• Tidak ada hasil yang ditemukan

Effect Of Red Fruit Extract (Pandanus conoideus Lam) on SGPT and Microscopic Appearance of Liver in Rats

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Effect Of Red Fruit Extract (Pandanus conoideus Lam) on SGPT and Microscopic Appearance of Liver in Rats"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Sari Buah Merah (

Pandanus conoideus

Lam) Terhadap

Kadar SGPT dan Gambaran Mikroskopis Hepar Tikus

Effect Of Red Fruit Extract (Pandanus conoideus Lam) on SGPT and

Microscopic Appearance of Liver in Rats

Ulfah Dian Indrayani1*, Menik Sahariyani2, Dian Apriliana Rahmawatie3

ABSTRACT

Background: Red fruit has been known to have tocoferol and beta-carotene. It has been empirically used for the therapy of cancer. However, its effect on liver has not been established. This study aimed at finding out the effect of the administration of red fruit on the SGPT level and the appearance of liver in mice.

Design and method: this was a Post test only control group design study with 18 male Wistar rats (180-200g) aged 1 to 2 months assigned to one of the 3 groups: 10 % CCL4 at the dose of 0.5 ml for 2 days followed by aquades for 2 weeks, red fruit juice at the dose of 0.1 ml/200 gr BW for two weeks, red fruit juice at the dose of 0.2 ml/200 gr BW for two weeks.

Result:. The mean of SGPT level after the CCl4 a administration for 2 days was 78.6 mg/dl and the mean SGPT

level after 1 week without the administration was 24.75 mg/dl were not statistically different from that of group I and III after 1 week treatment. An increase in the level of SGPT was found for the group III after 2 weeks treatment. The microscopic appearance of liver cell for the three groups were 83.33% (normal), 16.67% (necrosis); 100% (degenerated); 66.67% (normal), 33.33% (degenerated) respectively.

Conclusion: No statistically significant difference was found in The SGPT level among the groups after 1 week treatment. The level SGPT 2 for group I was statistically different from that of group III. The microscopic appearance of the liver cell showed a difference in the liver damage among the groups (Sains Medika, 2(2):127-133)

Key words : microscopic liver cell, red fruit juice, SGPT level

ABSTRAK

Pendahuluan: Buah merah (Pandanus conoideum lam) mengandung tokoferol dan betakaroten. Secara empiris, digunakan untuk pengobatan kanker, tetapi belum diketahui efeknya terhadap hepar. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian sari buah merah terhadap kadar SGPT dan gambaran mikroskopis hepar tikus.

Metode: Post test only control group design dengan 18 ekor tikus jantan galur wistar, umur 1-2 bulan, berat badan 180-200 gram, terbagi 3 kelompok. Kelompok I mendapat CCl4 10% sebanyak 0,5 ml selama

2 hari dilanjutkan aquades selama 2 minggu. Kelompok II diberikan sari buah merah dosis 0,1 ml/200 gram BB selama 2 minggu kemudian dilanjutkan CCl4 10% dosis 0,5 ml selama 2 hari. Kelompok III diberi sari

buah merah dosis 0,2 ml/200 gram BB selama 2 minggu.

Hasil: Kadar SGPT rata-rata setelah pemberian CCl4 2 hari 78,6 mg/dl dan 1 minggu setelah tidak diberikan CCl4 menjadi 24,75 mg/dl, secara statistik tidak berbeda dengan kelompok II dan III setelah 1 minggu

perlakuan. Kadar SGPT meningkat pada kelompok III setelah 2 minggu. Gambaran mikroskopis morfologi sel hepar kelompok I,II, III secara berurutan didapatkan 83,33% normal, 16,67% nekrosis; 100% degenerasi; 66,67% normal, 33,33% degenerasi. Gambaran mikroskopis perdarahan sel hepar kelompok I,II, III secara berurutan didapatkan 83,33% tanpa perdarahan, 16,67% perdarahan ringan; 100% tanpa perdarahan ; 100% perdarahan ringan.

Kesimpulan: Kadar SGPT antar kelompok pada 1 minggu perlakuan secara statistik tidak berbeda. Kadar SGPT 2 minggu perlakuan, berbeda secara statistik antara kelompok I dan III. Gambaran mikroskopis sel hepar menunjukkan tingkat kerusakan berbeda antar kelompok (Sains Medika, 2(2):127-133)

Kata kunci: sari buah merah, kadar SGPT, mikroskopis sel hepar

Bagian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Email: [email protected]

(2)

PENDAHULUAN

Buah merah mengandung senyawa aktif betakaroten dan tokoferol yang berperan

sebagai antioksidan. Senyawa antioksidan dapat memutus rantai radikal bebas senyawa

karsinogen. Secara empiris, sari buah merah (SBM) banyak digunakan untuk pengobatan

kanker (Budi et al., 2004), tetapi belum diketahui efek SBM terhadap hepar.

Hepar merupakan organ esensial untuk kehidupan. Jejas pada sel hepar

menyebabkan fungsi hepar terganggu. Kerusakan sel-sel hepar dapat terjadi karena

pengaruh merusak proses metabolik, toksik, mikroba, sirkulasi dan neoplastik (Robbins,

et al. 1999). Secara mikroskopis, bentuk kerusakan sel hepar dapat berupa nekrosis,

degenerasi, inflamasi dan fibrosis (Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomi FKUI, 1996;

Sudiono, et al, 2003).

Keracunan CCl4 pada sel hepar akan menyebabkan terjadinya jejas radikal bebas

oleh karena kerja enzim P-450 dalam hepar mengkonversi CCl4 menjadi radikal bebas

CCI3. dalam retikulum endoplasma. P-450 adalah enzim oksidase yang berperan dalam

metabolisme retikulum endoplasma. Jejas sel hepar akibat CCl4 terjadi sangat cepat,

kurang dari 30 menit akan terjadi pengurangan sintesis protein hati, protein plasma,

juga terjadi jejas pada mitokondria, sel akan membengkak progresif karena adanya

permeabilitas membran, sehingga terjadi influks kalsium dan kematian sel. Pemberian

CCl

4 10% dosis 0,5 ml/200 gram BB tikus wistar selama 2 hari menunjukkan peningkatan

kadar SGPT sampai 5 kali dari normal (Wayan, 2004).

Serum transaminase merupakan indikator yang peka terhadap kerusakan sel-sel

hepar. Serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) adalah serum transaminase yang

sering digunakan untuk menilai fungsi sel hepar (Sherlock, 1995). SGPT merupakan enzim

intraseluler dari sel-sel jaringan tubuh, terutama sel-sel hepar. Kadar SGPT akan

meningkat pada kerusakan sel hepar (Price dan Wilson, 1995; Kee, 1997).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek SBM terhadap hepar tikus yang

diinduksi CCl

4 melalui analisis kadar SGPT dan gambaran mikroskopis hepar.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen post test —

randomized control group design dengan subyek penelitian hewan coba tikus putih jantan

(3)

sari buah merah.

Sari buah merah (SBM) adalah sari buah merah yang diproduksi oleh PT. Papua

Sejahtera dengan dosis 0,2 ml (dosis terapi) dan 0,1 ml (dosis preventif). Larutan CCl4

10% dilarutkan dalam 100 ml etanol. Penelitian dilakukan di LPPT UGM dan laboratorium

histologi FK UNISSULA.

Tikus dibagi dalam 3 kelompok perlakuan, masing-masing terdiri dari 6 ekor

tikus. Pada awal perlakuan dilakukan pengambilan darah tikus untuk dilakukan uji

kadar SGPT, selanjutnya masing-masing tikus diberi perlakuan sesuai kelompok

perlakuannya. Kelompok 1 merupakan kelompok kontrol diberi larutan CCl4 10% dosis

0,5 ml/200 gram BB/ hari selama 2 hari, dilanjutkan dengan pemberian aquades dengan

dosis 0,5 cc/ hari selama 14 hari. Kelompok 2 diberi sari buah merah dengan dosis 0,1

ml/ 200 gram BB selama 14 hari kemudian pada hari ke-15 dan 16 diberi larutan CCl4

10% dosis 0,5 ml/ 200 gram BB tikus, pada hari ke-17 diambil heparnya dan dilihat

gambaran mikroskopis struktur sel hepar, serta diambil darahnya untuk diperiksa kadar

SGPTnya. Kelompok 3 terdiri dari 6 ekor tikus diambil darahnya untuk diperiksa kadar

SGPTnya kemudian diberi sari buah merah dengan dosis 0,2 ml/ 200 gram BB tikus

selama 14 hari, kemudian pada hari ke-15 tikus dimatikan, diambil heparnya dan dilihat

gambaran mikroskopis struktur sel hepar dan diambil darahnya untuk diperiksa kadar

SGPTnya. Pada hari ke-15 dilakukan pengujian SGPT dari sampel darah, isolasi hepar

dan dilanjutkan dengan pembuatan preparat histologis hepar untuk mengetahui

gambaran struktur mikroskopis sel hepar.

Hasil kadar SGPT dianalisis dengan uji One Way Anova, dilanjutkan dengan uji

LSD Post Hoc. Gambaran mikroskopis sel hepar dengan pengecatan hematoxylin-eosin

dianalisis menggunakan perbesaran obyektif 40 kali dalam 3 lapangan pandang. Tiap

lapangan pandang diamati 100 sel. Gambaran mikroskopis hepar dinilai berdasarkan

morfologi sel dan perdarahan pada hepar. Morfologi sel dibedakan menjadi normal,

degenerasi dan nekrosis (Underwood, 2003). Perdarahan pada hepar dibedakan menjadi

tidak ada perdarahan, perdarahan ringan, dan perdarahan massif. Degenerasi atau

nekrosis positif jika dalam 1 lapangan pandang didapatkan 30% sel yang mengalami

(4)

HASIL PENELITIAN

Kadar SGPT

Kadar rata-rata SGPT 2 hari setelah pemberian CCl4 10% pada penelitian

pendahuluan adalah sebesar 78,6 mg/dl (p<0,05) dengan gambaran mikroskopis sel

hepar menunjukkan terjadinya nekrosis sel hepar. Kadar rerata SGPT 1 minggu dan 2

minggu setelah perlakuan pada kelompok I, II dan III ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rerata Kadar SGPT setelah 1 minggu perlakuan

Keterangan: a. nilai p (0.086) pada SGPT 2 minggu dibandingkan terhadap kelompok I

p= 0.368 ; b. nilai p pada SGPT 2 minggu dibandingkan terhadap kelompok I p= 0,0032.

Gambaran Mikroskopis Sel Hepar

Dalam pengamatan sel hepar secara mikroskopis dibuat suatu kriteria kelainan

berdasarkan bentuk sel, sitoplasma, inti serta ada tidaknya perdarahan. Bentuk sel

dibedakan menjadi isositosis dan anisositosis. Sitoplasma dibedakan berdasarkan ada

tidaknya vakuolisasi. Bentuk inti dibedakan menjadi normokromatik dan piknotik/

kariereksis/kariolisis. Sel hepar yang normal, bentuknya isositosis, tanpa vakuolisasi,

inti normokromatik dan tidak ada perdarahan. Sel disebut mengalami degenerasi apabila

terdapat vakuolisasi pada sitoplasma, tetapi inti sel masih normokromatik. Sel mengalami

nekrosis apabila inti sel tidak normokromatik (Lakhani et al., 2002). Hasil pengamatan

secara mikroskopis sel hepar ditunjukkan pada Tabel 2 dan 3 berikut.

Tabel 2. Gambaran mikroskopis sel hepar

Morfologi Sel Hepar Kelompok

Normal Degenerasi Nekrosis

I 5 / 6 (83,33%) 0% 1 / 6 (16,67%)

II 0% 6 / 6 (100%) 0%

III 4 /6 (66,67%) 2 / 6 (33,33%) 0%

Kelompok Kadar SGPT 1 minggu Kadar SGPT 2 minggu

I 24,175mg/dI ± 4,1 25,02 mg/dl ± 2,8

(5)

Tabel 3. Analisis gambaran mikroskopis perdarahan sel hepar

PEMBAHASAN

SGPT merupakan enzim yang terbanyak dari sel-sel jaringan tubuh dan sebagai

sumber utamanya adalah sel-sel hepar. Peningkatan kadar SGPT secara kasar sejajar

dengan derajat kerusakan sel hepar (Widman, 1995). Keracunan CCI4 pada sel hepar

akan menyebabkan terjadinya jejas radikal bebas akibat aktifitas enzim P-450, yaitu

enzim oksidase yang berperan dalam metabolisme retikulum endoplasma. Enzim P-450

mengkonversi CCI4 menjadi radikal bebas CCI3. dalam retikulum endoplasma. Jejas sel

hepar akibat CCl4 terjadi sangat cepat, kurang dari 30 menit sehingga menyebabkan

pengurangan sintesis protein hati, protein plasma, juga terjadi jejas pada mitokondria.

Sel akan membengkak progresif karena adanya permeabilitas membran sehingga terjadi

influks kalsium dan kematian sel. Perdarahan bukan merupakan reaksi yang menunjukkan

terjadinya nekrosis, tetapi menunjukkan adanya kerusakan endotel (Lakhani et al., 2002).

Buah merah memiliki kandungan antioksidan yang tinggi. Antioksidan dalam

tubuh mampu menangkal dan memutus rantai radikal bebas senyawa karsinogen (Murray

et al., 1995). Tidak adanya perbedaan bermakna antara kadar rata-rata SGPT pada

kelompok I dan II setelah 2 minggu perlakuan menunjukkan bahwa pemberian buah

merah dengan dosis 0,1 ml/200 gram BB selama 2 minggu sebelum diberikan CCl

4 10%

memiliki peranan preventif terhadap kerusakan sel hepar akibat paparan CCl

4 10%.

Hasil ini juga didukung dengan gambaran mikroskopis sel hepar tikus kelompok II. Pada

tikus kelompok II tidak dijumpai perdarahan masif dan kerusakan pada inti belum

terlihat, sedangkan tikus pada uji pendahuluan dengan pemberian CCI

4 10% selama 2

hari kerusakan pada inti sel sangat terlihat dan terdapat perdarahan masif.

Pemberian sari buah merah dosis 0,2 ml/200 gram BB tikus selama 2 minggu

(kelompok III) menghasilkan kadar rerata SGPT paling tinggi dan berbeda bermakna

dengan kadar rerata SGPT kelompok I. Gambaran mikroskopis hepar tikus pada kelompok

ini juga menunjukkan adanya perdarahan ringan yang menunjukkan kerusakan endotel.

(6)

Kadar SGPT yang tinggi, degenerasi sel dan adanya perdarahan menunjukkan dosis 0,2

ml/200 gram BB tikus tidak bisa dipakai sebagai dosis dosis terapi sari buah merah. Hal

ini diduga karena kandungan antioksidan yang tinggi pada sari buah merah.

KESIMPULAN

Pemberian sari buah merah dosis 0,1 ml/200 gram BB tikus selama 2 minggu

tidak berpengaruh terhadap kadar SGPT tikus yang diberikan CCI4 10% selama 2 hari

tetapi pemberian sari buah merah dosis 0,2 ml/200 gram BB tikus selama 2 minggu

meningkatkan kadar SGPT tikus. Gambaran mikroskopis sel hepar tikus pada pemberian

CCl4 10% selama 2 hari dilanjutkan dengan aquades 2 minggu menunjukkan morfologi

sel normal dan tanpa perdarahan sebanyak 83,33%, sedangkan gambaran mikroskopis

sel hepar tikus pada pemberian sari buah merah dosis 0,1 ml/200 gram BB tikus

dilanjutkan dengan CCI4 10% selama 2 hari menunjukkan sel mengalami degenerasi dan

tanpa perdarahan. Gambaran mikroskopis sel hepar tikus pada pemberian sari buah

merah dosis 0,2 ml/200 gram BB tikus selama 2 minggu menunjukkan 33,33% mengalami

degenerasi dan semua tikus mengalami perdarahan ringan.

SARAN

Diperlukan penelitian rentang dosis terapi sari buah merah dan uji toksisitas

sari buah merah.

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Made, dan Paimin FR., 2004, Buah Merah, Penebar Swadaya, Jakarta.

Kee, JL., 1997, Pemeriksaan Laboratorik dan Diagnostik, EGC, Ed.2, Jakarta

Lakhani, SR., Dilly, .SA, and Finlayson, CJ., 2002, Basic Pathology, Arnold, London, p174-180

Murray, K, Robert, Granner, K, Daryl, Mayes, A, Peter, Rodwel, W, and Victor, 1995, Biokimia Harper, Alih bahasa: Hartono, Andry, EGC, Jakarta.

Price, SA., Wilson., 1995, Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, EGC, Ed.4, Jakarta

(7)

Staf Pengajar Bagian Patologi Anatomi FKUI, 1996, Kumpulan Kuliah Patologi. Editor: Himawan, Sutisna, Bagian Patologi Anatomi FKUI, Jakarta

Sherlock, S,1995, Penyakit hati dan sistem saluran empedu, Widya Medika, Ed.2, Jakarta.

Sudiono, J., Kurniadi, B., dan Henrawan, A., 2003, Ilmu Patologi, EGC, Ed. 1, Jakarta.

Underwood J.C.E., 2003, Patologi Umum dan Sistematik, EGC, Ed. 1, Jakarta.

Wayan, N.M, 2004, Pengaruh pemberian air rebusan meniran terhadap kadar SGPT darah tikus wistar yang diinduksi CCI , KTI FK Unissula.

Gambar

Tabel 1. Rerata Kadar SGPT setelah 1 minggu perlakuan
Tabel 3.Analisis gambaran mikroskopis perdarahan sel hepar

Referensi

Dokumen terkait