• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Uji Antibakteri Ekstrak Air Bawang Putih (Allium Sativum) dan Hasil Hidrolisis Enzimatis Minyak Kelapa Murni serta Kombinasinya terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Diare

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Uji Antibakteri Ekstrak Air Bawang Putih (Allium Sativum) dan Hasil Hidrolisis Enzimatis Minyak Kelapa Murni serta Kombinasinya terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Diare"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prinsip pengobatan kombinasi terhadap suatu penyakit telah lama

dikembangkan dalam pengobatan kuno. Masyarakat Afrika Barat seperti Ghana dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya

memiliki efek yang lebih efektif (Eja, et al., 2011). Hal ini juga terlihat sampai sekarang, dimana untuk beberapa jenis penyakit dibutuhkan pengobatan gabungan dua atau lebih senyawa obat. Tujuannya untuk meningkatkan keefektifan

kombinasi obat dan juga untuk menghilangkan atau meminimalkan efek samping yang mungkin timbul.

Penyakit infeksi yang sering terjadi sekarang ini adalah diare. Penyakit ini sering tidak diperhatikan, namun dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan serius. Untuk diare infeksi, terapi utamanya menggunakan

antibiotik, selain terapi cairan tubuh. Untuk tingkat diare akibat infeksi parah, terapi dengan kombinasi antibiotik sering dilakukan untuk mempercepat

penyembuhan. Di lain pihak, penggunaan antibiotik yang sering dapat meningkatkan insidensi resistensi bakteri, dimana hal ini dapat meningkatkan keparahan infeksi dan penangannya menjadi sulit. Krisisnya higenitas dan sanitasi

juga akan memperparah penanganan infeksi ini (Bueno, 2012).

Kombinasi pengobatan menggunakan antibiotik dapat menghasilkan efek

(2)

Meskipun saat ini sudah banyak industri farmasi yang menghasilkan sejumlah obat antimikroba baru, resistensi terhadap obat-obat tersebut tetap saja meningkat

pesat (Bueno, 2012).

Oleh sebab itu, saat ini pengembangan untuk penemuan antimikroba dari tanaman dianggap penting dan memberikan harapan baru untuk penelitian

selanjutnya. Selain itu, antimikroba yang berasal dari tanaman juga dipercaya memiliki efek samping yang minimal (Bueno, 2012). Namun pengembangan

untuk menemukan efek kombinasi antimikroba membutuhkan dukungan peralatan dan prosedur penelitian yang lebih kompleks.

Akhir-akhir ini, banyak penelitian tentang aktivitas antibakteri bawang

putih dan minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil, VCO). Kedua tanaman ini dekat dengan kehidupan masyarakat dan bernilai ekonomi yang tinggi. Bawang

putih (Allium sativum) sudah lama digunakan sebagai bahan tambahan makanan di seluruh dunia karena dapat bercampur dengan baik dan meningkatkan aroma makanan yang dicampurkan (Cobas, et al., 2010; Woodward, 1996). Aktivitas

antimikroba bawang putih sangat baik dan beragam, dimana senyawa turunan allicin, protein, saponin, dan senyawa fenol dilaporkan berkontribusi terhadap aktivitas tersebut. Sedangkan aktivitas antibakteri VCO disebabkan oleh kandungan asam laurat (C12:0), asam kaprilat (C8:0), asam kaprat (C10:0), dan asam miristat (C14:0) dan lebih aktif dalam bentuk monogliseridanya (Conrado,

2000; Kabara, et al., 1972).

Aktivitas antibakteri bawang putih disebabkan oleh reaksi pertukaran

(3)

serta DNA polimerase (diperlukan untuk replikasi kromosom bakteri). Perpecahan ini selanjutnya dapat menghentikan metabolisme sel dan pertumbuhan bakteri

(Jonkers, et al., 1999; Bakri dan Douglas, 2005). Antibakteri bawang putih dikategorikan berspektrum luas karena efektif melawan bakteri Gram positif dan Gram negatif.

Efek sinergisme allicin melawan Mycobacterium tuberculosis ditemukan pada kombinasinya dengan antibiotik seperti streptomisin dan kloramfenikol

(Gupta, et al., 2010). Aspek menarik allicin adalah sifat ketidakstabilannya, membuat suatu mikroorganisme sulit untuk membentuk mekanisme resistensinya. Eja, et al. (2011) menyatakan bahwa efek sinergis atau adiktif dari bawang putih

dan antibiotik konvensional terhadap beberapa galur bakteri yang resisten, memberikan harapan baru untuk penelitian selanjutnya. Dimana menurutnya,

aktivitas antimikroba bawang putih (zona hambat 19 mm) meningkat setelah dikombinasi dengan ampisilin terhadap Escherichia coli (zona hambat menjadi 21 mm) dan Staphylococcus aureus (zona hambat menjadi 23 mm). Namun pada

kombinasi bawang putih dengan Gongronema latifolium terjadi penurunan aktivitas.

Mutu VCO ditentukan dari MCFA (Medium chain fatty acid) dan asam laurat yang terkandung di dalamnya (Sari, 2009). Aktivitas antibakteri MCFA terbaik dalam VCO adalah dalam bentuk bebas dan monogliserida. Untuk

memperoleh monogliserida dari suatu trigliserida, dilakukan hidrolisis menggunakan enzim yang spesifik bekerja hanya untuk menghidrolisis secara

(4)

alkohol juga dapat menghidrolisis trigliserida. Penambahan NaOH berlebih akan menghidrolisis semua trigliserida menjadi gliserol dan sabun (Ketaren, 2005;

Boyer, 1986).

Penurunan jumlah mikroorganisme oleh VCO diduga oleh kandungan asam lemak rantai sedang dalam VCO, melalui mekanismenya dalam merusak

dinding sel bakteri. Menurut Permata (2012) aktivitas antibakteri VCO hasil hidrolisis lebih besar dibandingkan tanpa hidrolisis, terhadap beberapa bakteri

kulit menggunakan metode difusi agar dengan pencadang kertas (diameter 6 mm). Aktivitas antibakteri VCO hasil hidrolisis aktif terhadap Staphylococcus aureus, Salmonella thypi serta Escherichia coli disimpulkan oleh Loung, dkk. (2014), namun tidak lebih besar daripada kloramfenikol (30 μg) dan tetrasiklin (30 μg).

Selain itu, berdasarkan uji antibakteri in vivo terhadap Salmonella oleh Elysa, dkk.

(2014) disimpulkan bahwa hasil hidrolisis mampu menghambat pertumbuhan bakteri tersebut.

Bawang putih telah dilaporkan dalam beberapa penelitian memiliki efek

sinergis maupun antagonis beberapa senyawa antibakteri lain. Namun belum ada laporan mengenai hal yang sama terhadap hasil hidrolisis enzimatik VCO. Oleh

sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan uji antibakteri VCO tanpa hidrolisis (VCOT), hasil hidrolisisnya (HVCO), ekstrak air bawang putih (EABP), serta kombinasinya terhadap beberapa bakteri penyebab diare. Antibiotik

pembanding yang digunakan adalah Tetrasiklin HCl sebagai antibiotik utama untuk mengobati diare. Pengujian antibakteri dilakukan terhadap bakteri patogen

(5)

8939), Salmonella thypi (ATCC 00786), Salmonella thypi (ATCC 00786), dan Vibrio cholera (ATCC 39315). Bakteri-bakteri tersebut merupakan penyebab utama diare serta memiliki sifat yang berbeda secara biologi.

1.2 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian dilakukan dengan melakukan preparasi sampel bawang putih dan VCO. Bawang putih diekstraksi dengan akuades bidestilata steril dan VCO

dihidrolisis dengan LIPOZIM®

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter TL IM selama 14 jam (Loung, dkk., 2014; Elysa, dkk., 2014). Uji pendahuluan dimulai dengan penentuan waktu optimal penyimpanan ekstrak bawang putih dan pemilihan pelarut yang sesuai untuk uji

antibakteri. Selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas antibakteri untuk sampel tunggal dan dilanjutkan dengan pengujian kombinasi.

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

hidrolisis dengan enzim

ekstraksi

Bawang putih

Ekstrak air bawang putih (EABP) Hasil Hidrolisis VCO (HVCO)

(6)

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian di atas, dapat disusun

rumusan masalah sebagai berikut:

a. Apakah aktivitas antibakteri ekstrak air bawang putih lebih baik daripada hasil hidrolisis VCO maupun tanpa hidrolisis terhadap bakteri penyebab diare?

b. Apakah ada sinergisme aktivitas antibakteri kombinasi ekstrak air bawang putih dengan hasil hidrolisis VCO terhadap bakteri penyebab diare?

c. Apakah aktivitas antibakteri kombinasi ekstrak air bawang putih dan VCO sama dengan antibiotik pembanding?

1.4 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Aktivitas antibakteri ekstrak air bawang putih lebih baik dibandingkan hasil hidrolisis VCO maupun tanpa hidrolisis terhadap bakteri penyebab diare.

b. Kombinasi ekstrak air bawang putih dengan hasil hidroliosis menghasilkan

aktivitas antibakteri yang sinergis terhadap bakteri penyebab diare.

c. Aktivitas antibakteri kombinasi ekstrak air bawang putih dan VCO sama

dengan antibiotik pembanding pada konsentrasi tertentu.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk membandingkan aktivitas antibakteri ekstrak air bawang putih dan hasil

(7)

b. Untuk mengetahui sinergisme aktivitas antibakteri kombinasi ekstrak air bawang putih dan hasil hidrolisis VCO terhadap bakteri penyebab diare.

c. Untuk mengetahui konsentrasi kombinasi ekstrak air bawang putih dan VCO yang memiliki aktivitas antibakteri yang sama dengan antibiotik pembanding.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang

keefektifan antibakteri kombinasi VCO hasil hidrolisis dan ekstrak air bawang putih terhadap bakteri patogen penyebab diare. Sehingga informasi ini dapat dijadikan bukti untuk membuat VCO dan bawang putih sebagai salah satu

makanan fungsional untuk mengatasi infeksi pada diare. Dengan data penelitian ini juga dapat diketahui bagaimana aktivitas antimikroba kombinasi dua obat

Gambar

Gambar 1.1  Kerangka pikir penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Akan menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan peraturan-peraturan tentang izin belajar;3. Tidak

However some studies have demonstrated that the spectral interferences between heavy metals and some spectrally active soil constituents, such as organic matter,

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang Nomor : 800/10/PBJ-L3/PC/05/XI/2011 tanggal 02 November 2011 perihal Penetapan Pemenang Pekerjaan Pengadaan Container pada Dinas

Pada penulisan ilmiah ini, penulis membahas mengenai cara yang terkomputerisasi yang dimaksud, yaitu dengan membuat program aplikasi chatting. Dengan adanya program ini,

(2) menemukan pengaruh Model Contextual Teaching and Learning berbantu peta konsep pada sikap ilmiah siswa kelas IV sekolah dasar; (3) menganalisis perbedaan yang

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “PENGARUH ATRIBUT

Waktu standar adalah waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja terlatih untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu, bekerja pada tingkat kecepatan yang berlanjut, serta

When the patient’s husband explained that he changed the wound dressing every day, the palliative team suggested only doing it once every 2-3 day unless the dressing leaked.