• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Buah Inggir-inggir (Solanum Sanitwongsei Craib) pada Tikus Putih Jantan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Buah Inggir-inggir (Solanum Sanitwongsei Craib) pada Tikus Putih Jantan"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL BUAH

INGGIR-INGGIR (Solanum sanitwongsei Craib)

PADA TIKUS PUTIH JANTAN

SKRIPSI

OLEH:

TRI IKA FLORIDA SINAGA NIM 111524106

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL BUAH

INGGIR-INGGIR (Solanum sanitwongsei Craib)

PADA TIKUS PUTIH JANTAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

TRI IKA FLORIDA SINAGA NIM 111524106

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

(3)

PENGESAHAN

SKRIPSI

UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL BUAH

INGGIR-INGGIR (Solanum sanitwongsei Craib)

PADA TIKUS PUTIH JANTAN

OLEH:

TRI IKA FLORIDA SINAGA NIM 111524106

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: 28 Februari 2014

Pembimbing I, Panitia Penguji,

NIP 197806032005012004 NIP 195208241983031001

Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Buah Inggir-inggir (Solanum sanitwongsei Craib) Pada Tikus Putih Jantan”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi Universitas Sumatera Utara.

(5)

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus tiada terhingga kepada Ayahanda H. Sinaga, S.Pd dan Ibunda P. Sianipar, S.Pd tercinta serta Abang Ferry Indra Sinaga, S.T, Abang Aries Ricardo Sinaga, A.Md, Adik Sri Wahyuli Sinaga, A.Md dan Adik Panca Sinaga atas doa, dorongan dan semangat baik moril maupun materil kepada penulis selama perkuliahan hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Kepada seluruh Staf Pengajar, Pegawai Tata Usaha dan sahabat-sahabat (Bettika Manik, Irawinata Situmorang, Juni Dariyatyi Bancin, Maria Susanti Manalu, Novalya Frisley, Putri Tri Ruhama dan Yolin Hartika Barus) yang telah membantu selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu sangat diharapkan kritikan dan saran yang menyempurnakan skripsi ini.

Medan, April 2014 Penulis

(6)

UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL BUAH INGGIR-INGGIR (Solanum sanitwongsei Craib) PADA TIKUS PUTIH JANTAN

ABSTRAK

Penggunaan tanaman obat semakin berkembang di masyarakat, salah satunya adalah inggir-inggir (Solanum sanitwongsei Craib) yang diduga mempunyai kandungan alkaloid yang mampu menimbulkan efek diuretik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas diuretik ekstrak etanol buah inggir-inggir (EEBI).

Hewan yang digunakan adalah tikus putih jantan. Tikus dipuasakan selama ± 18 jam kemudian diberikan NaCl 0,9% secara oral dengan dosis 20 ml/kg bb. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif diberikan CMC-Na 1%, kontrol positif diberikan furosemid 3,6 mg/kg bb, dan pemberian ekstrak etanol buah inggir-inggir dosis 50, 100, 150 mg/kg bb. Tikus diletakkan di dalam kandang metabolik yang telah dimodifikasi. Volume urin yang diekskresikan dicatat setiap jam dan akumulasinya selama 5 jam sebagai urin total, serta ditentukan kadar elektrolit natrium dan kalium dalam urin menggunakan AAS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian EEBI dengan dosis 50, 100 dan 150 mg/kg bb meningkatkan volume urin, natrium dan kalium. Dosis 150 mg/kg bb menunjukkan efek diuretik paling baik dibandingkan dengan dosis lain. Volume urin EEBI dosis 50 mg/kg bb: 2,21 ± 0,356 ml; EEBI dosis 100 mg/kg bb: 3,07 ± 0,357 ml; EEBI dosis 150 mg/kg bb: 3,77 ± 0,523 ml. Kadar natrium EEBI dosis 50 mg/kg bb: 65,17 ± 5,73 meq/l; EEBI dosis 100 mg/kg bb: 75,74 ± 8,19 meq/l; EEBI dosis 150 mg/kg bb: 87,75 ± 8,92 meq/l. Data kadar kalium dosis EEBI 50 mg/kg bb: 29,04 ± 3,21 meq/l; dosis 100 mg/kg bb: 32,59 ± 7,50 meq/l; dosis 150 mg/kg bb: 37,40 ± 5,45 meq/l.

Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa EEBI dosis 50, 100 dan 150 mg/kg bb memberikan aktivitas diuretik dengan meningkatkan volume urin, kadar natrium dan kadar kalium terhadap tikus putih jantan.

(7)

TEST DIURETIC EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF INGGIR-INGGIR’S FRUIT (Solanum sanitwongsei Craib)

ON WHITE MALE RATS

ABSTRACT

The use of medicinal plants growing in the community, one of which is inggir-inggir (Solanum sanitwongsei Craib) who allegedly has a alkaloid that is able to induce a diuretic effect. The purpose of this study was to determine the diuretic activity of ethanol extract of fruit inggir-inggir (EEBI).

Animals used were male white rats. Rats were fasted for ± 18 hours and then given 0.9% NaCl administered orally at a dose of 20 ml/kg bw. Rats were divided into 5 groups: negative control group given 1% CMC-Na, the positive control was given furosemide 3.6 mg/kg bw, and the administration of the ethanol extract of the fruit ingredients inggir-inggir doses of 50, 100, 150 mg/kg bw. Rats placed in metabolic cages that have been modified. Excreted urine volume and accumulation recorded every hour for 5 hours as the total urine, and determined the levels of electrolytes sodium and potassium in the urine using by AAS.

The results showed that administration of a dose EEBI 50, 100 and 150 mg/kg bw increase urine volume, sodium and potassium. Dose of 150 mg/kg bw showed the most excellent diuretic effect compared with the other doses. EEBI urine volume dose of 50 mg/kg bw: 2.21 ± 0.356 ml; EEBI dose of 100 mg/kg bw: 3.07 ± 0.357 ml; EEBI dose of 150 mg/kg bw: 3.77 ± 0.523 ml. EEBI sodium dose of 50 mg/kg bw: 65.17 ± 5.73 meq/l; EEBI dose of 100 mg/kg bw: 75.74 ± 8.19 meq/l; EEBI dose of 150 mg/kg bw: 87.75 ± 8.92 meq/l. EEBI potassium dose of 50 mg/kg bw: 29.04 ± 3.21 meq/l, a dose of 100 mg/kg bw: 32.59 ± 7.50 meq/l, a dose of 150 mg/kg bw: 37.40 ± 5.45 meq/l.

Based on the above results, it can be concluded that EEBI doses of 50, 100 and 150 mg/kg bw provide diuretic activity with increasing of urine volume, sodium and potassium levels of the white male rats.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Uraian Tumbuhan ... 6

2.2 Ekstrak ... 8

2.3 Ginjal ... 10

2.4 Mekanisme Pembentukan Urin ... 11

(9)

2.5 Furosemid .. ... 14

2.6 Spektrofotometri Serapan Atom ... 14

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Alat dan Bahan ... 17

3.2 Pengumpulan Buah Inggir-inggir ... 18

3.3. Identifikasi Tumbuhan ... 18

3.4 Pembuatan Simplisia ... 18

3.5 Karakterisasi Simplisia ... 18

3.5.1 Pemeriksaan makroskopik ... 19

3.5.2 Pemeriksaan mikroskopik ... 19

3.5.3 Penetapan kadar air ... 19

3.5.4 Penetapan kadar sari larut dalam air ... 20

3.5.5 Penetapan kadar sari larut dalam etanol ... 20

3.5.6 Penetapan kadar abu total ... 21

3.5.7 Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam ... 21

3.6 Skrining Fitokimia ... 21

3.6.1 Pemeriksaan alkaloida ... 22

3.6.2 Pemeriksaan flavonoida ... 22

3.6.3 Pemeriksaan glikosida ... 23

3.6.4 Pemeriksaan antrakuinon ... 23

3.6.5 Pemeriksaan saponin ... 23

3.6.6 Pemeriksaan tanin ... 24

3.6.7 Pemeriksaan steroid/triterpenoid ... 24

(10)

3.7 Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Inggir-inggir ... 24

3.8 Penyiapan Bahan Uji, Obat Pembanding dan Kontrol ... 24

3.8.1 Pembuatan suspensi CMC Na 0,5 % ... 24

3.8.2 Pembuatan suspensi Furosemid ... 24

3.9 Penyiapan Hewan Percobaan ... 26

3.10 Pengujian Efek Diuretik Buah Inggir-inggir ... 26

3.11 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalium ... 26

3.12 Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium ... 27

3.13 Penentuan Kadar Natrium dan Kalium dengan AAS ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 30

4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia Buah Inggir-Inggir ... 30

4.3 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan EEBI ... 30

4.4 Hasil Pengujian Efek Diuretik ... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Karakterisasi Serbuk Simplisia EEBI ... 29

Tabel 4.2 Hasil Skrining Fitokimia Serbuk dan Ekstrak EEBI ... 30

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Volume Urin setiap Jam ... 31

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Volume Urin Tikus ... 33

Tabel 4.5 Kadar Natrium (meq/l) ... 35

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian ... 5

Gambar 2.1 Organ-organ yang membentuk saluran urin ... 11

Gambar 2.2 Nefron ... 12

Gambar2.3 Bagan alatspektrofotometer serapan atom ... 16

Gambar 4.1 Volume urin terhadap waktu ... 32

Gambar 4.2 Volume urin rata-rata tikus putih jantan ... 33

Gambar 4.3 Kadar natrium rata-rata pada urin tikus putih jantan ... 35

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil determinasi tumbuhan buah inggir-inggir ... 44

Lampiran 2 Tumbuhan inggir-inggir ... 45

Lampiran 3 Hasil mikroskopik ... 47

Lampiran 4 Perhitungan karakterisasi simplisia ... 48

Lampiran 5 Alat-alat yang digunakan ... 53

Lampiran 6 Data volume urin, kadar natrium dan kalium ... 54

Lampiran 7 Tabel konversi dosis hewan dengan manusia ... 55

Lampiran 8 Contoh perhitungan dosis kontrol CMC Na 1% ... 56

Lampiran 9 Contoh perhitungan dosis furosemid ... 58

Lampiran 10 Contoh perhitungan dosis dari EEBI ... 59

Lampiran 11 Hasil pengujian dari AAS ... 60

Lampiran 12 Data kalibrasi natrium ... 62

Lampiran 13 Data kalibrasi kalium ... 63

Lampiran 14 Skema pembuatan ekstrak etanol buah inggir-inggir dan uji aktivitas diuretik ... 64

(14)

UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL BUAH INGGIR-INGGIR (Solanum sanitwongsei Craib) PADA TIKUS PUTIH JANTAN

ABSTRAK

Penggunaan tanaman obat semakin berkembang di masyarakat, salah satunya adalah inggir-inggir (Solanum sanitwongsei Craib) yang diduga mempunyai kandungan alkaloid yang mampu menimbulkan efek diuretik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas diuretik ekstrak etanol buah inggir-inggir (EEBI).

Hewan yang digunakan adalah tikus putih jantan. Tikus dipuasakan selama ± 18 jam kemudian diberikan NaCl 0,9% secara oral dengan dosis 20 ml/kg bb. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif diberikan CMC-Na 1%, kontrol positif diberikan furosemid 3,6 mg/kg bb, dan pemberian ekstrak etanol buah inggir-inggir dosis 50, 100, 150 mg/kg bb. Tikus diletakkan di dalam kandang metabolik yang telah dimodifikasi. Volume urin yang diekskresikan dicatat setiap jam dan akumulasinya selama 5 jam sebagai urin total, serta ditentukan kadar elektrolit natrium dan kalium dalam urin menggunakan AAS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian EEBI dengan dosis 50, 100 dan 150 mg/kg bb meningkatkan volume urin, natrium dan kalium. Dosis 150 mg/kg bb menunjukkan efek diuretik paling baik dibandingkan dengan dosis lain. Volume urin EEBI dosis 50 mg/kg bb: 2,21 ± 0,356 ml; EEBI dosis 100 mg/kg bb: 3,07 ± 0,357 ml; EEBI dosis 150 mg/kg bb: 3,77 ± 0,523 ml. Kadar natrium EEBI dosis 50 mg/kg bb: 65,17 ± 5,73 meq/l; EEBI dosis 100 mg/kg bb: 75,74 ± 8,19 meq/l; EEBI dosis 150 mg/kg bb: 87,75 ± 8,92 meq/l. Data kadar kalium dosis EEBI 50 mg/kg bb: 29,04 ± 3,21 meq/l; dosis 100 mg/kg bb: 32,59 ± 7,50 meq/l; dosis 150 mg/kg bb: 37,40 ± 5,45 meq/l.

Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa EEBI dosis 50, 100 dan 150 mg/kg bb memberikan aktivitas diuretik dengan meningkatkan volume urin, kadar natrium dan kadar kalium terhadap tikus putih jantan.

(15)

TEST DIURETIC EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF INGGIR-INGGIR’S FRUIT (Solanum sanitwongsei Craib)

ON WHITE MALE RATS

ABSTRACT

The use of medicinal plants growing in the community, one of which is inggir-inggir (Solanum sanitwongsei Craib) who allegedly has a alkaloid that is able to induce a diuretic effect. The purpose of this study was to determine the diuretic activity of ethanol extract of fruit inggir-inggir (EEBI).

Animals used were male white rats. Rats were fasted for ± 18 hours and then given 0.9% NaCl administered orally at a dose of 20 ml/kg bw. Rats were divided into 5 groups: negative control group given 1% CMC-Na, the positive control was given furosemide 3.6 mg/kg bw, and the administration of the ethanol extract of the fruit ingredients inggir-inggir doses of 50, 100, 150 mg/kg bw. Rats placed in metabolic cages that have been modified. Excreted urine volume and accumulation recorded every hour for 5 hours as the total urine, and determined the levels of electrolytes sodium and potassium in the urine using by AAS.

The results showed that administration of a dose EEBI 50, 100 and 150 mg/kg bw increase urine volume, sodium and potassium. Dose of 150 mg/kg bw showed the most excellent diuretic effect compared with the other doses. EEBI urine volume dose of 50 mg/kg bw: 2.21 ± 0.356 ml; EEBI dose of 100 mg/kg bw: 3.07 ± 0.357 ml; EEBI dose of 150 mg/kg bw: 3.77 ± 0.523 ml. EEBI sodium dose of 50 mg/kg bw: 65.17 ± 5.73 meq/l; EEBI dose of 100 mg/kg bw: 75.74 ± 8.19 meq/l; EEBI dose of 150 mg/kg bw: 87.75 ± 8.92 meq/l. EEBI potassium dose of 50 mg/kg bw: 29.04 ± 3.21 meq/l, a dose of 100 mg/kg bw: 32.59 ± 7.50 meq/l, a dose of 150 mg/kg bw: 37.40 ± 5.45 meq/l.

Based on the above results, it can be concluded that EEBI doses of 50, 100 and 150 mg/kg bw provide diuretic activity with increasing of urine volume, sodium and potassium levels of the white male rats.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sangat kaya dengan sumber daya tumbuhan yang akan mendukung peluang pengembangan tanaman obat. Hal tersebut karena Indonesia memiliki ± 30.000 spesies tumbuhan, dari jumlah tersebut sekitar ± 9.600 spesies diketahui berkhasiat obat, dan baru ± 200 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri obat tradisional, sehingga kondisi ini membuka peluang pengembangan tanaman obat (Hapsoh dan Hasanah, 2008).

Untuk menunjang keberlangsungan tradisi dalam memanfaatkan tanaman obat warisan budaya bangsa tersebut, kelestariannya harus terus diupayakan secara optimal yang pengembangannya ditujukan untuk pembangunan kesehatan nasional. WHO juga telah merekomendasikan penggunaan obat herbal untuk promotif, preventif, rehabilitatif, dan kuratif, terutama untuk penyakit-penyakit yang sifatnya kronis, dan generatif (Dalimartha, 2008).

(17)

air yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan osmotik. Senyawa yang dapat merangsang pengeluaran air sangat potensial untuk digunakan dalam keadaan seperti: udema, gagal jantung, gagal ginjal, dan hipertensi (Permadi, 2006).

Salah satu tumbuhan yang berkhasiat obat adalah tumbuhan inggir-inggir (S. sanitwongsei), suku Solanaceae yang dikenal dengan nama terung siam (Jawa). Tumbuhan ini mempunyai buah yang rasanya sangat pahit, dan telah digunakan secara turun-temurun sebagai obat hipertensi, demam dan diabetes oleh warga Desa Buntu Bayu Kota Pematang Siantar Kabupaten Simalungun. Penggunaannya sebagai obat sekitar 7 - 10 buah.

Widyaningrum (2011), menyatakan bahwa buah inggir-inggir ini berkhasiat sebagai obat nyeri haid, obat kencing manis, obat tekanan darah tinggi dan obat jerawat. Adapun kandungan senyawa kimia pada tumbuhan S. sanitwongsei adalah saponin, tanin, polifenol, flavonoid dan alkaloid (Widyaningrum, 2011). Penelitian terhadap tumbuhan S. sanitwongsei masih sedikit. Salah satunya adalah penelitian Zasshi (2004), menyatakan bahwa spesies S. sanitwongsei Craib mempunyai kandungan glikosida yang efektif sebagai antiherpes dan antiHIV.

(18)

antibakteri, analgetik, diuretik, dan antioksidan. Karena kedua spesies tumbuhan tersebut merupakan satu suku dengan S. sanitwongsei kemungkinan mempunyai kandungan dan aktivitas yang hampir sama dengan S. sanitwongsei (Widyaningrum, 2011).

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan pengujian lebih lanjut efek diuretik dari ekstrak etanol buah inggir-inggir terhadap tikus putih jantan dan sebagai pembanding digunakan furosemid.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ekstrak etanol buah inggir-inggir mempunyai efek diuretik terhadap tikus putih jantan?

1.3 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini yaitu ekstrak etanol buah inggir-inggir mempunyai efek diuretik terhadap tikus putih jantan.

1.4 Tujuan Penelitian

(19)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. mengembangkan buah inggir-inggir menjadi suatu sediaan herbal terstandar dengan efek diuretik.

(20)

1.7 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variable Bebas Variabel Terikat

Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian Simplisia buah 5. Kadar abu tidak larut

dalam asam

6. Kadar sari larut dalam air

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Tumbuhan inggir-inggir (Solanum sanitwongsei Craib) umumnya tumbuh di semak dan di pekarangan rumah dengan tinggi ± 2 m (Widyaningrum, 2011).

Gambar 2.1 Tumbuhan Buah Inggir-inggir (Solanum sanitwongsei Craib)

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Tumbuhan inggir-inggir memiliki sistematika sebagai berikut: Kingdom : Plantae

(22)

Marga : Solanum

Spesies : Solanum sanitwongsei Craib (Widyaningrum, 2011).

2.1.2 Nama lain

Tumbuhan inggir-inggir memiliki nama lain yaitu: Sinonim : Solanum kurzii Brace ex Prain

Nama daerah : Inggir-inggir (Batak), Terung siam (Jawa)

Nama asing : Talong siam (Tagalog), Ma kae kom; Ma waeng dton; Ma waeng khruea (Thailand) (Widyanigrum, 2011).

2.1.4 Morfologi

Tumbuhan inggir-inggir mempunyai batang yang tegak, bulat, berkayu, berbulu halus, putih kotor. Daun tunggal, lonjong, panjang 4 - 10 cm, lebar 3 – 7 cm, tepi rata, ujung runcing, berbulu, tangkai panjang ± 0,5 cm dan berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk tandan, berbulu, tangkai panjang ± 2 cm, bewarna ungu, kelopak bertajuk lima, hijau keunguan, benang sari kuning, putik berbulu, kuning, mahkota bentuk bintang dan berwarna ungu. Buah berbentuk bulat, masih muda hijau setelah tua kuning atau oranye. Biji bulat pipih, kecil, kuning muda serta mempunyai akar tunggang berwarna coklat kotor (Widyaningrum, 2011).

2.1.5 Khasiat dan penggunaannya

(23)

selama 15 menit, setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum sekaligus (Widyaningrum, 2011).

2.1.6 Kandungan kimia

Buah inggir-inggir mengandung saponin, tanin, flavonoid buah dan akarnya mengandung polifenol, di samping itu akarnya mengandung alkaloid, (Widyaningrum, 2011).

2.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995).

Metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) dan Syamsuni (2006) ada beberapa cara, yaitu: cara dingin dan cara panas.

2.2.1 Cara dingin

a. Maserasi

Maserasi merupakan suatu proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

b. Perkolasi

(24)

pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan dan penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).

2.2.2 Cara panas

a. Refluks

Refluks merupakan suatu cara ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

b. Sokletasi

Sokletasi merupakan suatu cara ekstraksi kontinu dengan menggunakan alat soklet, di mana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel dan mengisi bagian tengah alat soklet. Tabung sifon juga terisi dengan larutan ekstraksi dan ketika mencapai bagian atas tabung sifon, larutan tersebut akan kembali ke dalam labu.

c. Digesti

Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, umumnya dilakukan pada suhu 40-50oC.

d. Infus

(25)

e. Dekok

Dekok merupakan suatu cara ekstraksi pada suhu 90oC dengan menggunakan pelarut air selama 30 menit.

2.3 Ginjal

Ginjal merupakan organ utama untuk membuang produk sisa metabolisme yang tidak diperlukan tubuh. Peran penting ginjal adalah membuang sisa metabolit tubuh dari hasil pencernaan dan fungsi lainnya mengontrol volume dan komposisi cairan tubuh. Fungsi pengaturan ginjal ini untuk memelihara kestabilan lingkungan sel-sel yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas (Guyton dan Hall, 1997).

(26)

Gambar 2.1 Organ – organ yang membentuk saluran urin (Ganong, 2002)

2.4 Mekanisme pembentukan urin

Proses pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang bebas protein dari kapiler glomerolus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, difiltrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerolus dalam kapsula Bowman hampir sama dengan dalam plasma. Ketika cairan yang telah difiltrasi ini meninggalkan kapsul Bowman dan mengalir melewati tubulus, cairan diubah oleh reabsorbsi air dan zat terlarut spesifik yang kembali ke dalam darah atau oleh sekresi zat-zat lain dari kapiler peritubulus ke dalam tubulus (Guyton dan Hall, 1997).

(27)

dari urin yang terbentuk dan semua zat yang terdapat dalam urin akan menggambarkan penjumlahan dari tiga proses dasar ginjal; filtrasi glomerolus, reabsorbsi tubulus, dan sekresi tubulus. Kecepatan ekskresi urin suatu zat sama dengan laju dimana zat tersebut difiltrasi dikurangi laju reabsorbsinya ditambah laju dimana zat tersebut diekskresi dari kapiler peritubular darah ke dalam tubulus (Guyton dan Hall, 1997).

Gambar 2.2 Nefron (Harrison’s, 2008)

2.5 Diuretik

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuretik mempunyai dua pengertian, pertama menunjukan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan kedua menunjukan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air (Foye, 1995).

(28)

ginjal. Mengetahui tempat kerja diuretik sangat bermanfaat karena yang menentukan potensi kerja dan efek samping diuretik adalah tempat kerja.

Penggolongan diuretik berdasarkan mekanisme kerja dan tempat kerja menurut (Darmono, 2011):

No Diuretik Contoh Obat Mekanisme

Kerja

5. Thiazida - Hidroklortiazida - Klortiazida

(29)

Kelarutan praktis tidak larut dalam air dan dalam kloroform, larut dalam 75 bagian etanol (95%) dan dalam 850 bagian eter, larut dalam larutan alkali hidroksida (Depkes, 1979).

Mula kerjanya: secara oral 0,5 – 1 jam dan bertahan 4 – 6 jam, intravena dalam beberapa menit dan 2,5 jam lamanya. Resorpsinya dari usus hanya lebih kurang 50%, plasma t1/2-nya 30 – 60 menit, ekskresinya melalui kemih secara utuh, pada dosis tinggi juga lewat empedu.

Efek sampingnya secara umum, pada injeksi i.v terlalu cepat dan terjadi ketulian (reversibel) dan hipotensi, hipokalemia reversibel dapat terjadi pula. Dosis pada udema: oral 40 – 80 mg pagi p.c., jika perlu atau insufisiensi ginjal jarang sampai 250 – 4000 mg sehari dalam 2 – 3 dosis. Injeksi i.v (perlahan) 20 – 40 mg, pada keadaan hipertensi sampai 500 mg (Tan dan Rahardja, 2002).

2.7 Spektrofotometri Serapan Atom

(30)

Alat – Alat Spektrofotometer Serapan Atom: 1. Sumber sinar ( hallow cathode lamp )

Fungsi dari hallow cathode lamp adalah sebagai sumber energi radiasi. Energi radiasi merupakan karakterisasi dari elemen katoda dan neon. Ion – ion neon yang dipercepat mempengaruhi permukaan katoda yang menyebabkan atom – atom logam mendidih pada permukaan katoda. Banyak dari atom – atom dihamburkan ke fase gas yakni pada tingkat pertama tereksitasi.

2. Burner dan nyala

Nyala, burner dan nebulizer pada alat AAS menyebabkan kation – kation logam dalam larutan menghasilkan atom – atom logam. Alat AAS membuat penyerapan pada keadaan dasar. Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara suhunya sebesar 2200ºC. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala ini asetilen sebagai bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi.

3. Monokromator

Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan lampu katoda berongga.

4. Detektor

(31)

5. Alat penunjuk ( Readout Device )

Readout device merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau emisi (Gandjar dan Rohman).

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat eksperimental yang terdiri dari beberapa tahapan meliputi: pengumpulan buah inggir-inggir, identifikasi tumbuhan, pembuatan simplisia buah inggir-inggir, karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak etanol buah inggir-inggir, dan pengujian efek diuretik menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Data yang diperoleh di analisis secara ANAVA (analisis variansi) dan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey menggunakan program statistical and product service solution (SPSS) 16.0.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, neraca listrik (Chyo 6000), timbangan hewan (Chyo JP2-6000), rotary evaporator (Heidolph vv-2000), freeze dryer (Modulyo, Edwards serial no: 3985), mortir dan stamper, oral sonde, seperangkat alat pengujian diuresis berupa modifikasi kandang metabolik, AAS (Shimadzu AA 6200).

3.1.2 Bahan-bahan

(33)

3.2 Pengumpulan Buah Inggir-inggir

Pengumpulan buah dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Buah yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah inggir-inggir yang diambil dari Desa Buntu Bayu, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

3.3 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi Bogor.

3.4 Pembuatan Simplisia

Buah yang digunakan pada penelitian ini adalah buah inggir-inggir yang masih segar. Buah dipisahkan dari tangkai dan pengotor lain seperti tanah dan serangga. Lalu dicuci hingga bersih kemudian ditiriskan, dipotong menjadi dua bagian dan ditimbang, diperoleh berat basah sebesar 2,4 kg. Selanjutnya buah tersebut dikeringkan dalam lemari pengering pada temperatur ± 40ºC sampai buah kering. Simplisia yang telah kering diblender menjadi serbuk, ditimbang dan diperoleh berat simplisia sebesar 600 g. Lalu dimasukkan ke dalam wadah plastik bertutup rapat dan disimpan pada suhu kamar.

3.5 Karakterisasi Simplisia

(34)

3.5.1 Pemeriksaan makroskopikdan organoleptik

Pemeriksaan makroskopik dan organoleptik dilakukan dengan mengamati bentuk, rasa, bau, dan warna dari simplisia buah inggir-inggir.

3.5.2 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik terhadap simplisia dilakukan dengan cara menaburkan serbuk simplisia diatas kaca objek yang telah ditetesi dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudian diamati dibawah mikroskop.

3.5.3 Penetapan kadar air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (destilasi toluen). Alat terdiri dari alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung penyambung dan tabung penerima 10 ml. Caranya:

a. penjenuhan toluen

Sebanyak 200 ml toluena dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml (WHO, 1992).

b. penetapan kadar air simplisia

(35)

tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan dingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (Ditjen POM, 1995).

3.5.4 Penetapan kadar sari larut dalam air

Sebanyak 5 g serbuk dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1000 ml) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan dalam oven pada suhu 105ºC sampai diperoleh bobot konstan. Kadar sari yang larut di dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995).

3.5.5 Penetapan kadar sari larut dalam etanol

(36)

3.5.6 Penetapan kadar abu total

Sebanyak lebih kurang 2 g sampai 3 g zat yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam kurs porselen yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Kurs dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995).

3.5.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam

Abu yang telah diperoleh dari penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 ml asam klorida 2 N selama 5 menit. Bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring, dipijarkan hingga bobot tetap kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995).

3.6 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan menurut Depkes (1995), dan Farnsworth (1966), untuk mengetahui golongan senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, glikosida antrakuinon, saponin, tanin, dan steroida/triterpenoida. Di mana skrining fitokimia dilakukan terhadap simplisia dan ekstrak etanol buah inggir-inggir.

3.6.1 Pemeriksaan alkaloida

(37)

dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji alkaloida: diambil 3 tabung reaksi, lalu kedalamannya dimasukkan 0,5 ml filtrat.

Pada masing-masing tabung reaksi: 1. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer 2. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat 3. Ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendroff

Alkaloida positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari tiga percobaan diatas (Depkes, 1995).

3.6.2 Pemeriksaan flavonoida

Sebanyak 10 g simplisia atau ekstrak etanol buah inggir-inggir ditambahkan 10 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).

3.6.3 Pemeriksaan glikosida

(38)

dikumpulkan dan diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50ºC. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molish. Kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan ikatan gula (Depkes, 1995).

3.6.4 Pemeriksaan antrakuinon

Simplisia atau ekstrak etanol buah inggir-inggir ditimbang sebanyak 0,2 g, kemudian ditambahkan 5 ml asam sulfat 2 N, dipanaskan sebentar, setelah dingin ditambahkan 10 ml benzena, dikocok dan didiamkan. Lapisan benzena dipisahkan dan disaring, kocok lapisan benzena dengan 2 ml NaOH 2 N, didiamkan. Lapisan air berwarna merah dan lapisan benzena tidak berwarna menunjukkan adanya antrakuinon (Depkes, 1995).

3.6.5 Pemeriksaan saponin

Simplisia atau ekstrak etanol buah inggir-inggir ditimbang sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, dinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa setinggi 1 - 10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin (Depkes, 1995).

3.6.6 Pemeriksaan tanin

(39)

terjadi warna biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Farnsworth, 1966).

3.6.7 Pemeriksaan steroida/triterpenoida

Sebanyak 1 g simplisia atau ekstrak etanol buah inggir-inggir dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan beberapa tetes pereaksi Lieberman-Burchard. Timbulnya warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroida, sedangkan warna merah, merah muda atau ungu menunjukkan adanya triterpenoida (Harborne, 1987).

3.7 Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Inggir-inggir

Metode: Maserasi

(40)

3.8 Penyiapan Bahan Uji, Obat Pembanding dan Kontrol

Ekstrak etanol 96% simplisia buah inggir-inggir dibuat dalam bentuk suspensi menggunakan CMC-Na 0,5%. Obat pembanding furosemid dibuat dalam bentuk suspensi menggunakan CMC-Na 0,5%. Kontrol negatif yang digunakan adalah suspensi CMC-Na 0,5%.

3.8.1 Pembuatan suspensi CMC-Na 1%

Sebanyak 1 g CMC-Na ditaburkan dalam lumpang yang berisi 20 ml air suling panas. Didiamkan selama 15 menit lalu digerus hingga diperoleh massa yang transparan, lalu digerus sampai homogen, diencerkan dengan air suling, dihomogenkan dan dimasukkan ke labu tentukur 100 ml, dicukupkan volumenya dengan air suling hingga 100 ml.

3.8.2 Pembuatan suspensi furosemid

Satu tablet yang mengandung 40 mg furosemid digerus dan ditambahkan larutan CMC-Na 1% sedikit demi sedikit sambil digerus dan diencerkan dengan sedikit air. Kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, volumenya dicukupkan dengan akuades hingga 10 ml.

3.9 Penyiapan Hewan Percobaan

(41)

3.10 Pengujian Efek Diuretik Buah Inggir-inggir

Hewan yang digunakan sebanyak 30 ekor tikus putih jantan yang setiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Tikus dipuasakan tidak diberi makan selama ± 12 jam dengan tetap diberi minum, kemudian bobot tikus ditimbang. Tikus diberikan NaCl 0,9% secara oral dengan dosis 20 ml/kg bb. Masing-masing tikus diberi perlakuan yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif diberikan CMC-Na 1%, kontrol positif diberikan furosemid 3,6 mg/kg bb, dan pemberian bahan obat ekstrak etanol buah inggir-inggir dosis 50, 100, 150 mg/kg bb. Tikus diletakkan di dalam kandang metabolik yang telah dimodifikasi. Volume urin yang diekskresikan dicatat setiap jam dan akumulasinya selama 5 jam sebagai urin total serta ditentukan kadar elektrolit natrium dan kalium dalam urin (Parmar dan Prakash, 2006).

3.11 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalium

Larutan baku kalium (konsentrasi 1000 µg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 10 µg/ml).

(42)

3.12 Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium

Larutan baku natrium (konsentrasi 1000 µg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 10 µg/ml). Larutan induk baku II dibuat dengan memipet larutan 10 µg/ml sebanyak 25 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (konsentrasi 2,5 µg/ml).

Larutan untuk kurva kalibrasi natrium dibuat dengan memipet (4,0; 8,0; 12; 16; 20) ml dari larutan baku 2,5 µg/ml (LIB), masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuabides (larutan ini mengandung (0,20; 0,40; 0,60; 0,80; 1,00)) µg/ml dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 589,0 nm dengan nyala udara asetilen.

3.13 Penentuan Kadar Natrium dan Kalium dengan Spektrofotometer Serapan Atom

(43)

pengenceran untuk penentuan kadar kalium pada urin adalah 12,5 kali. Selanjutnya diukur menggunakan alat SSA (SNI, 2004).

3.14 Analisis Data

(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan LIPI Bogor, menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah Solanum sanitwongsei Craib, dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 45.

4.2 Hasil Karakterisasi Simplisia Buah Inggir-Inggir

Hasil pemeriksaan makroskopik serbuk simplisia buah inggir-inggir berwarna hijau kekuningan, aroma yang khas, rasa pahit. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia memperlihatkan adanya epikarpium, epidermis kulit biji, parenkim sekat lokuli, parenkim mesokarp, serabut sklerenkim. Hasil pemeriksaan karakteristik dari serbuk simplisia buah inggir-inggir dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil karakterisasi serbuk simplisia buah inggir-inggir

No Parameter Hasil (%)

1 Kadar air 6,65

2 Kadar sari larut dalam air 20,92

3 Kadar sari larut dalam etanol 15,38

4 Kadar abu total 4,48

5 Kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,43

(45)

temperatur ± 40ºC sampai buah kering dan diperoleh berat simplisia sebesar 600 g.

Hasil penyarian 500 g serbuk simplisia buah inggir-inggir dengan pelarut etanol 96% diperoleh ekstrak kental yang kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator dan kemudian dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer diperoleh 74,44 g ekstrak dengan rendeman sebesar 12,4%.

4.3 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan EEBI

Skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol buah inggir-inggir dilakukan untuk mengetahui senyawa kimia yang terdapat pada simplisia tersebut, dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol buah inggir-inggir (EEBI)

No Parameter Buah Inggir-Inggir

Serbuk simplisia Ekstrak Etanol

1 Alkaloida + +

2 Flavonoida + +

3 Saponin + +

4 Tannin + +

5 Glikosida + +

6 Steroida/Triterpenoida + +

7 Antrakuinon - -

Keterangan: + = memberikan hasil; - = tidak memberikan hasil

(46)

4.4 Hasil Pengujian Efek Diuretik

Pengujian efek diuretik ekstrak etanol buah inggir-inggir dengan parameter volume urin, kadar natrium dan kadar kalium dalam urin terhadap tikus putih jantan.

4.4.1 Hasil volume urin

Pengukuran jumlah urin bermanfaat untuk menentukan adanya gangguan faal ginjal dan kelainan dalam keseimbangan cairan tubuh. Volume urin berkaitan erat dengan penggunaan diuretik karena dapat menyebabkan terjadinya diuresis. Menurut Siswandono dan Soekardjo (1995), diuretik adalah senyawa atau obat yang dapat meningkatkan volume urin. Diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan pengeluaran zat-zat terlarut dalam urin, dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil pengukuran volume urin rata-rata setiap jam selama 5 jam

Kelompok pengujian Rata-rata volume urin setiap jam (ml)

1 2 3 4 5

CMC-Na 1% 0,26 0,62 0,87 1,12 1,36

(47)

Gambar 4.1 Volume urin rata-rata terhadap waktu setiap jam selama 5 jam Pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pada jam ke-5, semua sediaan uji dan kelompok pembanding sudah menunjukkan efek diuretik. EEBI dosis 150 mg/kg bb paling baik dalam pengeluaran urin. Hal tersebut sudah terlihat pada jam ke-2, dimana EEBI dosis 150 mg/kg bb ini mempunyai aktivitas diuretik hampir sama dengan furosemid dosis 3,6 mg/kg bb tetapi pada jam ke-3 sampai jam ke-5 furosemid dosis 3,6 mg/kg bb mengalami peningkatan pengeluaran urin yang stabil. Menurut Khan (2005), bahwa furosemid memiliki waktu paruh yang singkat (15 menit) dengan onset 1 - 2 jam setelah pemberian secara peroral serta durasi 2 - 6 jam. Pada EEBI dosis 100 mg/kg bb dengan EEBI dosis 50 mg/kg bb sudah memberikan efek dalam pengeluaran urin pada jam ke-3, dimana EEBI dosis 50 mg/kg bb mempunyai efek diuretik yang paling kecil dibandingkan dengan dosis 150 dan 100 mg/kg bb. Pada jam ke-3 terjadi proses di mana senyawa yang ada dalam

0

CMC Na 1% Furosemid 3,6 mg/kg bb

EEBI dosis 50 mg/kg bb EEBI dosis 100 mg/kg bb

(48)

ekstrak etanol buah inggir-inggir telah berikatan dengan reseptor sehingga menghasilkan efek diuretik. Senyawa yang berpengaruh pada aktivitas diuretik ekstrak etanol buah inggir-inggir ini adalah alkaloid dan flavonoid. Menurut (Jabar, 2011), bahwa alkaloid dan flavonoid dapat meningkatkan pengeluaran volume urin dan pengeluaran elektrolit pada tikus. Selain itu kandungan kalium berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran natrium cairan meningkat, jumlah natrium rendah, tekanan darah turun.

Pengukuran volume urin pada jam ke-5 sebagai urin total pada setiap kelompok uji dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.2.

Tabel 4.4 Hasil pengukuran volume total urin tikus pada kelompok uji No Kelompok

Pengujian

(49)

Gambar 4.2 Volume total urin pada tikus putih jantan

Pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa volume urin rata-rata untuk kontrol negatif 1,36 ± 0,259 ml, furosemid 4,72 ± 0,590 ml, EEBI dosis 50 mg/kg bb 2,21 ± 0,356 ml, EEBI dosis 100 mg/kg bb 3,07 ± 0,357 ml, EEBI dosis 150 mg/kg bb 3,77 ± 0,523 ml.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, EEBI dengan dosis 50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb, dan 150 mg/kg bb menunjukkan efek diuretik terhadap volume urin. Dari ketiga dosis tersebut, EEBI dengan dosis 150 mg/kg bb mempunyai efek diuretik yang paling baik terhadap volume urin dengan nilai signifikansi 0,04 (p < 0,05). Efek diuretik pada dosis 50 mg/kg bb lebih kecil bila dibandingkan dengan dosis 100 mg/kg bb dengan nilai signifikansi 0,015 (p < 0,05). Peningkatan pemberian dosis EEBI dapat meningkatkan pengeluaran volume urin terhadap tikus putih jantan.

(50)

Pemberian EEBI dengan dosis 50, 100, 150 mg/kg bb mempunyai pengeluaran volume urin lebih besar dibandingkan dengan tikus kontrol negatif tetapi tidak lebih banyak daripada kontrol positif dengan nilai signifikansi 0,00 (p < 0,05). Hal tersebut disebabkan kontrol negatif tidak mempunyai efek diuretik sedangkan furosemid menghasilkan peningkatan volume urin yang lebih besar dari semua kelompok, hal ini dikarenakan furosemid merupakan obat diuretik kuat yang dapat menghambat reabsorbsi dari natrium dan kalium. Peningkatan volume urin yang terjadi sesuai dengan prinsip dari diuretik yaitu obat yang dapat meningkatkan kecepatan pembentukan urin (Foye, 1995). Diuretik bermanfaat dalam pengobatan berbagai penyakit yang berhubungan dengan retensi abnormal garam dan air dalam kompartemen ekstraseluler, dapat disebabkan oleh kegagalan jantung, sirosis hati, gangguan ginjal atau akibat efek samping obat.

4.4.2 Hasil kadar natrium

Elektrolit merupakan salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh baik tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Natrium adalah kation utama dalam darah dan cairan ekstraseluler. Elektrolit natrium ini akan membantu pengeluaran air seni yang disebut efek diuresis (Rasyid, 2011).

(51)

X (konsentrasi) dan Y (absorbansi). Hasil pengukuran kadar natrium dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.3.

Tabel 4.5 Kadar natrium dalam urin tikus pada kelompok uji No Kelompok

Pengujian

Kadar Natrium (meq/l) Rata-rata ± SD (meq/l)

Gambar 4.3 Kadar natrium pada urin tikus putih jantan

(52)

Pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa dari hasil rata-rata yang diperoleh untuk kontrol negatif 51,95 ± 5,54 meq/l; furosemid dosis 3,6 mg/kg bb 101,2 ± 6,54 meq/l, EEBI dosis 50 mg/kg bb 65,17 ± 5,73 meq/l, EEBI dosis 100 mg/kg bb 75,74 ± 8,19 meq/l, dan EEBI dosis 150 mg/kg bb 87,75 ± 8,92 meq/l.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, EEBI dengan dosis 50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb, dan 150 mg/kg bb menunjukkan efek diuretik terhadap kadar natrium dalam urin. Dari ketiga dosis tersebut, EEBI dengan dosis 150 mg/kg bb mempunyai efek pengeluaran natrium yang paling baik terhadap volume urin dengan nilai signifikansi 0,00 (p < 0,05). EEBI dosis 50 mg/kg bb tidak mempunyai perbedaan yang nyata terhadap pengeluaran kadar natrium dalam urin dengan EEBI dosis 100 mg/kg bb diperoleh nilai signifikansi 0,106 (p > 0,05).

(53)

4.4.3 Hasil kadar kalium

Kalium merupakan salah satu mineral makro yang berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan tubuh. Masukan natrium yang tinggi dapat meningkatkan ekskresi kalium. Hubungan ini diperkirakan disebabkan sebagian oleh reabsorbsi kalium secara pasif mengikuti natrium dan air pada tubulus proksimal dan sepanjang lengkung Henle.

Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk kalium diperoleh persamaaan garis regresi yaitu Y = 0,0009 x + 0,0009 dengan nilai r = 0,9998. Hal ini menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X (konsentrasi) dan Y (absorbansi). Hasil pengukuran kadar kalium dalam urin tikus putih jantan pada kelompok uji dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.4.

Tabel 4.6 Kadar kalium dalam urin tikus pada kelompok uji No Kelompok

Pengujian

(54)

Gambar 4.4 Kadar kalium pada urin tikus putih jantan

Pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa dari perolehan hasil rata-rata untuk kontrol negatif 19,75 ± 0,92 meq/l, furosemid 3,6 mg/kg bb 45,71 ± 4,04 meq/l, EEBI dosis 50 mg/kg bb 29,04 ± 3,21 meq/l, EEBI dosis 100 mg/kg bb 32,59 ± 7,50 meq/l, EEBI dosis 150 mg/kg bb 37,40 ± 5,45 meq/l.

(55)

Pemberian EEBI dengan dosis 50, 100, 150 mg/kg bb mempunyai efek diuretik terhadap pengeluaran kalium lebih besar dibandingkan dengan tikus kontrol negatif tetapi tidak lebih banyak daripada kontrol positif dengan nilai signifikansi 0,00 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa furosemid lebih kuat untuk pengeluaran natrium dalam urin tikus sedangkan CMC-Na 1% adalah sebagai kontrol negatif dalam penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin banyak dosis ekstrak yang diberikan maka semakin banyak mempengaruhi pengeluaran volume urin dan ekskresi kalium.

(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol buah inggir-inggir dosis 50, 100, 150 mg/kg bb memiliki aktivitas diuretik dengan meningkatkan volume urin, kadar natrium dan kadar kalium dalam urin tikus putih jantan serta berbeda bermakna dibandingkan dengan kontrol negatif (p < 0,05). Dengan meningkatnya dosis maka terjadi peningkatan efek diuretik ekstrak etanol buah inggir-inggir pada tikus putih jantan.

5.2 Saran

(57)

DAFTAR

PUSTAKA

Badan Standarisasi National Indonesia. (2007). Cara Uji Kadar Logam Berat dalam Spesimen Manusia dangan Metode AAS. Surabaya: Balai Besar Laboratorium Kesehatan. Halaman 2-4.

Basset, J. et.al. (1994). Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerjemah: Hadyana, A dan Setiono, L. Jakarta: EGC. Halaman 234-245.

Dalimartha, S. (2008). 1001 Resep Herbal. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 13-16.

Darmono, S. (2011). Buku Ajar Farmakologi Eksperimental. Jakarta: Universitas Indonesia. Halaman 110-115.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 32-33.

Ditjen POM. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 259-261.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1-5, 10-11.

Farnsworth, N.R. (1966). Biological and Phytochemical Screenning of Plants. Journal of Pharmaceutical Science. 55(3): 257.

Foye, W.O. (1995). Prinsip-Prinsip Kimia Medisinal. Jilid II. Yogyakarta: UGM Press. Halaman 145-150.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan V. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 305-312.

Ganong, W.F. (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC. Halaman 671-680.

Guyton, A.C. (1994). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi III. Jakarta: EGC. Halaman 287-289.

Guyton dan Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi IX. Jakarta: EGC. Halaman 289-345.

(58)

Harrison’s. (2008). Principle of Internal Medicine. Edisi 17. Volume II. Penerjemah: Fauci, A., Kasper, D., Longo, D., Braunwald, E., Hauser, S., Jameson, L. New York: The MC Graw – Hill Compainers’s. Halaman 1803.

Harborne, J.B. (1987). Metode FitokimiaPenuntun cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Edisi II. Penerjemah: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: ITB. Halaman 152.

Jabar, Z.K.K., Anwar, Z., Aftab, S., Afzal, M., Islam, M., dan Khan, A. (2012). Solanum nigrum as potent theraphy: a review. British journal of Pharmacology and Toxicology. 3(4): 189.

Meliala, T.S. (2012). Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis (Clinacanthus nutans (Burm.F) Lindau) pada Tikus Putih Jantan. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Mutschler. E. (1991). Dinamika Obat. Edisi V. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Halaman 565-568.

Parmar, N.S., dan Prakash, S. (2006). Screening Methods in Pharmacology. Kawali: Institute of Pharmacheutical Science and Technology. Halaman 241-245.

Permadi, A. (2006). Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Cetakan I. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 16-20.

Rasyid, A. (2011). Ketidakseimbangan Cairan, Elektrolit dan Eliminasi. Tanggal akses: 4 Januari 2014. http://www.sisrom.blogspot.com/2006/ 05/kebutuhan-cairan-dan elektrolit.html.

Siswandono dan Soekardjo, B. (1995). Kimia Medisinal. Edisi 1. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 239-243.

Syamsuni, H.A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 263-264.

Tan, H.J., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting. Edisi keenam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 738-749.

(59)

Yuliana, N.D., Khotih, A., Link, A.M., Ijzerman, A.P., dan Choi, Y.H. (2009). Adenosin A1 Receptor Binding Activity of Methoxy Flavonoids from Orthosiphon Stamineus. Plant Med. 75(3): 132-136.

Zasshi, Y. (2004). Search for Function of National Oligoglycosides- Solanaceae and Leguminoceae Origin Glycosides. The Pharmaceutical Society of Japan. 124(4): 183-184.

Widyaningrum, H. (2011). Kitab Tanaman Obat Nusantara. Jakarta: Medpress. Halaman 528.

Wijayakusuma, H.M. (1996). Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Jilid I. Cetakan II. Jakarta: Pustaka Kartini. Halaman 24-28.

(60)
(61)

Lampiran 2. Tumbuhan Inggir-inggir

(62)

Lampiran 2. (Lanjutan)

Serbuk simplisia buah inggir-inggir

(63)

Lampiran 3. Hasil Mikroskopik

Gambar: Serbuk simplisia buah inggir-inggir

Keterangan: 1. Epikarpium

(64)

Lampiran.4 Perhitungan karakterisasi simplisia buah inggir-inggir

Perhitungan Penetapan Kadar Air dari Serbuk Simplisia Buah Inggir-Inggir

No Berat Sampel (g) Volume Awal (ml) Volume Akhir (ml) 1.

2. 3.

5,001 5,003 5,006

6,4 6,8 7,2

6,8 7,2 7,4

% Kadar Air = Volume air

Berat Sampel x 100%

1. % Kadar Air I = 6,8−6,4

5,001 x100% = 7,99%

2. % Kadar Air II = 7,2−6,8

5,003 x100% = 7,99%

3. % Kadar Air III = 7,4−7,2

5,006 x100% = 3,99%

% Kadar Air Rata-Rata = 7,99+ 7,99 + 3,99

(65)
(66)

Perhitungan Penetapan Kadar Sari Larut Etanol dari Serbuk Simplisia Buah

% Kadar Sari Larut Etanol Rata-Rata = 18,40%+ 13,57% + 14,18%

3

(67)

Perhitungan Penetapan Kadar Abu Total dari Serbuk Simplisia Buah Inggir-Inggir (Lanjutan)

No Berat Sampel (g) Berat Abu (g) 1.

2. 3.

2,015 2,002 2,008

0,082 0,064 0,126

% Kadar Abu Total = Berat Abu

Berat Sampel x100%

1. % Kadar Abu Total I = 0,082

2,015

x100% = 4,00%

2. % Kadar Abu Total II = 0,064

2,002

x100% = 3,19%

3. % Kadar Abu Total I = 0,126

2,008

x100% = 6,27%

% Kadar Abu Total Rata-Rata = 4,00%+ 3,19% + 6,27%

(68)

Perhitungan Penetapan Kadar Abu tidak Larut Asam dari Serbuk Simplisia Buah Inggir-Inggir (Lanjutan)

No Berat Sampel (g) Berat Abu (g) 1.

2. 3.

2,015 2,002 2,008

0,013 0,005 0,008

% Kadar Abu tidak Larut Asam = Berat Abu

Berat Sampel x100%

1. % Kadar Abu Total I = 0,013

2,015 x100% = 0,64%

2. % Kadar Abu Total II = 0,005

2,002

x100% = 0,24%

3. % Kadar Abu Total I = 0,008

2,008

x100% = 0,39%

% Kadar Abu tidak Larut Asam Rata-Rata

= 0,64%+ 0,24% + 0,39%

(69)

Lampiran 5. Alat yang digunakan

Modifikasi alat penampung urin

(70)

Lampiran 6. Data volume urin (ml), kadar natrium, dan kadar kalium (meq/l) setelah pemberian ekstrak dan furosemid (pembanding)

(71)
(72)

Lampiran 8. Contoh perhitungan dosis kontrol CMC Na 1% - Pembuatan CMC 1%

= 1000 mg/ 100 ml = 10 mg/ml

- Perhitungan CMC Na 1% pada tikus 200 g

= 1

100

x

200 g

(73)

Lampiran 9. Contoh perhitungan dosis furosemid

Dosis penggunaan furosemid pada manusia (berat 70 kg) = 40 mg Konversi dosis manusia ke hewan tikus = 0,018 (Lampiran 6) Furosemid yang digunakan = 40 mg untuk tikus 200 g

0,018 x 40 mg = 0,72 mg (untuk 200 g tikus)

Jika 1000 g = 1000 g

200 g x 0,72 mg = 3,6 mg/kg bb

Untuk bb 180 g = 180 g

1000 g x 3,6 mg/kg bb

= 0,648 mg

Furosemid yang diberikan = 0,648 mg x 10 ml

(74)

Lampiran 10. Contoh perhitungan dosis dari ekstrak etanol buah inggir-inggir 1. Untuk dosis 50 mg/kg bb pada tikus 175,6 g

= 175,6 g

1000 g

x

50 mg/kg bb = 8,78 mg

Volume yang diberikan = 8,78 mg

50 mg x 10 ml = 1,76 ml

2. Untuk dosis 100 mg/kg bb pada tikus 178,4 g

= 178,4 g

1000 g

x

100 mg/kg bb = 17,84 mg

Volume yang diberikan = 17,84 mg

100 mg x 10 ml = 1,78 ml

3. Untuk dosis 150 mg/kg bb pada tikus 188,9 g

= 188,9 g

1000 g

x

150 mg/kg bb = 28,34 mg

Volume yang diberikan = 28,34 mg

(75)

Lampiran 11. Hasil pengujian AAS dari volume urin untuk kadar Na+ dan K+ No Kelompok pengujian Tikus Konsentrasi

(76)

Lampiran 11. Contoh perhitungan kadar elektrolit (Lanjutan)

Kadar Na =

Konsentrasi �mcg

ml �

Volume sampel x 2500

Pembacaan pada AAS = 0,3988 mcg/ml

Kadar Na = 0,3988 mcg /ml

1 ml x 2500 = 997 mcg/ml

= 0,997 mg/ml

meq/l = kadar Na ( mg ml)

BM Na x 1 meq

= 0,997 mg /ml

23 x 1 meq = 0,04334 meq/ml

(77)

Lampiran 12. Data kalibrasi natrium dengan AAS, perhitungan persamaan garis regresi dan koefisien korelasi

No. Konsentrasi (µg/ml) (X) Dengan nilai r sebagai berikut :

r = ΣXY− (Σ�)(Σ�)/�

�(ΣX2(ΣX)2/n (ΣY2 (ΣY)2/n)

=

0,2508− (3)(0,3468 )/6

(78)

Lampiran 13. Data kalibrasi kalium dengan AAS, perhitungan persamaan garis regresi dan koefisien korelasi

No. Konsentrasi (µg/ml) (X) Dengan nilai r sebagai berikut :

r = ΣXY− (Σ�)(Σ�)/�

�(ΣX2(ΣX)2/n (ΣY2 (ΣY)2/n)

(79)

Lampiran 14. Skema pembuatan ekstrak etanol buah inggir-inggir dan uji aktivitas diuretik

Maserasi dengan etanol 96% selama 5 hari

Didiamkan selama 2 hari

Ekstrak Etanol Buah Inggir-inggir

(80)

Lampiran 15. Hasil data statistik ANAVA dengan Uji Tukey. Hasil perhitungan ANAVA dari volume urin

Volume

(81)

Hasil perhitungan kadar natrium secara ANAVA

(82)

Hasil perhitungan kadar kalium secara ANAVA

Gambar

Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian  .....................................
Tabel konversi dosis hewan dengan manusia  ..................
Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian
Gambar 2.1 Tumbuhan Buah Inggir-inggir (Solanum sanitwongsei Craib)
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Ayat-ayat yang menggambarkan elemenelemen pokok objek atau menyuruh manusia untuk menyingkap. b) Ayat-ayat yang mencakup masalah cara penciptaan obyek-obyek

Setelah menamatkan pendidikan selama 3 tahun pada tahun 2009, Penulis kembali melanjutkan pendidikan pada tahun 2010 ke Sekolah Menengah Atas hingga tahun 2013 di SMA Negeri 1

Terdapat perbedaan nilai VAS pada tiap- tiap kelompok, namun morfin-CR 30 mg dan oksikodon-CR 20 mg menunjukkan nilai VAS yang tidak berbeda pada sebelum pemberian,

Uji Anova atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar 36,25 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000, membuktikan bahwa harga, kemasan, dan iklan secara serentak

strategi pemasaran yang sangat baik pada merek “Teh Botol Sosro” tersebut. Menganalisis harga, kemasan dan iklan yang di duga

Kebijakan dan tindakan peme- karan wilayah dapat merugikan pela yanan publik yang dianalisis melalui pendekatan efisiensi ( input dan output ). Pemekaran wilayah hanya

Konsumen mempunyai anggapan adanya hubungan yang positif antara harga dan kualitas suatu produk, maka mereka akan membandingkan antara produk yang satu dengan produk yang

Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan mortalitas pascaoperasi di antaranya usia, jenis kelamin, kreatinin serum, disfungsi neurologis berat, operasi