• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Penyusunan Standar bukti Audit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proses Penyusunan Standar bukti Audit"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Proses Penyusunan Standar Audit

Penyusunan standards for the Professional Practice of Internal Auditing (Standar) yang baru merupakan bagian dari proses penyusunan Kerangka Praktik Profesi. Setelah Kerangka tersebut selesai, tiga kategori petunjuk akan tersedia untuk profesi ini :

 Etika dan Standar. Termasuk di dalamnya Kode Etik dan Standar Praktik Profesi Audit Internal. Semua pedoman wajib ditelaah ulang oleh seluruh profesi melalui penyebaran draf awal dan dianggao oenting untuk praktik profesi audit internal.

 Practice Advisory, yaitu setara dengan petunjuk yang tidak diwajibkan (non-mandatory) yang menampilkan banyak hal yang ada di dalam Red Book. Professional Issues Committee [Komite Masalah Profesi] mengembangkan menjadi Practice Advisory dan menciptakan hal-hal yang baru dalam bidang-bidang yang sebelumnya tidak tercakup. Walaupun tidak diwajibkan, Practice Advisory ini merupakan praktik terbaik yang disetujui oleh IIA sebagai suatu cara untuk mengimplementasikan Standar. Disisi lain, Practice Advisory dapat membantu untuk menginterpretasikan Standar atau untuk menerapkannya dalam lingkungan audit internal yang spesifik. Walau beberapa Practice Advisory dapat diterapkan pada semua auditor intenla, beberapa Practice Advisory lain dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan suatu industry secara spesifik, untuk kekhususan audit tertentu, atau untuk suatu wilayah geografis yang spesifik. Semua Practice Advisory ditinjau ulang oleh Komite masalah profesi IIA. Bagian penting dari petunjuk yang sebelumnya ditemukan dalam Red Book dan dalam Professional Standards Practice Releases akan diubah menjadi Practice Advisory. Practice Advisory ini dapat ditemukan pada situs web IIA di www.theiia.org

 Bantuan Pengembangan dan Praktik. Termasuk dalam Bantuan Pengembangan dan Praktik yaitu berbagai produk edukaas, penelitian, seminar, konferensi, dan bantuan lain yang berhubungan dengan praktik profesi audit internal. Bantuan ini dikembangkan dan disetujui oleh IIA, tetapi tidak memeanuhi kriteria untuk dimasukkan sebagai Standar atau Practice Advisory. Bantuan Pengembangan dan PRaktik memberikan pandangan dari berbagai penulis dan sumber ahli untuk para praktisi audit internal, yang dijalankan oleh IIA untuk menyajikan berbagai teknik dan proses untuk pengembangan staff audit internal dan untuk proses-proses lain yang terkait.

Dalam tahap pertama proses merevisi Standar, IASB ingin mencapai tujuan-tujuan berikut ini :

 Memperbaiki Standar yang ada saat itu (Red Book) menjadi Kerangka Praktik Profesi baru yang dikembangkan oleh Guidance Task Force.

 Memodifikasi Standar dari Red Book agar konsisten dengan definisi baru dari Audit Internal.  Mengintegrasikan ke dalam Standar berbagai konsep dari manajemen risiko, control, dan

model-model tata kelola seperti COSO, CoCo, dan Cadbury untuk mencerminkan kemajuan-kemajuan yang telah dibuat dalam memahami penerapan konsep-konsep tersebut pada audit internal.

 Memperbarui Standar yang ada untuk mencerminkan perubahan-perubahan dalam struktur pemberian jasa.

 Mengklarifikasi beberapa masalah yang telah diidentifikasi oleh Guidance Task Force sebagai tantangan dalam Red Book.

Pengembangan Standar

(2)

yang menjalankan jasa audit internal. Standar Kinerja menggambarkan sifat-sifat jasa audit internal dan memberikan kriteria kualifikasi untuk mengukur kinerja jasa tersebut. Standar Impementasi mengembangkan Standar Atribut dan Kinerja sampai pada standar yang digambarkan dapat diterapkan dalam berbagai jenis penugasan, melintasi spektrurm yang luas dari aktivitas assurance dan konsultasi yang ditawarkan oleh para auditor internal. Standar-standar ini pada akhirnya dapat berhubungan dengan jasa-jasa audit yang spesifik untuk industry tertentu, regional, atau jenis-jenis jasa audit khusus.

Pada titik ini Standar Atribut dan Kinerja sebenarnya telah lengkap, dan beberapa Standar Implementasi telah dikembangkan untuk jasa assurance. Tahap I dibatasi pada Standar Impelmentasi untuk jasa assurance karena tujuan utamanya adalah untuk merevisi informasi yang ada dalam Red Book agar sesuai dengan kerangka yang baru, dan Red Book hanya menyediakan petunjuk pada tingkat implementasi pada jasa assurance. Karena itu, Standar Implementasi untuk jasa konsultasi tidak dibahas dalam revisi Standar Tahap I.

Dalam banyak kasus, bahasa dari Standar yang termuat dalam Red Book tetap dipertahankan. Namun dalam beberapa contoh, Dewan mempertimbangkan informasi yang ada dalam bagian Pedoman di Red Book yang karena pentingnya perlu untuk diangkat ketingkat suatu standar. Dalam beberapa kasus lainnya, Dewan menyakini adanya kesenjangan dan bahwa suatu standar yang baru perlu untuk dikembangkan. Selain itu, terdapat kondisi-kondisi yang mengandung perubahan-perubahan tentang bagaimana profesi audit internal dijalankan sehingga diperlukan modifikasi bahasa yang digunakan dalam Red Book.

Dengan selesainya Tahap I, IASB sekarang mengarahkan perhatiannya pada pengembangan standar implementasi tambahan. Tugas selanjutnya adalah mengembangkan standar implementasi tambahan untuk jasa assurance dan standar impelmentasi untuk jasa konsultasi. Potensi untuk sejumlah Standar Atribut dan Kinerja yang terbatas juga ada, khususnya dalam berbagai bidang manajemen risiko dan tata kelola, yang sebelumnya tidak dibahas secara khusus oleh Red Book.

Pengembangan petunjuk tambahan juga dilaksanakan, dalam bentuk Practice Advisory serta Bantuan Pengambangan dan Praktik. Petunjuk tambahan ini awalnya akan dihubungkan dengan Standar melalui mekanisme interaktif, berbasis Internet yang direncanakan akan diperkenalkan pada tanggal 31 Maret 2001.

Standar-standar tersebut disajikan dalam Lampiran A.

STANDAR ATRIBUT

1000 – Tujuan, Wewenang, dan Tanggung Jawab

Tujuan, wewenang, dan tanggung jawab aktivitas audit internal harus dinyatakann secara e=resmi dalam suatu akta, yang konsisten dengan Standar, dan disetujui oleh dewan.2

1000.A1 – Sifat Jasa Assurance yang disediakan untuk organisai harus didefinisikan dalam akta audit. Jika assurance akan disediakan bagi pihak-pihak di luar organisasi, sifat assurance tersebut harus didefinisikan dalam akta.

(3)

Aktivitas audit internal harus independen, dan para audit internal harus objektif dalam menjalankan pekerjaan mereka.

1110 – Independensi Organisasional

Direktur audit harus melapor pada suatu tingkat manajemen dalam organisasi, yang memungkinkan aktivitas audit internal memenuhi tanggung jawabnya.

1110.A1 – Aktivitas audit internal harus bebas dari ikut campur pihak lain dalam lingkup audit internal, pelaksanaan kerja, dan pengomunikasian hasil-hasilnya.

1120 – Objektivitas Individu

Audit internal harus memiliki perilaku yang tidak memihak, tidak bias, dan menghindari konflik kepentingan.

1130 – Penurunan Independensi atau Objektivitas

Jika independensi atau objektivitas menurun dalam kenyataan atau dalam penampilan, rincian penurunan tersebut harus diungkapkan kepada pihak-pihak yang tepat. Sifat pengungkapan akan tergantung pada penurunan tersebut.

1130.A1 – Audit internal harus menghindari penilain operaasi tertentu yang sebelumnya menjadi tanggung jawabnya. Objektivitas dianggap menurun jika seorang auditor melakukan jasa assurance untuk suatu aktivitas yang menjadi tanggung jawabnya pada tahun sebelumnya.

1130.A2 – Penugasan jasa assurance untuk fungsi-fungsi di mana direktur audit memiliki tanggung jawab harus diawasi oleh pihak diluar aktivitas audit internal. 1130.C1 – Auditor internal dapat meyediakan jasa konsultasi yang berhubungan dengan operasi tempat mereka sebelumnya memiliki tanggung jawab.

1130.C2 – Jika auditor internal memiliki potensi penurunan independensi atau objektivitas yang berhubungan denga jasa konsultasi yang diberikan, pengungkapan harus dibuat untuk klien sebelum menerima penugasan tersebut.

1200 – Keahlian dan Kecermatan Profesional

Penugasan harus dijalankan dengan keahlian dan kecermatan professional yang tepat.

1210 – Keahlian

Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka. Aktivitas audit internal secara kolektif harus memiliki atau mengupayakan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.

1210.A1 – Direktur audit harus mendapatkan saran dan bantuan yang kompeten jika staf audit internal kurang pengetahuan, keterampilan, atau kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan seluruh atau sebagian dari penugasan.

(4)

memiliki keahlian dari seorang yang tanggung jawab utamanya adalah menemukan dan menyelidiki kecurangan.

1210.C1 - Direktur audit harus mengurangi penugasan konsultasi atau mengupayakan saran dan bantuan yang kompeten jika staf audit internal kurang memiliki pengetahuan, keterampilan, atau kompetensi lain yang diharapkan untuk melaksanakan seluruh atau sebagian dari penugasan.

1220 – Kecermatan Profesional

Auditor internal harus menggunakan kecermatan dan keterampilan yang diharapkan dari seorang auditor internal yang cukup berhati-hati dan kompeten. Kecermatan professional yang tepat tidak berarti sempurna bebas dari kesalahan.

1220.A1 – Auditor internal harus melatih kecermatan professional dengan mempertimbangkan :

 Cakupan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuanpenugasan.  Kompleksitas relative, materialitas, atau signifikansi permasalahan pada

prosedur-prosedur assurance yang digunakan.

 Kecukupan dan efektivitas proses manajemen risiko, control, dan tata kelola.  Kemungkinan adanya berbagai kesalahan, ketidakteraturan, dan

ketidakpatuhan yang signifikan.

 Biaya jasa assurance yang terkait dengan manfaat-manfaat potensial.

1220.A2 – Auditor internal harus waspada terhadap risiko-risiko yang signifikan yang dapat memengaruhi objektivitas, operasi, atau sumber dara. Namun, prosedur assurance sendiri, bahkan jika dilakukan dengan kecermatan professional yang tepat, tidak menjamin bahwa semua risiko signifikan dapat diidentifikasi.

1220.C1 – Auditor internal harus menggunakan kecermatan pprofesional yang tepat selama penugasan konsultasi dengan mempertimbangkan:

 Semua kebutuhan dan harapan ari klien, termasuk sifat, penjadwalan, dan pengomunikasian hasil-hasil penugasan.

 Kompleksitas relative dan luasnya pekerjaan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan penugasan.

 Biaya penugasan konsultasi yang terkait dengan manfaat-manfaat potensial. 1230 – Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan

Auditor internal harus menignkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain melalui pengembangan professional yang berkelanjutan.

1300 - Program Quality Assurance dan Perbaikan

(5)

1310 – Penilaian Program Kualitas

Aktivitas audit internal harus menggunakan suatu proses untuk mengawasi dan menentukan efektivitas program kualitas secara keseluruhan. Proses tersebut harus meliputi hak penilaian internal maupun eksternal.

1311 – Penilaian Internal

Penilaian internal harus meliputi :

 Penelaahan berkelanjutan terhadap kinerja aktivitas audit internal.

 Penelaahan periodic yang dilaukan melalui penilaian sendiri atau oleh orang lain dalam perusahaan, dengan pengetahuan tentang praktik audit internal dan tentang Standar.

1312 – Penilaian Eksternal

Penilaian eksternal, seperti penelaahan quality assurance, harus dilakukan paling tidak satu kali dalam lima tahun oleh seorang penelaah independen yang berkualitas, atau tim penelaahan dari luar organisasi.

1320 – Pelaporan Program Kualitas

Direktur Audit harus mengomunikasikan hasil penelaahan eksternal kepada dewan.

1330 – Pengunaan Istilah “Dilaksanakan sesuai Standar”

Auditor internal didorong untuk melaporkan bahwa aktivitas mereka “dilaksanakan sesusai dengan Standards for the Professional Practice of Internal Auditing” Namun, auditor internal harus menggunakan pernyataan tersebut hanya bila penilaian program peningkatan kualitas menunjukkan bahwa aktivitas audit internal sesuai dengan Standar.

1340 – Pengungkapan Keitdakpatuhan

Referensi

Dokumen terkait

memberikan masukan, saran dan petimbangan dalam rangka perumusan kebijakan dan pemecahan permasalahan berkaitan penguatan moral etika, budaya masyarakat, dan tata

Faktor-Faktor tersebut yaitu persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, kesadaran membayar pajak,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel tingkat dividend per share dan return on investment berpengaruh signifikan terhadap harga saham

sependapat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dara dan Sari (2012) menyatakan bahwa adanya kepemilikan saham manajerial tidak berpengaruh terhadap luas

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk makhluk yang paling sempurna dari segi bentuk dan rupanya. setiap manusia yang dilahirkan di bumi adalah

Dari delapan kecamatan yang ada di Kota Lubuklinggau, Kecamatan Lubuklinggau Utara II memiliki jumlah penduduk paling ba nyak (16,12 persen), kemud ian diikuti oleh Kecamatan

Pergerakan tenaga kerja dari desa ke kota yang terjadi karena faktor tarikan (pull factor) yang lebih dominan, akan berdampak positif karena menambah kesempatan kerja.

Hasil fermentasi semi-aerob bagase tebu dan limbah nanas digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi anaerob menggunakan digester 20 L, yang sebelumnya dicampurkan