• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Lingkungan Terhadap Hasil Belajar.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "II. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Lingkungan Terhadap Hasil Belajar.doc"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

2009/2010 II. Latar Belakang Masalah

Didalam keluarga, orang tua memegang peranan penting dalam menciptakan karakter anak agar mempunyai akhlak yang luhur yang mempunyai perilaku jujur, berdisiplin, dan bersemangat sehingga akhirnya menjadi fondasi/dasar untuk meningkatkan kualitasnya melalui pendidikan formal (sekolah).

Prestasi belajar yang dicapai seorang anak merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor, ada yang berasal dari dalam diri anak (internal) dan ada yang berasal dari luar diri anak (eksternal). Yang tergolong faktor internal adalah faktor jasmaniah, dan faktor psikologi. Sedangkan faktor eksternal mencakup : faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Anak, keluarga, dan masa depan merupakan tiga hal yang saling berkaitan, itulah sebabnya keluarga mempunyai kedudukan sebagai kunci atau sentral, keluarga juga memberikan pengaruh yang sangat besar pada proses pengembangan potensi dan pembentukan pribadi anak, komunikasi antar anggota keluarga, sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak, pengawasan diluar jam sekolah serta pemenuhan kebutuhan anak akan membawa dampak bagi keberhasilan belajar siswa.

(2)

Keluarga juga memiliki peranan yang besar dalam keberhasilan anak mencapai prestasi belajar yang baik, terutama karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah. Oleh sebab itu aspek-aspek kehidupan dalam rumah tangga turut mempengaruhi kemajuan studi anak.

Sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya sebatas penerus keturunan saja. Dalam bidang pendidikan, keluarga merupakan sumber pendidikan utama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual manusia pertama-tama diperoleh dari orang tua dan anggota keluarganya sendiri. Setiap keluarga saling membutuhkan satu sama lain sehingga mereka dapat hidup lebih senang dan tenang.

Setiap anak mungkin mempunyai semangat atau motivasi belajar yang lebih baik apabila keluarga atau orang tua penuh perhatian dan penuh pengertian dalam kehidupan keluarga. Keadaan keluarga yang aman dan tenteram, terjadinya hubungan yang harmonis dalam keluarga, suasana rumah yang baik, akan dapat memacu motivasi anak dalam belajar. Akan tetapi apabila kehidupan dalam keluarga sering terjadi pertikaian, kehidupan keluarga yang kurang aman, hubungan anggota keluarga yang retak, maka dapat dipastikan motivasi belajar anak menjadi menurun, sebagai akibatnya prestasi belajar anak juga akan menurun.

(3)

perbedaaan pekerjaan orang tua yang selalu menuntut anak untuk ikut membantu bekerja setelah proses balajar mengajar di sekolah selesai, sehingga membuat kurangnya didikan dan perhatian orang tua terhadap studi anak. Berikut adalah data mengenai pekerjaan orang tua siswa:

Tabel 1.1

Data Pekerjaan Orang Tua Siswa Kelas XI IPA

No Pekerjaan Orang Tua Jumlah

1 Petani 43

2 Pegawai 24

Jika diperhatikan dengan kondisi pekerjaan orang tua siswa yang berbeda seperti di atas, maka terdapat pula perbedaan nilai siswa pada Mata Pelajaran Matematika. Berikut adalah data prestasi atau nilai ekonomi siswa :

Tabel 1.2

Data Nilai Siswa Kelas XI IPS

No Nilai Jumlah

1 60 – 70 49

2 71 – 80 16

3 81 - 90 2

Berdasarkan uraian di atas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 R. Prapat Kabupaten Labuhan BatuTahun Pembelajaran 2009/2010 ”. III. Identifikasi Masalah

(4)

1. Bagaimana lingkungan keluarga siswa kelas XI di SMA Negeri 1 R. Prapat, Kabupaten Labuhan Batu?

2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas XI pada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 R. Prapat, Kabupaten Labuhan Batu?

3. Bagaimana pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa kelas XI pada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 R. Prapat, Kabupaten Labuhan Batu?

IV. Pembatasan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang dan identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah, untuk mempermudah penelitian, dan memungkinkan tercapainya hasil yang sebaik mungkin. Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk membantu mengarahkan penulis pada masalah sebenarnya, dan mengingat masalah yang sangat kompleks, keterbatasan waktu, pengetahuan, tenaga dan dana, untuk menghindari meluasnya masalah dalam penelitian ini, maka permasalahan yang dikaji dibatasi pada “Lingkungan keluarga pengaruhnya terhadap prestasi belajar Siswa Kelas XI IPApada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 R. Prapat, Kabupaten Labuhan BatuTahun Pembelajaran 2009/2010”.

V. Perumusan Masalah

(5)

SMA Negeri 1 R. Prapat, Kabupaten Labuhan BatuTahun Pembelajaran 2009/2010”?

VI. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran lingkungan keluarga siswa Kelas XI IPAdi SMA Negeri 1 R. Prapat, Kabupaten Labuhan BatuTahun Pembelajaran 2009/2010. 2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa Kelas XI IPApada Mata Pelajaran

Matematika di SMA Negeri 1 R. Prapat, Kabupaten Labuhan BatuTahun Pembelajaran 2009/2010.

3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa Kelas XI IPApada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 R. Prapat, Kabupaten Labuhan BatuTahun Pembelajaran 2009/2010.

VII. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa dan memberi nilai tambah yaitu: untuk mempertinggi sikap ilmiah dalam pemecahan masalah, dan menambah pemahaman penulis tentang penelitian.

2. Untuk Bandingan, sebagai bahan perbandingan bagi penelitian berikutnya yang relevan dikemudian hari.

(6)

4. Bagi Orang Tua, untuk memberikan informasi bagi orang tua agar lebih menyadari bahwa perhatian yang diberikan kepada anaknya dan semua aspek-aspek dalam rumah tangga sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. VIII. Kerangka Teori

A. Lingkungan Keluarga

1. Pengertian Lingkungan Keluarga

Menurut Sartain ( dalam Agussyafii 27 Januari 2009 ), yang dimaksud dengan lingkungan meliputi kondisi alam dunia ini dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan, atau life processes.

Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab sebagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan yang disadari atau tidak, pasti akan mempengaruhi anak.

Keluarga merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak Keluarga merupakan Community primer yang paling penting dalam masyarakat. Community primer artinya suatu kelompok dimana hubungan antar para anggotangnya sangat erat dan kekal. Menurut Hasan (1994 : 182) bahwa keluarga adalah tempat yang pertama dan yang utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental, pembentukan kepribadian, dan kemudian ditambah dan disempurnakan oleh sekolah”.

(7)

kehidupannya”. Dalam lingkungan keluarga inilah anak mulai belajar berbagai hal yang berdampak terhadap perkembangan intelek, sosial, dan sikap anak.

Sebagai satu kesatuan hidup bersama, Ikatan keluarga membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih, hubungan antar pribadi, kerja sama, disiplin, tingkah laku yang baik. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluarga yang penuh konflik dan tidak bahagia.

Yadi (27 Januari 2009) mengatakan bahwa “Lingkungan keluarga merupakan lingungan pengaruh inti, setelah itu sekolah dan kemudian masyarakat”. Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh orang tua dan orang-orang terdekat, dalam bentuknya keluarga selalu memiliki kekhasan dan setiap keluarga selalu berbeda dengan keluarga lainnya.

Asih (1 Maret 2009) juga mengatakan bahwa :

Lingkungan keluarga adalah kesatuan ruang dengan semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam kelompok sosial kecil yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang mempunyai hubungan sosial karena mempunyai hubungan darah.

Mansyur (dalam Hasan 1994 : 190) mengemukakan beberapa sifat keluarga : a. Dasar emosional; artinya rasa kasih sayang,kecintaan, dan kebanggaan. b. Dasar bentuk perkawinan; indogami yaitu kawin golongan sendiri,

eksogami yaitu kawin diluar golongan sendiri.

c. Milik keluarga; keluarga pasti mempunyai harta benda untuk kelangsungan hidup para anggotanya.

d. Tempat tinggal; pada umumnya keluarga itu mempunyai tempat tinggal.

2. Fungsi Lingkungan Keluarga

Soprawoto (2005: 3) Mengatakan Bahwa:

(8)

memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat, guna tercapainya keluarga yang sejahtera.

Selanjutnya Hasan (1994: 194) Mengatakan beberapa fungsi keluarga yaitu:

a. Keluarga sebagai rumah ibadah

Artinya dalam keluargalah dirintis untuk dilaksanakannya rancangan bangunan untuk pendakian spiritual, jiwa dan mental anak untuk beragama.

b. Keluarga sebagai rumah sakit

Artinya pusat kebersihan dan pusat kesehatan, harus diciptakan dalam keluarga ini, tiada lain untuk menopang pembangunan manusia yang mempunyai dimensi jasmaniah, dan kesehatan dalam kehidupan adalah salah satu faktor pendukungnya.

c. Keluarga sebagai rumah sekolah

Di dalam keluarga harus terjadi proses perancang, peletak, pembina dan pengontrol proses pewarisan nilai-nilai budaya. khususnya orang tua harus mampu memberikan arah dan orientasi perkembangan budaya mana yang menjadi prioritas dalam mengikuti arus perkembangan budaya. Tentunya ini dilakukan lewat proses didik antara orang tua dengan anak.

Sementara itu yang berkenan dengan keluarga menyediakan situasi belajar, dapat dilihat bahwa anak sangat bergantung kepada orang tua, baik karena keadaan jasmaniahnya maupun kemampuan intelektualnya, sosial, dan moral. Anak belajar menerima dan meniru apa yang diajarkan oleh orang tua.

Hasbullah (2005: 88) mengatakan: Sumbangan keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai berikut :

1. Cara orang tua untuk melatih anak untuk menguasai cara-cara mengurus diri, seperti cara makan, buang air, berbicara, berjalan, berdoa, sungguh-sungguh membekas dalam diri anak karena berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi.

2. Sikap orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak. Sikap menerima atau menolak, sikap kasih sayang atau acuh tak acuh, sikap sabar atau tergesa-gesa, sikap melindungi atau membiarkan, secara langsung mempengaruhi reaksi emosional anak.

(9)

adalah darah dagingnya, kecuali berbagai keterbatasan kedua orang tua tersebut, maka sebagian tanggung jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain yaitu melalui sekolah.

3. Pentingnya Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga.

Pendidikan di sekolah merupakan lanjutan dan bantuan terhadap pendidikan dirumah, keluarga tetap bertanggung jawab terhadap anak-anaknya, baik dirumah maupun di sekolah. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan disekolah bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan didalam keluarga.

Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik disekolah maupun dalam masyarakat.

Demikianlah, tidak disangkal lagi betapa pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga bagi perkembangan anak-anak menjadi manusia yang berpribadi dan berguna bagi masyarakat. Tentang pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga itu telah dinyatakan oleh banyak ahli didik dari zaman yang telah lampau seperti :

1. Comenius (dalam Purwanto 2006 :79) mengatakan bahwa :

“Bagaimana orang tua harus mendidik anak-anaknya dengan bijaksana, untuk memuliakan Tuhan dan untuk keselamatan jiwa anak-anaknya”.

2. J.J. Rousseau (dalam Purwanto 2006 :79) mengatakan bahwa :

“Betapa pentingnya pendidikan keluarga itu”. Ia menganjurkan agar pendidikan anak disesuaikan dengan tiap-tiap masa perkembangannya sedari kecilnya.

(10)

yang merugikan kesehatannya, dan menyakiti perasaan-perasaan kehormatannya.

Nolte (dalam Slamet 2001: 183) mengatakan bahwa:

“Jika anak hidup dengan penuh kasih sayang dia akan belajar mencintai, jika anak hidup penuh pujian atas keberhasilannya dia akan belajar merasa sukses, jika anak hidup penuh kritikan dia akan belajar menyalahkan orang lain, jika anak hidup penuh permusuhan dia akan belajar berkelahi.

Contoh-contoh di atas sekedar memberikan gambaran betapa pentingnya peran keluarga dalam mempengaruhi anak.

4. Peranan Anggota Keluarga terhadap Pendidikan Anak a) Peranan Ibu

Pada kebanyakan keluarga, ibulah memegang peranan yang terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu disampingnya. Ibulah yang memberi makan dan minum, memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan anak. Itulah sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya daripada kepada anggota keluarga lainnya.

Pendidikan seorang ibu terhadap anak merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak. Sebagian orang mengatakan kaum ibu adalah pendidik bangsa.

(11)

kepada anak. Asalkan segala pernyataan disertai rasa kasih sayang yang terkandung dalam hati ibu, anak itu dengan mudah akan tunduk kepada pimpinannya.

Menurut Purwanto (2006 : 82) Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai berikut :

1. Sumber dan pemberi rasa kasih sayang 2. Pengasuh dan pemelihara

3. Tempat mencurahkan isi hati

4. Pengatur kehidupan dalam rumah tangga b) Peranan Ayah

Di samping ibu, seorang ayah pun memegang peranan yang penting pula. Anak memandang ayah sebagai orang yang tertinggi gengsi atau prestisenya. Kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaan sehari-hari sungguh besar pengaruhnya terhadap anak, lebih-lebih anak yang telah agak besar.

Meskipun demikian, di beberapa keluarga masih dapat kita lihat kesalahan-kesalahan pendidikan yang diakibatkan oleh tindakan seorang ayah. Karena sibuk bekerja mencari nafkah, siayah tidak ada waktu untuk bergaul mendekati anak. Lebih ironis lagi seorang ayah yang sengaja tidak mau berurusan dengan pendidikan anak. Ia mencari kesenangan bagi diri sendiri saja. Segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat di dalam rumah tangga mengenai pendidikan anak dibebankan kepada istri.

(12)

tugasnya sebagai ayah dapat dikemukakan bahwa peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih dominan adalah sebagai:

1. Sumber kekuasaan di dalam keluarga,

2. Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar, 3. Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga,

4. Pelindung terhadap ancaman dari luar,

5. Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan, c) Peranan Nenek

Selain oleh ibu dan ayah, banyak pula anak-anak yang menerima pendidikan dari nenek, baik nenek laki-laki maupun nenek perempuan ataupun keduanya.

Umumnya, nenek itu merupakan sumber kasih sayang yang mencurahkan kasih sayang yang barlebih-lebihan terhadap cucu. Mereka tidak mengharapkan sesuatu dari cucu, mereka memanjakan cucu dengan sangat berlebih-lebihan.

Dalam suatu keluarga yang diam serumah dengan nenek, sering kali terjadi pertengkaran atau perselisihan antara orang tua anak dan nenek mengenai cara mendidik anak. Pandangan orang tua anak tentang mendidik anak sering bertentangan dengan pandangan nenek yang merasa bahwa si nenek itu sudah lebih banyak “makan garam” dari pada anaknya (orang tua anak itu).

Dari pengalaman, orang dapat mengetahui bahwa untuk kepentingan pendidikan anak sering lebih baik jika keluarga itu tinggal terpisah dari nenek. Kunjungan nenek yang sewaktu-waktu dan bermalam sekali-kali di rumah orang tua anak telah cukup untuk menyenangkan hati anak.

(13)

Keluarga yang berkecukupan sosial-ekonomi sering memiliki seorang atau lebih pembantu rumah tangga atau pramuwisma. Tugas pramuwisma, di samping mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, mencuci, dan menyetrika pakaian, membersihkan halaman, menyiram tanaman hias sering pula diserahi tugas untuk mengasuh atau memelihara anak-anak. Bahkan, ada pula pramuwisma yang diserahi tugas khusus untuk mengasuh dan memelihara anak-anak yang masih kecil (baby sitter) karena kedua orang tua anak-anak-anak-anak itu sibuk bekerja atau mencari nafkah di luar rumah. Dalam hal yang demikian pramuwisma dapat dikatakan anggota keluarga yang juga turut berperan dalam pendidikan anak-anak di dalam keluarga.

Pada umumnya pramuwisma (yang bukan baby sitter) tidak memiliki pengetahuan ataupun pengalaman yang cukup dalam hal mengasuh atau mendidik anak-anak, apalagi pramuwisma yang masih muda atau belum pernah berkeluarga. Oleh karena itu, bagi para orang tua, betapapun sibuk dan sempitnya waktu luang, tidak baik jika menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada pramuwisma. Peranan pramuwisma sebagai pembantu rumah tangga seyogianya hanyalah sebagai “pembantu” pula dalam mengasuh dan mendidik anak-anak di dalam keluarga. Sedangkan yang tetap berperan dan menentukan pendidikan anak-anak adalah orang tua, yaitu ayah dan ibu.

5. Lingkungan Keluarga yang Kondusif

(14)

belajar disiplin, tentu sangat berguna bagi pembiasaan cara belajar anak. Maka dengan iklim kondusif dalam keluarga seperti inilah program dalam membiasakan anak untuk belajar teratur menjadi lebih mudah untuk dilaksanakan.

Dalam tinjauan psikologi behaviorisme, kebiasaan yang dilakukan lingkungan keluarga jika disalurkan kepada anak akan membentuk kepribadian anak sehingga menyukai aktivitas belajar disiplin.

Kelengkapan fasilitas di ruangan keluarga, misalnya tersedia bacaan yang dikhususkan untuk konsumsi anak, seperti komik, cerita, koran anak, majalah anak, dan buku panduan untuk anak. Ketika sedang berkumpul dengan anak, juga orang tua hendaknya menemani anak membaca buku atau yang lainnya. Ini dimaksudkan agar anak dapat menanyakan dan mendiskusikan materi yang terdapat dalam buku tersebut.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi belajar yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

(15)

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Sunarto (13 Maret 2009) mengatakan bahwa “Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu”.

Yadi (27 Januari 2009) mengatakan bahwa “Prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.” Selanjutnya Winkel (dalam Sunarto, 13 Maret 2009) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.”

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Slameto ( 2003: 54) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

a. Faktot intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yang meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

b. Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang meliputi: faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

(16)

yang berasal dari dalam diri siswa yang disebut intern dan faktor yang berasal dari luar diri siswa atau disebut dengan ekstern.

Adapun penjelasan dari faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut adalah:

 Faktor Intern.

Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yang terdiri dari : 1. Faktor Jasmaniah

a) Faktor Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap tubuh, beserta bagian-bagiannya dan bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap belajarnya.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badan lemah, ataupun ada gangguan-gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya.

Agar seseorang dapat belajar dengan baik, haruslah mengusahakan kesehatan tubuhnya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan dalam hal belajar, bekerja, olahraga, istirahat, makan, dan lain-lain.

(17)

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat itu dapat berupa buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain.

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi prestasi belajar, siswa yang cacat belajarnya akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya harus belajar pada lembaga pendidikan khusus atau mempergunakan alat bantu untuk dapat mengurangi atau menghindari pengaruh kecacatan tersebut.

2. Faktor Psikologis a) Inteligensi

Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi, dan mempelajarinya dengan cepat.

Inteligensi besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar, dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah.

b) Perhatian

(18)

siswa harus memiliki perhatian terhadap bahan pelajaran yang dipelajarinya. Siswa yang belajar harus memiliki perhatian terhadap suatu bahan pelajaran dengan konsentrasi yang penuh, sehingga bahan yang dipelajari akan dimengerti, dan mencapai hasil yang baik.

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus-menerus dan disertai dengan rasa senang.

Minat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tidak akan memperoleh kepuasan dari pelajaran tersebut.

d) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Jadi faktor bakat juga sangat penting untuk memperoleh prestasi belajar yang baik.

e) Motif

(19)

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap dalam melaksanakan kecakapan baru. Anak yang sudah matang belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar, tetapi belajar akan lebih berhasil jika anak sudah matang. Jadi kemajuan baru akan memiliki kecakapan tergantung dari kematangan dan belajar.

g) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

 Faktor Ekstern 1. Faktor Keluarga

(20)

Menurut Slameto (2003: 60) faktor dalam keluarga yang turut mempengaruhi prestasi belajar adalah :

a. Cara orang tua mendidik. b. Relasi antaranggota keluarga c. Keadaan ekonomi keluarga d. Pengertian orang tua 2. Faktor Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Slameto (2003 : 64) mengatakan bahwa faktor-faktor yang terdapat di sekolah yang turut mempengaruhi prestasi belajar adalah :

a. Metode pengajaran b. Kurikulum

c. Relasi guru dengan siswa d. Relasi siswa dengan siswa e. Alat pengajaran

f. Disiplin sekolah 3. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Slameto (2003 : 70) mengatakan bahwa faktor-faktor yang terdapat dalam masyarakat yang turut mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah :

a. Kegiatan siswa dalam masyarakat b. Mass media

c. Teman bergaul

(21)

Dengan demikian lingkungan masyarakat juga dapat membentuk kepribadian siswa, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang siswa akan selalu menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan teman yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.

3. Faktor-Faktor dalam Keluarga yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa

Menurut Slameto (2003: 60) bahwa faktor-faktor dalam keluarga yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah :

a. Cara orang tua mendidik b. Relasi antar anggot keluarga c. Suasana rumah

d. Keadaan ekonomi keluarga e. Pengertian orang tua.

Adapun penjelasan dari faktor-faktor dalam keluarga yang mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut adalah :

a. Cara orang tua mendidik

(22)

keluarga di dalam pendidikan anak. Cara orang tua mendidik anak akan berpengaruh terhadap prestasi belajar.

Orang tua yang kurang/tidak memperhatikan pendidikan anak, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anak, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak dalam belajar, tidak mengatur waktu belajar, tidak menyediakan/melengkapi alat belajar, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar anak, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajar. Mungkin anak sendiri sebenarnya pandai, tetapi karena cara belajar yang tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga mengalami ketinggalan dalam belajar dan akhirnya anak malas belajar. Hasil belajar yang didapatkan tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studi. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang tua terlalu sibuk mengurus pekerjaan atau kedua orang tua memang tidak mencintai anak.

(23)

serius, maka anak akan mengalami gangguan kejiwaan akibat dari tekanan-tekanan tersebut. Orang tua yang demikian biasanya menginginkan anak mencapai prestasi yang sangat baik, atau mereka mengetahui bahwa anak bodoh tetapi tidak tahu apa yang menyebabkan sehingga anak dikejar-kejar untuk mengatasi kekurangannya.

Disinilah bimbingan dan penyuluhan memegang peranan yang penting, anak yang mengalami kesukaran-kesukaran dapat ditolong dengan memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan orang tua akan sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.

b. Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anak. Selain itu relasi anak dengan saudara, atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah wujud relasi itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi dengan kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap acuh tak acuh, dan sebagainya. Begitu juga jika relasi anak dengan saudara atau dengan anggota keluarga lainnya tidak baik, akan menimbulkan problem yang sejenis.

(24)

Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian, dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan, dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak tersebut.

c. Suasana rumah

Suasana rumah diartikan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh dan ramai tidak akan memberi ketenangan kepada anak dalam belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuni. Suasana rumah yang tegang, ribut, dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, yang mengakibatkan belajar anak kacau.

Rumah yang sering dipakai untuk keperluan-keperluan, misalnya untuk resepsi, pertemuan, pesta-pesta, upacara keluarga, dan lain-lain dapat mengganggu belajar anak. Rumah yang bising dengan suara radio, tape recorder, atau TV pada waktu belajar, juga mengganggu belajar anak, terutama untuk berkonsentrasi. Semua contoh di atas adalah suasan rumah yang memberi pengaruh negatif terhadap belajar anak.

(25)

d. Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga juga erat hubungannya dengan prestasi belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, seperti makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan juga fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

Jika anak hidup di dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain, anak selalu dirundung kesedihan, sehingga anak merasa dikucilkan dengan teman lain, hal ini pasti akan mengganggu belajar anak. Bahkan anak harus bekerja mencari nafkah sebagai pembantu orang tua walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja, hal yang seperti itu juga akan mengganggu belajar anak. Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan, dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, justru keadaan yang seperti itu menjadi cambuk bagi anak untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar.

Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan melakukan keborosan, dan akibatnya anak kurang memusatkan perhatian untuk belajar dan hal tersebut juga akan mengganggu belajar anak.

(26)

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian, dan dorongan, membantu sebisa mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Jika perlu menghubungi guru anak tersebut untuk mengetahui perkembangan anak.

2.2. Penelitian Relevan

Saragih, Masliana (2007) Meneliti tentang pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran kewarganegaraan di SMP Swasta Parulian 1 Medan. Menyatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran kewarganegaraan di SMP Swasta Parulian 1 Medan.

Sinaga, Relliana (2007) meneliti tentang hubungan lingkungan belajar dalam keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Pematang Siantar. Menyatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara lingkungan belajar dalam keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Pematang Siantar.

(27)

IX. Kerangka berpikir

Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam memajukan suatu negara atau wilayah. Melalui pendidikan inilah seorang individu dapat mengembangkan dirinya dan membina serta membentuk manusia yang berkualitas tinggi.

Pendidikan ini pada hakekatnya berlangsung dalam tiga lingkungan yang lazim disebut tripusat pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pendidikan di dalam keluarga disebut juga sebagai pendidikan yang utama dan sebagai peletak dasar bagi pendidikan selanjutnya. Oleh sebab itu pendidikan didalam keluarga sangat memberikan pengaruh terhadap pendidikan disekolah, dan sekaligus prestasi yang diraihnya.

Jika pendidikan dalam keluarga terarah maka sekolah akan menerima input siswa-siswa yang memiliki entry behavior (tingkah laku awal, kemampuan awal) yang cukup baik untuk siap menerima pendidikan. Selain pembinaan dan pendidikan dalam keluarga, suasana rumah yang aman dan akrab juga turut mempengaruhi prestasi belajar siswa. Karena dalam suasana yang seperti ini siswa lebih tenang untuk belajar dan mengembangkan pikirannya.

(28)

Kemampuan belajar yang baik dan mencerminkan hasil belajar di sekolah tidaklah sama bagi semua siswa. Seseorang dikatakan telah belajar jika dalam dirinya telah terjadi perubahan tertentu misalnya mengenal huruf, atau yang tidak tahu membaca menjadi tahu, sehingga perubahan tersebut menunjukkan pencapaian hasil belajar.

X. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu : “Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa Kelas XI IPApada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 R. Prapat Kabupaten Labuhan BatuTahun Pembelajaran 2009/2010”.

XI. METODOLOGI PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian : “ Pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa kelas XI pada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 R. Prapat Kabupaten Labuhan BatuTahun Pembelajaran 2009/2010”. Maka untuk memperoleh data yang diperlukan penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 1 R. Prapat yang beralamat di Jl. Sikadang Jandi No. 153 Salak Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Populasi dan Sampel

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan untuk memahami suatu yang diteliti, maksudnya bahwa penelitian ini harus dapat menjelaskan sekumpulan objek yang lengkap secara keseluruhan.

(29)

Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Sesuai dengan hal tersebut, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI jurusan IPS SMA Negeri 1 R. Prapat dengan jumlah 67 orang, yang terdiri dari 34 orang IPS1 dan 33 orang

2 IPS . B. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.

Dalam mengambil atau menentukan besarnya sampel menurut Arikunto (2006:134) bahwa :

“Untuk sekedar ancer-ancer apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlahnya lebih banyak, maka diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.

Karena jumlah subjeknya kurang dari 100, maka jenis penelitian ini adalah penelitian populasi , dimana peneliti mengambil seluruh populasi yang ada yaitu sebanyak 67 orang (Total Sampling).

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa Sampel

1 XI IPS1 34 34

2 XI IPS2 33 33

3. Varibel Penelitian dan Defenisi Operasional A. Varabel Penelitian

Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah : a. Variabel bebas (X) : Lingkungan Keluarga

(30)

B. Defenisi Operasional

Defenisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut : a. Lingkungan keluarga adalah kesatuan ruang dengan semua benda hidup dan

mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam kelompok sosial kecil yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang mempunyai hubungan sosial karena mempunyai hubungan darah.

b. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport atau suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data mengenai masalah yang akan diteliti, maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu :

1. Observasi

Peneliti mengadakan pengamatan langsung kelapangan dengan cara mengunjungi atau pengamatan langsung ke sekolah SMA Negeri 1 R. Prapat, Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Wawancara

Mengadakan tanya jawab terhadap responden untuk mendapatkan data dan informasi yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

(31)

Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang siswa kelas XI yang mengikuti Mata Pelajaran Matematika yang dilihat dari Daftar Kumpulan Nilai.

4. Angket

Angket merupakan salah satu alat mengumpulkan data, dengan membuat daftar pertanyaan secara tertulis dan melengkapi dengan jawaban yang lebih dari satu diberikan responden atau siswa secara bebas memilih salah satu jawaban yang tersedia seebagaimana dengan keadaan sebenarnya. Angket yang dibuat dinilai berdasarkan pilihan yang ada yaitu :

Pilihan A mempunyai nilai 4 Pilihan B mempunyai nilai 3 Pilihan C mempunyai nilai 2 Pilihan D mempunyai nilai 1

Sebelum angket disebarkan kepada sampel guna mengumpulkan data, maka terlebih dahulu dibuat lay out angket pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.2 Lay Out Angket

No Variabel Indikator No. Item Keterangan

1 Lingkungan Keluarga

- Cara Orang Tua Mendidik.

- Relasi Antar anggota Keluarga.

- Suasana Rumah. - Keadaan Ekonomi Keluarga.

- Pengertian Orang Tua.

1,2,3,4,5,6

7,8,9,10,11

12,13,14,15 16,17

18,19,20

(32)

2 Prestasi a. Uji Validitas Angket

Untuk menghitung validitas angket digunakan rumus korelasi product moment, oleh Arikunto (2006: 170) yaitu :

Rxy =

rxy = Koefisien Korelasi

X = Jumlah Skor Variabel X

Y = Jumlah Skor Variabel Y N = Jumlah Sampel

XY = Jumlah hasil perkalian skor variabel X dan variabel Y

Kriteria : Syarat valid rhitung > rtabel pada taraf signifikan 95% atau alpha 5%

maka instrumen tersebut dianggap valid dan sebalikanya rhitung < rtabel maka

instrumen dianggap tidak valid. b. Uji Reliabilitas Angket

(33)

r11 =

r11 = Reliabilitas angket

2

t

 = Varians total

2

b

 = Jumlah varians butir

N = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Kriteria : Syarat rhitung > rtabel pada taraf signifikan 95% atau alpha 5% maka

instrumen tersebut dianggap reliabel dan sebaliknya rhitung < rtabel maka instrumen

dianggap tidak reliabel. 6. Teknik Analisis Data

1. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), dilakukan uji regresi linier sederhana dengan model persamaan, oleh Sudjana (2005 : 315) yaitu :

Y = a + bX

(34)

2. Untuk mengetahui besarnya kontribusi (sumbangan) Lingkungan Keluarga (X) terhadap Prestasi Belajar Siswa (Y) dapat dihitung dengan menggunakan rumus determinasi, oleh Sudjana (2005: 370) yaitu :

b = Koefisien variabel bebas X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat

3. Untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini rumus yang digunakan adalah rumus uji “t” regresi, oleh Irianto (2008: 156) yaitu :

t =

dengan dk (derajat kebebasan) = n-2 dimana : a. bila thitung > ttabel maka hipotesisnya diterima, dan

(35)

Sebelum pengumpulan data tentang lingkungan keluarga, terlebih dahulu instrumen pengumpulan data diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket.

Hasil dari uji coba angket lingkungan keluarga untuk semua item dinyatakan valid (rhitung rtabel) dan dari hasil uji reliabilitas diperoleh r11  0,754 atau dinyatakan memiliki reliabilitas yang cukup tinggi.

Selanjutnya penelitian dilaksanakan dengan memberikan angket mengenai lingkungan keluarga kepada siswa dan prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Matematika yang diperoleh dari daftar kumpulan nilai.

4.1.1. Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga yang dilihat dalam penelitian ini didasarkan pada indikator-indikator yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Indikator tersebut adalah cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dan pengertian orang tua. Setelah dilakukan pengumpulan data melalui angket maka jawaban responden terhadap angket lingkungan keluarga dapat dilihat pada lampiran 2.

Untuk mengetahui dalam kategori mana nilai lingkungan keluarga siswa, maka terlebih dahulu mencari interval, dimana skala penilaian terdiri atas 4 interval yang telah ditentukan.

Interval = NilaiTertinggiNilai TertinggiNilai Terendah

(36)

I = 441 I = 0,75

Dengan demikian diperoleh interval sebesar 0,75. sehingga diperoleh skala nilai yang dipergunakan sebagai berikut :

3,26 - 4,00 Diikatagorikan Sangat Baik 2,50 – 3,25 Dikatagorikan Baik

1,76 – 2,49 Dikatagorikan CukupBaik 1,00 – 1,75 Dikatagorikan Kurang Baik

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Jawaban Angket Lingkungan Keluarga(X)

No

Alternatif Jawaban Jumlah

Rata-rata

A =4 B = 3 C = 2 D = 1

F Sc % F Sc % F Sc % F Sc % F Sc

1 23 92 34,33 38 114 56,72 6 12 8,96 0 0 0,00 67 218 3,25

2 11 44 16,42 35 105 52,24 20 40 29,85 1 1 1,49 67 190 2,84 3 12 48 17,91 14 42 20,90 30 60 44,78 11 11 16,42 67 161 2,40 4 8 32 11,94 36 108 53,73 16 32 23,88 7 7 10,45 67 179 2,67

5 22 88 32,84 38 114 56,72 7 14 10,45 0 0 0,00 67 216 3,22

6 26 104 38,81 25 75 37,31 14 28 20,90 2 2 2,99 67 209 3,12

7 35 140 52,24 29 87 43,28 2 4 2,99 1 1 1,49 67 232 3,46

8 12 48 17,91 30 90 44,78 22 44 32,84 3 3 4,48 67 185 2,76

9 17 68 25,37 24 72 35,82 24 48 35,82 2 2 2,99 67 190 2,84

10 42 168 62,69 22 66 32,84 3 6 4,48 0 0 0,00 67 240 3,58

11 9 36 13,43 27 81 40,30 28 56 41,79 3 3 4,48 67 176 2,63

12 12 48 17,91 42 126 62,69 11 22 16,42 2 2 2,99 67 198 2,96

13 6 24 8,96 8 24 11,94 25 50 37,31 28 28 41,79 67 126 1,88

14 10 40 14,93 40 120 59,70 17 34 25,37 0 0 0,00 67 194 2,90

15 14 56 20,90 33 99 49,25 17 34 25,37 3 3 4,48 67 192 2,87

16 15 60 22,39 35 105 52,24 15 30 22,39 2 2 2,99 67 197 2,94

17 20 80 29,85 31 93 46,27 13 26 19,40 3 3 4,48 67 202 3,01

18 9 36 13,43 34 102 50,75 22 44 32,84 2 2 2,99 67 184 2,75

19 15 60 22,39 37 111 55,22 13 26 19,40 2 2 2,99 67 199 2,97 20 4 16 5,97 15 45 22,39 34 68 50,75 14 14 20,90 67 143 2,13

Jumlah 57,18

(37)

Dari daftar di atas dapat diketahui hasil sebagai berikut :

1. Orang tua siswa memperhatikan cara belajar siswa di rumah, bernilai 3,25 termasuk dalam kategori baik.

2. Orang tua siswa mengatur waktu belajar siswa di rumah, bernilai 2,84 termasuk dalam kategori baik.

3. Orang tua siswa memberi hadiah apabila siswa mempunyai prestasi yang baik, bernilai 2,40 termasuk dalam kategori cukup baik.

4. Orang tua siswa membantu kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam belajar, bernilai 2,67 termasuk dalam kategori baik.

5. Orang tua siswa menegur siswa jika siswa bersikap buruk atau bersikap semaunya, bernilai 3,22 termasuk dalam kategori baik.

6. Orang tua siswa memaksa siswa untuk belajar apabila siswa malas belajar, bernilai 3,12 termasuk dalam kategori baik.

7. Orang tua anda memberikan kasih sayang yang penuh kepada anda, bernilai 3,46 termasuk dalam kategori sangat baik.

8. Saudara siswa mengajari siswa apabila siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas, bernilai 2,76 termasuk dalam kategori baik.

9. Siswa memberitahu kepada orang tua apabila siswa mempunyai masalah, bernilai 2,84 termasuk dalam kategori baik.

10. Orang tua siswa bersikap peduli terhadap siswa, bernilai 3,58 termasuk dalam kategori sangat baik.

(38)

12. Orang tua siswa menegur saudara siswa jika saudara siswa tersebut selalu mengganggu ketenangan belajar siswa di rumah, bernilai 2,96 termasuk dalam kategori baik.

13. Siswa merasa tenang dan nyaman dalam belajar apabila di rumah siswa selalu mengadakan pesta, pertemuan, upacara keluarga, dan acara lainnya, bernilai 1,88 termasuk dalam kategori cukup baik.

14. Orang tua siswa memperhatikan ketenangan dan kenyamanan belajar siswa di rumah, bernilai 2,90 termasuk dalam kategori baik.

15. Seluruh keluarga siswa mengadakan kerjasama dalam melakukan kebersihan rumah, bernilai 2,87 termasuk dalam kategori baik.

16. Orang tua siswa memperhatikan dan memenuhi kebutuhan belajar siswa, bernilai 2,94 termasuk dalam kategori baik.

17. Siswa merasa semakin termotivasi untuk belajar walaupun keadaan ekonomi keluarga siswa kurang baik, bernilai 3,01 termasuk dalam kategori baik. 18. Orang tua siswa mengerti apabila siswa mempunyai masalah, bernilai 2,75

termasuk dalam kategori baik.

19. Orang tua siswa memberi pengertian dan dorongan apabila siswa mengalami lemah semangat dalam belajar, bernilai 2,97 termasuk dalam kategori baik. 20. Orang tua siswa menghubungi guru siswa untuk mengetahui perkembangan

siswa, bernilai 2,13 termasuk dalam kategori baik.

(39)

bahwa lingkungan keluarga siswa Kelas XI IPASMA Negeri 1 R. Prapat, Kabupaten Labuhan BatuTahun Pembelajaran 2009/2010 dikategorikan Baik. 4.1.2. Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai prestasi belajar siswa yang diambil dari Daftar Kumpulan Nilai (DKN) yang dapat dilihat pada lampiran 6,yang menyatakan bahwa nilai rata-rata dari keseluruhan responden adalah 70.

Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa pada mata pelajara ekonomi digunakan data skor ideal (Mi) dan Standart deviasi (Sdi). Dari daftar nilai yang diperoleh dari responden dapat didistribusikan data dalam ubahan penelitian berdasarkan kategori sebagai berikut :

Tabel 4.2 Standar Deviasi

Rentangan Kategori

Mi + Sdi Keatas Tinggi

Mi s/d + 1,5 Sdi Sedang

Mi – 1,5 Sdi s/d Mi Kurang

Mi – 1,5 Sdi Ke bawah Rendah

Berdasarkan ubahan variabel Y, skor tertinggi idealnya adalah 85 sedangkan skor terendahnya adalah 62, maka berdasarkan data tersebut ditentukan Mi dan Sdi Sebagai berikut :

Mi = Sti2Str

Mi = 86262 Mi = 74

Sdi = Sti6Str

(40)

1,5 Sdi = 1,5 ( 4 ) 1,5 Sdi = 6 Mi + Sdi = 74 + 6 Mi + Sdi = 80 Mi – Sdi = 74 – 6 Mi – Sdi = 68

Dengan demikian kategori kecenderungan prestasi belajar siswa adalah Mi + Sdi ke atas = > 80 = Tinggi

Mi s/d 1,5 Sdi = 74 - 80 = Sedang Mi – 1,5 Sdi s/d Mi = 68 - 74 = Kurang Mi – 1,5 Sdi ke bawah = < 68 = Rendah

Tabel 4.3

Tingkat Kecenderungan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika No Interval Skor F.Observasi F.Relatif (%) Kategori

1 >80 3 4,48 Tinggi

2 74-80 12 17,91 Sedang

3 68-74 36 53,73 Kurang

4 <68 16 23,88 Rendah

Jumlah 67 100%

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa prestasi belajar siswa kelas XI pada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 R. Prapat, Kabupaten Labuhan BatuTahun Pembelajaran 2009/2010 sebesar 4,48 % dikategorikan tinggi, 17,91% dikategorikan sedang, 53,73 % dikategorikan kurang, dan 23,88% dikategorikan rendah. Sedangkan rata-rata prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Matematika sebesar 70, maka tergolong dalam kategori kurang.

(41)

Untuk mengetahui pengaruh antara lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa kelas XI pada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 R. Prapat, Kabupaten Labuhan BatuTahun Pembelajaran 2009/2010 digunaka rumus regresi linier sederhana yaitu :

Y = a + bX

a = 73678149114873263 14691889733942840

(42)

b = 67.221989 (3833)2 ) 3319 )( 3833 ( 191480 .

67

 

b = 1487326312829160 1272172714691889

 

b = 181374107433

b = 0,59

Setelah diperoleh nilai a dan b, maka persamaan regresi linier sederhananya adalah Y = 15,65 + 0,59 X.

Untuk lebih jelasnya arah pengaruh variabel (X) terhadap variabel (Y) dapat dilihat pada grafik berikut yaitu grafik yang menggambarkan pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa dengan persamaan garis regresi.

Grafik Persamaan Garis Regresi Linier

Y

45,15 Y = 15,65 + 0, 59 X

15,65

0 50 X

(43)

regresi linier bergerak kekanan atas (positif). Hal ini menunjukkan bahwa semakin kondusif lingkungan keluarga maka semakin tinggi prestasi belajar siswa.

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya kontribusi ( sumbangan ) lingkungan keluarga (X) terhadap prestasi belajar siswa (Y) di SMA Negeri 1 R. Prapat, Kabupaten Labuhan Batudapat dihitung dengan menggunakan rumus

Berdasarkan perhitungan di atas, maka besarnya kontribusi (sumbangan) lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa adalah 14 % dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang turut mempengaruhi prestasi belajar.

4.1.4. Pengujian Hipotesis

(44)

2

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan rumus “t” regresi:

t = b

t = 0,059,170

t = 3,4

Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh harga thitung = 3,4

(45)

5% dengan dk = n-2, maka diperoleh harga ttabel = 1,67 sehingga thitung 3,4 > ttabel

1,67. Maka hipotesis dapat diterima yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa kelas XI pada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 R. Prapat, Kabupaten Labuhan BatuTahun Pembelajaran 2009/2010.

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

Lingkungan keluarga adalah lingkungan sosial yang utama bagi anak dalam pengembangan sikap, mental, dan intelektual. Bagi seorang anak, keluarga merupakan persekutuan hidup pada lingkungan keluarga tempat dimana dia menjadi diri pribadi atau diri sendiri. Keluarga merupakan wadah bagi anak dalam konteks proses belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk diri dalam fungsi sosialnya.

Dari analisis data diketahui bahwa skor rata-rata lingkungan keluarga diperoleh sebesar 2,86 termasuk kategori baik sedangkan prestasi belajar siswa kelas XI pada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 R. Prapat dengan rata-rata 70 dikategorikan kurang dan perhitungan koefisien regresi diperoleh Y = 15,65 + 0,59 X.

Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi besarnya kontribusi (sumbangan) lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa adalah 14 % dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang turut mempengaruhi prestasi belajar.

Setelah dilakukan pengujian hipotesis, dengan menggunakan rumus uji “t” maka diperoleh thitung sebesar 3,4. Pada taraf signifikan 95% dan alpha 5% dengan

(46)
(47)

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis angket yang telah yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Dari analisis data diketahui hasil rata-rata dari lingkungan keluarga adalah 2.86 termasuk kategori baik. Dan prestasi belajar siswa kelas XI pada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 R. Prapat dengan rata-rata 70 dikategorikan kurang.

2. Berdasarkan persamaan regresi linier sederhana Y = 15,65 + 0,59 X, persamaan ini menunjukkan bahwa lingkungan keluarga mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Matematika. 3. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi bahwa lingkungan

keluarga mempengaruhi prestasi belajar siswa pada Mata Pelajaran Matematika sebesar 14 %.

4. Setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus uji “t” diperoleh thitung sebesar 3,4 dan ttabel sebesar 1,67. hali ini menunjukkan

bahwa hipotesis diterima yang menyatakan “Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa kelas XI pada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 R. Prapat, Kabupaten Labuhan BatuTahun Pembelajaran 2009/2010”.

(48)

5.2. Saran

1. Bagi Orang Tua, hendaknya memberikan bimbingan dan didikan yang lebih baik kepada siswa agar minat belajar siswa lebih tinggi untuk meningkatkan prestasi belajarnya, juga mampu menciptakan suasana rumah tangga yang kondusif untuk kenyamanan belajar siswa.

2. Bagi Guru, agar mensosialisasikan kepada orang tua siswa tentang bagai mana menciptakan dan menata lingkungan belajar dalam keluarga yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Gambar

Tabel 1.2Data Nilai Siswa Kelas XI IPS
Tabel 3.1Sampel Penelitian
Tabel 3.2
Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Jawaban Angket Lingkungan Keluarga(X)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Faktor Intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar diantaranya yaitu kecakapan, minat, bakat, usaha,

Kemampuan meliputi kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan yang merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melalukan perbuatan belajar. Kemampuan bisa

keefektifan metode pembelajaran bahasa komunitas berorientasi kecakapan hidup dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman peserta kelompok belajar pendidikan

1. Keberhasilan dalam prestasi belajar mata pelajaran produktif ditentukan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain kreatifitas, intelegensi, bakat,

Untuk mengetahui pengaruh kreativitas belajar dan kemampuan komunikasi terhadap hasil belajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI SMA Negeri 1 Tiga Panah..

Kemudian Haryati (2013: 4) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki bakat numerik tinggi, akan memiliki semangat belajar yang lebih tinggi terhadap pelajaran

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting

Bakat adalah kemampuan untuk belajar, bakat mempengaruhi hasil belajar anak karena bila bahan yang dipelajari anak sesuai dengan bakat anak maka hasil akan lebih baik, anak