• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori-Teori yang Relevan 2.1.1 Pemerolehan Bahasa - Pemerolehan Leksikon Anak-Anak Usia 7 Tahun di SD Negeri 067690 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori-Teori yang Relevan 2.1.1 Pemerolehan Bahasa - Pemerolehan Leksikon Anak-Anak Usia 7 Tahun di SD Negeri 067690 Medan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori-Teori yang Relevan

2.1.1 Pemerolehan Bahasa

Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (Dardjowidjodjo, 2005: 225). Goodluck (1991: 1) menambahkan bahwa kajian mengenai pemerolehan bahasa adalah bagaimana dan kapan anak-anak mendapatkan pengertian linguistik.

Pandangan Chomsky mengenai pemerolehan bahasa (Haegemen, 1992:15) adalah bahwa anak dibekali Language Acquisition Device (LAD) sejak lahir. LAD yaitu perangkat lunak pemerolehan bahasa yang merupakan pemberian biologis yang sudah diprogramkan untuk merinci suatu tata bahasa universal. Tata bahasa universal merupakan dasar pemerolehan bahasa. Proses pemerolehan digerakkan oleh pengetahuan pada pengalaman linguistik anak (Haegemen, 1992:15). Pengetahuan juga akan memungkinkan anak untuk mempelajari kosakata suatu bahasa, dalam hal ini adalah leksikon.

Seorang anak mengungkapkan sesuatu dengan sebuah bahasa, yaitu leksikon yang telah mereka rekam dalam memori dan suatu waktu mereka mengungkapkan suatu benda dengan leksikon yang telah disimpan dalam memori sehingga kata yang digunakan untuk menyatakan suatu benda tersebut tepat.

(2)

ke dalam bentuk yang relevan. Dalam melakukan hal ini, mereka menggambarkan kategori konsep dalam mengidentifikasi makna. Pada waktu yang sama, mereka menggambarkan masukan bahasa yang ditujukan kepada mereka pada bentuk yang sama dan juga petunjuk terhadap makna bentuk kata tersebut (Clark,1993: 14).

Kata-kata merupakan unit semantis terkecil yang dapat berubah dalam sebuah ujaran yang dapat berubah untuk membentuk persesuaian yang baru dengan makna yang berbeda. Bandingkan The man chased the dog dengan he dog chased the man. Perubahan ini berbeda dengan keadaan morfem dalam kata-kata tersebut. Morfem lain diatur, seperti dalam kata chased berlawanan dengan kata tanpa ‘ed-chase’ atau calmly berlawanan dengan ‘ly-calm’. Kategori bentuk gramatikal menyarankan dua atau lebih kata-kata yang memiliki bentuk sama. Bandingkan kata kerja open dalam Rod opened the door atau The door opened dengan kata kerja open dalam The open window atau The door is standing open. Kadang-kadang dalam pembentukan gramatikal yang sama, kata mungkin memiliki perbedaan makna yaitu satu kata menduduki lebih dari satu makna yang berbeda, misalnya bank dalam He fished from the river bank dengan The bank is a good example of art deco.

(3)

Dardjowidjojo (2000:36) mengatakan bahwa gambaran mengenai jumlah kosakata yang diperoleh anak tidak dapat ditetapkan dengan pasti. Menurutnya siapa yang mencari angka bahkan hanya mendekati kemutlakan tidak akan dapat memperolehnya.

Berdasarkan hasil penelitian Clark (1993: 31) terhadap seorang anak yang bernama Damon, ditemukan 12 item leksikon yang dikuasainya. Di antaranya adalah:

1. People: 18 istilah (termasuk nama orang) Misalnya: baby, man, mummy, boy, girl, people

2. Animal : 25 istilah

Misalnya : cat, dog, rabbit, duck, mouse, zebra, animal. 3. Vehicles : 18 istilah

Misalnya : car, truck, train, bike, sled, fire-truck. 4. Body parts : 14 istilah

Misalnya : nose, toe, eye, head, finger, hand, knee. 5. Clothing : 14 istilah

Misalnya : diaper, sock, jacket, shirt, button. 6. Toys : 35 istilah

Misalnya : block, ball, clown, doll, bus, slinky, toy 7. Furniture : 12 istilah

(4)

9. Food : 31 istilah

Misalnya : milk, juice, cheese, nut, egg, carrot, food, cereal. 10.Properties and states: 24 istilah

Misalnya : hot, big, stuck, wet, tight, shut, sleepy. 11.Activities : 74 istilah

Misalnya : get, put, go, do, up, out, fall, jump, drive.

2.1.2 Kelas Kata

Kelas kata adalah perangkat kata yang sedikit banyak berperilaku sintaksis sama. Dalam menentukan kelas kata dalam bahasa Indonesia perilaku sintaksis tersebut dijadikan ciri dasar (Kridalaksana, 1994: 44). Sumber yang digunakan untuk menjelaskan kelas kata adalah pendapat Kridalaksana (1994: 51-120). Berikut adalah kelompok dalam kelas kata:

1.Verba

Berdasarkan bentuk kata (morfologis), verba dapat dibedakan atas: (1) verba dasar (tanpa afiks), misalnya: makan, pergi, minum, duduk, dan tidur; (2) verba turunan, a) verba dasar + afiks (wajib) menduduki, mempelajari, menyanyi; b) verba dasar + afiks (tidak wajib) (mem)baca, (men)dengar, (men)cuci; c) verba dasar (terikat afiks) + afiks (wajib) bertemu, bersua, mengungsi; d) reduplikasi atau bentuk ulang berjalan-jalan, minum-minum, mengais-ngais; e) majemuk cuci mata, naik haji, belai kasih.

2. Adjektiva

(5)

elok-elok, gagah-gagah, kesepian, kesakitan, kemerah-merahan, abadi, duniawi, hewani, alami, melimpah, terbuka, terkejut, atas, bawah, depan, belakang, bertambah, berkurang, berkecukupan, menyeluruh.

3. Nomina

Nomina ditandai dengan tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak, tetapi dapat dinegatifkan dengan kata bukan, misalnya: tidak kekasih seharusnya bukan kekasih. Berikut adalah contoh nomina: rumah, orang, burung, keuangan, perpaduan, tetamu, rumah-rumah, batu-batuan, kesinambungan, pengembangan, kebersamaan, ketinggian, kesatuan, kelebihan, jatuhnya.

4. Pronomina

Pronomina berfungsi untuk menggantikan nomina dan yang digantikannya disebut anteseden.

1. Pronomina intratekstual, menggantikan nomina yang ada dalam wacana. Misalnya : Kitti nama kucing saya. Bulunya sangat halus 2. Pronomina ekstratekstual, menggantikan nomina diluar wacana.

Misalnya: Aku yang menggantinya

3. Pronomina takrif, misalnya: saya, aku, kami, kita, dia, mereka 4. Pronomina tak takrif, misalnya: seseorang, sesuatu, siapa, dll. 5. Numeralia

(6)

kolektif. Numeralia tak takrif adalah numeralia yang menyatakan jumlah taktentu. Misalnya: suatu, beberapa, pelbagai, semua, dan lain-lain.

6. Adverbia

Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi ajektiva, numeralia, atau preposisi dalam konstruksi sintaksis. Misalnya, dalam kalimat Ia sudah pergi, kata sudah adalah adverbia, bukan karena mendampingi verba pergi, tetapi karena mempunyai potensi untuk mendampingi ajektiva. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan keterangan karena adverbia merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi. Adverbia dapat ditemui dalam bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk turunan itu terwujud melalui afiksasi, reduplikasi, gabungan proses dan gabungan morfem.

7. Interogativa

Interogativa adalah kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara. Apa yang ingin diketahui dan apa yang dikukuhkan itu disebut anteseden. Anteseden tersebut berada di luar wacana dan karena baru akan diketahui kemudian, interogativa bersifat kataforis.

Ada interogativa dasar, seperti apa, bila, kapan, mana. Ada interogativa turunan, seperti apabila, apakah, bagaimana, bagaimanakah, berapa, betapa. Ada pula interogativa terikat seperti kah dan tah.

8. Demonstrativa

(7)

dapat dibedakan antara (1) demonstrativa dasar, seperti itu dan ini, (2) demonstrativa turunan, seperti berikut, sekian, (3) demonstrativa gabungan seperti di sini, di sana, ini itu, di sana-sini.

9. Artikula

Artikula merupakan sebuah partikel, sehingga dapat berafiksasi. Dalam bahasa Indonesia artikula merupakan kategori yang mendampingi (1) nomina dasar; misalnya, si kancil, sang dewa, para pelajar, (2) nomina deverbal; misalnya, si terdakwa, si tertuduh, (3) pronomina misalnya, si dia, dan (4) verba pasif misalnya, kaum tertindas, si tertindas.

10. Preposisi

Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain, terutama nomina sehingga terbentuk frasa eksosentris direktif. Ada tiga jenis preposisi yaitu: (1) preposisi dasar, yaitu preposisi yang tidak dapat mengalami proses morfologis, (2) preposisi turunan, dan (3) preposisi yang berasal dari kategori lain, misalnya pada, tanpa dan sebagainya.

11. Konjungsi

Konjungsi merupakan kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran.

12. Kategori Fatis

(8)

biasanya terdapat dalam konteks dialog atau wawancara bersambutan, yaitu kalimat-kalimat yang diucapkan oleh pembicara dan lawan bicara.

Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan. Karena ragam lisan pada umumnya merupakan ragam nonstandar, kebanyakan kategori fatis terdapat dalam kalimat-kalimat nonstandar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional.

Ada bentuk fatis yang terdapat di awal kalimat, misalnya kok kamu pergi juga; ada yang di tengah kalimat, misalnya bukan dia, kok, yang mengambil buku itu!; dan ada juga yang diakhir kalimat, misalnya saya hanya lihat saja, kok!

Kategori fatis mempunyai wujud bentuk bebas, misalnya kok, deh,atau selamat, dan wujud bentuk terikat, misalnya lah, atau pun.

13. Interjeksi

Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran. Interjeksi bersifat ekstrakalimat dan selalu mendahului ujaran sebagai teriakan yang lepas atau berdiri sendiri.

(9)

14. Pertindihan Kelas

Pertindihan kelas merupakan kelas kata yang memiliki kategori yang berbeda pada kata yang sama dalam kalimat. Misalnya pada contoh kalimat berikut (Kridalaksana, 1994 : 21):

(3) a. Kucing saya mati kemarin. b. Mati itu bukan akhir segalanya. c. Ini harga mati.

Pada kalimat di atas terdapat kata mati yang digolongkan atas 3 kategori, yaitu mati pada kalimat pertama sebagai verba intransitif, mati pada kalimat kedua sebagai nomina, dan mati

Dalam hal kategori kata ini, sebagian besar para peneliti berpandangan bahwa kata utama dikuasai lebih awal daripada kata fungsi. Dari semua kata utama, kebanyakan ahli berpandangan bahwa kata utama yang dikuasai awal adalah nomina. Bahkan Gentner dalam Darjowidjojo (2000:36) mengatakan bahwa kategori kata yang dikuasai lebih awal adalah nomina, dan ini dianggapnya universal. Menurutnya juga ada perbedaan yang nyata antara nomina dengan verba dari segi representasi batinnya. Nomina secara tipikal merujuk pada benda konkrit dan yang dapat dipegang atau yang kasat mata. Sebaliknya, verba merujuk pada hubungan unsur yang abstrak dan beraneka ragam. Berdasarkan perbedaan inilah mengapa nomina dikuasai lebih dahulu.

sebagai verba intransitif (atributif).

2.1.3 Teori Relasi Semantis

(10)

makna strukturalis. Ada tiga pendekatan dalam semantik struktural, yaitu ranah leksikal, analisis komponen, dan relasi semantis (Geeraerts, 2010:52). Dalam hal ini, relasi semantis akan digunakan sebagai kajian teoretis. Relasi semantis mengembangkan ide dari gambaran relasi struktural dalam kata-kata yang berhubungan (Geeraerts, 2010:52)

Ada sejumlah perbedaan jenis relasi semantis. Leksem merupakan bagian dari relasi semantis. Agar lebih akurat, leksikon dianggap sebagai sebuah jaringan daripada daftar kata sebuah kamus. Prinsip organisasi yang penting dalam leksikon adalah bidang leksikal. Ini adalah kelompok leksem yang memiliki bagian pengetahuan secara khusus, seperti istilah dalam memasak ataupun berlayar, atau kosakata yang digunakan oleh dokter ataupun pemanjat tebing (Geeraerts, 2010:53). Salah satu bidang leksikal adalah hubungan leksikal yang lebih umum antara leksem dalam bidang yang sama. Dalam penelitian ini, teori yang diterapkan untuk menjelaskan tentang relasi semantis adalah teori Saeed (2000:63). Berikut merupakan contoh relasi semantis.

1. Homonim

(11)

a. leksem dari kategori sintaksis dan pengucapan yang sama, misalnya well ‘baik’ dan well ‘sumur’.

b. kategori yang sama tetapi pengucapannya berbeda, misalnya: night ‘malam’ dan knight ‘ksatria’.

c. kategori yang berbeda tetapi pengucapannya sama, misalnya: verba keep ‘menjaga’ dan nomina keep ‘nafkah’.

d. kategori yang berbeda dengan pengucapan yang berbeda, misalnya : not ‘tidak’ dan knot ‘simpul’.

2. Polisemi

Saeed mengatakan (2000:64) bahwa polisemi yaitu sebuah kata yang memiliki makna lebih dari satu dan maknanya masih saling berhubungan satu sama lain. Secara leksikologi, homonim dan polisemi memiliki perbedaan. Meskipun keduanya memiliki pengertian yang sama, dalam polisemi ada relasi makna yang erat antara kata yang bentuknya dan ucapannya sama.

Misalnya: hooker ‘ kapal bot komersil menggunakan kait dan jaring’ dan hooker ‘orang yang memancing’.

3. Sinonim

(12)

Misalnya, kata karcis bersinonim dengan tiket, tetapi wilayah penggunaan karcis ada pada kendaraan bus, sedangkan tiket digunakan pada pesawat.

4. Antonim

Secara terminologi, antonim merupakan relasi leksikal yang menggambarkan makna yang bertentangan. Lebih lanjut, Saeed (2000:66-68) menyebutkan lima jenis oposisi, yaitu:

a. Antonimi Sederhana: hubungan antara pasangan kata-kata yang jika salah satunya positif, yang lainnya negatif. Pasangan ini sering disebut pasangan komplementer atau pasangan binari. Contoh: dead ‘mati’ dengan alive ‘hidup’.

b. Antonimi Bertingkat: hubungan antara opisisi yang jika salah satunya positif, yang lainnya tidak harus negatif. Contoh: hot ‘panas’ dengan cold ‘dingin’.

c. Kebalikan (reverses): relasi yang menunjukkan gerakan arah yang berlawanan. Contoh: push ‘dorong’ dan pull ‘tarik’.

d. Konversi (converses): Hubungan antara dua maujud dari sudut pandang yang berganti. Contoh: employee ‘pekerja’ dengan employer ‘pemberi kerja’.

(13)

5. Hiponim

Hiponimi adalah hubungan inklusi. Hiponimi mengacu pada hubungan vertikal dari taksonomi (Saeed 2000:68-69). Saeed menyamakan istilah hiponimi dengan hipernimi (superordinasi).

Contoh: dog ‘anjing’ dan cat ‘kucing’ adalah hiponim dari animal ‘hewan’. 6. Meronim

Meronim adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan hubungan leksikal (Saeed, 2000:70). Misalnya cover dan page adalah meronim dari book. Meronim merefleksikan hierarki leksikon seperti taksonomi sistem, seperti:

rumah

atap kamar lantai dapur tidur mandi

Gambar 2.1 Meronim ‘rumah’

2.2Kajian Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

(14)

membuktikan bahwa variabel kosakata dan struktur kalimat mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemahaman informasi. Peneliti juga menyarankan bahwa pengajaran kosakata dan struktur kalimat perlu diberi penekanan dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, yang dimulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pengajaran membaca pemahaman juga harus diperhatikan agar seseorang dapat membaca dengan baik.

Ramli tidak menyinggung pemerolehan bahasa dalam artikelnya khususnya pemerolehan leksikon. Penelitian tersebut didasari oleh kajian teoretis mengenai penguasaan kosakata. Kontribusi penelitiannya terletak pada konsep kosakata. Hasil penelitiannya dapat memperkaya wawasan dalam mengkaji kosakata dalam bahasa Indonesia.

(15)

Kajian Raja sangat menarik dan memberi inspirasi karena penelitian yang dilakukan membutuhkan waktu satu tahun dalam pengumpulan data. Meskipun penelitiannya tidak membicarakan mengenai pemerolehan leksikon, uraian yang terdapat dalam pelambatan dan pertumbuhan kosakata anak bermanfaat untuk menjelaskan perkembangan bahasa anak, khususnya kosakata.

Ketiga, Pelenkahu (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pemerolehan Bahasa Pertama Anak kembar Usia Dua Tahun Delapan Bulan” mengemukakan pemerolehan bahasa khususnya perkembangan morfologi anak kembar yang berusia dua tahun delapan bulan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik naturalistik, yaitu mengamati pola pendidikan yang dilakukan orangtua terhadap anak-anaknya dan melakukan perekaman pengembangan pemerolehan bahasa anak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pelenkuhu menunjukkan bahwa anak kembar usia dua tahun delapan bulan yang menjadi subjek penelitian ini dalam mengujarkan satu, dua dan tiga kata mengawalinya dengan mengujarkan suku kata awal dan akhir secara bergantian.

(16)

perlu mengembangkannya agar tidak mengalami keterlambatan dalam pemerolehan bahasa yang baik dan benar.

Pelenkahu tidak menyinggung secara khusus pemerolehan leksikon, namun penelitiannya sangat menarik karena data diambil dengan teknik naturalistik. Dalam penelitian tersebut, kontribusi yang diberikan terletak pada teori pemerolehan bahasa yang dijadikan acuan dalam penelitian ini. Referensi yang digunakan oleh Pelenkahu juga memberikan banyak manfaat sebagai acuan tambahan dalam kajian ini.

(17)

stimuli secara intensif, pemerolehan kosakata responden berkembang dengan cepat.

Kesimpulan Andriany adalah bahwa anak prasekolah masih melakukan generalisasi terhadap benda yang memiliki karakteristik yang sama. Selain itu apabila lingkungan memberikan stimuli secara intensif, semakin pesat perkembangan pemerolehan bahasa anak prasekolah. Penelitian Andriany berfokus pada pengaruh pemberian stimuli terhadap pemerolehan kosakata anak. Namun , kontribusi yang diberikan dalam penelitian ini adalah pada metode penelitian khususnya metode pengumpulan data dan bermanfaat juga untuk menjelaskan pemerolehan leksikon anak.

Kelima, Mangarnap (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pemerolehan Semantik Leksikal Siswa Sekolah Dasar” bertujuan mendeskripsikan pemaknaan leksikal siswa di tingkat sekolah dasar, yaitu di kelas V. Penelitiannya mempersoalkan kesesuaian makna yang diberikan siswa dengan makna kamus, melihat perbedaan makna kata yang diberikan siswa laki-laki dan perempuan, dan perbedaan makna kata yang diberikan siswa laki-laki dan perempuan berdasarkan tingkat ekonomi siswa. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semantik, yaitu teori referensial, teori kontekstual, teori mentalisme, dan teori pemakaian makna. Pendekatan yang dipilih adalah pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif.

(18)

perempuan. Pada siswa laki-laki tingkat kesesuaiannya sebanyak 36% (108 kata) dan untuk siswa perempuan sebanayak 10% (30 kata). Perbedaan makna kata yang diberikan siswa laki-laki dan perempuan berdasarkan tingkat ekonomi siswa berpengaruh pada pola pikir siswa. Siswa yang berlatar belakang dari keluarga mampu dalam memberi makna lebih kepada makna fungsi dan aksi dari makna kata tersebut, dan mengutamakan fisik dan aksi dalam pemberian makna. Dalam kesesuaian makna dengan makna kamus dapat digambarkan bahwa siswa laki-laki dan siswa perempuan lebih banyak memberikan makna yang sesuai pada adjektiva, sedangkan ketidaksesuaian makna`lebih dominan pada nomina dan verba.

Mangarnap tidak menyinggung pemerolehan leksikon. Leksikon disinggung hanya pada penyesuaian makna yang dipahami anak dengan makna kamus, sedangkan penelitian ini membahas leksikon anak yang dihubungkan dengan relasi semantis. Dalam penelitian tersebut, kontribusi yang diberikan adalah pada teori pemerolehan bahasa secara umum dan referensi yang berkenaan dengan pemerolehan leksikon.

(19)

2.3 Kerangka Kerja Teoretis

(20)

Kerangka Kerja Pemerolehan Leksikon

LEKSIKON

Pemerolehan leksikon Kelas Kata Relasi Semantis

TEORI PEMEROLEHAN BAHASA KELAS KATA TEORI SEMANTIK STRUKTURAL

ANALSIS DATA

TEMUAN

Gambar

Gambar 2.1 Meronim ‘rumah’
Gambar 2.2 Kerangka Kerja Teoretis

Referensi

Dokumen terkait

2.Ιxβ6 Αxε3+ 3.Ρθ1 Αxβ6 (βλ επόμενο διάγραμμα) Ο Μαύρος έχει μείνει με τρία ελαφριά κομμάτια περισσότερα (=9 μονάδες) που είναι

Gambar2 menjelaskan kondisi grafik pertumbuhan bakteri dengan konsentrasi biomassa awal yang sama, terlihat bahwa untuk sampel C, D dan E pada waktu inkubasi 0

Sesungguhnya pendekatan pembelajaran yang menyenangkan dalam perspektif pendidikan Islam bukanlah merupakan hal yang baru.. Tetapi sudah ada dan sudah dipratekkan sejak zaman

Akhirnya KPPU memproses perkara ini dengan dugaan awal terjadinya pelanggaran terhadap Pasal 19 huruf a (menolak dan atau menghalangi pelaku usaha untuk melakukan kegiatan

Menurut Nursing Interventions Classification intervensi yang diberikan pada klien masalah keperawatan bersihan jalan tidak efektif yaitu: peningkatan manajemen batuk yaitu:

Untuk membantu menganalisis permasalahan yang terjadi maka dilakukan pendekatan six big losses dan analisis menggunakan metode seven tools yaitu histogram untuk mencari

Dalam penelitian tugas akhir ini masih ditemukan banyak sekali keterbatasan sehingga untuk mengembangkan lagi hasil pengerjaan Sistem Cerdas yang mampu

(2) BPJS Kesehatan mengirimkan tautan aktivasi secara realtime kepada Badan Usaha Lama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui surat elektronik Badan Usaha Lama yang telah