• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLI(BUTILEN ITAKONAT) DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL SEBAGAI AGEN PENGIKAT SILANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLI(BUTILEN ITAKONAT) DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL SEBAGAI AGEN PENGIKAT SILANG"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL SEBAGAI AGEN PENGIKAT

SILANG

Disusun oleh :

DENY IRAWATI

M0308009

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

iii

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “SINTESIS DAN

KARAKTERISASI POLI(BUTILEN ITAKONAT) DENGAN PENAMBAHAN

GLISEROL SEBAGAI AGEN PENGIKAT SILANG” ini adalah benar-benar

karya saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

sepengetahuan saya juga tidak terdapat kerja atau pendapat yang ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Januari 2013

(4)

commit to user

iv

SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLI(BUTILEN ITAKONAT) DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL SEBAGAI AGEN PENGIKAT

SILANG

DENY IRAWATI

Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang sintesis dan karakterisasi poli(butilen itakonat) dengan penambahan gliserol sebagai agen pengikat silang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui poli(butilen itakonat) dapat dibentuk melalui proses polikondensasi suhu tinggi (175 ± 5 oC) dengan waktu yang relatif singkat serta untuk mengetahui pengaruh penambahan gliserol terhadap stabilitas termal poli(butilen itakonat) yang diidentifikasi dengan TG-DTA. Poli(butilen itakonat) disintesis dari asam itakonat (AI), 1,4-butandiol (1,4-BDO), agen pengikat silang gliserol dengan katalis Ti (IV) butoksida dalam pelarut toluena. Poli(butilen itakonat) disintesis dengan cara polikondensasi pada suhu 175 ± 5 oC dengan variasi waktu 1 jam; 1,5 jam; 2 jam; 2,5 jam; dan 3 jam. Perbandingan gliserol yang ditambahkan terhadap 1,4-butandiol pada poli(butilen itakonat) divariasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% (mol Gliserol:1,4-BDO). Gugus-gugus fungsi di dalam poli(butilen itakonat) tanpa dan dengan penambahan gliserol diidentifikasi dengan FTIR.

Karakterisasi poli(butilen itakonat) dengan menggunakan FTIR menunjukkan adanya pergeseran bilangan gelombang dari 1703 cm-1 ke 1728 cm-1 pada gugus karbonil poli(butilen itakonat) yang menunjukkan adanya gugus C=O ester. Hasil uji bilangan asam dan viskositas dari poli(butilen itakonat) menunjukkan bahwa bilangan asam poli(butilen itakonat) menurun dan viskositas cenderung meningkat seiring dengan peningkatan waktu sintesis. Karakterisasi menggunakan TG-DTA menunjukkan ketahanan termal paling tinggi terjadi pada waktu sintesis 3 jam dan pada penambahan gliserol 10%.

(5)

commit to user

v

ITACONIC) WITH GLYCEROL ADDITION AS CROSSLINKING

AGENTS

DENY IRAWATI

Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Science

Sebelas Maret University

ABSTRACT

The research of synthesis and characterization of poly(butylene itaconic) with glycerol addition as crosslinking has been carried out. This research is aimed to determine poly(butylene itaconic) can be formed from high-temperature polycondensation process (175 ± 5 oC) with a relatively short time and the effect of glycerol addition toward the poly(butylene itaconic)’s thermal stability as mell. Poly(butylene itaconic) were synthesized from itaconic acid (AI), 1,4-butandiol (1,4-BDO), glycerol as crosslinking agent with Ti (IV) butoxide catalyst in toluene solvent. Poly(butylene itaconic) was synthesized by polycondensation at temperature 175 ± 5 oC with time variation 1 hour; 1,5 hours, 2 hours, 2,5 hours, and 3 hours. Glycerol ratio added to mixture were varied 10%, 20%, 30%, 40%, and 50% (mol Glycerol:1,4-BDO). Functional groups at the poly(butylene itaconic) without and with additional of glycerol were identified by FTIR.

Characterization of poly(butylene itaconic) using FTIR showed a wavenumber shift from 1703 cm-1 to 1728 cm-1 in carbonyl group of poly(butylene itaconic) which marked by the presence of C=O ester group. Acid number and viscositys test of poly(butylene itaconic) showed that the acid number of poly(butylene itaconic) decreases and the viscosity tends to increase along with increase of the synthesis time. Characterization using TG-DTA showed the highest thermal resistance were occured for 3 hours synthesis and addition of 10% glycerol.

(6)

commit to user

vi MOTTO

Kita harus melihat kesempatan di setiap kesulitan daripada menjadi tak berdaya

karena pemikiran adanya kesulitan pada setiap kesempatan

(Walter E.Cole, Korean War Hero)

Aku tidak pernah mengalami kegagalan. Hanya pengalaman berharga.

(Thomas Alfa Edison)

Anda harus memiliki tujuan jangka panjang agar tidak frustasi terhadap kegagalan

jangka pendek

(Charles Noble)

Jangan berusaha untuk tidak gagal, tetapi berusahalah tidak pernah berhenti

dalam mencapai keberhasilan

(Anonim)

Ketika Anda mengharapkan sesuatu baik,sebetulnya seluruh alam semesta akan

menyatu membantu Anda mewujudkannya

(Paulo Coelho)

Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak akan dapat hidup cukup lama untuk

melakukan semua kesalahan itu sendiri

(7)

commit to user

vii .

Alhamdulillah ucap syukur tak terhingga kepada Allah SWT

Karya kecil ini ku persembahkan untuk:

Bapak dan mama tercinta untuk semua yang kalian berikan untukku

Sungguh besar cinta dan pengorbanan yang kalian berikan hingga ku tak mampu

membalasnya

Fajar Dwi Permana, adikku tercinta

Semoga menjadi anak yang membanggakan untuk kita semua

Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang tak terhingga

My Engineer, Yunis Pratama AP

Terima kasih untuk kesabaran dan kesetiaannya

Angkatanku Kimia 2008

(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah S. W. T. atas limpahan rahmat,

hidayah dan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi dengan judul “SINTESIS DAN KARAKTERISASI POLI(BUTILEN

ITAKONAT) DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL SEBAGAI AGEN

PENGIKAT SILANG” untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

gelar Sarjana Sains dari Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret.

Skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari banyak pihak, oleh

karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Ari Handono Ramelan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan

4. Bapak Patiha, MS selaku Pembimbing Akademik

5. Bapak Drs. Mudjijono, Ph.D selaku Penguji I

6. Bapak Candra Purnawan, M.Sc selaku Penguji II

7. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa selalu memberikan

dukungan dan semangat.

8. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh staf Jurusan Kimia Fakultas MIPA

UNS atas semua ilmu yang bermanfaat

9. Seluruh staf dan laboran Laboratorium Kimia Dasar FMIPA UNS

dan Sub Laboratorium Kimia, Laboratorium Pusat FMIPA UNS.

10. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu hingga

(9)

commit to user

ix

kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan bimbingan, kritik dan saran

sebagai bahan pertimbangan untuk membuat karya yang lebih baik. Namun

penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan yang telah ada.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Surakarta, Januari 2013

(10)

commit to user

A. Latar Belakang Masalah ... 1

(11)

commit to user

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Metodologi Penelitian ... 22

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

C. Alat dan Bahan ... 22

1. Alat ... 22

2. Bahan ... 23

D. Prosedur Penelitian ... 23

1. Pembuatan Poli(Butilen Itakonat) ... 23

2. Pembuatan Poli(Butilen Itakonat) terikat silang gliserol ... 24

3. Penentuan Bilangan Asam ... 24

4. Penentuan Viskositas Intrinsik ... 25

5. Karakterisasi FTIR ... 26

6. Karakterisasi TG-DTA ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Teknik Analisa Data ... 27

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Karakterisasi Asam Itakonat ... 29

B. Karakterisasi 1,4-Butandiol ... 31

C. Sintesis Poli(butilen itakonat) ... 33

D. Sintesis Poli(butilen itakonat) Terikat Silang Gliserol ... 41

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Sifat Fisik Asam Itakonat ... 11

Tabel 2. Sifat Fisik 1,4-Butandiol ... 12

Tabel 3. Sifat Fisik Gliserol ... 15

(13)

commit to user

xiii

Halaman

Gambar 1. Skema kopoliester alternasi, acak, blok, dan cangkok ... 6

Gambar 2. Reaksi Poliester Poliol ... 9

Gambar 3. Struktur Asam Itakonat ... 10

Gambar 4. Struktur 1,4-Butandiol ... 12

Gambar 5. Struktur Polimer Ikat Silang... 13

Gambar 6. Struktur Gliserol ... 15

Gambar 7. Struktur Katalis Titanium (IV) Butoksida ... 16

Gambar 8. Gugus Karboksilat pada Asam Itakonat ... 18

Gambar 9. Gugus Hidroksi pada 1,4-Butandiol ... 19

Gambar 10. Mekanisme Reaksi Pembentukan Poliester ... 19

Gambar 11. Poliester Diikat Silang dengan Gliserol ... 20

Gambar 12. Asam Itakonat ... 29

Gambar 13. Spektra FTIR Asam Itakonat ... 30

Gambar 14. Kurva TG-DTA Asam Itakonat ... 31

Gambar 15. 1,4-Butandiol ... 31

Gambar 16. Spektra FTIR 1,4-Butandiol ... 32

Gambar 17. Kurva TG-DTA 1,4-Butandiol ... 33

Gambar 18. Rangkaian Distilasi pada Pembuatan ... 34

Gambar 19. Hasil Sintesis Poli(butilen itakonat) ... 35

Gambar 20. Grafik Waktu Sintesis vs Bilangan Asam ... 36

Gambar 21. Grafik Waktu Sintesis vs Viskositas ... 37

Gambar 22. Spektra FTIR Poli(butilen itakonat) ... 38

Gambar 23. Reaksi pada Pembentuka Poli(butilen itakonat) ... 40

Gambar 24. Kurva TG-DTA Poli(butilen itakonat) ... 40

Gambar 25. Gliserol ... 42

Gambar 26. Spektra FTIR Gliserol ... 42

Gambar 27. Kurva TG-DTA Gliserol ... 43

Gambar 28. Hasil Poli(butilen itakonat) dengan Variasi Gliserol ... 44

(14)

commit to user

xiv

(15)

commit to user

xv

Halaman

Lampiran 1. Bagan Alir Cara Kerja ... 54

(16)

commit to user 1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Polimer merupakan makromolekul yang disusun oleh unit-unit molekul

sederhana (monomer) yang tersusun secara berulang-ulang. Berdasarkan

pembuatannya, polimer terdiri dari dua jenis, yaitu polimer alam dan polimer buatan

(sintetik). Yang termasuk polimer alam adalah selulosa, pati, dan protein, sedangkan

polimer sintetik adalah poli etilen, poli propilen, poli vinil klorida, poliester, dan

lain-lain. Pembuatan polimer sintetik memiliki keuntungan karena dapat membentuk

polimer-polimer dengan sifat-sifat fisika dan kimia yang diinginkan.

Dalam beberapa tahun terakhir, polimer biodegradable telah mendapat

perhatian yang cukup besar, hal ini dikarenakan sejumlah besar produksi masal dari

polimer tersebut digunakan untuk kemasan, pelapis kertas, serat, film, biomedis,

implan, dan kontrol sistem pengiriman obat. Polimer biodegradable dapat diuraikan

oleh mikroorganisme, khususnya bakteri dan jamur. Bordes (2009) mengelompokkan

polimer biodegradable ke dalam dua kelompok yaitu agro-polymer yang terdiri dari

polisakarida dan protein; dan biopoliester (biodegradable polyesters) seperti poli

asam laktat (PLA), poli hidroksi alkanoat (PHA), aromatik dan kopoliester alifatik.

Poliester alifatik memiliki keuntungan hidrolitik yang terdegradasi enzimatik

secara alami dan diubah menjadi zat non-toxic. Poliester alifatik dapat disintesis dari

asam dikarboksilat dan diol melalui reaksi polikondensasi. Kim et al. (2001) telah

mensintesis poliester seperti poli(etilen adipat) (PEA) dari kopolimerisasi etilen

glikol (EG) dan asam adipat (AA), poli(butilen suksinat) (PBS) dari kopolimerisasi

1,4-butandiol (BD) dan asam suksinat (AS). Chajecka et al. (2011) telah mensintesis

poliester dari asam adipat, asam suksinat, dan asam maleat dengan butandiol, dietilen

glikol, gliserol, dan gliserol propoksilat. Sintesis poliester yang dilakukan pada suhu

(17)

commit to user

sintesis poliester yang dilakukan pada suhu tinggi (150-220 oC) akan menyebabkan

reaksi berjalan cepat (Chajecka, 2011).

Asam itakonat (AI) adalah salah satu senyawa alam yang mampu

menggantikan asam akrilik yang digunakan dalam pembuatan resin sintetik, pelapis,

dan produk industri lainnya. Asam itakonat diperoleh dari hidrolisa pati melalui

proses fermentasi karbohidrat oleh bakteri Aspergillus terreus (Wilke et. al., 2001).

Asam itakonat memiliki dua gugus asam karboksilat yang memungkinkan untuk

bereaksi dengan gugus hidroksil di kedua sisinya, sehingga dapat membentuk ester

yang lurus (poliester alifatik).

Poliester alifatik umumnya bersifat termoplastik, sehingga diperlukan

tambahan zat pengikat silang (crosslinker) untuk menjadi elastomer atau termoset

yang memiliki bentuk padat dan kuat dengan kestabilan panas yang baik (Skrifvars,

2000). Pengikat silang yang dapat digunakan untuk polimer antara lain divinil

benzen, 4,4’-divinilazobenzen, N’N metilen bis akrilamid, etilen glikol dimetakrilat,

sukrosa, dan gliserol. Penambahan senyawa pengikat silang dapat berpengaruh

terhadap karakteristik poliester, salah satunya adalah stabilitas termal.

Lee et al. (2011) dan Yang et al. (2011) telah melakukan ikat silang terhadap poli(asam akrilat) dan poli(asam oleat) menggunakan gliserol. Gliserol merupakan

hasil samping dari produksi biodiesel yang terus meningkat produksinya. Senyawa

tersebut dalam jumlah besar dapat digunakan dalam pembuatan obat, kosmetik, pasta

gigi, busa uretan, resin serta dapat diubah menjadi produk kimia lain (Yuniati dkk.,

2010), dan agen pengikat silang polimer (Lee et al., 2011). Gliserol dengan tiga

gugus fungsional OH reaktif dapat membentuk sebuah blok oligomer atau polimer

bercabang yang dapat meningkatkan densitas poliester. Gugus OH pada gliserol

tersebut dapat dengan mudah direaksikan dengan asam dikarboksilat membentuk

poliester.

Pemanfaatan asam itakonat untuk polimer di indonesia masih sangat sedikit,

sehingga perlu adanya penelitian yang berkaitan dengan poliester dari asam itakonat

(18)

commit to user

3

penambahan gliserol pada sintesis poliester tersebut terhadap sifat-sifat yang akan

dihasilkan.

B. Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Beberapa permasalahan yang perlu dibahas dan dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam penelitian ini adalah:

1. Reaksi polikondensasi pada pembuatan poliester tergantung dari pada suhu

pemanasan dan waktu polimerisasinya. Pada suhu rendah, reaksi polikondensasi

berjalan sangat lambat sedangkan pada suhu tinggi, reaksi dapat berjalan sangat

cepat. Namun, penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

kerusakan pada poliester yang terbentuk. Pada proses polimerisasi, semakin lama

waktu polimerisasi maka dapat meningkatnya berat molekul dari poliester yang

terbentuk.

2. Perbedaan perbandingan molar yang digunakan pada reaksi polikondensasi akan

memperoleh polimer dengan sifat yang berbeda pula. Kelebihan konsentrasi dari

salah satu monomer akan membuat proses polimerisasi tidak berjalan secara

maksimal. Penggunaan jenis katalis yang berbeda pada reaksi polikondensasi

juga akan mempengaruhi proses polimerisasi, misalnya suhu menjadi lebih

rendah dan waktu menjadi lebih singkat. Katalis yang dapat digunakan untuk

mensintesis poliester antara lain timah (II) oktoat, titanium (IV) butoksida,

dibutiltimah (II) oksida, dibutiltimah dilaurat, p-toluene sulfonic acid, novozym.

3. Poliester alifatik yang bersifat termoplastik dapat dibentuk menjadi bersifat

termoset atau elastomer dengan penambahan agen pengikat silang. Beberapa

jenis agen pengikat silang yang dapat digunakan pada pembuatan poliester

adalah divinil benzen, 4,4’-divinilazobenzen, N’N metilen bis akrilamid, etilen

glikol dimetrakilat, sukrosa, dan gliserol. Tingkat ketermosetan poliester

(19)

commit to user

pengikat silang terhadap ketahanan termal dapat diketahui dengan variasi

penambahan pengikat silang yang digunakan pada poliester.

4. Karakterisasi poliester yang terbentuk dapat dilakukan dengan analisis bilangan

asam, bilangan basa, viskositas intrinsik, berat molekul, dan uji biodegradable

serta karakterisasi menggunakan FTIR, TG-DTA. Data yang diperoleh dapat

memberikan gambaran proses selama reaksi berlangsung, serta dapat

memberikan gambaran mengenai gugus-gugus fungsi, penentuan struktur, dan

ketahanan termal dari poliester yang terbentuk. Analisis bilangan basa sebanding

dengan bilangan asam, dan untuk analisis berat molekul sebanding dengan

viskositas intrinsik. Akan tetapi, uji biodegradable menggunakan enzim sulit

untuk dilakukan karena kesulitan melakukan preparasi sampel dan biaya yang

harus dikeluarkan cukup besar.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Reaksi polikondensasi pada suhu tinggi (150-220 oC) akan berlangsung lebih

cepat (Chajecka, 2011) sehingga suhu yang digunakan dalam sintesis poli(butilen

itakonat) adalah 175 ± 5 oC (Mohammadnia et al., 2012) dengan variasi waktu

sintesis 1 jam, 1,5 jam, 2 jam, 2,5 jam, dan 3 jam (Kim et al., 2001).

2. Perbandingan konsentrasi yang digunakan pada sintesis poli(butilen itakonat)

yaitu 1:1, sehingga proses polimerisasi berjalan maksimal (Chajecka, 2011)

dengan katalis yang digunakan yaitu titanium (IV) butoksida.

3. Pengikat silang yang digunakan adalah gliserol karena gliserol banyak digunakan

sebagai pengikat silang untuk polimer jaringan (Yang et al., 2011). Variasi

penambahan pengikat silang yang digunakan adalah 90%:10%, 80%:20%,

70%:30%, 60%:40% dan 50%:50% (1,4-butandiol:gliserol) mol.

4. Poli(butilen itakonat) yang diperoleh akan ditentukan bilangan asam dan

(20)

commit to user

5

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh dari penggunaan variasi waktu dalam pembuatan

poli(butilen itakonat) dari asam itakonat dan 1,4-butandiol melalui proses

polikondensasi pada suhu tinggi (175 ± 5 oC)?

2. Bagaimana pengaruh dari variasi penambahan pengikat silang gliserol terhadap

stabilitas termal poli(butilen itakonat)?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh dari penggunaan variasi waktu dalam pembuatan

poli(butilen itakonat) dari asam itakonat dan 1,4-butandiol melalui proses

polikondensasi pada suhu tinggi (175 ± 5 oC).

2. Mengetahui pengaruh dari variasi penambahan pengikat silang gliserol terhadap

stabilitas termal poli(butilen itakonat).

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pembuatan

poliester yang berbahan dasar asam itakonat.

2. Secara teoritis, penelitian ini dapat meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai

(21)

commit to user 6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Polimer

Kata polimer berasal dari bahasa yunani, yaitu poly yang berarti banyak dan

mer yang berarti bagian. Jadi, polimer adalah molekul besar yang terbentuk secara

berulang dari unit-unit sederhana (monomer) (Stevens, 2001). Polimer mengandung

ribuan sampai jutaan atom dalam molekul yang besar, sehingga disebut juga

makromolekul (Chanda, 2000).

Berdasarkan jenis monomer pembentuk suatu polimer, polimer dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu homopolimer dan kopolimer. Homopolimer adalah

suatu polimer yang tersusun dari satu jenis monomer. Sedangkan kopolimer adalah

suatu polimer yang tersusun dari lebih dari satu jenis monomer (Odian, 2004).

Kopolimer juga digolongkan menjadi empat, yaitu kopolimer alternasi, kopolimer

acak, kopolimer blok, dan kopolimer cangkok. Kopolimer alternasi adalah kopolimer

yang susunannya berselang-seling secara linear. Kopolimer acak adalah kopolimer

yang terdistribusi secara acak. Kopolimer blok adalah kopolimer dimana monomer A

dan B membentuk blok-blok tersendiri. Sedangkan kopolimer cangkok adalah

kopolimer blok non linear yang mana polimer dari satu jenis monomer berperan

sebagai polimer utama dan polimer dari monomer yang lain sebagai cabangnya.

(22)

commit to user

7

Beberapa kombinasi dari monomer mempunyai kecenderungan untuk

berselang-seling selama berlangsungnya kopolimerisasi, sedangkan kontrol pembentukan

kopolimer-kopolimer blok dan cangkok memerlukan teknik-teknik khusus. Poliester

dari dua monomer asam dibasa dan glikol juga dianggap sebagai kopolimer (Stevens,

2001).

Polimer juga bisa digolongkan sebagai polimer linier, bercabang, dan

jaringan. Polimer linier tidak mempunyai cabang selain gugus-gugus yang

digolongkan sebagai monomernya. Polimer bercabang adalah polimer yang

mempunyai cabang selain gugus-gugus yang digolongkan sebagai monomernya.

Polimer yang bercabang tidak selalu merupakan kopolimer, tetapi dapat juga sebuah

homopolimer bercabang, dimana percabangan rantai timbul sebagai akibat dari

reaksi-reaksi sampingan selama proses polimerisasi. Polimer jaringan terjadi ketika

rantai-rantai polimer terikat bersama atau ketika digunakan monomer-monomer

polifungsional sebagai ganti dari monomer difungsional. Polimer jaringan secara

umum disebut juga sebagai polimer ikatan sambung silang karena terjadi pengikatan

secara sambung silang, sehingga akan diperoleh material polimer yang mempunyai

derajat stabilitas dimensi yang baik, yang bersifat termoset (Odian, 2004).

Berdasarkan perilaku mekanik dan struktur rantai atau molekulnya, polimer

digolongkan menjadi dua, yaitu polimer termoplastik dan termoset. Polimer

termoplastik adalah polimer yang bersifat lunak dan viskos (viscous) pada saat

dipanaskan dan menjadi keras dan kaku (rigid) pada saat didinginkan secara

berulang-ulang. Sedangkan polimer termoset (thermosetting) adalah polimer yang

bersifat hanya melebur pada saat pertama kali dipanaskan dan selanjutnya tetap

mengeras secara permanen pada saat didinginkan. Polimer jenis termoset bersifat

lebih keras dan kaku (rigid) karena struktur molekulnya yang membentuk jejaring

tiga dimensi yang saling berhubungan (network). Polimer jenis elastomer, misalnya

karet alam, memiliki daerah elastis non linear yang sangat besar yang disebabkan

oleh adanya sambungan-sambungan antar rantai (cross links) yang berfungsi sebagai

(23)

commit to user

Reaksi pembentukan polimer disebut dengan reaksi polimerisasi (Stevens,

2001). Reaksi polimerisasi dibagi menjadi dua macam, yaitu polimerisasi adisi dan

polimerisasi kondensasi. Polimerisasi adisi adalah reaksi pembentukan polimer yang

disertai pemutusan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal dan berlangsung secara

cepat tanpa produk samping (by-product) sehingga sering disebut pula sebagai

pertumbuhan rantai (chain growth). Sedangkan polimerisasi kondensasi adalah reaksi

pembentukan polimer yang berlangsung tahap demi tahap (step growth) dan disertai

dengan adanya pelepasan molekul kecil, yaitu molekul air. Contoh polimerisasi

dengan reaksi adisi adalah proses pembentukan poli etilen (PE). Proses polimerisasi

adisi berlangsung dalam 3 tahap, yaitu inisiasi, adisi atau pertumbuhan rantai, dan

terminasi. Untuk memulai proses polimerisasi etilen, ditambahkan inisiator peroksida

sehingga terjadi pemutusan ikatan kovalen antar oksigen dalam molekul hidrogen

peroksida dan ikatan kovalen antar karbon dalam molekul etilen. Polimerisasi dimulai

dengan terbentuknya dua kelompok inisiator (OH) dan monomer. Satu dari dua

kelompok OH selanjutnya akan bergabung dengan etilen yang mengawali

terbentuknya rantai molekul polimer. Selanjutnya akan terjadi pertumbuhan rantai

yang berlangsung sangat cepat membentuk rantai molekul raksasa linear. Terminasi

dari pertumbuhan rantai dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan

bergabungnya OH ke ujung rantai molekul, dan bergabungnya dua rantai molekul.

Panjang dari rantai polimer dapat dikendalikan dengan cara mengendalikan jumlah

inisiator. Secara umum, jika jumlah inisiator yang diberikan sedikit, maka jumlah OH

yang tersedia untuk menghentikan reaksi semakin sedikit pula. Contoh polimerisasi

kondensasi adalah proses pembentukan bakelit. Bakelit terbentuk dari dua jenis

monomer, yaitu fenol dan formaldehid. Reaksi polimerisasi kondensasi berlangsung

lebih lambat dan bertahap daripada polimerisasi adisi. Rantai molekul yang terbentuk

dalam proses polimerisasi bakelit ini lebih rigid, karena membentuk jejaring tiga

(24)

commit to user

9

2. Poliester

Poliester merupakan salah satu jenis polimer sintetik dimana pada rantai

utamanya terdapat gugus ester (-COOR) yang mudah terhidrolisis sehingga dapat

terbiodegradasi (Hasan dkk., 2005). Poliester mempunyai aplikasi komersial yang

luas sebagai serat, plastik, dan bahan pelapis. Metode-metode umum yang digunakan

untuk mensintesis poliester adalah dengan esterifikasi langsung (1), transesterifikasi

(2), dan reaksi alkohol dengan asil klorida (3) atau anhidrida (4).

RCO2H + R’OH ↔ RCO2R’ + H2O (1)

RCO2R” + R’OH ↔ RCO2R’ + R”OH (2)

RCOCl + R’OH → RCO2R’ + HCl (3)

(RCO)2O + R’OH → RCO2R’ + RCO2H (4)

Masing-masing reaksi tersebut melibatkan reaksi adisi nukleofilik terhadap gugus

karbonil, dimana adisi tersebut akan dipercepat oleh sifat polar dari ikatan rangkap

dua karbon-oksigen (Stevens, 2001).

Poliester merupakan jenis polimer sintetik pertama yang disintesis secara

kondensasi oleh Carothers pada tahun 1930an (Edlund et al., 2003). Preparasi

poliester melalui reaksi polikondensasi terjadi apabila asam dibasa berkondensasi

dengan sembarang glikol atau suatu asam hidroksi membentuk poliester-poliester

linier (Stevens, 2001). Reaksi polikondensasi atau poliesterifikasi asam

hidroksikarboksilat, atau campuran glikol dengan asam dikarboksilat dapat dilakukan

pada kisaran suhu 150-250 ºC, dimana pada kisaran suhu tersebut menghasilkan

poliester dan air (Chajecka, 2011).

(25)

commit to user

Reaksi polikondensasi dengan suhu tinggi (150-220 oC) akan berjalan lebih cepat dan

produk yang dihasilkan memiliki berat molekul tinggi. Sedangkan reaksi dengan suhu

rendah (120-140 oC) akan berjalan sangat lambat (Chajecka, 2011). Reaksi

polikondensasi atau esterifikasi secara termodinamik merupakan reaksi reversible.

Oleh karena itu, secara teori semua poliester memiliki potensi untuk bersifat

biodegradable yang ditandai oleh adanya hasil samping air yang merupakan

perpecahan dari rantai utama ikatan ester (Edlund et al., 2003).

Poliester dibedakan menjadi poliester linear dan poliester ikat silang atau

jaringan. Menurut Nicholas (1989) dalam Elango et al. (2010) poliester linear dari

asam dikarboksilat dan diol dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu poliester

alifatik, poliester aromatik alifatik, poliakrilat alifatik, dan poliakrilat aromatik.

Sedangkan poliester ikat silang atau jaringan terdapat dua jenis, yaitu:

1. Poliester yang dipreparasi dari monomer-monomer fungsional sedemikian

sehingga terjadi proses ikat silang selama reaksi poliesterifikasi (untuk selanjutnya

dinyatakan sebagai poliester ikat silang jenuh).

2. Poliester yang diikat silang oleh reaksi polimerisasi adisi terpisah melalui

ikatan-ikatan rangkap dua reaktif yang diinkorporasi ke dalam kerangka poliester

(Stevens, 2001).

3. Asam Itakonat

Asam itakonat (itaconic acid, IA) termasuk salah satu jenis asam organik

berbentuk kristal putih yang merupakan asam dikarboksilat tak jenuh yang mana

memiliki satu ikatan rangkap dan dua buah gugus karboksil pada kedua ujungnya.

Struktur asam itakonat ditunjukkan oleh Gambar 3.

HOOC

H2

C C COOH

CH2

(26)

commit to user

11

Asam Itakonat memiliki nama lain asam metilen butandioat, asam metilen suksinat,

asam 3-karboksi-3-butanoat, dan asam propilendikarboksilat. Rao et al. (2007)

menyebutkan bahwa asam itakonat ditemukan oleh Baup (1837) sebagai produk

dekomposisi termal asam sitrat. Biosintesis oleh fungi dari karbohidrat pertama kali

dilaporkan oleh Kinoshita (1932), dimana asam itakonat diisolasi dengan bantuan

Aspergillus itaconicus. Kemudian ditemukan fungi spesies lain yang lebih cocok

untuk menghasilkan asam itakonat, yaitu Aspergillus terreus. Tate (1981) dalam

Willke et al. (2001) menyebutkan bahwa asam itakonat stabil pada keadaan asam,

netral maupun setengah basa pada suhu moderat. Sifat-sifat dari asam itakonat

disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Sifat Fisik Asam Itakonat

Parameter Nilai

Rumus molekul C5O4H6

Berat molekul 130,1 g/mol

Titik leleh 167-168 oC

Titik didih 268 oC

Kelarutan dalam air 83,103 g/L

Densitas 1,632 g/L (20 °C)

pH 2 (pada larutan air 80 mg/L)

pKa 3,84 dan 5,55

( Willke et. al., 2001 )

Menurut Kin et al. (1998) dalam Okabe et al. (2009) asam Itakonat digunakan di

seluruh dunia dalam industri sintesis resin seperti poliester, plastik, kaca buatan dan

dalam persiapan senyawa bioaktif dalam bidang pertanian, farmasi, dan sektor

(27)

commit to user

4. 1,4-Butandiol

1,4-Butandiol adalah senyawa organik dengan rumus HOCH2CH2CH2CH2OH

yang berbentuk cairan kental tidak berwarna dan diturunkan dari butana dengan

penempatan gugus alkohol pada setiap ujung rantai. 1,4-Butandiol merupakan salah

satu dari empat isomer yang stabil dari butandiol.

Gambar 4. Struktur 1,4-Butandiol

1,4-Butandiol (BDO) adalah prekursor diol serbaguna untuk berbagai

turunannya seperti ester, karbamat, poliester dan uretan. BDO digunakan terutama

sebagai co-monomer pada reaksi kondensasi diol secara klasik dengan asam tereftalat

untuk menghasilkan poli butilen tereftalat (PBT), dengan diisosianat untuk

menghasilkan poli uretan dan dengan diasam untuk menghasilkan poliester dengan

karakteristik biodegradable.

Ferre et al. (2003) telah memanfaatkan 1,4-butandiol dengan asam adipat dan

(28)

commit to user

13

memanfaatkan 1,4-butandiol untuk membuat poliester biodegradable yaitu

poli(butilen suksinat) yang kemudian dikopolimerisasi dengan butandiol dan

1,2-dekanadiol untuk menambahkan cabang etil dan n-oktil.

5. Crosslink

Polimerisasi dari sistem A-B ditambah Af (dengan f> 2) dengan adanya B-B

akan menyebabkan struktur yang tidak hanya bercabang tetapi juga terikat silang.

Cabang dari satu molekul polimer akan mampu bereaksi dengan molekul polimer

yang lain karena adanya reaktan B-B. Ikat silang dapat digambarkan seperti struktur

pada Gambar 5, di mana dua rantai polimer bergabung bersama-sama terikat silang.

Sebuah crosslink dapat terbentuk bila ada dua cabang (misalnya, yang

ditunjukkan oleh anak panah) yang memiliki gugus fungsional yang berbeda di

ujungnya, yaitu, satu memiliki gugus A dan gugus B lainnya. Ikat silang juga akan

terjadi pada polimerisasi lain yang melibatkan reaktan dengan fungsionalitas yang

lebih besar dari dua.

(29)

commit to user

Ikat silang ditandai oleh terjadinya gelasi di beberapa titik dalam polimerisasi

yang disebut titik gel. Yang pertama diamati adalah pembentukan visual dari gel atau

fraksi polimer terlarut yaitu gel tidak larut dalam semua pelarut. Gel memperlihatkan

pembentukan jaringan tak terbatas, dimana molekul polimer telah terikat silang satu

sama lain untuk membentuk molekul makroskopik. Adanya cabang pada polimer

jaringan akan menurunkan kestabilan termal (Kim et al., 2001 dan Umare et al.,

2007). Bagian non gel dari polimer yang akan tetap larut dalam pelarut disebut

sebagai sol. Pada proses gelasi, jumlah gel meningkat seiring dengan meningkatnya

jumlah sol yang terikat silang membentuk gel. Ada perubahan fisik yang signifikan

yang terjadi selama proses gelasi. Campuran pada reaksi akan berubah sampai pada

viskositas polimer tertentu (Odian, 2004). Sambung silang dapat mempengaruhi sifat

fisik dari polimer yang disambung silangkan. Umumnya, sambung silang ini

meningkatkan sifat fisik dari polimer tersebut, diantaranya ekspansi panas dan

kapasitas panas menurun, suhu distrosi panas, kekuatan tarik, dan indeks bias

meningkat. Suhu transisi gelas meningkat seiring dengan bertambahnya densitas dan

pengikat silang (Auad et al., 2000). Polimer yang tersambung silang dan rigid

seharusnya meningkatkan stabilitas panas (Worzakowska, 2012; Worzakowska,

2009).

6. Gliserol

Gliserol adalah senyawa kimia murni 1,2,3-propanatriol yang berbentuk

cairan kental, jernih, dan bersifat higroskopis pada temperatur ruang. Gliserol

mengandung tiga gugus hidroksi yang terdiri dari dua gugus alkohol primer dan satu

gugus alkohol skunder. Atom karbon yang terdapat dalam gliserol dapat ditunjukkan

(30)

commit to user

15

Gambar 6. Struktur Gliserol

Gliserol dapat larut dalam air dan alkohol; sedikit terlarut dalam dietil eter, etil asetat,

dan dioksan; serta tidak terlarut dalam hidrokarbon (Knothe et al., 2005). Beberapa

sifat fisik gliserol terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sifat Fisik Gliserol (Knothe et al., 2005)

Sifat Nilai

∆H pembentukan (kJ/mol) 667,8

Titik nyala (oC) 177

Titik api (oC) 204

Produksi gliserol telah berkembang akhir-akhir ini, terutama sebagai produk

sampingan dari produksi biodiesel. Gliserol telah banyak digunakan sebagai

emulsifier (Piao and Adachi, 2006), stabilizer, plasticizer (Lavorgna et al., 2010), dan

sebagai humectant dalam formulasi kosmetik (Pedersen and Jemec, 1999). Gliserol

juga digunakan untuk generasi struktur hyperbranched (Zhou et al., 2011), sebagai

pelarut reaksi, dan sebagai crosslinker untuk polimer jaringan (Lee et al., 2011).

Agach et al. (2012) memanfaatkan gliserol dengan asam suksinat untuk membentuk

(31)

commit to user

Gambar 7. Struktur Katalis Titanium (IV) Butoksida

Titanium (IV) Butoksida merupakan katalis eksternal yang digunakan untuk

mempertahankan suatu laju reaksi. Larutan titanium (IV) butoksida berwarna kuning

dengan titik didih 206 oC. Kim et al. (2001) telah menggunakan katalis titanium (IV)

butoksida untuk membuat poliester biodegradable dari asam akrilat dengan etilen

glikol dan 1,4-butandiol dengan asam suksinat dengan metode bulk polymerization.

8. Karakterisasi Poliester

a) Bilangan Asam

Bilangan asam adalah jumlah miligram kalium hidroksida (KOH) yang

dibutuhkan untuk menetralisir asam dalam 1 g sampel. Analisa bilangan asam

dilakukan untuk mengetahui sisa asam karboksilat yang terkandung setelah proses

reaksi terjadi. Bilangan asam dapat digunakan sebagai kontrol suatu proses

polimerisasi. Metode yang digunakan pada bilangan asam adalah metode titrimetrik.

(Marengo et al., 2004).

b) Viskometri

Viskometri merupakan metode yang digunakan untuk menentukan ketahanan

suatu cairan terhadap aliran (deformasi). Viskositas diukur dengan cara menetapkan

lamanya aliran sejumlah volume larutan melalui kapiler yang panjangnya tetap.

Waktu alir dengan satuan detik dicatat sebagai waktu untuk meniskus lewat antara

dua tanda batas pada viskometer (Steven, 2001). Pengukuran viskositas pada larutan

(32)

commit to user

17

menetapkan bobot molekul. Perbandingan antara viskositas larutan polimer terhadap

viskositas pelarut murni dapat dipakai untuk menentukan massa molekul nisbi

polimer. Metode viskositas mempunyai kelebihan dibandingkan dengan metode lain,

yakni lebih cepat dan lebih mudah, murah, serta perhitungan hasilnya lebih

sederhana.

Bobot molekul merupakan salah satu variabel penting, sebab berhubungan

langsung dengan sifat-sifat fisis polimer. Polimer dengan bobot molekul yang lebih

tinggi pada umumnya bersifat lebih kuat, tetapi bobot molekul yang terlalu tinggi bisa

menyebabkan kesukaran-kesukaran dalam pemrosesannya. Penentuan bobot molekul

polimer dalam penelitian ini menggunakan metode viskometri dengan viskometer

Ostwald.

c) Spektroskopi Inframerah

Spektrofotometer Infra Merah (FTIR) merupakan suatu alat yang digunakan

untuk menentukan gugus fungsi berdasarkan serapan tertentu yang dihasilkan oleh

interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik. Spektrum dihasilkan dari molekul

yang menyerap energy (E = hυ) sehingga terjadi vibrasi dan vibrasi-rotasi (Billmeyer,

1984). Vibrasi dipengaruhi oleh faktor primer dan sekunder. Faktor primer antara lain

kekuatan ikatan, massa tereduksi serta efek massa sekunder. Sedangkan faktor

sekunder antara lain vibrasi kopling, ikatan hidrogen, efek elektronik, sudut ikatan

dan efek medan (Kemp, 1987).

Menurut Brioude et al. (2007) gugus –OH pada alkohol dan asam karboksilat

ditunjukkan pada bilangan gelombang 3300-2500 cm-1, gugus C-H alifatik

ditunjukkan pada bilangan gelombang 2950-2855 cm-1, dan gugus C=O asam

karboksilat ditunjukkan pada bilangan gelombang 1711 cm-1. Menurut Prabha et al.

(2012) pita serapan karakteristik poliester terletak pada uluran karbonil, uluran C-O-C

dan gugus metilen. Gugus C=O ditunjukkan pada bilangan gelombang 1732 cm-1,

uluran C-O ditunjukkan pada bilangan gelombang 1243-1159 cm-1, uluran C-H

ditunjukkan pada bilangan gelombang 2966-2932 cm-1 dan uluran C-C ditunjukkan

(33)

commit to user

d) Thermogravimetric Analysis (TGA)

Analisis termogravimetri merupakan metode untuk mengukur berat yang

hilang dari sampel karena akibat dari kenaikan suhu. Dekomposisi biasanya

menghasilkan pembentukan molekul kecil yang mudah menguap, maka terjadinya

dekomposisi terdeteksi oleh adanya penurunan berat. TGA pada umumnya digunakan

untuk mengukur stabilitas termal polimer dan jalannya reaksi yang mengubah bahan

prakeramik menjadi keramik nonoxide (Allcock, 2008).

B. Kerangka Pemikiran

Poliester dapat dibuat dari reaksi poliesterifikasi antara asam dikarboksilat dan

diol, yaitu asam itakonat dan 1,4-butandiol. Reaksi poliesterifikasi dapat disebut

reaksi polikondensasi karena dapat menghasilkan air (H2O).

RCO2H + R’OH ↔ RCO2R’ + H2O

Reaksi polikondensasi dengan suhu tinggi (150-220 oC) akan berjalan lebih cepat dan

produk yang dihasilkan memiliki berat molekul tinggi. Sedangkan reaksi dengan suhu

rendah (120-140 oC) akan berjalan sangat lambat (Chajecka, 2011). Umare et al.

(2007) mensistesis poliester pada suhu 170 oC selama 5 jam, sehingga poli(butilen

itakonat) diharapkan dapat disintesis pada suhu tinggi (175 ± 5 0C) selama 3 jam.

Asam itakonat merupakan asam dikarboksilat berantai karbon 4 yang

memiliki dua gugus karboksilat di kedua ujungnya dan sebuah cabang alkena pada

karbon nomor dua. Asam itakonat memungkinkan terjadinya reaksi kondensasi pada

gugus karboksilatnya, dan reaksi adisi pada cabang alkena.

HO

OH O

O

Gugus Karboksilat

(34)

commit to user

19

1,4-Butandiol merupakan senyawa hidrokarbon dengan rantai utama empat

karbon yang memiliki dua gugus hidroksi di kedua ujungnya. Gugus hidroksi tersebut

merupakan sisi reaktif yang dapat bereaksi dengan gugus karboksilat pada asam

itakonat membentuk suatu poliester.

HO

OH

Gugus Hidroksi

Gambar 9. Gugus Hidroksi pada 1,4-Butandiol

Reaksi polikondensasi antara asam itakonat dan 1,4-butandiol melibatkan

reaksi adisi nukleofilik terhadap gugus karbonil yang dipercepat oleh sifat polar dari

ikatan rangkap dua karbon-oksigen (Stevens, 2001). Proses jalannya reaksi

polikondensasi tersebut dapat diketahui dari nilai bilangan asamnya. Bilangan asam

dapat menunjukkan sisa asam karboksilat (asam itakonat) yang ada setelah proses

reaksi terjadi (Marengo et al., 2004).

C

Gambar 10. Mekanisme Reaksi Pembentukan Poliester dari Asam Dikarboksilat dan Diol

Poliester yang terbentuk dari polikondensasi asam dikarboksilat dengan diol

yaitu berupa poliester linier. Poliester linier masih dapat larut dalam beberapa pelarut

(35)

commit to user

termoplastik karena bentuknya yang viskos. Untuk membentuk poliester yang

memiliki stabilitas dimensi yang baik yaitu bersifat lebih keras dan kaku, maka

diperlukan penambahan zat pengikat silang.

Gliserol merupakan senyawa polifungsional yang dapat digunakan sebagai zat

pengikat silang pada poliester. Gliserol dapat membentuk jejaring tiga dimensi yang

saling berhubungan (network) karena gliserol memiliki tiga gugus hidroksi yang

dapat membentuk cabang pada gugus hidroksi sekundernya. Adanya cabang pada

polimer akan mempengaruhi stabilitas termal (Kim et al., 2001 dan Umare et al.,

2007). Gliserol merupakan zat pengikat silang pembentuk polimer jenis elastomer

yang dapat kembali ke bentuk semula. Kemungkinan susunan poliester yang terjadi

setelah ditambah gliserol adalah sebagai berikut:

AI BDO AI Gli AI

(36)

commit to user

21

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dari penelitian

ini dapat disusun sebagai berikut:

1. Variasi waktu sintesis poli(butilen itakonat) melalui reaksi polikondensasi pada

suhu tinggi (175 ± 5 oC) berpengaruh pada nilai bilangan asam yang semakin

menurun, viskositas intrinsik semakin meningkat, dan kestabilan termal semakin

meningkat.

2. Penambahan gliserol mempengaruhi stabilitas termal poli(butilen itakonat) yang

terbentuk. Semakin banyak gliserol yang ditambahkan maka stabilitas panas dari

(37)

commit to user

22

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

dalam laboratorium. Tahap pertama adalah sintesis poli(butilen itakonat) dengan

distilasi asam itakonat dan 1,4-butandiol dalam beberapa variasi waktu. Tahap

kedua adalah penentuan pengaruh penambahan agen pengikat silang dengan

penambahkan gliserol dalam sintesis poli(butilen itakonat) dengan variasi mol

1,4-butandiol dibanding gliserol. Selanjutnya dilakukan pengujian poli(butilen

itakonat) antara lain uji bilangan asam, viskositas intrinsik, karakterisasi dengan

FT-IR dan TG-DTA.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pusat Sub Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta

pada bulan Juni-November 2012.

C. Alat dan Bahan 1. Alat a. Peralatan gelas Pyrex

b. Satu set alat distilasi

c. Neraca analitik Sartorius

d. Viskometer Ostwald

e. Peralatan titrasi

f. Water bath

g. Stopwatch

h. Seperangkat alat FT-IR Shimadzu FTIR-8201 PC

(38)

commit to user 2. Bahan

a. Asam itakonat (E. Merck)

b. 1,4-butandiol

c. Gliserol

d. Katalis Ti (IV) butoksida

e. p-Metoksifenol

f. Etanol p.a

g. Toluen

h. KOH

i. Asam Oksalat

j. Indikator PP (fenolftalein) 1%

(E. Merck)

Pembuatan poli(butilen itakonat) secara umum dilakukan dengan

mengikuti metode Kim et al. (2001) dengan mengganti beberapa komponen dan

kondisi.

Dimasukkan 13,01 g asam itakonat, 9 g 1,4-butandiol sesuai dengan

prosedur Chajecka (2011) yang menggunakan perbandingan 1:1. Kemudian

ditambah 0,22 g p-metoksifenol sebagai inhibitor, dan 0,24 mL katalis titanium

(IV) butoksida dalam 2 mL toluen kedalam labu leher tiga yang dilengkapi

dengan termometer 300 oC, gas N2, dan magnetic stirrer. Penambahan katalis sesuai dengan prosedur Tsai et al. (2008) yang menggunakan katalis sebanyak 0,1

% mol dari asam dikarboksilat. Campuran didistilasi pada suhu 175 ± 5 oC (Mohammadnia et al., 2012) selama 1 jam sehingga terbentuk polimer, kemudian

produk didiamkan pada suhu kamar sampai 24 jam. Pembuatan poli(butilen

itakonat) juga dilakukan pada variasi waktu yaitu 1,5 jam; 2 jam; 2,5 jam; dan 3

jam (Kim et al., 2001). Polimer yang dihasilkan kemudian dilakukan pengujian

(39)

commit to user

Pembuatan poli(butilen itakonat) terikat silang gliserol secara umum

dilakukan seperti Prosedur Penelitian poin 1 dengan penambahan gliserol seperti

yang dilakukan Yang et al., 2011 dan disesuaikan dengan variasi penambahan

poli(butilen itakonat) terikat silang gliserol juga dilakukan pada variasi diol :

gliserol yaitu 80% : 20%, 70% : 30%, 60% : 40%, dan 50% : 50%. Polimer yang

dihasilkan kemudian dilakukan karakterisasi FT-IR, dan TG/DTA.

3. Penentuan bilangan asam

Penentuan bilangan asam ditentukan dengan langkah-langkah mengikuti

metode ASTM D 1639 dan mengganti pelarut dari prosedur Marengo et al. (2004)

yaitu n-butanol/toluen menjadi etanol/toluen dengan perbandingan yang sama.

a. Standarisasi Larutan KOH 0,1 N dengan Larutan Asam Oksalat (H2C2O4)

Standarisasi KOH 0,1 N dilakukan dengan cara memasukkan 5 mL asam

oksalat 0,1 N kedalam erlenmeyer dan ditambahkan 2-3 tetes indikator PP 1%,

kemudian dititrasi dengan KOH 0,1 N yang akan distandarisasi. Dicatat

volume KOH yang dibutuhkan setelah terjadi perubahan warna larutan dari

bening menjadi merah muda. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali kemudian

dihitung nilai normalitas KOH yang sesungguhnya dengan rumus :

(N.V)oks = (N.V)KOH

Keterangan :

Noks = Normalitas asam oksalat yang digunakan untuk titrasi (N)

Voks = Volume asam oksalat yang digunakan untuk titrasi (mL)

NKOH = Normalitas KOH sebenarnya (N)

(40)

commit to user

volume KOH yang dibutuhkan setelah terjadi perubahan warna larutan dari

bening menjadi merah muda. Titrasi dilakukan sebanyak 5 kali sesuai

pengenceran 25 ml diatas, kemudian dihitung nilai bilangan asamnya dengan

rumus :

Keterangan :

AV = Acid value (bilangan asam) (mg KOH/g sampel)

V = Volume KOH yang digunakan (mL)

N = Normalitas KOH yang digunakan (N)

W = Berat sampel yang digunakan (g)

4. Penentuan viskositas intrinsik

Penentuan viskositas intrinsik dilakukan dengan mengikuti prosedur

Hidayanto et al. (2010) menggunakan viskometer Ostwald. Untuk preparasi

sampelnya menggunakan prosedur yang dilakukan Umare et al. (2007).

Sebanyak 0,4 g sampel poliester dilarutkan dan diencerkan dengan pelarut

kloroform menggunakan labu ukur 10 mL dan dihasilkan larutan dengan

konsentrasi 0,04 g/mL atau 4 g/dL. Selanjutnya dibuat larutan konsentrasi 2; 1;

0,5; dan 0,25 g/dL dari larutan induk 4 g/dL dengan menggunakan rumus

pengenceran M1xV1=M2xV2. Pelarut kloroform dan sampel dengan

masing-masing konsentrasi larutan tersebut dimasukkan 2 ml larutan ke dalam viskometer

ostwald dan diukur waktu alir larutan dari batas atas sampai batas bawah pada

suhu 30 oC. Kemudian dihitung nilai viskositas intrinsik sampel pada pelarut kloroform dengan persamaan :

(41)

commit to user = [η]i + k’[η]i

2

C

Keterangan :

η = Viskositas polimer terlarut (Nsm-2)

ηo = Viskositas pelarut murni (Nsm-2)

Sampel yang telah dilarutkan pada kloroform kemudian dicampur dengan

KBr, dibentuk pelet, ditempatkan pada wadah sampel kemudian dianalisis dengan

Fourier Transform Infra Red (FTIR). Pembacaan dilakukan dari 4000 – 400 cm-1

dengan resolusi setiap 2 cm-1.

6. Karakterisasi TG-DTA

Sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam pan aluminum kemudian

dianalisis dengan Thermogravimetric-Differential Thermal Analyzer (TG-DTA).

Kondisi alat yang digunakan yaitu atmosfer N2, heating rate 10 °C/menit, gas

flow 50 mL/menit, dan pembacaan dilakukan dari 30-600 oC.

E.Teknik Pengumpulan Data

Poliester yang dihasilkan mendapatkan beberapa data dari pengujian, diantaranya:

1. Gugus-gugus fungsi pada asam itakonat, 1,4-butandiol, gliserol, poli(butilen

itakonat dengan variasi waktu, dan poli(butilen itakonat) terikat silang gliserol

diketahui dengan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). Data yang

diperoleh dari karakterisasi FTIR adalah spektrum serapan FTIR.

2. Sifat termal dari asam itakonat, 1,4-butandiol, gliserol, poli(butilen itakonat

(42)

commit to user

dengan TG-DTA. Data yang diperoleh dari karakterisasi TG-DTA adalah

termogram. Dari termogram, dihitung kecepatan penurunan berat per

temperatur. Kecepatan minimun pertama digunakan sebagai titik kestabilan

termal pada poliester yang terbentuk.

3. Viskositas intrinsik dari sampel poli(butilen itakonat) dengan variasi waktu

diketahui dengan viskometer Ostwald. Data yang diperoleh dari pengujian

dengan viskometer Ostwald adalah viskositas pelarut kloroform dan sampel

poli(butilen itakonat). Melalui perhitungan diperoleh viskositas relatif (ηr) dan

viskositas spesifik (ηsp). Kemudian dibuat grafik ηsp/C vs C untuk memperoleh

viskositas intrinsik ([η]i). Viskositas Intrinsik diperoleh dari nilai intercept. 4. Bilangan asam dari sampel poli(butilen itakonat) dengan variasi waktu

diketahui dengan metode titrasi. Data yang diperoleh dari titrasi sampel

poli(butilen itakonat) adalah bilangan asam.

F. Teknik Analisa Data

Spektra FTIR menunjukkan gugus fungsi asam itakonat, 1,4-butandiol,

dan gliserol, serta menunjukkan gugus fungsi pada poli(butilen itakonat) dan

poli(butilen itakonat) terikat silang gliserol yang terbentuk. Hilangnya

gugus-gugus seperti hidroksil (OH) pada 1,4 butandiol menunjukkan ikatan kimia yang

baru pada poliester. Terbentuknya ester pada poliester akan menggeser bilangan

gelombang karbonil asam ke bilangan gelombang yang lebih besar.

Untuk mengetahui hubungan data yang diperoleh dengan hipotesis, dapat

dilakukan dengan metode trendline.

Hipotesis 1 = Variasi waktu sintesis poli(butilen itakonat) melalui reaksi

polikondensasi pada suhu tinggi (175 ± 5 oC) berpengaruh pada nilai bilangan asam yang semakin menurun, viskositas intrinsik

(43)

commit to user

(mg KOH/g sampel) Intrinsik (dL/g)

t1 X1 Y1 Z1

t2 X2 Y2 Z2

... ... ... ...

tn Xn Yn Zn

Pengaruh waktu sintesis terhadap karakteristik viskositas intrinsik, bilangan asam,

dan kestabilan termal dapat diketahui dari nilai slope. Apabila hubungan waktu

sintesis dengan bilangan asam memiliki slope menurun, hubungan waktu sintesis

dengan viskositas intrinsik memiliki slope meningkat, dan hubungan waktu

sintesis dengan T dekomposisi meningkat, maka dikatakan data yang dihasilkan

sesuai dengan hipotesis 1.

Hipotesis 2 = Penambahan gliserol mempengaruhi stabilitas termal poli(butilen

itakonat) yang terbentuk. Semakin banyak gliserol yang

ditambahkan maka stabilitas panas dari poli(butilen itakonat)

semakin tinggi.

Penambahan Gliserol (%) T dekomposisi (oC)

X1 Y1

X2 Y2

... ...

Xn Yn

Pengaruh penambahan gliserol terhadap karakteristik kestabilan termal dapat

diketahui dari nilai slope. Apabila hubungan penambahan gliserol dengan T

dekomposisi meningkat, maka dikatakan data yang dihasilkan sesuai dengan

(44)

commit to user 29 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Karakterisasi Asam Itakonat

Asam itakonat yang digunakan dalam penelitian ini memiliki titik leleh

sebesar 170 oC. Secara fisik asam itakonat ini berupa serbuk berwarna putih yang

disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12. Asam Itakonat

Untuk mengetahui serapan karakteristik dari asam itakonat yang digunakan, maka

dilakukan analisa menggunakan spektroskopi FTIR. Spektra FTIR asam itakonat

disajikan pada Gambar 13.

Dari Gambar 13 menunjukkan bahwa asam itakonat yang digunakan memiliki

gugus karakteristik yang terdapat pada bilangan gelombang 3070 cm-1 yaitu vibrasi

uluran –OH. Serapan pada 1215 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi uluran C-O.

Sedangkan serapan pada 1436 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi tekukan C-O (in

plane). Serapan pada 1703 cm-1 menunjukkan vibrasi uluran C=O. Serapan-serapan tersebut mengarahkan pada gugus –COOH dari asam itakonat. Serapan karakteristik

asam itakonat lainnya terdapat pada bilangan gelombang 1627 cm-1 yang

menunjukkan adanya gugus C=C. Gugus –COOH dan C=C yang terdeteksi pada

FTIR menunjukkan bahwa asam itakonat yang digunakan dapat melakukan dua

(45)

commit to user

gugus C=C. Oleh karena itu, diperlukan penambahan senyawa lain untuk

mempertahankan salah satu gugus reaktif tersebut yaitu gugus C=C. Gugus –COOH

pada asam itakonat digunakan untuk bereaksi dengan gugus hidroksi.

Gambar 13. Spektra FTIR Asam Itakonat

Untuk mengetahui stabilitas termal dari asam itakonat yang digunakan, maka

dilakukan analisa menggunakan TG-DTA (Thermogravimetric-Differential Thermal

Analysis). Termogram menunjukan perubahan massa asam itakonat karena pemanasan. Termogram TG-DTA asam itakonat disajikan pada Gambar 14. Dari

Gambar 14 menunjukkan bahwa asam itakonat mengalami penurunan berat yang

cukup besar pada suhu 129 °C sampai 218 °C dengan penurunan berat sebesar 68 %

(46)

commit to user

31

Gambar 14. Kurva TG-DTA Asam Itakonat

B.Karakterisasi 1,4-Butandiol

1,4-Butandiol yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tampilan fisik

berbentuk gel berwarna bening yang disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15. 1,4-Butandiol

Untuk mengetahui serapan karakteristik dari 1,4-butandiol yang digunakan, maka

(47)

commit to user

disajikan pada Gambar 16 yang digunakan untuk mengidentifikasi gugus-gugus

fungsionalnya.

Gambar 16. Spektra FTIR 1,4-Butandiol

Dari Gambar 16 menunjukkan bahwa 1,4-butandiol yang digunakan memiliki

gugus karakteristik yang terdapat pada bilangan gelombang 3344 dan 3331 cm-1 yaitu

vibrasi uluran –OH dari 1,4-butandiol. Serapan pada 2939 cm-1 menunjukkan adanya

vibrasi –CH. Serapan pada 1053 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi uluran C-O pada –

C-OH. Sedangkan serapan pada 1475-1344 cm-1 menunjukkan adanya C-H alifatik.

Stabilitas termal dari 1,4-butandiol yang digunakan, dapat diketahui dari

analisis TG-DTA. Termogram TG-DTA dari 1,4-butandiol disajikan pada Gambar

17. Gambar 17 menunjukkan bahwa 1,4-butandiol mulai mengalami penurunan berat

pada 29 oC sampai 95 oC dengan penurunan berat sebesar 3 % karena adanya proses

(48)

commit to user

33

penurunan berat sebesar 91 % karena adanya proses dekomposisi 1,4-butandiol secara

endotermis.

Gambar 17. Kurva TG-DTA 1,4 Butandiol

C.Sintesis Poli(butilen itakonat)

Poli(butilen itakonat) dibuat dari asam itakonat dan 1,4-butandiol dengan cara

polikondensasi dari kedua monomernya, yaitu dengan metode distilasi pada suhu 175

± 5 oC dengan produk samping air (H2O) dari reaksi tersebut. Suhu yang digunakan

untuk reaksi pembuatan poli(butilen itakonat) ini tergolong reaksi pada suhu tinggi,

yaitu berkisar 175 ± 5 oC karena menurut Chajecka (2011) reaksi dengan suhu tinggi

(150-220 oC) akan berjalan lebih cepat dan produknya memiliki berat molekul yang

tinggi dari pada menggunakan suhu rendah (120-140 oC). Pembuatan poli(butilen

itakonat) dilakukan dengan variasi waktu distilasi antara 1-3 jam yang bertujuan

untuk mengetahui proses yang terjadi selama reaksi polikondensasi tersebut.

Rangkaian distilasi pada pembuatan poli(butilen itakonat) terlihat pada Gambar 18.

Pada proses distilasi tersebut dilengkapi dengan gas inert nitrogen (N2) yang dapat

(49)

commit to user

akibat adanya oksigen yang dilepaskan selama proses reaksi berlangsung. Pada

pembuatan poli(butilen itakonat) ini diberi penambahan senyawa p-metoksifenol

yang bertujuan untuk mempertahan ikatan karbon rangkap dua pada asam itakonat,

sehingga tidak terjadi reaksi adisi (pemutusan ikatan rangkap dua) sekaligus dan

menghindari terbentuknya cabang pada poli(butilen itakonat) yang dihasilkan.

Gambar 18. Rangkaian Distilasi pada Pembuatan Poli(butilen itakonat)

Hasil pembuatan poli(butilen itakonat) dengan variasi waktu tersebut

ditampilkan pada Gambar 19. Hasil poli(butilen itakonat) tersebut mempunyai sifat

fisik berwarna oranye yang semakin tua dan berbentuk gel mengalir hingga kurang

mengalir seiring lamanya waktu sintesis. Warna oranye yang semakin tua pada

poli(butilen itakonat) menunjukkan bahwa poli(butilen itakonat) yang terbentuk

semakin panjang. Begitu pula bentuk gel yang semakin memadat dikarenakan

interaksi yang terjadi antara asam itakonat dan 1,4-butandiol membentuk poli(butilen

(50)

commit to user

35

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 19. Hasil Sintesis Poli(butilen itakonat) dengan Variasi Waktu Sintesis : (a). 1 jam, (b). 1,5 jam, (c). 2 jam, (d). 2,5 jam, dan (e). 3 jam

Poli(butilen itakonat) yang dihasilkan tersebut dapat larut dalam kloroform, dan

sedikit larut dalam etanol dan toluen, tetapi tidak larut dalam air, sedangkan asam

itakonat dan 1,4-butandiol yang dipakai dapat larut dalam air. Ketidaklarutan

Poli(butilen itakonat) dalam air tersebut menunjukkan bahwa proses polimerisasi

(esterifikasi) asam itakonat dan 1,4-butandiol dapat berlangsung pada kisaran suhu

dan waktu yang dilakukan. Secara teoritis, asam itakonat dan 1,4-butandiol dapat

larut dalam air karena adanya gugus karboksilat dan hidroksil yang polar.

Keberhasilan pembuatan poli(butilen itakonat) selain dari analisis visual, juga

ditunjukan dengan analisis dari bilangan asamnya. Bilangan asam merupakan faktor

penting untuk mengetahui proses polimerisasi yang terjadi. Hasil perhitungan

(51)

commit to user

Gambar 20. Grafik Hubungan Waktu Sintesis Poli(butilen itakonat) versus Bilangan Asam

Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram kalium hidroksida yang

diperlukan untuk menetralkan asam dalam satu gram sampel. Analisa bilangan asam

dilakukan untuk mengetahui sisa asam karboksilat yang terkandung setelah proses

reaksi terjadi. Senyawa selain asam karboksilat dalam hal ini tidak akan bereaksi

dengan kalium hidroksida. Bilangan asam dapat digunakan sebagai kontrol proses

sintesis sejauh mana reaksi berlangsung dilihat dari berkurangnya asam itakonat.

Pada Gambar 20 menunjukkan bahwa bilangan asam semakin menurun

dengan meningkatnya waktu pembuatan poli(butilen itakonat). Bilangan asam pada

pembuatan poli(butilen itakonat) setelah 2 jam mengalami penurunan yang sangat

tajam sampai waktu pembuatan selama 3 jam. Hal tersebut menunjukkan bahwa sisa

asam karboksilat dari asam itakonat selama proses pembuatan poli(butilen itakonat)

semakin lama semakin sedikit sehingga selama proses tersebut dapat dikatakan

(52)

commit to user

37

Selain analisis bilangan asam, analisis viskositas intrinsik juga dapat

digunakan sebagai kontrol suatu reaksi. Hasil pengukuran viskositas intrinsik

poli(butilen itakonat) ditunjukkan pada Gambar 21.

Gambar 21. Grafik Hubungan Waktu Sintesis Poli(butilen itakonat) versus Viskositas

Panjang rantai suatu polimer akan mementukan viskositas dari polimer tersebut,

dimana semakin panjang rantai molekul suatu polimer maka viskositasnya juga akan

semakin meningkat (Hasan, 2005). Dari Gambar 21, terlihat bahwa viskositas

poli(butilen itakonat) pada waktu sintesis 1 dan 1,5 jam meningkat, pada waktu

sintesis 2 dan 2,5 jam menurun, dan pada waktu sintesis 3 jam meningkat lagi secara

drastis. Hal ini dapat menunjukkan bahwa sintesis poli(butilen itakonat) dengan

waktu 3 jam telah dihasilkan panjang rantai suatu molekul polimer yang lebih

panjang. Sedangkan penurunan viskositas pada waktu sintesis 2 dan 2,5 jam dapat

disebabkan oleh distribusi berat molekul yang lebar dalam sampel yang digunakan.

Seperti yang dinyatakan oleh Stevens (2001) bahwa faktor-faktor yang dapat

mengacaukan viskositas adalah percabangan rantai, distribusi berat molekul yang

terlalu lebar dalam sampel yang digunakan, dan adanya rangkaian alternasi atau blok

(53)

commit to user

Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada gugus poli(butilen itakonat)

dengan variasi waktu pembuatan, maka dilakukan analisis menggunakan

spektroskopi FTIR. Spektra FTIR dari kelima hasil sintesis poli(butilen itakonat)

dengan lima variasi waktu sintesis ditunjukkan pada Gambar 22.

(54)

commit to user

39

Dari spektra Gambar 22 (a) dan (b) terlihat bahwa pita serapan gugus O-H pada

rentang 3500-3000 cm-1 tidak tajam, Gambar 22 (c) ke (d) terlihat bahwa gugus –OH

semakin tajam dan lebih tajam daripada gugus –OH pada Gambar 22 (a) dan (b),

sedangkan pada Gambar 22 (e) terlihat bahwa gugus –OH semakin hilang. Hasil

tersebut identik dengan data pada viskositas intrinsik, yang disebabkan karena

distribusi berat molekul tersebut yang lebar pada sampel yang digunakan. Menurut

Hasan (2005), setelah terbentuk kopolimer terjadi penurunan yang signifikan pada

daerah serapan gugus O-H. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada poli(butilen

itakonat) yang dibuat dengan waktu 3 jam telah terbentuk kopolimer. Terjadinya

pergeseran bilangan gelombang karbonil asam (C=O) pada 1703 cm-1 (Gambar 13)

menjadi 1728, 1730, dan 1732 cm-1 (Gambar 22a-e) yang merupakan serapan dari

gugus fungsi ester. Seperti yang dinyatakan oleh Silverstein et al. (2005) bahwa

terbentuknya ester akan menggeser bilangan gelombang karbonil asam ke bilangan

gelombang yang lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa telah terbentuk ikatan

secara poliesterifikasi antara asam itakonat dengan 1,4-butandiol. Pita serapan C=C

pada rentang 1637 dan 1639 cm-1 masih terlihat sampai poli(butilen itakonat) dengan

waktu sintesis 3 jam. Ini menunjukkan bahwa gugus C=C pada asam itakonat tidak

terlibat dalam reaksi karena berhasil dilindungi oleh senyawa p-metoksifenol pada

saat sintesis. Dari hasil pembahasan FTIR tersebut terlihat bahwa proses sintesis

dengan waktu sintesis 3 jam dapat terjadi dan semakin terbentuk poli(butilen

itakonat) yang semakin sempurna. Reaksi yang mungkin terjadi pada sintesis

poliester dari asam itakonat dan 1,4-butandiol ditunjukkan pada Gambar 23.

(55)

commit to user

* O

O O

O *

-H2O

Gambar 23. Reaksi yang Mungkin Terjadi pada Sintesis Poliester dari Asam Itakonat dan 1,4-Butandiol

Untuk mengetahui sifat termal dari poli(butilen itakonat) yang dihasilkan

dapat dilakukan analisis Termogravimetric Analysis (TGA). Termogram TGA dari

poli(butilen itakonat) dengan waktu sintesis 1, 2, dan 3 jam disajikan pada Gambar

24.

Gambar 24. Kurva TG-DTA dari Poli(butilen itakonat) 1 jam, 2 jam, dan 3 jam

Gambar 24 menunjukkan bahwa poli(butilen itakonat) dengan waktu sintesis

1 jam mengalami penurunan berat pada suhu 30 °C sampai 258 °C dengan penurunan

berat sebesar 7 % karena terjadi pelepasan H2O secara endotermis dan diikuti proses

pemutusan gugus ester secara eksotermis. kemudian terjadi penurunan berat sebesar

Gambar

Tabel 1. Sifat Fisik Asam Itakonat  .............................................................
Gambar 30. Kurva TG-DTA Poli(butilen itakonat)/Gliserol  ...................... 47
Gambar 1. Skema kopoliester alternasi, acak, blok, dan cangkok
Gambar 2. Reaksi Poliester Poliol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keterampilan proses terintegrasi adalah keterampilan yang dibutuhkan siswa secara aktif untuk membangun dan menemukan konsep melalui tahapan mengamati, merumuskan

Dari tabel 5 dan gambar 7 diatas , terlihat bahwa semakin kecil laju alir umpan ,maka kadar sulfur yang terambil pada batubara akan semakin besar hal ini

Diduga mikroba yang berasal dari selokan mampu meningkatkan daya hidrolisis sampah rumah tangga sehingga akan mempercepat tahap pertama proses pembentukan biogas

Hasil keseluruhan yang menunjukkan bahwa produksi biogas pada reaktor tanpa pengadukan lebih besar daripada reaktor dengan pengadukan tidak sesuai dengan teori yang

Penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Jagasatru Kota Cirebon bertujuan untuk memperoleh data tentang pengaruh kepemimpinan kharismatik kyai (H. Hasanain

Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya dengan mengelola aktivitas bisnisnya secara efektif, efisien, dan ekonomis.Perusahaan tidak

Penelitian ini berjudul “Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Siswa siswa Kelas VIII (Studi Deskriptif pada Siswa kelas VIII SMP Takhassus Plus Al-Mardliyah Kaliwungu Selatan