• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Aspek Agronomi Kakao - Strategi Peningkatan Produksi Kakao Di Desa Karang Rejo Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Aspek Agronomi Kakao - Strategi Peningkatan Produksi Kakao Di Desa Karang Rejo Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Aspek Agronomi Kakao

Tanaman Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi

Perkebunan Unggulan, hal ini tergambar dari banyaknya permintaan bibit Kakao

yang bermutu dari petani/kelompok tani. Hal ini didukung oleh banyak potensi

lahan yang cocok secara ekologis untuk tanaman ini disamping harga yang cukup

stabil dan baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

petani/masyarakat pertanian. Sesuai dengan sifat tumbuhnya tanaman Kakao

memerlukan pelindung maka dapat dikembangkan pada lahan-lahan yang ada

tanaman kelapa, karet, lamtoro sekaligus dalam rangka meningkatkan

produktifitas lahan usaha tani. Dalam usaha tani Kakao membutuhkan teknik

budidaya yang baik dan benar agar memperoleh produksi yang optimal, juga

memperhatikan kondisi lingkungan dan agroklimat di lokasi pembukaan kebun

kakao harus sesuai dengan kebutuhan tanaman kakao (Pertanian Centre. Com,

2008).

Syarat Tumbuh

1. Tanah

Tanaman kakao untuk tumbuhnya memerlukan kondisi tanah yang

mempunyai kandungan bahan organ yang cukup, lapisan olah yang dalam untuk

membantu pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik seperti struktur tanah yang

gembur juga sistem drainase yang baik. PH tanah yang ideal berkisar antara 6 – 7

(2)

Menurut Situmorang (1988), tanah mempunyai hubungan erat dengan

sistem perakaran tanaman kakao, karena perakaran tanaman kakao sangat dangkal

dan hampir 80% dari akar tanaman kakao berada disekitar 15 cm dari permukaan

tanah, sehingga untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik tanaman kakao

menghendaki struktur tanah yang gembur agar perkembangan akar tidak

terhambat. Perkembangan akar yang baik menentukan jumlah dan distribusi akar

yang kemudian berfungsi sebagai organ penyerapan hara dari tanah. Tanaman

kakao menghendaki permukaan air tanah yang dalam. Permukaan air tanah yang

dangkal menyebabkan dangkalnya perakaran sehingga tumbuhnya tanaman

kurang kuat.

2. Iklim

Lingkungan yang alami bagi tanaman kakao adalah hutan tropis, dengan

demikian curah hujan, suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya dan angin

merupakan faktor pembatas penyebaran tanaman kakao. Tanaman kakao dapat

tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 – 600 meter diatas permukaan laut. suhu

yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kakao adalah sekitar 25 - 27˚ C dengan

fluktuasi suhu yang tidak terlalu besar. Rata-rata suhu minimum adalah 13 - 21˚ C

dan rata-rata suhu maksimum adalah 30 - 32˚ C. Berdasarkan kesesuaian terhadap

suhu tersebut maka tanaman kakao secara komersial sangat baik dikembangkan di

daerah tropis. intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman kakao

berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kebutuhan tanaman terhadap intensitas

cahaya matahari bervariasi, tergantung pada fase pertumbuhan dan umur tanaman.

Intensitas cahaya yang ideal bagi tanaman kakao adalah antara 50 – 70% (Siregar,

(3)

Jenis-jenis Kakao

Ada tiga jenis kakao yaitu, jenis pertama adalah jenis criollo. Jenis ini

merupakan tanaman kakao yang menghasilkan biji cokelat yang mutunya sangat

baik dan dikenal dengan cokelat mulia, ciri cirinya adalah buahnya berwarna

merah atau hijau, kulit buahnya tipis berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji buahya

berbentuk bulat telur beruuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu

basah. Jumlah jenis ini ada sekitar ± 7% dan dihasilkan di Indonesia, ekuador,

Venezuela, jamaika, dan Sri lanka.

Jenis kedua adalah jenis forestero, jenis ini merupakan jenis tanaman

kakao yang memiliki mutu sedang atau bulk kokoa. Ciri ciri jenis ini adalah

buahnya berwarna hijau, kulitnya tebal, biji buahnya tipis atau gepeng dan

kotiledonnya berwarna ungu pada waktu basah. Jumlah jenis forestero adalah ±

93% dari produksi kakao dunia merupakan jenis bulk yang dihasilkan di afrika

barat, brasil dan dominika.

Jenis yang ketiga adalah jenis trinatario,jenis ini merupakan hybrida dari

jenis criollo dengan jenis forestero secara alami, sehingga jenis ini sangat

heterogen, kakao trinatario menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cocoa

ada yang termasuk bulk cocoa. Buahnya berwarna hijau atau merah dan

bentuknya bermacam-macam, biji buahnya juga bermacam-macam dengan

kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah (Destian,

(4)

2.2. Landasan Teori

Produksi dan Produktivitas

Produksi adalah suatu kegiatan memproses input (faktor produksi) menjadi

output. Produksi dapat juga didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau

aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan

demikian, kegiatan produksi tersebut adalah mengkombinasikan berbagai

masukan untuk menghasilkan keluaran. Sedangkan produktivitas dalam bidang

pertanian adalah produksi yang dihasilkan dibagi dengan luas lahan yang

digunakan (Agung, dkk., 2008).

Faktor Produksi

Faktor produksi adalah segala input produksi yang digunakan untuk

menghasilkan output atau keluaran. Faktor-faktor produksi dapat dibedakan

kepada empat golongan, yaitu tenaga kerja, modal, tanah, dan keahlian

keusahawanan. Untuk faktor-faktor produksi usahatani meliputi bibit/benih,

tenaga kerja, luas lahan, pupuk, pengendali hama penyakit dan gulma serta faktor

lainnya (Sukirno, 1996).

Fungsi Produksi

Di dalam ilmu ekonomi dikenal dengan yang namanya fungsi produksi

yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik dengan faktor-faktor

produksi. Fungsi produksi digambarkan dalam persamaan yang menunjukkan

hubungan ketergantungan fungsional antara tingkat input yang digunakan dalam

(5)

Perkaitan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang

diciptakan disebut dengan fungsi produksi. Dalam bentuk matematika sederhana

fungsi produksi ini ditulis sebagai berikut:

Y = f (X1,X2, X3,…., Xn)

Dimana :

Y = hasil produksi fisik

X1, X2…, Xn = faktor-faktor produksi

(Mubyarto, 1994).

Strategi

Strategi adalah cara terbaik untuk mencapai beberapa sasaran dan rencana

yang komprehensif. Strategi yang mengintegrasikan segala sumber daya dan

kemampuan yang bertujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi. Jadi

strategi adalah rencana yang mengandung cara komperhensif dan integratif yang

dapat dijadikan pegangan untuk bekerja, berjuang dan berbuat untuk

memenangkan kompetisi. Untuk menentukan mana yang terbaik tersebut akan

tergantung pada kriteria yang digunakan.

Proses penyusunan rencana strategis melalui tiga tahap yaitu:

1. Tahap pengumpulan data

2. Tahap analisis

3. Tahap pengambilan keputusan

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan

pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis.

Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh

(6)

− Matriks faktor strategi internal

− Matriks faktor strategi eksternal

(Soepeno, 1997).

Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data

yang terdiri atas tiga model yaitu:

a. Matrik Faktor Strategi Internal

Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, kita perlu mengetahui

terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel IFAS.

− Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan

kelemahan).

− Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar

kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari

nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1

(tidak baik) terhadap kekuatan dan nilai “rating” terhadap

kelemahan bernilai negatifnya.

− Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot

(kolom 3). Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan

pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis

perusahaan.

− Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk

memperoleh skoring dalam kolom 4.

− Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

(7)

menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap

faktor-faktor strategi internalnya.

Hasil identifkasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan

kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor Strategi

Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total

skor kekuatan dan kelemahan.

b. Matrik Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui

terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel EFAS.

− Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan

ancaman).

− Beri rating dalam masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai

besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal,

mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik)

dan nilai 1 (tidak baik) terhadap peluang dan nilai “rating”

terhadap ancaman bernilai negatif.

− Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot

(kolom 3). Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan

pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis

perusahaan.

− Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk

memperoleh skoring dalam kolom 4.

− Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor

(8)

menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap

faktor-faktor strategi eksternalnya.

Hasil identifkasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan

kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor

Strategi eksternal (EFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian

diperbandingkan antara total skor peluang dan ancaman.

Matrik SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis

yaitu:

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki petani

untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan meminimalkan kelemahan yang ada

serta menghindari ancaman. Matriks analisis SWOT dapat dilihat pada tabel

(9)

2.3. Kerangka Pemikiran

Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia, karena kakao

termasuk salah satu dari tiga komoditas dari sektor perkebunan yang memberikan

sumbangan devisa yang sangat tinggi bagi Indonesia. Namun di beberapa daerah

penghasil biji kakao masih terjadi penurunan produksi yang disebabkan beberapa

faktor seperti penyakit buah kakao dan hama pengganggu.

Peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas buah kakao

mutlak diperlukan untuk memenuhi permintaan lokal dan dunia terhadap biji

kakao. Harga kakao yang terus meningkat menjadikan usahatani kakao menjadi

cukup menjanjikan bagi para petani yang ada di daerah Kabupaten Langkat.

Selain kondisi tanah dan iklimnya yang cocok juga karena petani yang

mengusahakan usahatani kakao cukup berpengalaman.

Sama halnya dengan usahatani kamoditas yang lain, usahatani kakao juga

memiliki kelemahan dalam kegiatan budidayanya. Hal inilah yang berpengaruh

(10)

beberapa kelemahan, usahatani ini memiliki kekuatan dan peluang pasar yang

cukup signifikan. Untuk itu perlu dikaji analisis faktor internal dan eksternal.

Kajian ini digunakan untuk dapat merumuskan strategi yang tepat untuk

usahatani kakao guna meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas ini.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani kakao (lahan, bibit,

pupuk, obat-obatan, tenaga kerja) juga perlu dilakukan untuk mengetahui faktor

mana yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi kakao. Secara

sistematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar skema berikut ini.

Keterangan : : Ada hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Petani Kakao

(11)

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah

1. Produktivitas kakao di daerah penelitian meningkat selama 5 tahun

terahir.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani kakao (lahan,

bibit, pupuk, pengalaman bertani, tenaga kerja) berpengaruh nyata

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan pendanaan pembangunan hutan tanaman berbasis masyarakat melalui skema KUHR Penyediaan akses permodalan untuk pembangunan hutan tanaman berbasis masyarakat

Pada Tabel 1 dapat dibaca bahwa berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi ektoparasit caplak pada deteksi infestasi ektoparasit caplak Boophilus sp di peternakan

Parameter pengujian yang digunakan adalah resistansi dan tegangan keluaran sensor, (ii) membuat rangkaian akuisisi data untuk menguji sensor dalam mendeteksi bahan

Tulisan ini merupakan Skripsi dengan judul “ Pemanfaatan Serbuk Serat Ampas Tebu Termodifikasi sebagai Pengisi Komposit Hibrid Plastik Bekas Kemasan Gelas/Serat

menunjukkan jika plat resin akrilik yang direparasi dengan penambahan E- JODVV ¿EHU dengan volumetrik 7,4% menghasilkan kekuatan transversal tertinggi dibandingkan

Pada hari Rabu 15 November 2017, ketika penulis mengajukan pertanyaan kepada beliau “bagaimana peran kepala madrasah sebagai evaluator dalam meningkatkan kompetensi

Kecelakaan lalu lintas adalah suatu kejadian kecelakaan yang tak terduga tidak direncanakan dan diharapkan yang terjadi dijalan raya atau sebagai akibat dari kesalahan

Dengan evaluasi yang diajukan penulis adalah apakah sistem pengendalian intern berpengaruh dalam rangka menjaga keamanan perusahaan, maka tujuan yang