• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Ekonomi Pembangunan - Analisis Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi Kabupaten / Kota Pemekaran Di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Ekonomi Pembangunan - Analisis Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi Kabupaten / Kota Pemekaran Di Sumatera Utara"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Teori Ekonomi Pembangunan

Pembangunan ekonomi mencakup pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar menaikkan pendapatan perkapita pertahun bahkan indikator PNB (Produk Nasional Bersih). Sebagai indikator utama tidak selalu dapat menggambarkan suksesnya suatu pembangunan. Indikator-indikator yang lain seperti pendidikan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk miskin, juga menunjukkan keberhasilan pembangunan. Pengalaman pada tahun 1950-an dan tahun 1960-an telah membuktikan hal ini. Negara-negara di dunia ketiga telah mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi sesuai dengan target namun gagal dalam meningkatkan taraf hidup sebagian besar masyarakatnya. Masalah-masalah sosial seperti pengangguran, kesenjangan pendapatan dan sebagainya tidak mengalami perbaiki. Dan selama tahun 1970-an mulai muncul pandangan bahwa tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan bukan menciptakan tingkat pertumbuhan yang tinggi melainkan penghapusan dan pengurangan tingkat kemiskinan. Penanggulangan ketimpangan pendapatan, penyediaan lapangan kerja dalam konteks perekonomian yang terus berkembang.

(2)

sendiri dan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artinya, otonomi daerah memberikan pelimpahan wewenang baik dalam pengambilan kebijakan maupun keputusan pembiayaan kepada daerah dan berusaha melibatkan masyarakat dalam upaya pembangunan daerah sehingga kohesi sosial antara politik dan masyarakat semakin kuat. Berdasarkan alasan tersebut, beberapa daerah mulai tertarik untuk mengajukan pembentukan daerah otonom baru bagi wilayahnya. Besarnya keinginan daerah untuk membentuk daerah otonom baru pasca dibentuknya Undang-undang No.22/1999 disebabkan oleh keinginan daerah untuk ikut serta dalam memajukan dan mengembangkan potensi wilayahnya berdasarkan prakarsa dan aspirasi sendiri. Dalam Peraturan Pemerintah No.129/2000 tentang “Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah” disebutkan bahwa tujuan pemekaran daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui : (1) Peningkatan pelayanan kepada masyarakat, (2) Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, (3) Percepatan pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah, (4) Peningkatan keamanan dan ketertiban, serta (5) Peningkatan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah.

Widjoyokusumo (2011) mengatakan bahwa secara teoritis, awal dari semangat pemekaran ini adalah merupakan suatu upaya untuk mencapai pemerataan pembangunan dan kesejahteraan rakyat serta demi mempercepat perwujudan masyarakat Indonesia yang sejahtera.

Terdapat 2 (dua) alasan yang melatarbelakangi maraknya fenomena pemekaran wilayah di Indonesia diantaranya :

a. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

(3)

perencanaan pembangunan daerah baru yang lebih terbatas, maka pelayanan publik yang tersedia akan sesuai dengan kebutuhan lokal. Jarak dan rentang kendali yang lebih singkat dan pendek antara birokrasi dan masyarakat akan menciptakan interaksi yang lebih intensif bagi pemerintah maupun masyarakat sehingga kebutuhan akan pelayanan publik akan terpenuhi dengan baik.

20. Percepatan Pertumbuhan Ekonomi

Pemekaran daerah di asumsikan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah melalui pemanfaatan potensi lokal. Dengan dikembangkannya daerah baru, pemerintah setempat memiliki peluang untuk menggali berbagai potensi ekonomi daerah yang selama ini tidak tergali. Pemekaran daerah juga memungkinkan terciptanya usaha-usaha baru yang mampu menyerap tenaga kerja baik sektor formal maupun informal. Penciptaan usaha-usaha baru diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mendukung proses pemerataan dalam pembangunan.

Dalam hal ini, peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi hal yang paling penting disamping meningkatkan pembangunan maupun pemasukan daerah. Otonomi daerah diharapkan mampu mendekatkan fungsi pelayanan birokrasi pemerintahan terhadap rakyat melalui pelayanan publik yang baik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Swianiewicz Riani (2012) mengungkapkan bahwa pemerintahan kecil yang lebih homogen cenderung mudah untuk mengimplementasikan kebijakan yang sesuai dengan preferensi sebagian besar masyarakatnya.

(4)

Teori-teori pertumbuhan ekonomi melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi yaitu :

2.1.1. Teori Klasik

Adam Smith adalah ahli ekonomi klasik pertama, yang mengemukakan pentingnya kebijaksanaan lisezfaire atas sistem mekanisme untuk memaksimalkan tingkat perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas menciptakan efisiensi, membawa ekonomi kepada full employment, dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stationer (stationery state) yang terjadi apabila sumber daya alam telah seluruhnya dimanfaatkan, dan kalaupun ada pengangguran itu bersifat sementara.

2.1.2. Teori Schumpeter

Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship). Sebab, para pengusahalah yang mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasi penemuan-penemuan baru dalam dunia usaha merupakan langkah inovasi. Termasuk dalam langkah-langkah inovasi adalah penyusunan teknik dalam tahap produksi serta masalah organisasi manajemen, agar produk yang dihasilkan dapat diterima pasar.

2.2.Pengertian Perencanaan Pembangunan Ekonomi

(5)

keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.

Walaupun belum ada kesepakatan yang di antara pakar ekonom berkenaan dengan istilah perencanaan ekonomi, dapat diambil inti dari istilah perencanaan ekonomi mengandung arti pengendalian dan pengaturan suatu perekonomian untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu.

Adapun ciri dari suatu perencanaan pembangunan ekonomi yaitu :

1. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang mantap (steady social economic growth). Hal ini dicerminkan dalam usaha pertumbuhan ekonomi yang positif.

2. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan per kapita. 3. Usaha untuk mengadakan pertumbuhan struktur ekonomi.

4. Usaha perluasan kesempatan kerja.

5. Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai distributive justice.

6. Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.

Unsur-unsur pokok perencanaan pembangunan ekonomi : a. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan.

b. Perkiraan sumberdaya-sumberdaya bagi pembangunan khususnya sumber-sumber pembiayaan pembangunan.

c. Perencanaan pembangunan adalah program investasi yang dilakukan secara sektoral. Penyusunan program investasi secara sektoral ini dilakukan bersama-sama dengan pernyusunan rencana-rencana sasaran.

(6)

Secara umum fungsi perencanaan pembangunan ekonomi yaitu :

1. Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.

2. Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi, prospek-prospek perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang.

3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik.

4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya tujuan. 5. Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan

evaluasi (Arsyad, 2002).

Menurut Jhingan (1983) syarat-syarat keberhasilan suatu perencanaan memerlukan adanya hal-hal berikut ini :

1. Komisi Perencanaan

Pembentukan suatu komisi (badan atau lembaga) perencanaan yang harus diorganisir secara tepat yang dibagi dalam bagian-bagian dan subbagian yang dikoordinir oleh para pakar, seperti pakar ekonomi, statistic, teknik serta pakar lain yang berkenaan dengan masalah perekonomian.

2. Data Statistik

(7)

3. Tujuan

Suatu perencanaan dapat menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Berbagai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai tersebut hendaknya realistis dan disesuaikan dengan kondisi perekonomian negara yang bersangkutan.

4. Penetapan Sasaran dan Prioritas

Penetapan sasaran dan prioritas perencanaan secara makro dan sektoral. Sasaran secara makro dirumuskan secara tegas serta mencakup setiap aspek perekonomian dan dapat dikuantifikasikan. Untuk sasaran sektoral harus disesuaikan dengan sasaran makronya, sehingga ada keserasian dalam pencapaian tujuan.

5. Mobilisasi Sumberdaya

Dalam perencanaan ditetapkan adanya pembiayaan oleh pemerintah sebagai dasar mobilisasi sumberdaya yang tersedia. Sumber pembiayaan ini bisa berasal dari sumber luar negeri dan dalam negeri (domestik).

6. Keseimbangan dalam Perencanaan

Suatu perencanaan hendaknya mempu menjamin keseimbangan dalam perekonomian, untuk menghindarkan kelangkaan maupun surplus pada periode perencanaan.

7. Sistem Administrasi yang Efisien

Administrasi yang baik, efesien dan tidak ada unsure KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) adalah syarat mutlak keberhasilan suatu perencanaan.

8. Kebijakan Pembangunan yang Tepat

(8)

ilmiah; penelitian pasar; (b) penyediaan prasarana yang memadai (air, listrik, infrastruktur, dan telekomunikasi); (c) penyediaan fasilitas latihan khusus dan juga pendidikan umum yang memadai untuk menyediakan keterampilan yang diperlukan; (d) perbaikan landasan hukum bagi kegiatan perekonomian.

9. Administrasi yang Ekonomis

Setiap usaha harus dibuat berdampak ekonomis dalam administrasi, khususnya dalam pengembangan bagian-bagian departemen dan pemerintahan.

10.Dasar Pendidikan

Administrasi yang bersih dan efisien memerlukan dasar pendidikan yang kuat. Perencanaan yang berhasil harus memperhatikan standar moral dan etika masyarakat. 11.Teori Konsumsi

Menurut Galbraith (1962), satu syarat penting dalam perencanaan pembangunan modern adalah bahwa perencanaan tersebut harus dilandasi oleh teori konsumsi. Negara sedang berkembang tidak harus demokratis dan perhatian pertama harus diberikan kepada barang dan jasa yang berada dalam jangkauan pendapatan masyarakat tertentu.

12.Dukungan Masyarakat

(9)

2.3. Desentralisasi Dan Otonomi

Desentralisasi dari sudut asal usul kata berasal dari bahasa latin, yaitu “de” atau lepas dan ”centrum” atau pusat, jadi desentralisasi dapat berarti lepas dari pusat. Handoko (2003: 229) mengartikan desentralisasi adalah penyebaran atau pelimpahan secara meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan kepada tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah. Desentralisasi menurut Rondinelli (1981) merupakan: “the transfer or delegation of legal

and authority to plan, make decisions and manage public functions from the central

govermental its agencies to field organizations of those agencies, subordinate units of

government, semi autonomous public corparation, area wide or regional development

authorities, functional authorities, autonomous local government, or non-governmental

organizations” (desentralisasi adalah pemindahan wewenang perencanaan, pembuatan

keputusan, dan administrasi dari pemerintah pusat kepada organisasi-organisasi lapangannya, unit-unit pemerintah daerah, organisasi-organisasi setengah swasta-otorita, pemerintah daearah dan non pemerintah daerah (Koirudin, 2005: 3). Sejalan dengan pengertian/defenisi desentralisasi di atas, dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(10)

adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara prinsipil terdapat dua hal yang tercantum dalam otonomi yaitu hak dan wewenang untuk mengelola daerah serta tanggung jawab untuk kegagalan dalam memanajemeni daerah. Sementara “daerah” dalam arti local stategovernment adalah pemerintah di daerah yang merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat. Sumodiningrat (1999: 255) mengemukakan bahwa hakikat otonomi adalah meletakkan landasan pembangunan yang tumbuh berkembang dari rakyat, diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh rakyat.

2.4.Kota Dan Daerah Belakangnya

Dalam ekonomi regional, secara implisit dibuat asumsi bahwa wilayah yang dianalisis adalah homogen. Hal itu karena sifat analisis adalah makro, sifat analisis suatu wilayah terdapat perbedaan yang menciptakan hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lainnya dalam wilayah tersebut. Perlu diingat bahwa sifat analisis ini disebut dengan analisis makro regional. Secara umum diketahui dalam suatu wilayah ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatan yang terkonsentrasi, dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau kegiatan yang kurang terkonsentrasi. Tempatn konsentrasi penduduk dan kegiatannya dinamakan dengan berbagai istilah, yaitu kota, pusat perdagangan, pusat industri, dan pusat pemukiman. Masing-masing istilah itu bersangkut paut dengan asosiasi pikiran kita tentang fungsi apa yang hendak ditonjolkan atas tempat-tempat konsentrasi tersebut. Daerah diluar pusat konsentrasi dinamakan dengan berbagai istilah seperti pedalaman, wilayah belakang (hinterland), dan daerah pertanian atau daerah pedesaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam mengatur kinerja pembangunan kota dan daerah.

(11)

pedesaan/pedalaman. Padahal dipedesaan pun terdapat lokasi pemukiman plus berbagai kegiatan nonpertanian seperti perdagangan, warung kopi, tukang pangkas, atau tukang jahit pakaian, walaupun dalam jumlah dan intensitas yang kecil dan biasanya hanya ditujukan untuk melayani kebutuhan masyarakat setempat. Karena fungsinya yang berbeda, maka kebijakan pembangunan pun bisa berbeda antara wilayah perkotaan dengan wilayah pedesaan. Di pedesaan umumnya yang menjadi kegiatan basis adalah sektor penghasil barang (pertanian, industri, dan pertambangan). Di perkotaan selain sektor penghasil barang maka sektor perdagangan dan jasa dapat menjadi basis asalkan kegiatan tersebut mendatangkan uang dari luar wilayah (pelanggannya datang dari luar wilayah). Karena kegiatan sektor penghasil barang, seringkali kegiatannya dibatasi di perkotaan maka kota umumnya mengandalkan kegiatan perdagangan dan jasa sebagai basis utama. Dengan demikian maka adalah wajar apabila program pemerintah pun seringkali dibedakan antara program perkotaan dan program untuk pedesaan. Namun, sektor perdagangan dan jasa di luar yang melayani pariwisata, bukanlah basis murni. Perkembangan perdagangan dan jasa di perkotaan tergantung pada perkembangan perekonomian wilayah belakangnya. Perkembangan perekonomian wilayah belakangnya tergantung pada sektor basis di wilayah belakang tersebut. Dengan demikian, perkembangan perekonomian secara keseluruhan tetap tergantung pada perkembangan sektor basis murni.

2.5.Indikator Kinerja Pembangunan Daerah

(12)

dua indikator yang terkait dalam kinerja pembanguan daerah yaitu indikator ekonomi dan indikator sosial. Salah satu indikator yang terkait dalam penulisan skripsi ini adalah Indikator Ekonomi. Dalam indikator ekonomi terdapat beberapa hal yang terkait dalam evaluasi kinerja pembangunan daerah antara lain :

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

2. PDRB Per Kapita

Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita (PDRB Per Kapita) bila dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di suatu wilayah (wilayah penghitungan PDRB), akan diperoleh angka PDRB per kapita. PDRB juga terbagi atas dua kategori yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan.

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan, daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Menurut Nurcholis (2007:182), pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah.

(13)

Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah daerah bersangkutan. (3) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. (4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan-pendapatan yang tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dinas-dinas.

4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Ketentuan mengenai penanaman modal diatur di dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2005 tentang Penanaman Modal. Kegiatan usaha-usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan batasan kepemilikan modal negeri atas bidang usaha perusahaan diatur didalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 tentang Perubahan daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal.

5. Penanaman Modal Asing (PMA)

(14)

Manajemen, membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini sangat penting bagi negara yang sedang berkembang mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah untuk penyediaan lapangan pekerjaan.

6. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai standar yang berlaku. Sudah cukup banyak ukuran dan standar yang dikeluarkan oleh para pakar dan lembaga mengenai batas garis kemiskinan. Djoyohadikusumo (1996:21) menggunakan standar kemiskinan berdasarkan pendapatan perkapita pertahun adalah US$50 untuk pedesaan dan US$75 untuk perkotaan. Bank Dunia (1990:36) untuk standar internasional memberikan batas garis kemiskinan yang lebih tinggi dari standar-standar lainnya yaitu dengan pendapatan perkapita sebesar US$275 pertahun.

Kemiskinan sering dianggap sebagai musuh utama pembangunan dan kemiskinan ini terjadi salah satunya disebabkan tingkat pengangguran terbuka yang tinggi di tengah masyarakat. Penanganan masalah ini diupayakan oleh pemerintah dengan menyalurkan berbagai bantuan dan subsidi serta membuka lapangan kerja dengan meningkatkan inisiatif dan kreatifitas masyarakat di samping memperluas kesempatan investasi langsung bagi semua pihak. Jumlah penduduk miskin yang meningkat disebabkan karena banyaknya tingkat pengangguran yang tinggi di tengah masyarakat. Diketahui secara umum, upaya untuk menurunkan angka kemiskinan disebabkan oleh dampak krisis ekonomi yang pada dasarnya telah menunjukkan hasil walaupun masih bersifat fluktuatif. Upaya menurunkan jumlah penduduk miskin secara berencana dilakukan baik melalui subsidi-subsidi di bidang sosial.

7. Pengangguran

(15)

tentang pengangguran tidak identik dengan tidak (mau) bekerja. Seseorang baru dikatakan menganggur bila dia ingin bekerja dan telah berusaha mencari kerja, namun tidak mendapatkannya. Orang yang mencari kerja masuk ke dalam kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk berusia 15-64 tahun dan sedang mencari kerja, sedangkan yang tidak mencari kerja, karena harus mengurus keluarga dan sekolah, tidak masuk angkatan kerja.

2.6.Penelitian Terdahulu

(16)
(17)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Isu yang Diangkat Variabel Penelitian Metode Hasil Penelitian

1. Bidang

Pelayanan Publik (Public Service) Bagi Masyarakat Di Sumatera Utara

Dampak pemekaran terhadap kehidupan ekonomi masyarakat di Sumatera Utara

otonom baru dapat dilihat dari PDRB, pertumbuhan ekonomi dan ketersediaan sarana dan prasarana yang meningkat dari sebelum dan setelah pemekaran 2. Fadilla, (2008) Analisis Ketimpangan

Pendapatan Antar data yang berbeda (tidak seragam) di masing-Utara relatif kecil atau lebih merata dengan angka Indeks Williamson.

3. Fahrul, (2011) Efektifitas Dan Relavansi Kinerja Pembangunan Kota Medan Terhadap Sumatera Utara

(18)

ekonomi dan internet dengan menganalisis efektivitas dan relavansi kinerja pembangunan ekonomi

4. Badan Perencanaan Pembangunan

(19)

Evaluasi Kinerja

Pembangunan Daerah

2.7. Kerangka Konseptual

Pada penulisan skripsi ini, penulis hanya menganalisa data yang diperoleh dari sumber Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, data yang didapat ada di dalam buku yang berjudul “Sumatera Utara Dalam Angka” mulai dari tahun 2007-2008 sampai dengan tahun 2012-2013, buku-buku, laporan ilmiah, jurnal dan internet. Yang terkait dalam indikator ekonomi adalah :

Tabel 2.2.

Indikator Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah

1. Pertumbuhan Ekonomi

2. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan, PDRB Per kapita

3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

4. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 5. Penanaman Modal Asing (PMA)

6. Kemiskinan 7. Pengangguran

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2.

Referensi

Dokumen terkait

Minuman fungsioal ekstrak kulit kayu manis dan kelopak rosella yang disukai adalah perlakuan ekstrak kulit kayu manis 50% dan kelopak rosella 50% dengan

Selain permasalahan yang di keluhkan oleh para petani, dari pihak konsumen sendiri mempunyai permasalahan yang cukup menyusahkan pada saat mereka kekurangan pasokan

Peneliti terlebih dahulu menghitung jumlah kodingan atau poin-poin kekerasan verbal yang terdapat dalam film Perjaka Terakhir dan untuk kehandalan, selanjutnya meminta orang

Berdasarkan analisis data, diperoleh bahwa kondisi siswa dalam bimbingan kelompok melalui teknik diskusi kelompok dalam setiap siklus mengalami peningkatan.Hal ini

Selain itu, grafik tekanan pada profil modifikasi 1 dan 3 terlihat (sedikit) lebih melebar dibandingkan profil normal dan modifikasi 2 yang relatif sama. Adanya pelebaran ini

Dibawah ini hasil rasio gross profit margin yang telah penulis olah dari data keuangan tiga perusahaan semen untuk tahun buku 2010-2012.. Tabel 4 : Rasio Gross Profit Margin

Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) Badan PPSDMP tahun 2019 menetapkan sasaran program yaitu : Meningkatnya penerapan pengelolaan pertanian terpadu dipedesaan,

Seberapa sering Bapak/Ibu merasakan pelaksanaan prosedur audit tertentu dalam batas anggaran waktu merupakan hal yang sangat. penting untuk dipatuhi