• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH ideal DALAM M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH ideal DALAM M"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH ideal

DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Disusun oleh:

Nama : Heri Ermawan NIM : 017381407

(2)

ABSTRAK

Perpustakaan sekolah yang ideal sangat penting bagi proses pendidikan dan pembelajaran. Profil perpustakaan ideal setidaknya memenuhi idealitas tiga pilar utama yaitu koleksi, sumber daya manusia dan layanan, serta tiga pilar pendukung yaitu sarana prasarana, kebijakan properpustakaan dan program pengembangan.

(3)

I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Merujuk pada kata ‘perpustakaan sekolah’, banyak di antara kita yang mengaartikannya sebagai ruang penyimpanan buku-buku pelajaran, gudang penyimpanan buku, majalah dan surat kabar usang atau sekedar tempat ngobrol siswa atau guru yang kebetulan tidak ada kegiatan belajar mengajar di kelas. Mungkin tidak salah jika ada yang berpandangan demikian, meski tidak sepenuhnya benar. Karena memang realitanya banyak sekolah yang menyelenggarakan perpustakaan sekolah sekedarnya saja.

Kondisi semacam itu jika ditelusur lebih jauh akan bermuara pada wawasan, cara pandang atau paradigma stakeholder sekolah terutama pimpinan sekolah terhadap eksistensi perpustakaan sekolah. Perpustakaan masih dianggap sebagai fasilitas pelengkap sebuah lembaga pendidikan bernama sekolah, setelah ruang belajar (kelas), ruang guru dan pimpinan sekolah, ruang tamu, laboratorium, kantin sekolah. Layaknya sebuah pelengkap, terhadapnya minim perhatian, pengembangan, apalagi prioritas.

Perpustakaan adalah jantungnya sekolah, demikian jargon yang kerap kita dengar. Sebagai jantung sekolah, perpustakaan berperan memompa darah segar bagi proses pembelajaran yang kondusif dan berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika jantung sekolah tidak berfungsi dengan normal dan baik maka organ lain pun tidak akan berfungsi dengan baik pula. Sehingga akan mengakibatkan kematian. Kematian yang berkonotasi tidak berfungsinya peran-peran pendidikan dan pembelajaran dalam suatu lembaga bernama sekolah.

(4)

penting dalam proses pembelajaran dan pemerolehan ilmu pengetahuan bagi peserta didik.

Untuk itulah, selain kesiapan dan kompetensi guru dalam pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum, sekolah juga perlu menyiapkan konsep dan mewujudkan suatu perpustakaan yang ideal dalam rangka menunjang implementasi Kurikulum 2013.

B. Permasalahan

Dari latar belakang di atas dapat diajukan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah profil perpustakaan sekolah yang ideal?

2. Peran apa sajakah dari perpustakaan sekolah dalam implementasi Kurikulum 2013?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan artikel ini adalah:

1. Untuk memberikan gambaran tentang bagaimana profil perpustakaan yang ideal.

(5)

II

PEMBAHASAN

A. Profil Perpustakaan Sekolah Ideal

International Federation Librarian Association (IFLA) dalam School Library Guidelines menyebutkan bahwa misi perpustakaan sekolah adalah menyediakan informasi dan gagasan yang menjadi dasar untuk membentuk masyarakat yang berbasis informasi dan ilmu pengetahuan dan merupakan sarana bagi peserta didik agar terampil sepanjang hayat dan mampu mengembangkan daya pikir agar mereka dapat hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab (Sugijanto, 2009).

Undang-Undang No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan Bab I pasal 3 menyebutkan bahwa perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Jadi, bukan sekedar berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian dan informasi. Lebih jauh, perpustakaan berfungsi rekreatif yaitu sebagai arena rekreasi yang menyenangkan, nyaman, kondusif dan tersedia akses segala informasi dan ilmu melalui koleksi pustakanya.

Untuk mewujudkan misi dan fungsi perpustakaan tersebut, sekolah dalam hal ini pimpinan sekolah, pustakawan atau pengelola perpustakaan harus memiliki mindset atau pola pikir yang positif akan pentingnya perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar. Dari pola pikir, kemauan, kesepahaman, akhirnya tekad untuk merumuskan konsep dan merealisasikan suatu profil perpustakaan yang ideal di sekolahnya.

Fitri Nurhati (2010) mengemukakan bahwa setidaknya ada tiga pilar pokok sebuah perpustakaan ideal yaitu koleksi, sumber daya manusia (pustakawan) dan pelayanan yang memadai. Ketiga hal tersebut dapat dijelaskan sekilas sebagai berikut:

1. Koleksi

(6)

a. Buku, yang dibedakan lagi atas: buku teks, buku penunjang/pengayaan, buku fiksi (novel, puisi, drama, cergam, komik) dan buku populer.

b. Koleksi Referensi, yang sebenarnya juga berbentuk buku tetapi memiliki kekhasan dalam isi dan penyajian. Termasuk dalam koleksi referensi adalah: kamus, ensiklopedi, almanak, direktori, buku tahunan, katalog, bibliografi.

c. Sumber Geografi, yang bisa berbentuk atlas, peta, globe.

d. Terbitan Berkala/Serial, yang biasanya berbentuk: surat kabar/Koran, majalah, tabloid, jurnal.

e. Bahan Mikro, yang merupakan alih media dari buku ke dalam bentuk mikro seperti mikro film dan carik mikro.

f. Bahan Pandang Dengar (Audio Visual), berupa video, kaset, piringan hitam, CD, VCD, Slide, Film.

Selain koleksi tersebut, menurut penulis, perpustakaan sekolah dapat pula dilengkapi dengan koleksi karya siswa dan guru. Karya siswa dapat berupa tugas-tugas siswa yang dijilid/dibukukan seperti kliping, laporan studi wisata, naskah drama, proposal pergelaran seni, dan lain-lain. Sedangkan karya guru dapat berupa proposal penelitian, laporan penelitian, makalah, kumpulan artikel, skripsi, tesis dan lain-lain.

Koleksi yang lengkap dengan jumlah yang memadai, didukung oleh luas ruangan yang cukup leluasa untuk menampung kapasitas koleksi tersebut akan menjadi sebuah nilai lebih bagi sebuah perpustakaan. Namun untuk menambah koleksi juga bukan merupakan hal yang mudah. Faktor utama yang menjadi kendala dalam penambahan koleksi ini adalah masalah keuangan. Namun, hal ini dapat disiasati dengan beberapa langkah seperti :

(7)

b. Menjadikan perpustakaan sebagai pusat deposit. Setiap kegiatan sekolah yang menghasilkan karya berupa buku, majalah, maupun karya-karya lain yang berupa tulisan disimpan di dalam perpustaan sebagai bahan koleksi di perpustakaan.

c. Menjalin kerjasama dengan pihak luar, seperti perpustakaan-perpustakaan lain yang sejenis maupun yang tidak sejenis, pertukaran koleksi dan peminjaman koleksi perpustakaan dalam jangka waktu berkala. Selain kerjasama dengan perpustakaan, kerjasama dengan pihak lain yang erat kaitannya dengan buku juga dapat dilakukan, misalnya seperti kerjasama dengan penerbit, terutama penerbit-penerbit lokal sehingga terjadi kerjasama yang bukan cuma menguntungkan pihak perpustakaan sekolah, namun juga menguntungkan pihak penerbit karena badan usahanya semakin dikenal luas.

d. Mencari donatur buku atau bahan pustaka, baik dari pihak pemerintah, swasta mapun donatur pribadi. Pencarian ini dapat dilakukan melalui tatap langsung (bertemu langsung) maupun melalui penerlusuran di internet, dan bergabung dengan komunitas penulis/milis perpustakaan untuk mendapatkan kesempatan koleksi gratis.

(8)

2. Sumber Daya Manusia Perpustakaan

Ada dua kelompok personel atau sumber daya manusia yang bekerja di perpustakaan, yaitu pustakawan dan nonpustakawan. Seseorang berhak menyandang profesi pustakawan apabila memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Sedangkan nonpustakawan adalah SDM yang tidak memiliki latar belakang pendidikan perpustakaan tetapi bekerja di perpustakaan (Anita Nusantari, 2012)

Realita di lapangan banyak perpustakaan sekolah yang dikelola oleh nonpustakawan. Mereka adalah guru dan/atau staf Tata Usaha yang ditugaskan sebagai pengelola perpustakaan sekolah. Bahkan banyak terjadi, petugas perpustakaan adalah guru atau staf ‘bermasalah’, seperti guru yang jumlah jam mengajarnya kurang dari ketentuan, guru atau staf yang terlibat tindak amoral, dan ironisnya mereka tanpa dibekali ilmu keperpustakaan sama sekali. Dalam hal ini jabatan petugas atau pengelola perpustakaan dianggap sebagai jabatan ‘hukuman’ atau sekedar ‘kompensasi’.

Kondisi demikian tentu jauh dari ideal, sehingga peningkatan kompetensi tenaga pengelola perpustakaan perlu diprogramkan dan dilaksanakan, misal dengan mengikutsertakan mereka pada pelatihan-pelatihan atau workshop keperpustakaan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun dengan cara mengirimkan mereka ke kantor Perpustakaan Umum Daerah sebagai petugas magang.

3. Pelayanan

(9)

a. Layanan teknis, meliputi kegiatan-kegiatan: seleksi, pengadaan dan inventarisasi bahan pustaka, klasifikasi, deskripsi katalog dan perawatan bahan pustaka.

b. Layanan pemakai, meliputi kegiatan-kegiatan: administrasi keanggotaan, layanan sirkulasi, layanan referensi dan informasi, layanan baca.

c. Layanan khusus, meliputi kegiatan-kegiatan: layanan E-library, layanan pendidikan pemakai, layanan penerbitan dan statistik.

d. Layanan pengembangan teknologi dan informasi (TI), meliputi kegiatan-kegiatan: pengelolaan hardware dan pengelolaan software.

Semua jenis layanan tersebut haruslah merupakan layanan yang cepat, tepat (menggunakan teknologi informasi dan sistem otomasi layanan), didukung dengan sikap pustakawan atau petugas perpustakaan yang bersahabat (ramah, santun, menghargai hak pemustaka) sehingga akan makin melengkapi profil sebuah perpustakaan yang ideal.

Selain tiga pilar utama di atas, profil perpustakaan sekolah ideal menurut hemat penulis masih harus ditunjang oleh pilar pendukung, yaitu: 1. Sarana dan prasarana perpustakaan yang memadai

a. Gedung yang memenuhi syarat lokasi strategis karena sebagai jantungnya sekolah, syarat keamanan, syarat keluasan dan tata ruang. b. Pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup untuk keamanan, keawetan

koleksi dan kenyamanan pemustaka.

c. Tata ruang dan akses antarruang yang terkoneksi dengan mudah sehingga layanan-layanan yang diberikan lebih optimal. Setidaknya perpustakaan sekolah memiliki ruang-ruang penyimpanan koleksi buku, referensi, terbitan berkala yang mudah dijangkau dan nyaman, ruang baca, ruang adminstrasi sirkulasi, ruang kerja kepala dan/atau petugas perpustakaan, ruang audio visual, ruang internet, gudang dan kamar kecil/MCK.

d. Rak buku, rak majalah, almari buku, almari katalog dan papan pajang yang cukup dan mudah diakses pemustaka.

(10)

g. Alat pendingin ruang seperti AC atau kipas angin terutama di ruang baca dan ruang kerja petugas.

h. Alat pandang dengar seperti televisi, tape recorder, DVD player. i. Perangkat komputer kerja administrasi dan otomasi sirkulasi.

j. Perangkat komputer terkoneksi internet untuk layanan internet, e-library atau digital library.

k. Alat tulis kantor dan alat kebersihan/sanitasi ruangan. 2. Kebijakan pimpinan yang properpustakaan

Kebijakan pimpinan (Kepala Sekolah) yang properpustakaan di antaranya:

a. memiliki pola pikir positif bahwa perpustakaan adalah jantungnya sekolah sehingga keberadaan dan kualitasnya harus diprioritaskan, dan ada kemauan untuk terus memajukan perpustakaan sekolah.

b. menempatkan gedung/ruang perpustakaan di tengah/pusat sekolah, bukan di posisi paling belakang sehingga siswa enggan berkunjung.

c. mengupayakan petugas perpustakaan adalah pustakawan, bukan sekedar guru atau staf ‘seadanya’ tanpa kompetensi yang memadai.

d. mengalokasikan anggaran untuk perpustakaan sebesar 5% dari total anggaran operasional sekolah sebagaimana diamanatkan Undang-Undang nomor 43 tahun 2007 pasal 23 ayat 6.

3. Program pengembangan perpustakaan

Program pengembangan perpustakaan disusun oleh pengelola perpustakaan sebagai acuan kerja untuk jangka waktu tertentu untuk mewujudkan secara bertahap perpustakaan sekolah yang ideal. Program ini meliputi: program peningkatan sarana prasarana, program peningkatan kompetensi SDM, program pengembangan koleksi, program peningkatan layanan, program peningkatan kompetensi literasi siswa/pemustaka, dan program promosi dan kerjasama antarlembaga

(11)

B. Sekilas Kurikulum 2013

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut (Lampiran Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 dalam Tim Cipta Media Indonesia, 2013:5a).

Lebih jauh disebutkan bahwa Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education) dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketrampilan, dan bertindak.

Atas dasar itulah, pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik agar memiliki kompetensi (sikap, pengetahuan dan keterampilan) yang memadai untuk eksis pada abad 21 dengan bercirikan sebagai berikut:

1. Pembelajaran diarahkan untuk mendorong siswa mencari tahu dari berbagai sumber belajar, dengan melakukan observasi, bukan diberi tahu

2. Pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah (menjawab)

3. Pembelajaran diarahkan untuk melatih berfikir analitis (pengambilan keputusan) bukan berfikir mekanistis (rutin)

4. Pembelajaran menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Kemendikbud, 2013:203).

(12)

Dari ciri pertama pada paparan di atas, bahwa pembelajaran diarahkan untuk mendorong siswa mencaritahu dari berbagai sumber belajar dengan melakukan observasi, bukan diberitahu, maka eksistensi perpustakaan sekolah memiliki peran yang penting.

1. Perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar

Kurikulum 2013 menegaskan bahwa kelas bukan satu-satunya tempat belajar, dan guru bukan satu-satunya sumber belajar. Buku, ensiklopedi, kamus, atlas, kliping, majalah, koran dan lain-lain, bahkan e-book dan website di internet dapat dijadikan sumber belajar. Itu semua terdapat dan tersedia di perpustakaan. Tepatlah jika perpustakaan merupakan pusat sumber belajar.

2. Perpustakaan sekolah sebagai wahana mengkonstruksi ilmu pengetahuan Salah satu landasan teori belajar dalam penyusunan Kurikulum 2013 adalah konstruktivisme. Siswa dibimbing untuk mengkonstruksi pengetahuan baik secara mandiri/individu maupun melalui diskusi kelompok, dengan bantuan buku panduan, pengayaan maupun buku lain yang relevan yang ada di perpustakaan.

3. Perpustakaan sekolah sebagai wahana mengembangkan kemampuan berfikir kritis analitis

Salah satu ciri pembelajaran dalam Kurikulum 2013 adalah bahwa pembelajaran diarahkan untuk melatih siswa berpikir kanalitis, tidak hanya mekanistis. Berfikir analitis akan mudah terbentuk jika siswa terbiasa dan gemar membaca buku dan menelaah pengetahuan atau informasi yang diperolehnya.

4. Perpustakaan sekolah sebagai laboratorium pembelajaran berpendekatan ilmiah (scientific approach)

(13)

observing (mengamati), questioning (menanya), associating (menalar), experimenting (mencoba) dan networking (membentuk jejaring) (Kemdikbud, 2013:203).

Kelima tahapan tersebut dapat dipraktikan langsung di perpustakaan dengan memanfaatkan fasilitas dan koleksi yang ada. Ruang baca atau ruang audio-visual dapat disulap menjadi laboratorium pembelajaran menggunakan scientific approach yang rekreatif dan efektif.

(14)

PENUTUP A. Simpulan

Perpustakaan sekolah yang ideal sangat penting bagi proses pendidikan dan pembelajaran. Profil perpustakaan ideal setidaknya memenuhi idealitas tiga pilar utama yaitu koleksi, sumber daya manusia dan layanan, serta tiga pilar pendukung yaitu sarana prasarana, kebijakan properpustakaan dan program pengembangan.

Terkait implementasi Kurikulum 2013, perpustakaan sekolah yang ideal memegang peranan penting dalam menunjang proses pembelajaran, di antaranya perpustakaan sekolah sebagai pusat sumber belajar, wahana mengkonstruksi pengetahuan, melatih berfikir kritis analitis, dan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah.

B. Saran

Mengingat perannya yang penting dalam proses pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013, sudah selayaknya setiap sekolah memberikan perhatian yang lebih pada pengembangan perpustakaannya menjadi perpustakaan sekolah yang ideal. Kemauan dan kebijakan pimpinan sekolah dan stake holder atau pemangku kepentingan sangat dibutuhkan baik dalam tataran mindset (pola pikir) maupun realisasinya.

(15)

1. Anonim. 2007. Undang-Undang No.43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta. Tanpa Penerbit. Diunduh pada tanggal 25 Maret 2014 dari http://kepri.kemenag.go.id/file/file/UndangUndang/rayk1391497505.pdf

2. Darmono. 2004. Manajemen Dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta. PT.Grasindo.

3. Kemdikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

4. Nurhati, Fitri. 2010. Konsep Perpustakaan Ideal Untuk Sekolah. (Artikel dalam http://www.pemustaka.com/menuju-perpustakaan-sekolah-digital 2010.html) diakses pada tanggal 25 September 2014.

5. Nusantari, Anita. 2012. Strategi Pengembangan Perpustakaan. Jakarta. PT.Prestasi Pustakaraya.

6. Sugijanto dan Indarti, Yuni. 2009. Cara Praktis Mengelola Perpustakaan. Solo. PT.Era Adicitra Intermedia.

7. Winarno. 2012. Layanan Perpustakaan Berorientasi Pemustaka. Makalah Pelatihan Kepala Perpustakaan Pola 200 Jam UNY. Yogyakarta. tidak diterbitkan.

Referensi

Dokumen terkait

Fuzzy K-Nearest Neighbor (FKNN) merupakan metode klasifikasi yang digunakan untuk memprediksi data uji menggunakan nilai derajat keanggotaan data uji pada setiap

Vital sign Pemeriks aan status lokalis: Palpasi bladder 3 Menentuk an diagnosis Mahasiswa tidak bisa membuat diagnosis Mahasiswa membuat diagnosis namun tidak

judment oleh dosen untuk mengetahui validitas konstruksi, yaitu kesesuaian antara indikator sikap ilmiah dengan pernyataan sikapnya. Kemudian dilakukan uji coba

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap dalam suatu penelitian. Yang dimaksud dengan Thurstone “1.) Pengaruh atau penolakan, 2) Penilaian 3) suka atau tidak suka, 4)

Permasalahan pertama yang dialami Desa RongDalem Kecamatan Omben Kabupaten Sampang adalah persoalan terkait kekurangan kebutuhan air yang senantiasa dihadapi oleh

Membuat RPP ,Mempersiapkan materi yang diberikan pada saat penelitian dilakukan, Dalam penelitian ini peneliti membahas hasil observasi dimana dalam kegiatan

Melihat fenomena di atas, membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Komunikasi Efektif antara Guru dengan Siswa dalam Pembelajaran IPS Bidang

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Seleksi Umum Paket Pekerjaan Pengembangan Software Early Warning System untuk Mendukung Crisis Management Protocol oleh Panitia