• Tidak ada hasil yang ditemukan

9-4 Pelaksanaan Cuci Tangan.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "9-4 Pelaksanaan Cuci Tangan.pdf"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN CUCI TANGAN “HAND RUB” PERAWAT DI RUANG PRE OPERASI KAMAR BEDAH

Agustina Dewi Kristani1), Siwi Ikaristi Maria Theresia2) STIKes Panti Rapih Yogyakarta,

Jl. Tantular 401 Pringwulung, Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp. (0274) 518977 Fax. (0274) 896128

Korespondensi: siwi_theresia@stikespantirapih.ac.id

ABSTRAK

Penggunaan hand rub berbasis alkohol merupakan cara yang efektif dalam menurunkan jumlah koloni mikroorganisme pada tangan perawat, sehingga hand rub berbasis alkohol ini selalu tersedia pada seluruh ruang perawatan. Kamar bedah merupakan ruangan yang membutuhkan sterilitas tingkat tinggi. Ruang pre operasi harus dilalui sebelum memasuki area steril untuk proses persiapan sebelum pembedahan. Hal ini sangat memungkinkan terjadinya transmisi bakteri.Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan cuci tangan perawat kamar bedah dengan menggunakan hand rub di ruang pre operasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitaf dan analisa data menggunakan prosentase. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 30 responden diambil dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi pada perawat kamar bedah yang melakukan tindakan ke pasien di ruang pre operasi. Hasil penelitian didapatkan 37% dalam kategori baik, dan 63% dalam kategori tidak baik.Sebanyak37% yang responden melakukan cuci tangan “handrub”, seluruhnya menggunakan denganteknik enam langkah dengan benar. Saran bagi manajemen kamar bedah untuk selalu mengingatkan perawat dalam mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan persiapan ke pasien terutama di ruang pre operasi.

Kata kunci: hand rub, perawat, ruang pre operasi

PENDAHULUAN

Undang – Undang Kesehatan Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 32 menyatakan bahwa “ Setiap pasien mempunyai hak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.” Salah satunya yaitu dengan menghindari adanya risiko infeksi nosokomial di rumah sakit dan mencegah terjadinya kerugian pada pasien yang diakibatkan kesalahan dari petugas medis, para medis, atau non medis (Depkes RI, 2013).Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di Rumah Sakit yang diakibatkan karena ada transmisi organisme

x 24 jam pertama masa hospitalisasi. Menjalankan salah satu tindakan universal precautionyaitu mencuci tangan pada setiap penanganan pasien di rumah sakit merupakan cara yang paling ampuh untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial (Potter & Perry, 2005).

Tindakan mencuci tangan

merupakan salah satu cara mudah untuk memutus terjadinya infeksi nosocomial. Penggunaan hand rub berbasis alkohol dengan konsentrasi 60 – 80% telah

direkomendasikan oleh WHO untuk

(2)

penelitiannya mengatakan bahwa mencuci tangan dengan hand rub berbasis alkohol

dapat menurunkan jumlah koloni

mikroorganisme di tangan petugas kesehatan di rumah sakit.

Kamar bedah adalah salah satu ruang atau unit dalam suatu rumah sakit yang khusus untuk melakukan tindakan pembedahan baik segera (emergency) maupun yang berencana (elective) yang membutuhkan keadaan suci hama atau steril (Depkes RI, 2009). Tata ruang kamar bedah dibagi menjadi 3 daerah menurut sterilitasnya, yaitu daerah terbatas (unrestricted area), daerah semi terbatas (semirestricted area), dan daerah terbatas

(restricted area) (HIPKABI, 2014). Ruang

pre operasi merupakan area yang semi terbatas dan merupakan ruang transfer pasien dari bangsal ke kamar bedah dimana terdapat peralatan yang dibawa dari ruangan akan dibawa ke ruang pre operasi. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa semua peralatan yang dibawa dari ruangan seperti tempat tidur pasien, alat tenun yang terpasang pada pasien terpapar oleh bakteri dari bangsal, oleh karena itu perawat kamar bedah harus menjalankan universal precaution cuci tangan supaya pasien tidak mengalami infeksi nosokomial yang diperoleh saat di rumah sakit yang akan menyebabkan hambatan dalam proses kesembuhan pasien. Kebersihan tangan merupakan salah satu indikator patient

safety yang harus dijalankan oleh petugas di

rumah sakit, maka meningkatnya

pelaksanaan petugas dalam cuci tangan juga berarti meningkatnya kualitas pelayanan terutama di Kamar Bedah.

Penelitian ini bertujuan

mendapatkan gambaran pelaksanaan cuci tangan perawat kamar bedah di ruang pre operasi, terutama pada momen sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dengan prosedur enam langkah. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi ruang operasi dalam pelaksanaan cuci tangan saat five moments sebagai usaha melakukan tindakan universal precaution.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitaif. Populasi dari penelitian ini adalah semua perawat kamar operasi yang berjumlah 59 perawat.Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi adalah perawat sebagai karyawan tetap dan kriteria eksklusi adalah perawat yang tidak sedang menjalani cuti, sakit, perawat dan perawat sebagai penanggungjawab ruangan. Jumlah sampel yang didapatkan adalah 30 responden

Variabel penelitian ini adalah cuci tangan perawat kamar bedah dengan menggunakan handrub di ruang pre operasi. Penelitian dilakukan tanggal 25 Februari – 25 Maret 2017. Tempat penelitian adalah ruang pre operasi kamar bedah di sebuah rumah sakit swasta tipe B di Yogyakarta.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan observasi sebelum dan sesudah kontak dengan pasien pada saat dinas pagi dan dinas siang. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi teknik mencuci tangan 6 langkah yang dilakukan selama 20 – 30 detik dengan menggunakan hand rub berbasis alcohol menurut WHO 2009. Langkah tersebut adalah:

1. Menuangkan cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.

2. Mengusap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian. 3. Menggosok sela-sela jari tangan hingga

bersih.

4. Membersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci.

5. Menggosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.

6. Meletakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.

Analisis data hasil observasi

tindakan perawat mencuci tangan

(3)

dan tidak baik. Penilaian observasi jika dilakukan nilai 1 dan jika tidak melakukan nilai 0.

HASIL PENELITIAN

Berikut ini adalah hasil penelitian tentang pelaksanaan cuci tangan perawat di ruang Pre Operasi dalam bentuk tabel.

Tabel1

Distribusi pelaksanaan cuci tangan hand rubperawat di ruang pre operasi.

No Kategori Dinas pagi Dinas siang n % n %

1 Baik 11 3711 37 2 Tidak baik 19 63 19 63

Jumlah 30 100 30 100

Analisa: berdasarkan tabel di atas, diperoleh data kurang dari separuh (37%) pelaksanaan perawat kamar bedah pada saat dinas pagi dan dinas sore pada kategori baik, dan lebih dari separuh (63%) pelaksanaan cuci tangan perawat kamar bedah pada saat dinas pagi dan dinas sore kategori tidak baik.

Tabel 2 Distribusi pelaksanaan

cuci tangan hand rub “sebelum” kontak dengan pasien.

No Kategori Dinas pagi Dinas siang n % n %

1 Melakukan 20 67 17 57 2 Tidak melakukan 10 33 13 43

Jumlah 30 100 30 100

Analisa: berdasarkan tabel di atas, diperoleh lebih dari separuh (67%) perawat kamar bedah melakukan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien pada saat dinas pagi dan dinas siang (57%) dan kurang dari separuh (33%) perawat kamar bedah tidak melakukan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien pada saat dinas pagi dan dinas siang (43%) perawat kamar bedah tidak melakukan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien.

Tabel 3

Distribusi pelaksanaan cuci tangan handrub perawat “sesudah” kontak dengan pasien.

No Kategori Dinas pagi Dinas siang n % n % 1 Melakukan 11 37 11 37 2 Tidak melakukan 19 63 19 63

Jumlah 30 100 30 100

Analisa: berdasarkan tabel di atas diperoleh data kurang dari separuh (37%) perawat kamar bedah melakukan cuci tangan sesudah kontak dengan pasien pada saat dinas pagi dan dinas siang. Lebih dari separuh (63%) perawat kamar bedah tidak melakukan cuci tangan sesudah kontak dengan pasien saat dinas pagi dan dinas siang.

Tabel 4

Distribusi cuci tangan hand rub“enam langkah “ perawat “sebelum” kontak

dengan pasien.

No Kategori Dinas pagi Dinas siang n % n % 1 Melakukan 20 100 17 100 2 Tidak melakukan 0 0 0 0

(4)

Analisa : berdasarkan tabel di atas, diperoleh data dari 20 responden yang melakukan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien pada saat dinas pagi seluruhnya (100%) melakukan dengan cara enam langkah. Sementara itu dari 17 responden yang melakukan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien pada saat dinas siang seluruhnya (100%) melakukan dengan cara enam langkah.

Tabel 5

Distribusi cuci tangan hand rub “enam langkah” perawat “sesudah” kontak

dengan pasien.

Analisa : berdasarkan tabel di atas, diperoleh data dari 11 responden (37%) yang melakukan cuci tangan sesudah kontak dengan pasien pada saat dinas pagi 100% melakukan dengan cara enam langkah , dan dari 11 responden (37%) yang melakukan cuci tangan sesudah kontak dengan pasien pada saat dinas siang 100% melakukan dengan enam langkah.

PEMBAHASAN

Peran perawat sebagai pelaksana merupakan pelaksana terdepan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial (Potter & Perry, 2005). Kebersihan tangan perawat menjadi hal yang penting karena tangan petugas kesehatan merupakan vehicle paling sering untuk terjadinya infeksi nosokomial. Kebersihan tangan meliputi cuci tangan dan disinfeksi

tangan adalah ukuran pencegahan yang utama. Cuci tangan juga merupakan prosedur satu-satunya yang paling penting untuk mencegah infeksi nosokomial.Inweregbu, Dave & Pittard (2005) menyatakan bahwa 40% penularan infeksi di rumah sakit disebabkan oleh tindakan mencuci tangan yang tidak tepat oleh petugas kesehatan. Sementara itu beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku perawat dalam melakukan universal precaution di kamar bedah adalah pengetahuan, sikap, motivasi, dan fasilitas (Khoidrudin, A., Pohan, V Y., & Riwayati, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa peran perawat sangat penting dalam proses terjadinya infeksi nosokomial.

Langkah awal mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan ke pasien merupakan tindakan yang mutlak dilakukan. Menurut Susiati (2008), tujuan cuci tangan adalah untuk mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan, mencegah infeksi silang (Cross Infection), menjaga kondisi steril, melindungi diri dan pasien dari infeksi. Hasil penelitian mengenai pola kuman dari infeksi luka operasi oleh Barung, S, dkk (2017) mengungkapkan bahwa jenis bakteri Gram negative adalah mikroorganisme yang paling banyak ditemukan dan yang tersering adalah Pseudomonas aeruginosa. Hal ini terjadi salah satunya karena perilaku petugas kesehatan dalam mencuci tangan di ruang operasi.

Keadekuatan dalam mencuci tangan dengan handrub oleh petugas kamar bedah dalam hal ini perawat merupakan

faktor yang menentukan dalam

menghilangkan mikroorganisme.

Tersedianya fasilitas untuk mencuci tangan merupakan faktor yang penting. Kozier, Erb & Snyder (2010) mengatakan bahwa sediaan antiseptik memiliki efektifitas dan kegunaan yang berbeda – beda. Isopropil alkohol dan etil alkohol bekerja aktif terhadap bakteri, jamur dan virus digunakan untuk tangan. Clorhexidine glukonat bekerja aktif terhadap bakteri dan virus digunakan untuk tangan. Triklosan bekerja aktif terhadap bakteri digunakan untuk untuk tangan dan kulit yang utuh. Oleh karena itu handrub mengandung alkohol tambahan dianjurkan untuk digunakan di fasilitas mencuci tangan

No Kategori Dinas pagi Dinas siang

n % n % 1 Melakukan 11 100 11 100 2 Tidak melakukan 0 0 0 0

(5)

tidak adekuat atau tidak dapat dilakukan dan tidak dapat dilakukan dan tangan tidak begitu kotor (Porry & Potter, 2005).

World Health Organization

(WHO), (2009) merekomendasikan

penggunaan handrub berbasis alkohol 60 – 80% untuk menghilangkan bakteri Gram

positif, Gram negative, Virus,

Micobacterium dan Fungi. Alkohol ini akan bekerja cepat dan tidak meninggalkan residu setelah perawat mencuci tangan. Meskipun terdapat beberapa antiseptic yang dapat digunakan antara lain: Chloroxylenol,

Chlorhexidine, Hexachlorophene,

Iodophors, Triclosan dan Quaternary ammonium compounds, akan tetapi daya kerja paling efektif untuk hand rub adalah alkohol. Hal ini didukung oleh Shen N. J., dkk (2015) yang mengatakan bahwa alkohol based handrub lebih efektif untuk menghilangkan mikroorgnisme di ruang operasi.

Hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa 37% perawat dalam melaksakan cuci tangan di ruang pre operasi dalam kategori baik dan 63% pada kategori tidak baik. Kondisi ini masih sangat jauh dari harapan bahwa perawat melakukan tindakan universal precaution yaitu mencuci tangan secara khusus di ruang pre operasi. Sehingga melihat hasil diatas maka perawat kamar bedah yang bertugas di ruang pre operasi dapat berisiko menjadikan perantara terjadinya infeksi nosokomial.

SIMPULAN dan SARAN

Pelaksanaan cuci tangan dengan hand rub perawat kamar bedah di ruang pre operasi menunjukkan prosentase dengan kategori tidak baik lebih banyak dibandingkan dengan prosentase dengan kategori baik. Saran bagi manajemen kamar bedah untuk selalu mengingatkan kembali pada saat pergantian dinas kepada para perawat yang bertugas di ruang pre operasi selalu mencuci tangan dengan menggunakan hand rub sebelum dan sesudah memberikan tindakan kepada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Barung, S., Sapan H B., Sumanti, W M., & Tubagus, R. (2017). Pola kuman dari infeksi luka operasi pada pasien multitrauma. Jurnal Biomedik.

Depkes RI.(2009). Pedoman Pelaksa naan KewaspadaanUniversal di

Pelayanan Kesehatan. Jakarta.

Depkes RI. (2013). Undang-Undang Kesehatan Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta.

HIPKABI. (2014). Buku Pelatihan

Dasar – Dasar Ketrampilan Bagi Perawat Kamar Bedah. Jakarta : HIPKABI Press.

Inweregbu, K., Dave, J., & Pittard, A. (2005). Nosocomial infections.

Continuing Education in

Anaesthesia, Critical Care & Pain, 5(1), 14-17.

Khoidrudin, A., Pohan, V Y., & Riwayati. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dalam melakukan prosedur tindakan pencegahan universaldi instalasi bedah sentral RSUP Dr. Kariyadi Semarang. FIKKes Jurnal

Keperawatan, 1-17.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder,

S J. (2010). Buku Ajar

Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik. Jakarta: EGC.

Maunah, N. (2013). Efektifitas aplikasi handrub terhadap perubahan pola mikroorganisme pada tangan petugas di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.Dr.Suliati Saroso. The Indonesian Journal of Infectious

Disease, 24-29. Retrieved from

http://rspi-suliantisaroso.co.id/pdf/Efektifitas %20Aplikasi%20Handrub.pdf

(6)

World Health Organization. (2009). WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health

Care.http://www.who.int/gpsc/5ma

y/tools/who_guidelines-handhygiene_summary.pdf

Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,dan Praktik. Edisi 4.

Vol. 1. Jakarta : EGC.

Shen, J N., Pan, S C., Sheng, W H., Tien, K L., Chen, M L., Chang, S C.,& Chen, Y C. (2015). Comparative antimikrobial efficacy of alcohol-based hand rub and conventional surgical scrub in a medical center. Journal of Microbiology,

Immunology and Infection, 48,

322-328.

Susiati. (2008). Ketrampilan

Keperawatan Dasar, Paket 1.

Gambar

tabel di
Tabel 5

Referensi

Dokumen terkait

” “ Setsuzokujoshi berfungsi terutama untuk merangkai klausa dan klausa, tetapi setsuzokujoshi biasanya melekat dengan yougen (kata yang dapat mengalami perubahan

Badan pengelola Masjid Agung Jawa Tengah telah melakukan perencanaan yang matang sejak lama untuk pengelolaan Obyek Daya tarik Wisata yang ada di Masjid Agung

Dengan melihat hasil pengujian yang diperoleh, maka pembuatan sistem ini telah memenuhi tujuan awal dari penelitian, yaitu membuat sistem navigasi gedung SMK Pancasila

Adapun jenjang pendidikan penulis lalui yaitu di SDN Nanggerang Kabupaten Majalengka, Jawa Barat pada tahun 2001 dan tamat pada tahun 2007, kemudian pada tahun yang sama

Pengungkapan sustainability report yang sesuai dengan GRI (Global Reporting Initiative) harus memenuhi beberapa prinsip. Prinsip-prinsip ini tercantum dalam GRI-G3

[r]

Selama ini monitoring dan pelaporan kemajuaan pengerjaan proyek sarana dan prasarana transportasi dilakukan secara manual, yaitu pihak pengawas lapangan dari dinas

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMP DIPONEGORO 1 JAKARTA.. CORRELATION OF PARENTING METHOD TO