran inlet bak fermentasi. Siapkan dirigen penampung biourine plus dengan ukuran 20 liter atau 5 liter (sesuai kebutuhan). Alirkan biourine plus pada bak fermentasi ke dalam dirigen dengan cara membuka keran saluran outlet dan tutup keran setelah terisi penuh. Lakukan secara bergantian sampai semua biourine plus dalam bak fermentasi habis. Dirigen yang sudah berisi biourine plus siap untuk digunakan dan jika untuk tujuan komersialisasi (jual) maka dapat ditambahkan merk kemasan.

3.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL) jumlah perlakuan adalah 4 dengan 4 pengulangan. Sebagai perlakuan adalah :

A0 : Tanpa Proses Aerasi

A1 : Proses Aerasi selama 1 jam/sehari A2 : Proses Aerasi selama 2 jam/sehari A3 : Proses Aerasi selama 3 jam/sehari

Model matematik yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Yij = μ+ τi + εij

Keterangan:

(16)

τi = Pengaruh perlakuan substitusi dengan perlakuan ke-i

εij = Error (gallat) perlakuan substitusi dengan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

3.5 Parameter yang diamati

Parameter yang akan diamati dalam penelitian ini yaitu pH, temperatur, Carbon ( C ),Nitrogen (N), Phosfor (P), Kalium (K), dan ( Ratio C/N ).

3.5.1 Derajat Keasaman (pH)

Pengujian pH dilakukan menggunakan pH meter. Pupuk cair diukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi hingga angka menunjukkan angka pH 7. Masukkan sensor serapan ke dalam sampel hingga ujungnya tenggelam dalam sampel, kemudian tekan call pada pH meter dan lihat hasil yang tertera pada layar pH meter.

3.5.2 Nitrogen

Pengujian nitrogen dilakukan menggunakan metode Kjeldahl. Sampel sebanyak 5 ml ditambahkan dengan H2SO4 pekat, kemudian didestruksi sampai jernih. Sampel didinginkan setelah itu didestilasi dan diencerkan dengan 60 mL akuades. Siapkan labu Erlenmeyer yang berisi 25 mL H2SO4 0,3 N dan 2 tetes indikator campuran (Methyl red 0,1% dan Bromcresol green 0,2% dalam alkohol) dan hubungkan ke sistem destilasi, yakni bagian ujung pipa ke dalam larutan erlenmeyer (fungsi larutan ini adalah untuk menangkap hasil sulingan yang mengandung NH3. Tuangkan perlahan-lahan (melalui dinding labu) 20 ml NaOH 40% dan segera hubungkan dengan destilator. Penyulingan dilakukan hingga N dari cairan tersebut tertangkap oleh H2SO4 yang ada dalam erlenmeyer (2/3 dari cairan yang ada pada labu destilasi menguap atau terjadi letupan-letupan kecil atau erlenmeyer mencapai volume 75 mL). Labu erlenmeyer berisi sulingan diambil dan dititer kembali dengan NaOH 0,3 N. Perubahan dari warna biru ke hijau menandakan titik akhir titrasi (AOAC, 1980).

(17)

Pengujian fosfor menggunakan metode spektrofotometri. Sampel sebanyak 1 ml diekstrak dengan 10 ml larutan Bray II (NH4 + HCl) disaring, kemudian ditambahkan dengan larutan ammonium molibdat + asam borat dan direduksi dengan pereduksi asam askorbat sampai timbul warna biru. Absorban sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 660 nm, sebagai pembanding dilakukan penetapan deret standar dengan konsentrasi fosfor 0, 1, 2, 3, 4, 5 ppm (AOAC, 1999).

3.5.4 Kalium

Pengujian kalium dilakukan menggunakan metode pertukaran kation dengan cara dilakukan ekstraksi dengan larutan NH4OAC pH 7.0 N selanjutnya diukur dengan Instrument Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS) pada panjang gelombang 768 nm, sebagai pembanding dilakukan penetapan deret standar dengan konsentrasi kalium 0, 1, 2, 3 ppm (AOAC, 1999).

3.6 Analisis Data

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, Agus. 2011. Cara Pembuatan Pestisida Hewani Untuk Padi Organik. (Online),(http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/cara-pembuatan-pestisida-hewani-untuk-padi-organik). diakses 9 November 2014

Afghanaus. 2011. Pupuk Organik Cair. http://afghanaus.com/pupuk-organik-cair/. Diakses tanggal 16 september 2015

AOAC. 1980. Official Methode of Analysis of AOAC International. The Association of Official Analitycals, Contaminants, Drugs. Vol. 1. AOAC International. Gaithersburg.

Atlas RM. 1995. Principles of microbiology. St. Louis: Mosby

Awaluddin, N. 2007. Teknologi Pengolahan Air Tanah Sebagai Sumber Air Minum Pada Skala Rumah Tangga. Pekan Apresiasi Mahasiswa LEM-FTSP UII Seminar ”Peran Mahasiswa Dalam Aplikasi Keteknikan Menuju Globalisasi Teknologi”. Universitas Islam Indonesia

Bennefield, L.D; Randall, C.W. 1980. Biological Process Design for Wastewater Treatment, Prentice-Hall, Inc, Englewwod Cliffs, NJ 07632.

Hannayuri. 2011. Pembuatan Pupuk Cair dari Urine Sapi.http://hannayuri. wordpress.com. Diakses tanggal 6 Mei 2016

Hasibuan, B.E., 2006. Pupuk dan Pemupukan. Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian. Medan

Kariada, I.K. M. Sukadana, L. Kartini dan Y. Handayani. 2000. Laporan Pengkajian Pupuk Organik Kascing pada sayuran pinggiran perkotaan. IP2TP Denpasar.

Lingga, P., 1999. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta Utomo, A, S. 2007. Pembuatan Kompos Dengan Limbah Organik. Jakarta: CV Sinar Cemerlang Abadi.

Marlina, N., Saputro, A., Amier, N., 2012. Respons Tanaman Padi (Oryza sativa

L.) terhadap Takaran PupukOrganik Plus dan Jenis Pestisida Organik

dengan System of Rice Intensification(SRI) di Lahan Pasang

Surut. Jurnal Lahan Suboptimal, 1 (3): 138 – 148

(19)

Novriana D, dan Septia M, 2003. Tinjauan BOD dan TSS Pada Pengolahan Limbah Cair Industri Biskuit Dengan Proses Aerasi Bertingkat. Laporan Penelitian Mahasiswa. Jurusan Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. Inderalaya.

Parnata, Ayub.S.2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Perdana Ginting, 2007, Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri, Bandung: Yrama Widya

Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa, Bandung.

Razif, M. 2001. “Rekayasa Konfigurasi Sistem Adsorpsi dan Biocycle untuk Pengolahan Air Limbah Domestik yang Mengandung Deterjen”. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian KLH Lembaga Penelitian ITS. Surabaya.

Samekto Riyo. 2008. Pemupukan .Yogyakarta :PT.Aji Cipta Pratama

Sudiro, Albertus. 2010. Demontrasi Teknologi Pembuatan Pupuk Organik Cair

Sugiharto, 2005, Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah, Jakarta:

Sutari, W.S., 2010. Uji kualitas bio-urine hasil fermentasi dengan mikroba yang berasal dari bahan tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau (Brassicajuncea L.). Tesis Universitas Udayana, Denpasar. Bali.

Stofella,P.J. dan Brian A. Khan.2001. Compost Utilization in Holticultural Cropping Systems. USA : Lewis Publiser.

Warasfarm. 2013. Potensi Urine Sebagai Pupuk Organik Cair. http: //warasfarm. wordpress.com/ 2013/ 01/ 22/ potensi - urine - sapi - sebagai- pupuk-organik - cair -poc/. Diakses tanggal 16 september 2015

Yulianto, A.B, dkk.2010. Pengolahan Limbah Terpadu Konversi Sampah Pasar Menjadi Komposisi Berkualitas Tinggi. Jakarta: Yayasan Diamon Peduli

Yuliarti Nugraheti.2009.1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik .Yogyakarta :Lily Publisher

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukan bahwa variasi iklim global di Nino 3.4 memiliki hubungan kuat dengan variasi iklim lokal di wilayah Aceh dengan nilai korelasi masing-masing 0,893;

Pada jurnal Pengaruh Atribut Produk Terhadap Keputusan Pembelian Handphone Samsung Galaxy Series yang ditulis oleh Widya Handayani mengatakan bahwa atribut produk

Dari definisi tersebut apabila kita analogikan sekolah sebagai sistem maka ketiga komponen diatas harus berinteraksi secara optimal untuk saling mendukung agar

This study analyzes the symbols and allegory that reveal the theme in Edgar Allan Poe’s short story entitled “The Masque of the Red Death”.. There are three problems discussed in

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan strategi pembelajaran kolaboratif dan mengetahui perbedaan hasil belajar siswa

Seterusnya, kajian ini boleh digunakan sebagai satu garis panduan kepada organisasi awam ataupun swasta seperti JKMM, Kementerian Kesihatan, Jabatan

Next, the local community from Bandar Penggaram, Batu Pahat had exposed me to a wide spectrum of opinion and advice on topics like public market scenario, user preference,

Hasil pengujian menunjukkan bahwa keaktifan komite audit dengan menggunakan ukuran tingkat kehadiran rapat hanya berpengaruh terhadap akrual negatif.. Pengaruh tersebut