• Tidak ada hasil yang ditemukan

Joko Budi Poernomo, M.Pd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Joko Budi Poernomo, M.Pd"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMAHAMAN KONSEP PESERTA DIDIK TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS GRAFIK PADA MATERI POKOK GERAK LURUS KELAS X SMA N 13 SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Fisika

Oleh :

FITRI RIYANI

NIM : 073611022

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fitri Riyani

NIM : 073611022

Jurusan/Program Studi : Tadris Fisika/S1

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 29 November 2011 Saya yang menyatakan,

(3)

iii

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH

Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus 2 Ngaliyan Telp 7601295 Fax 7615387 Semarang 50185

PENGESAHAN

Naskah skripsi dengan:

Judul : Pengaruh Pemahaman Konsep Peserta Didik Terhadap

Kemampuan Menganalisis Grafik Pada Materi Pokok Gerak Lurus Kelas X SMA N 13 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.

Nama : Fitri Riyani

Nim : 073611022

Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Tadris Fisika

telah diujikan dalam sidang munaqasah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tadris Fisika.

Semarang, 20 Desember 2011

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

H. Mursid M.Ag Joko Budi Poernomo, M.Pd NIP: 196703005 200112 1 001 NIP: 19760214 200801 1 011

Penguji I, Penguji II,

Andi Fadllan, S.Si., M.Sc Wenty Dwi Yuniarti, S.Pd., M.Kom NIP: 19800915 200501 1 006 NIP: 19770622 200604 2 005

Pembimbing I, Pembimbing II,

(4)

iv

KEMENTRIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS TARBIYAH

Jl. Alamat : Jl. Prof. Dr. Hamka Telp/Fax (024) 7601295, 7615387

NOTA PEMBIMBING Semarang, 2 Desember 2011 Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamual’aikum Wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan :

Judul : Pengaruh Pemahaman Konsep Peserta Didik Terhadap Kemampuan Menganalisis Grafik Pada Materi Pokok Gerak Lurus Kelas X SMA N 13 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.

Nama : Fitri Riyani

NIM : 073611022

Jurusan : Tadris Fisika Program Studi : S1

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqosah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I

Joko Budi Poernomo, M.Pd

(5)

v

KEMENTRIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS TARBIYAH

Jl. Alamat : Jl. Prof. Dr. Hamka Telp/Fax (024) 7601295, 7615387

NOTA PEMBIMBING Semarang, 29 November 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamual’aikum Wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan :

Judul : Pengaruh Pemahaman Konsep Peserta Didik Terhadap Kemampuan Menganalisis Grafik Pada Materi Pokok Gerak Lurus Kelas X SMA N 13 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.

Nama : Fitri Riyani

NIM : 073611022

Jurusan : Tadris Fisika Program Studi : S1

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqosah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing II

Dra. Hj. Muntholi’ah, M.Pd

(6)

vi

ABSTRAK

Judul : Pengaruh Pemahaman Konsep Peserta Didik Terhadap Kemampuan Menganalisis Grafik Pada Materi Pokok Gerak Lurus Kelas X SMA N

13 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012 Penulis : Fitri Riyani

NIM : 073611022

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Bagaimanakah pemahaman konsep peserta didik pada materi pokok gerak lurus kelas X di SMA N 13 Semarang. 2) Bagaimanakah kemampuan menganalisis grafik pada materi pokok gerak lurus kelas X di SMA N 13 Semarang. 3) Apakah ada pengaruh pemahaman konsep terhadap kemampuan menganalisis grafik pada materi pokok gerak lurus kelas X di SMA N 13 Semarang.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X di SMA N 13 Semarang yang berjumlah 253 peserta didik yang terdiri dari 8 kelas. Pada pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling, diperoleh kelas X-2 sebagai kelas uji coba, dan kelas X-1 sebagai kelas penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dan metode tes. Pengumpulan data dengan metode tes menggunakan instrumen soal untuk menjaring data X dan Y. Instrumen soal sebelum digunakan untuk mendapat data yang objektif, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas, reliabitas, tingkat kesukaran, daya pembeda.

Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis regresi satu prediktor. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa (1) Pemahaman konsep peserta didik kelas X-1 di SMA N 13 Semarang pada materi pokok gerak lurus cukup tinggi dengan rata-rata 71,17 yang berada pada interval 60-80. (2) Kemampuan menganalisis grafik materi pokok gerak lurus pada peserta didik kelas X-1 di SMA N 13 Semarang cukup tinggi dengan rata-rata 71,93 yang berada pada interval 60-80. (3) Ada pengaruh positif antara pemahaman konsep peserta didik terhadap kemampuan menganalisis grafik pada materi pokok gerak lurus kelas X di SMA N 13 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan darihasil analisis regresi satu prediktor pada taraf signifikansi 5% diperoleh harga Freg =

239,542 > Ft = 2,41 dan pada taraf 1% diperoleh harga Freg = 239,542 > Ft = 1,85.

Sehingga dengan demikian Freg > Ft. Setelah diinterpretasikan antara Freg dan Ft pada

taraf signifikansi 5% dan 1% lebih besar daripada Ft hasilnya adalah signifikan.

Variasi skor hasil pemahaman konsep terhadap kemampuan menganalisis grafik peserta didik pada materi pokok gerak lurus melalui fungsi taksiran Y = 0,981 + 2,134 X.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا للها مسب

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Rabb al-Izzati, Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hamba-Nya.

Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, Nabi akhir zaman dan pembawa rahmat bagi makhluk seluruh alam.

Tidak ada kata yang pantas penulis ungkapkan kepada pihak-pihak yang membantu proses pembuatan skripsi ini, kecuali terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik. 2. Drs. Wahyudi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Tadris Fakultas Tarbiyah Institut

Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi.

3. Andi Fadllan, M.Sc., selaku Ketua Prodi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan selaku dosen wali, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi dan memotivasi serta memberikan arahan selama kuliah.

4. Joko Budi Poernomo, M.Pd., selaku Pembimbing I, yang telah memberikan waktu dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi ini.

5. Dra. Hj. Muntholi’ah, M.Pd., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan waktu dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi ini. 6. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah

Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

7. Drs. Wiharto., selaku Kepala SMA N 13 Semarang yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

(8)

viii

9. Teman-teman senasib dan seperjuanganku TF 2007 yang ikut memberikan motivasi selama menempuh studi, khususnya dalam proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan hasil yang telah didapat. Akhirnya, hanya kepada Allah penulis berdo’a, semoga bermanfa’at adanya dan mendapat ridho dari-Nya, Amin Yarabbal ‘aalamin.

Semarang, 20 Desember 2011 Penulis

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ... i

PERNYATAAN KEASLIAN... ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... ... iii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... ... iv

ABSTRAK... ... vi

KATA PENGANTAR... ... vii

DAFTAR ISI... ... ix

DAFTAR TABEL... ... xi

DAFTAR GAMBAR... ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... ... 1

B. Rumusan Masalah... ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... .... 4

BAB II : LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka... ... 6

B. Kajian Teoritik... ... 7

1. Tinjauan Tentang Belajar... .... 7

a. Pengertian Belajar... 7

b. Teori Belajar Fisika... 8

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar... 10

2. Pemahaman Konsep... ... 11

a. Pengertian Konsep... 11

b. Belajar Konsep... 13

c. Indiaktor Pemahaman Konsep... 15

3. Kemampuan Menganalisis... .... 16

a. Pengertian Menganalisis... 16

(10)

x

4. Grafik... ... 18

a. Pengertian Grafik... 18

b. Fungsi Grafik... 19

c. Jenis-Jenis Grafik... 21

d. Syarat-Syarat Grafik yang Baik... 21

e. Unsur-Unsur Grafik... 22

f. Langkah-Langkah Umum dalam Membuat Grafik... 23

5. Materi Gerak Lurus... ... 24

a. Gerak Lurus Beraturan (GLB)... 24

b. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)... 26

c. Gerak Vertikal Karena Pengaruh Grafitasi Bumi... 28

C. Rumusan Hipotesis... ... 29

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... ... 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian... .... 30

C. Populasi dan Sampel Penelitian... ... 30

D. Variabel dan Indikator Penelitian... ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data... ... 34

F. Teknik Analisis Data... ... 34

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Hipotesis... ... 41

B. Pembahasan Hasil penelitian... ... 51

C. Keterbatasan Penelitian... ... 54

BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... ... 55

B. Saran... ... 56 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Grafik hubungan antara kecepatan (v) terhadap waktu (t) ... 25

Gambar 2.2 Grafik hubungan antara jarak (x) terhadap waktu (t) ... 25

Gambar 2.3 Grafik GLBB ... 27

Gambar 2.4 Grafik GLBB dipercepat ... 27

Gambar 2.5 Grafik GLBB diperlambat ... 27

Gambar 2.6 Grafik GLBB dipercepat ... 27

Gambar 2.7 Grafik GLBB dipercepat ... 27

Gambar 2.8 Grafik GLBB diperlambat ... 27

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nama Kelas Uji Coba Lampiran 2 Daftar Nama Kelas Penelitian

Lampiran 3 Nilai Ulangan Mid Semester Gasal Kelas Uji Coba Lampiran 4 Nilai Ulangan Mid Semester Gasal Kelas Penelitian Lampiran 5 Silabus

Lampiran 6 Kisi-kisi Soal Uji Coba Pemahaman Konsep Lampiran 7 Soal Uji Coba Soal Pemahaman Konsep

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Pemahaman Konsep Lampiran 9 Kisi-kisi Soal Uji Coba Kemampuan Menganalisis Grafik Lampiran 10 Soal Uji Coba Kemampuan Menganalisis Grafik

Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Kemampuan Menganalisis Grafik Lampiran 12 Kisi-kisi Soal Tes Pemahaman Konsep

Lampiran 13 Soal Tes Pemahaman Konsep

Lampiran 14 Kunci Jawaban Soal Tes Pemahaman Konsep Lampiran 15 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Menganalisis Grafik Lampiran 16 Soal Tes Kemampuan Menganalisis Grafik

Lampiran 17 Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Menganalisis Grafik Lampiran 18 Data Awal Kelas Uji Coba

Lampiran 19 Uji Normalitas Kelas Uji Coba

Lampiran 20 Daftar Nilai Frekuensi Kelas Uji Coba Lampiran 21 Data Awal Kelas Penelitian

Lampiran 22 Uji Normalitas Kelas Penelitian

Lampiran 23 Daftar Nilai Frekuensi Kelas Penelitian Lampiran 24 Uji Homogenitas Kelas Uji Coba Lampiran 25 Uji Homogenitas Kelas Penelitian

Lampiran 26 Hasil Analisis Uji Coba Soal Pemahaman Konsep

(14)

xiv

Lampiran 28 Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Pemahaman Konsep Lampiran 29 Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba Pemahaman Konsep Lampiran 30 Hasil Analisi Uji Coba Soal Kemampuan Menganalisis Grafik Lampiran 31 Tabel Hasil Analisis Validitas Soal

Lampiran 32 Tabel Prosentase Tingkat Kesukaran Butir Soal Lampiran 33 Tabel Prosentase Daya Pembeda Soal

Lampiran 34 Tabel Persiapan Uji Regresi Linier Sederhana Lampiran 35 Mencari Persamaan Garis Regresi

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hampir semua kecakapan, pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan sikap manusia dibentuk, dimodifikasikan dan dikembangkan melalui belajar dan pembelajaran. Namun proses ini tidak selalu mulus dan berjalan lancar, dalam proses belajar baik formal maupun non formal, pasti ada kesulitan dan hambatan yang disebut masalah belajar. Masalah belajar merupakan problema yang menghambat atau mengganggu proses belajar atas pencapaian tujuan belajar.

Dalam proses belajar mengajar, banyak guru bahkan mungkin sebagian besar dari mereka belum efisien dalam menggunakan pendekatan untuk melakukan tugas diagnosis dan pemecahan masalah kesulitan belajar. Akibatnya banyak kesulitan belajar yang dihadapi para peserta didik itu tetap tidak terpecahkan. Atau paling untung, kesulitan-kesulitan itu dapat dipecahkan tetapi memakan waktu yang lama.

Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah, bagaimana bahan yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh peserta didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Sebab bagaimanapun juga keberhasilan pengajaran ditentukan sampai sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap bahan pengajaran yang disampaikan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan.1

1

(16)

2 Dalam mempelajari fisika tanpa memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori adalah tidak sesuai dengan proses belajar bermakna. Kesulitan peserta didik dalam memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori fisika apabila tidak segera diatasi akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan dalam proses belajar dan ketuntasan dalam belajar tidak dapat terwujud.

Dalam proses pembelajaran seharusnya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri peserta didik. Jika yang ditekankan pengembangan konsep tanpa memadukan dengan pengembangan sikap dan nilai, akibatnya intelektualisme yang kering tanpa humanisme. Guru bukan hanya tidak mampu menghasilkan ilmuwan, tetapi juga tidak mampu membekali lulusan dengan sikap-sikap yang manusiawi. Tujuan pendidikan adalah menghasilkan insan pemikir sekaligus insan yang manusiawi yang menyatu dalam satu pribadi yang selaras, serasi dan seimbang.

(17)

3 Objek penelitian ini adalah di SMA N 13 Semarang. SMA 13 semarang merupakan sekolah negeri dengan sarana dan prasarana yang memadai dan cukup mendapatkan kepercayaan masyarakat sekitarnya, karena itu sudah sepantasnya mendapatkan apa yang menjadi tujuan dari sekolah tersebut didirikan. Secara nyata peserta didik SMA N 13 Semarang terutama kelas X belum dapat menguasai konsep fisika khususnya pada materi pokok gerak lurus. Peserta didik juga masih sangat kesulitan dalam menganalisis grafik-grafik yang berhubungan dengan gerak lurus. Karena mereka kurang diajarkan tentang penguasaan konsep yang terkait dengan materi tersebut.

Materi gerak lurus merupakan salah satu materi dalam pelajaran fisika yang membutuhkan pemahaman konsep. Meskipun pada saat materi ini disampaikan sebagian besar peserta didik dapat menerima dengan baik, tetapi pada saat mereka dihadapkan untuk menyelesaikan soal-soal mengenai gerak lurus terutama soal-soal tentang analisis grafik, banyak terjadi kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan ini terjadi karena mereka kurang memahami konsepnya. Dengan demikian sangatlah logis bila konsep materi gerak lurus ini tidak dipahami maka peserta didik akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan persoalan mengenai gerak lurus khususnya dalam menganalisis grafik-grafiknya.

Bertolak dari masalah di atas maka peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh pemahaman konsep peserta didik dalam mempelajari materi gerak lurus. Mengingat konsep gerak sangat penting dalam ilmu fisika. Oleh karena itu peneliti merasa perlu mengadakan penelitian dengan judul

“Pengaruh Pemahaman Konsep Peserta Didik Terhadap Kemampuan

(18)

4

B. RumusanMasalah

Sesuai dengan latar belakang yang dijelaskan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pemahaman konsep peserta didik pada materi pokok gerak lurus kelas X di SMA N 13 Semarang?

2. Bagaimanakah kemampuan menganalisis grafik peserta didik pada materi pokok gerak lurus kelas X di SMA N 13 Semarang?

3. Apakah ada pengaruh pemahaman konsep peserta didik terhadap kemampuan menganalisis grafik materi pokok gerak lurus kelas X di SMA 13 Semarang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah pemahaman konsep peserta didik pada materi pokok gerak lurus kelas X di SMA N 13 Semarang.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah kemampuan menganalisis grafik peserta didik pada materi pokok gerak lurus kelas X di SMA N 13 Semarang. 3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pemahaman konsep peserta

didik terhadap kemampuan menganalisis grafik pada materi pokok gerak lurus kelas X di SMA N 13 Semarang.

Pada penelitian kali ini dapat memberikan manfaat yang berarti, antara lain:

1. Bagi Peserta Didik

a. Menumbuh kembangkan kompetensi peserta didik dalam mata pelajaran fisika, khususnya pada materi pokok gerak lurus.

b. Meningkatkan penguasaan konsep fisika khususnya dalam materi pokok gerak lurus.

(19)

5 2. Bagi Guru

a. Memberikan informasi bagi guru-guru fisika tentang kesulitan peserta didik dalam memahami fisika pada materi pokok gerak lurus.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru pada tahun berikutnya untuk mengadakan perbaikan strategi mengajar dan penekanan pada aspek kognitif tertentu yang dirasakan sulit oleh peserta didik.

3. Bagi Sekolah

a. Memberikan sumbangan berupa perbaikan sistem pembelajaran. b. Sebagai bahan acuan bagi sekolah yang dijadikan objek penelitian ini

dalam upaya peningkatan mutu dan kemampuan peserta didik dalam mata pelajaran fisika.

4. Bagi Peneliti

a. Mendapat pengalaman langsung melaksanakan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemahaman.

(20)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Buku karya S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Gagne mengatakan bahwa bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep.

2. Buku karya Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi, Jakarta: Asdi Mahasatya, 2006 yang menyatakan bahwa dengan menguasai konsep, maka seseorang dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu, misalnya menurut warna, bentuk, besar, jumlah, dan sebagainya. Ia dapat menggolongkan manusia menurut hubungan keluarga, seperti: bapak, ibu, paman, saudara, dan sebagainya.

3. Buku karya Dr. C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Brunner mengatakan bahwa suatu konsep memiliki 5 unsur, dan seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu.

4. Buku karya Agung Prihantoro, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,

Pengajaran dan Asesmen, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010 yang

menyatakan bahwa menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan stuktur keseluruhannya.

(21)

7 6. Buku karya Peter H. Selby, Using Graph And Tables, New York: John Wiley and Son Inc, 1979 yang menyatakan bahwa grafik adalah alat untuk menampilkan data berupa garis atau kurva yang menghubungkan satu variabel dengan variabel yang lain.

B. Kerangka Teoritik

1. Tinjauan Tentang Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Howard L. Kingsley yang dikutip Drs. Wasty Soemanto, M.Pd. dalam buku Psikologi Pendidikan dijelaskan

“Learning is the process by which behaviour (in the broader sense) is originated or changed through practice or training”.1 Yang menjelaskan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

Arno F Wittig, Ph.D. mengatakan “Learning can be defined as any relatifely permanent change in an organism’s behavioral

repertoire that occurs as a result of experience”.2 Yang menjelaskan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang terjadi secara relatif permanen di dalam tingkah laku yang tampak yang terjadi sebagai hasil pengalaman.

Sedangkan menurut Muhammad Muzamil Basyir dan Muhammad Malik Muhammad Said mendefinisikan belajar dengan:

Belajar adalah merubah dengan mengadakan beberapa pelatihan.

1 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 104

2

Arno F Wittig, Psychology of Learning, (Newyork: Mc. Grow Hill, 1981), hlm. 2

3

(22)

8 Sedangkan menurut Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Majid mendifinisikan belajar dengan:

Belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku pada hati (jiwa) si pelajar berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki menuju perubahan baru.

Berdasarkan pendapat dari para ahli tentang pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil praktek atau latihan. Peserta didik dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya, dimana perubahan ini bersifat permanen.

b. Teori Belajar Fisika

Pembelajaran secara umum dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah lebih baik, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas.

1) Teori Kognitif

Menurut teori kognitif belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.5 Ada beberapa pandangan terhadap teori kognitif, yaitu:

4

Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid, At-Tarbiyah wa Thuruqut Tadris, Juz I,

(Mesir: Darul Ma’arif, t.th.), hlm. 169

5

(23)

9 a) Teori Piaget dikembangkan berdasarkan observasi-observasi terhadap anak-anak. Perkembangan kognitif menurut pandangannya, lebih dari sekedar menambahkan fakta-fakta dan ide-ide baru ke simpanan informasi yang sudah ada.6 Menurut teori ini peserta didik harus membangun pengetahuannya sendiri melalui diskusi, observasi, eksperimen, dan lain-lain. Implikasi dari teori Piaget terhadap pembelajaran sains termasuk fisika adalah bahwa guru harus memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada peserta didik untuk berfikir dan menggunakan akalnya.

b) Dalam memandang proses belajar, teori Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Ia mengatakan bahwa perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif.7 Implikasinya terhadap pembelajaran fisika guru harus menerapkan konsep-konsep pembelajaran fisika terhadap seluruh kegiatan pembelajaran meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh (objek-objek atau peristiwa) ke dalam kelas pada materi yang sedang diajarkan. Jika Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa seseorang, maka Bruner menyatakan bahwa perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif.

2) Teori Konstruktivistik

Menurut teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa siswa akan dapat menginterprestasikan informasi ke dalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan

6

Daniel Muijs and Davids Reynolds, Effective Teaching (Teori dan Aplikasi), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 23

7

(24)

10 mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya.8 Mereka dapat melakukan hal ini dengan jalan terlibat secara langsung dalam berbagai kegiatan seperti diskusi kelas, pemecahan soal-soal maupun bereksperimen. Dengan kata lain, peserta didik tidak dijadikan sebagai obyek pasif dengan beban hafalan berbagai macam konsep dan rumus-rumus. Bahkan pendidikan sains termasuk fisika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam secara alamiah. Oleh karena itu guru perlu melaksanakan pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif. Peserta didik akan lebih mudah menerima pelajaran jika materi yang disampaikan bersifat nyata melalui pengalaman langsung karena materi akan mudah diingat.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Dalam belajar, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:9

1)Faktor-faktor stimuli belajar

Stimuli belajar disini adalah segala hal di luar individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup materiil, penegasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh peserta didik.

2)Faktor-faktor metode belajar

Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh peserta didik. Dengan kata lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar.

8

C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 61.

9

(25)

11 3)Faktor-faktor individual

Faktor-faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun faktor-faktor individual tersebut menyangkut hal-hal berikut10:

a) Kematangan b) Usia Kronologis c) Jenis kelamin d) Pengalaman e) Kapasitas mental

f) Kondisi kesehatan jasmani dan rohani g) Motivasi

2. PemahamanKonsep

a. Pengertian Konsep

Konsep adalah kategori-kategori yang mengelompokkan objek, kejadian, dan karakteristik berdasarkan properti umum (Zacks & Tversky, 2001). Konsep adalah elemen dari kognisi yang membantu menyederhanakan dan meringkas informasi (Hahn & Ramscar, 2001; Medin, 2000). 11

Sumadi Suryabrata mengatakan bahwa konsep adalah kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus.12 Sedangkan Carol (dalam Kardi, 1997:2) mendefinisikan konsep sebagai suatu abstraksi dan serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian.13

Suatu konsep disimpulkan dari berbagai situasi, peristiwa, dan ucapan. Konsep ini berkembang, sejalan dengan

10

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, hlm. 121.

11

John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), Cet. 3, hlm. 352.

12

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. 22, hlm. 4.

13

(26)

12 pengalaman selanjutnya dalam situasi, peristiwa, perlakuan ataupun kegiatan yang lain baik yang diperoleh dari bacaan ataupun pengalaman langsung.14 Tanpa adanya suatu konsep, belajar akan sangat terhambat. Karena hanya dengan bantuan konsep pembelajaran formal dapat dijalankan. Dengan beberapa contoh bila seorang anak dapat memahami suatu konsep, maka kemudian dapat digunakannya dalam situasi yang tak terbatas banyaknya dan dalam pengalamannya selama hidup.15

Konsep juga dapat membantu proses mengingat menjadi lebih efisien. Ketika anak mengelompokkan objek untuk membentuk sebuah konsep, mereka dapat mengingat konsep tersebut, kemudian menyimpan karakteristik-karakteristik konsep tersebut. Jadi ketika guru menugaskan pekerjaan rumah fisika, guru mungkin tidak harus melalui perincian mengenai apa itu fisika dan apa itu pekerjaan rumah. Peserta didik telah menanamkan dalam memori mereka sejumlah asosiasi yang sesuai. Dengan cara seperti ini, konsep tidak hanya membantu mengingat sesuatu, tetapi juga membuat komunikasi lebih efisien.16

Konsep dalam fisika adalah ide abstrak yang memungkinkan kita untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikasikan objek atau kejadian. Konsep sebagai gagasan yang bersifat abstrak, dipahami oleh peserta didik melalui beberapa pengalaman dan melalui definisi atau pengalaman langsung. Dengan demikian belajar yang efektif adalah melalui pengalaman dalam proses belajar seorang berinteraksi langsung dengan obyek belajar dengan menggunakan semua alat inderanya. Begitu juga konsep dapat dipelajari dengan cara melihat,

14

R Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), Cet. 3, hlm. 37.

15

S Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), hlm. 164.

16

(27)

13 mendengar, mendiskusikan dan memikirkan tentang bermacam-macam contoh.

Konsep perlu untuk memperoleh dan mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan menguasai konsep-konsep kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan baru tidak terbatas. Konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konsep mengenai gerak lurus yang kemudian digunakan sebagai dasar dalam kegiatan pembelajaran dan dasar dalam menganalisis grafik. Sehingga pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah salah satu kecakapan fisika dimana peserta didik mampu untuk menguasai konsep gerak lurus.

Brunner memandang bahwa suatu konsep memiliki 5 unsur, dan seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi17:

1)Nama

2)Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif 3)Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak

4)Rentangan karakteristik 5)Kaidah

b. Belajar Konsep

Belajar konsep (Concept Learning) adalah belajar pengertian. Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau konsep, kondisi utama yang diperlukan adalah menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya.18 Untuk mempelajari suatu konsep, peserta didik harus mengalami berbagai situasi tertentu yaitu dengan mengalaminya sendiri, sehingga peserta didik dapat menguasai konsep tersebut.

Menurut Gagne, sebagaimana dikutip oleh Nasution mengatakan bahwa bila seorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori,

17

C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 43.

18

(28)

14 maka ia telah belajar konsep. Dengan konsep dimaksud bila sesuatu kita ketahui mempunyai sifat yang terdapat dalam suatu kelas, kelompok, atau kategori yang dinyatakan dengan nama “warna”, “ukuran”, “binatang” dan sebagainya. Konsep konkrit yang serupa ini dapat ditunjukkan bendanya, jadi diperoleh melalui pengamatan. Pada taraf yang lebih tinggi diperoleh konsep yang abstrak, yaitu konsep menurut definisi, seperti konsep “berat jenis”, dalam fisika, “subyek”, “obyek” dalam bahasa, dan sebagainya.19

Belajar konsep pada manusia dibantu dan dipercepat dengan bantuan instruksi verbal, yaitu:20

1) Lebih dahulu diajarkan benda-benda yang mengandung konsep yang akan dipelajari.

2) Guru menanyakan konsep itu dalam situasi-situasi yang belum dihadapi peserta didik lalu ditanya. Bila respon salah kita dapat memperbaikinya.

3) Kemudian anak dihadapkan kepada berbagai situasi yang baru yang mengandung konsep itu yang menanyakan rangkaian verbal yang belum pernah dipelajarinya. Bila dalam situasi baru ini peserta didik dapat memberikan respon yang tepat, maka ini merupakan bukti bahwa ia telah memahami konsep tersebut. 4) Dalam proses belajar itu diperlukan reinforcement, yakni peserta

didik diberitahukan bila jawabannya benar.

Konsep konkrit diperoleh melalui observasi atau pengamatan. Misalnya konsep “lain daripada yang lain” dapat diperoleh dengan menyodorkan tiga benda, dua sama akan tetapi satu berlainan. Dengan menempatkan gula-gula di bawah benda yang berbeda, anak semula akan mencoba mencari gula-gula di bawah salah satu dari benda itu. Dengan trial-and-error ia akan akhirnya menemukan gula-gula itu. Bila pada percobaan pertama gula-gula ditempatkan di bawah balok yang berbeda, karena lebih besar daripada kedua balok-balok lainnya, maka pada percobaan kedua kita dapat menempatkan gula-gula itu di bawah balok-balok

19

S Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, hlm. 161.

20

(29)

15 yang kecil yang berbeda kedua balok lainnya yang sama. Maka akhirnya anak itu dapat memperoleh konsep “berbeda” atau “lain”. Setiap kali akan dilihatnya bahwa gula-gula itu berada di bawah benda yang berbeda, yang lain daripada benda yang laiinya.21

Banyak konsep yang dipelajari dengan definisinya, bukan sebagai konsep yang konkrit. Kadang-kadang konsep ini disebut konsep abstrak. Sebenarnya konsep berdasarkan definisi itu menyatakan hubungan atau pertalian.22 Misalnya bila kita katakan bahwa suatu benda melakukan gerak apabila benda tersebut kedudukannya (jaraknya) berubah setiap saat terhadap titik asalnya (titik acuan). Maka di sini dinyatakan hubungan antara dua konsep yakni “kedudukan” dan “titik asal”.

c. Indikator Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep pada peserta didik dapat dicapai dengan memperhatikan indikator-indikator sebagai berikut:

1) Peserta didik dapat menyatakan ulang sebuah konsep.

2) Peserta didik dapat mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat sesuai dengan konsepnya.

3) Peserta didik dapat memberikan contoh dan bukan contoh. 4) Peserta didik dapat menyajikan konsep dalam berbagai macam

bentuk representasi matematis.

5) Peserta didik dapat mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

6) Peserta didik dapat menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu.

7) Peserta didik dapat mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah.23

21

S Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, hlm. 162.

22

S Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, hlm. 165.

23 Rina Indrawati, “Pengaruh Penguasaan Kons

(30)

16

3. KemampuanMenganalisis

a. Pengertian Menganalisis

Menurut Prof. Drs. Anas Sudijono analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.24 Kemampuan ini merupakan kumpulan akumulasi atau kumpulan pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Karena aspek analisis setingkat lebih tinggi dari pada aspek aplikasi, sehingga kegiatan belajar yang dituntut pun lebih tinggi.25

Dr. Purwanto, M.pd mengatakan bahwa analisis adalah kemampuan memahami sesuatu dengan menguraikannya ke dalam unsur-unsur.26 Analisis sangat diperlukan bagi para sekolah menengah apalagi di Perguruan Tinggi. Bila kemampuan analisis telah dimiliki seseorang, maka seseorang akan dapat mengkreasi sesuatu yang baru. Kata-kata operasional yang lazim dipakai untuk analisis antara lain menguraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan, membuat garis besar, merinci, membedakan, menghubungkan, memilih alternatif dan lain-lain.27

Sedangkan Nana Sudjana mendefinisikan analisis sebagai usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara

24

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009),hlm. 51.

25

R Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, hlm. 73.

26

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010),Cet. 2, hlm. 51.

27

(31)

17 bekerjanya, untuk hal lain lagi memahami sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara efektif. 28

Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-proses membedakan, mengorganisasi dan mengatribusikan. Tujuan-tujuan pendidikan yang diklasifikasikan dalam menganalisis mencakup belajar untuk menentukan potongan-potongan informasi yang relevan atau penting (membedakan), menentukan cara-cara untuk menata potongan-potongan informasi tersebut (mengorganisasikan), dan menentukan tujuan di balik informasi itu (mengatribusikan).29

Dalam menganalisis sangat didasarkan pada tingkat penguasaan materi atau tingkat ketuntasan dalam belajar. Tujuan belajar antara lain untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Namun dalam penelitian ini hanya difokuskan pada aspek kognitif saja yang meliputi30:

1) Mengingat 2) Memahami 3) Mengaplikasikan 4) Menganalisis 5) Mengevaluasi 6) Membuat

28

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 13,hlm. 27.

29

Agung Prihantoro, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet. 1,hlm. 120.

30

Agung Prihantoro, Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen,

(32)

18 b. Jenis-Jenis Kemampuan Menganalisis

Kemampuan menganalisis merupakan salah satu kemampuan kognitif tingkat tinggi yang penting untuk dikuasai siswa dalam pembelajaran. Kecakapan yang termasuk dalam klasifikasi analisis adalah sebagai berikut:

1) Peserta didik dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pernyataan-pernyataan dengan menggunakan kriteria analitik tertentu.

2) Peserta didik dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas.

3) Peserta didik dapat meramalkan kualitas, asumsi atau kondisi yang implisit atau yang perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya.

4) Peserta didik dapat mengetengahkan pola atau tata susunan materi dengan menggunakan kriteria seperti relevansi, sebab-akibat, dan keruntutan atau sekuensi.

5) Peserta didik dapat mengenal organisasi prinsip-prinsip atau organisasi pola-pola dari materi yang dihadapinya.

6) Peserta didik dapat meramalkan dasar sudut pandangan, kerangka acuan, dan tujuan dari materi yang dihadapinya.31

4. Grafik

a. Pengertian Grafik

Grafik secara sederhana adalah gambar yang terdiri dari titik-titik dan garis yang menghubungkan titik-titik-titik-titik tersebut. Pengertian sederhana tentang grafik tersebut diungkapkan oleh Selby menyatakan:

“The graphs that we are about to discuss of point (nodes) and lines

31

(33)

19

(edges) which connect some of these points”.32 Grafik secara sederhana juga dinyatakan oleh Basyiruddin Usman dengan gambar yang disusun menurut prinsip matematika, dengan menggunakan data berupa angka-angka.33

Sedangakan menurut Ahmad Rohani grafik adalah bagan dalam bentuk garis atau suatu gambar sederhana dengan mengunakan garis dan bentuk.34 Pengertian-pengertian grafik tersebut dilengkapi oleh Nana Sudjana yang mendefinisikan grafik dengan penggambaran data berangka, bertitik, bergaris, bergambar yang memperlihatkan hubungan timbal balik informasi secara statistik.35

Grafik dapat menggambarkan hubungan dan perbandingan antara unit-unit data, kecenderungan pada data itu. Grafik juga merupakan keterpaduan yang lebih menarik dari sejumlah tabulasi data yang tersusun dengan baik. Suatu grafik menampilkan sajian visual angka-angka. Pada umumnya data pada tabel dapat dipindahkan ke dalam grafik. Selanjutnya, data yang disajikan dalam bentuk grafik dengan cepat dapat diinterpretasikan.36 Misalnya untuk laju pertumbuhan siswa setiap tahun di sekolah tertentu dapat dibuat suatu grafik yang menggambarkan jumlah siswa baru yang diterima di sekolah tersebut pada tiap tahun.

b. Fungsi Grafik

Fungsi grafik adalah untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangakan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan

32

Peter H. Selby, Using Graph and Tables, (New York: John Wiley and Son Inc,1979), hlm. 1.

33

M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 38.

34

Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), hlm. 60.

35

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, hlm. 101.

36

(34)

20 jelas.37 Grafik mempunyai fungsi yang begitu luas, pada berbagai cabang ilmu dengan berbagai tujuan. Hal tersebut diakui oleh beberapa ahli seperti yang dikemukakan berikut ini.

Sudarso mengungkapkan bahwa grafik sebagai salah satu alat visual untuk menampilkan data mempunyai fungsi untuk membantu mempermudah dan memperjelas ide pokok dari data yang disampaikan. Selain itu grafik dapat menyajikan data yang banyak dalam bentuk yang sederhana.

Sedangkan Selby menekankan fungsi grafik pada berbagai cabang ilmu, seperti yang dikatakannya “with the growing use of graphs and tables to summarize data from every branch of science,

industry, business, and government”.38 Dengan demikian pada dasarnya semua orang memerlukan dan menggunakan grafik untuk membantu mereka dalam menampilkan data.

Terdapat beberapa alasan digunakannya grafik pada berbagai cabang ilmu termasuk fisika, diantaranya sebagai berikut:

1) Grafik dapat bermanfaat untuk menggambarkan data kuantitatif dan hubungan-hubungannya.

2) Grafik dapat memungkinkan pembaca untuk memahami data yang disajikan dengan cepat dan menyeluruh, baik dalam bentuk ukuran jumlah pertumbuhan atau arah suatu kemajuan.

3) Grafik dapat membuat penyajian angka menjadi lebih cepat, jelas, menarik, ringkas, dan logis.39

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi grafik yang utama adalah untuk membantu memperjelas presentasi data pada berbagai cabang ilmu termasuk ilmu fisika.

37

M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, hlm. 38.

38

Peter H. Selby, Using Graph and Tables, hlm. 1.

39

(35)

21 c. Jenis-Jenis Grafik

Terdapat bermacam-macam jenis grafik dan berbagai cara mengklasifikasikannya. Namun demikian, disesuaikan dengan tujuan penelitian, maka yang dikemukakan disini adalah jenis-jenis grafik yang dinyatakan dari uraian Selby, yaitu:

1) Line graphs (grafik garis), yang terdiri dari: Straight line (garis lurus), curvilinear (kurva liniear), zigzag, dan step (tangga).

2) Surface graphs (grafik bidang), yang terdiri dari: Simple zigzag

(zigzag sederhana), simple step (tangga sederhana), dan subdivided zigzag (zigzag bertingkat atau berlapis).

3) Special graphs (grafik khusus), yang terdiri dari: Grafik kombinasi (grafik bidang dan tangga, grafik batang dan tangga) dan grafik lain (piktograf, histogram, grafik lingkaran).

4) Bar graphs (grafik batang), yang terdiri dari: Grafik batang vertikal dan grafik batang horizontal.40

Sedangkan Levens dan Cameron mengungkapkan jenis grafik yang sering digunakan dalam sains adalah grafik polar, grafik trilinear, bagan alir, grafik koordinat kartesius, dan homogram.

d. Syarat-Syarat Grafik yang Baik

Sebagaimana dikemukakan oleh Arief S. Sadiman (1986), suatu grafik dikatakan baik apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut41:

1) Grafik tersebut hanya menyajikan satu ide setiap satu grafik 2) Pada grafik ada jarak atau ruang kosong antara kolom bagiannya 3) Warna yang digunakan kontras dan harmonis

4) Berjudul dan ringkas 5) Sederhana (simplicity)

6) Mudah dibaca (Legibility)

7) Praktis dan mudah diatur (manageability)

40

Peter H. Selby, Using Graph and Tables, hlm.10.

41

(36)

22 8) Menggambarkan kenyataan (realisme)

9) Menarik dalam penyajiannya (attractiveness)

10)Jelas dan tidak memerlukan informasi dan keterangan tambahan

(appropiateness)

11)Teliti pada saat membuat (accurcy)

e. Unsur-Unsur Grafik

Sebuah grafik memiliki unsur-unsur. Unsur-unsur tersebut diantaranya adalah42:

1) Garis (line)

Garis adalah sekumpulan titik yang diretkan memanjang. Berdasarkan pengertian orientasi, garis dibagi menjadi tiga yaitu: garis lurus horisontal, garis lurus vertiakl, dan garis melengkung atau kurva. 2) Bentuk

Bentuk dihasilkan dari garis-garis yang disusun sedemikian rupa. Bentuk dibagi menjadi dua, yaitu: 2 dimensi dan 3 dimensi. 3) Gambar atau ilustrasi

Metode gambar dibeadkan menjadi dua, yaitu: manual (handmade) dan komputerisasi (computerized). Handmade dapat dilakukan dengan alat grafis seperti pensil, kuas, airbrush dan sebagainya. Sedangakan komputerisasi menggambar dengan berbantuan teknologi komputer.

4) Warna atau tekstur

Setiap warna mempunyai karakteristik tersendiri, dengan warna kita dapat membuat desain grafik dengan lebih kreatif.

5) Huruf atau teks

Merupakan memilih tipografi dan menata huruf untuk menciptakan kesan khusus.

42Saiful Karim, “Diagnosa Kesulitan Belajar Mahasiswa pada Mata K

(37)

23 6) Ruang kosong (space)

Dengan ruang kita dapat merasakan jauh-dekat, tinggi-rendah, panjar-pendek dan lain-lain.

f. Langkah-Langkah Umum dalam Membuat Grafik

Karena ada langkah-langkah yang sama dalam membuat semua macam grafik, maka perlu kiranya terlebih dahulu diketahui langkah-langkah yang umum itu:

1) Sumbu absis dan ordinat.

Untuk membuat grafik, kita selalu menggunakan sistem sumbu, yaitu absis dan ordinat. Sumbu absis yaitu sumbu yang mendatar disebut sumbu X biasanya disediakan untuk mencantumkan nilai, sedangkan sumbu ordinat sumbu yang menegak disebut Y untuk mencantumkan frekuensi.

2) Perbandingan antara X dan Y

Sudah menjadi kelaziman bahwa sumbu X dibuat lebih panjang dari sumbu Y. Kelaziman ini sampai sekarang masih dipertahankan, dengan maksud agar tidak memberikan gambaran yang keliru kepada pembacanya pada pembacaan yang sepintas lalu.

3) Pemberian nama pada sumbu

Untuk memudahkan pembacaan maka setiap sumbu diberi nama sesuai dengan maksudnya. Sumbu X diberi nama nilai di bawahnya tepat di tengah-tengahnya, sedang sumbu Y diberi nama frekuensi di sebelah kirinya tepat ditengah-tengahnya atau di atasnya. 4) Pemberian nama pada grafik

Grafik yang tidak ada namanya akan membingungkan pembacanya. Karena itu tiap-tiap grafik yang dimaksudkan untuk disajikan kepada pembaca harus diberi nama.43

43

(38)

24

5. Materi Gerak lurus

Fisika merupakan mata pelajaran yang contohnya dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam materi gerak lurus seperti gerak mobil di jalan dan lain sebagaimya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Yasin: 38 yang berbunyi :

Dan matahariberjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang maha perkasa lagi maha mengetahui.

Berdasarkan fakta ilmiah yang telah ditemukan oleh para ahli

astronomi, maka ayat ini ditafsirkan menjadi: matahari disamping melakukan

rotasi pada porosnya, maka ia pun berputar (berevolusi) pula dalam suatu

orbit tertentu pada gugusan galaksi Bima Sakti, bersama-sama dengan bumi,

bulan dan berbagai planet lain yang mengelilinginya.

Dalam fisika suatu benda dikatakan bergerak apabila berpindah kedudukan sehingga akan ada jarak antara kedudukan mula-mula dan kedudukan akhir.44 Sedangkan sebuah benda dikatakan bergerak lurus, jika lintasannya berbentuk garis lurus.45

Contoh: gerak jatuh bebas dan gerak mobil di jalan. Gerak lurus ada tiga macam yaitu:

a. Gerak lurus beraturan (GLB)

Gerak lurus beraturan ialah gerak suatu benda yang lintasannya berupa garis lurus dan memiliki kecepatan yang tetap. Kecepatan tetap artinya besar dan arah kecepatan tidak berubah.46

Jarak ialah panjang lintasan sesungguhnya yang ditempuh oleh suatu benda yang bergerak.

44

Purwoko dan Fendi, Fisika SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Yudhistira, 2007), hlm. 40.

45

Departemen Pendidikan Nasional, Fisika Untuk SMA dan MA Kelas X, (Jakarta: Pusat Perbukuan, 2009), hlm. 31.

46

(39)

25 Kecepatan (velocity) ialah besaran vektor yang besarnya sesuai dengan perubahan lintasan tiap satuan waktu.

Kelajuan (speed) ialah besaran skalar yang besarnya sesuai dengan perubahan lintasan tiap satuan waktu.

Percepatan ialah besaran vektor yang menunjukkan perubahan kecepatan dalam selang waktu tertentu.

Pada gerak lurus beraturan (GLB) berlaku rumus:

t v

x . ……….(1)

Dimana:

x = jarak yang ditempuh (meter)

v = kecepatan (meter/sekon)

t = waktu (sekon)

Grafik Gerak Lurus Beraturan (GLB) 1) Grafik v terhadap t

Gambar 2.1. Grafik hubungan kecepatan (v) terhadap waktu (t) 2) Grafik x terhadap t.

(40)

26 Kelajuan rata-rata dirumuskan:

t x

v ……….(2)

Pada gerak lurus beraturan kelajuan rata-rata selalu tetap dalam selang waktu sembarang.

b. Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) Hal-hal yang perlu dipahami dalam GLBB: 1) Perubahan kecepatannya selalu tetap.

2) Perubahan kecepatannya tiap satuan waktu disebut: percepatan (a) 3) Ada dua macam perubahan kecepatan:

a) Percepatan: positif bila a > 0 b) Percepatan: negatif bila a < 0

4) Percepatan maupun perlambatan selalu tetap.

t v a

 

 ………….…(3)

Bila kelajuan awal = vo dan kelajuan setelah selang waktu t = vt,

maka:

t v v

at  0 ……... (4)

atvtv0……….. (5)

vtv0at……….. (6)

(41)

27

Gambar 2.6. GLBB Dipercepat

(42)

28 c. Gerak Vertikal Karena Pengaruh Gravitasi Bumi.

1) Gerak jatuh bebas.

Gerak jatuh bebas (free fall) merupakan gerak lurus berubah beraturan, dimana percepatannya disebabkan oleh gaya tarik bumi dan disebut percepatan grafitasi bumi (acceleration due to gravity), yang besarnya dilambangkan dengan huruf (g).47 Misal: Suatu benda dijatuhkan dari ketinggian tertentu, maka:

2) Gerak benda dilempar ke bawah.

Merupakan GLBB dipercepat dengan kecepatan awal v0. Rumus GLBB:

3) Gerak benda dilempar ke atas.

Merupakan GLBB diperlambat dengan kecepatan awal v0. Rumus GLBB: Syarat-syarat gerak vertikal ke atas yaitu:

a) Benda mencapai ketinggian maksimum jika vt = 0 b) Benda sampai di tanah jika y = 0

47

(43)

29

C. Rumusan Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Pada arti katanya, hipotesis berasal dari dua penggalan kata “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”.48

Kegunaan hipotesis ialah memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang, hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian, hipotesis memberikan arah kepada penelitian, hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.49

Adapun rumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ha: Ada pengaruh pemahaman konsep peserta didik terhadap kemampuan

menganalisis grafik pada materi pokok gerak lurus kelas X SMA N 13 semarang tahun pelajaran 2011/2011.

Ho: Tidak ada pengaruh pemahaman konsep peserta didik terhadap kemampuan menganalisis grafik pada materi pokok gerak lurus kelas X SMA N 13 Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.

48

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, hlm. 71

49

(44)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dimana penelitian dilakukan di lapangan guna untuk mendapatkan data yang konkrit dari data lapangan penelitian sebagai bahan laporan. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berujud bilangan (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi), yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain.1 Dengan teknik analisis regresi yang bertujuan menguji bentuk hubungan yang fungsional variabel X sebagai prediktor terhadap variabel Y sebagai kriterium. Teknik analisis regresi yang digunakan yaitu analisis regresi satu prediktor.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X di SMA N 13 Semarang. 2. Waktu

Waktu penelitian selama 30 hari, akan dilakukan pada bulan September-Oktober pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

1

(45)

31 penelitiannya merupakan penelitian populasi.2 Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA N 13 Semarang tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 253 siswa yang terdiri dari 8 kelas.

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.3 Dalam penelitian ini populasi terdiri dari 8 kelas yang mana kelas-kelas yang ada di SMA N 13 Semarang adalah termasuk kelas homogen dengan alasan siswa mendapat materi berdasarkan kurikulum yang sama, siswa menjadi objek penelitian duduk di kelas yang sama dan pembagian kelas tidak ada kelas unggulan sehingga siswa memiliki kemampuan yang setara. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik ini tidak memilih individu-individu sebagai anggota unit sampel, tetapi memilih rumpun-rumpun populasi sebagai anggota unit populasi. 4 Dalam hal ini penulis memilih secara acak 2 kelas yaitu kelas X-2 sebagai kelas uji coba dan kelas X-1 sebagai kelas penelitian. Teknik pengambilan sampel yaitu:

a. Gunting kertas menjadi 4 bagian

b. Tulislah kertas-kertas tersebut yang berisi setiap kelas c. Gulunglah masing-masing kertas tersebut

d. Kocoklah kertas tersebut dan diambil secara acak 2 bagian

e. Kertas yang terambil adalah yang menjadi kelas uji coba dan kelas penelitian yaitu kelas X-2 dan kelas X-1.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI, hlm. 130

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI, hlm. 131

4

(46)

32 oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.5

Variabel penelitian ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat: 1. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau mempengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati.6 Variabel bebas disebut juga variabel stimulus, predictor, antecedent. 7

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini yaitu pemahaman konsep peserta didik pada materi pokok gerak lurus kelas X di SMA N 13 Semarang. Dengan indikator sebagai berikut:

1) Peseta didik dapat membedakan benda yang bergerak lurus beraturan (GLB), bergerak lurus berubah beraturan (GLBB), dan gerak vertikal karena pengaruh gravitasi bumi beserta grafik

2) Peserta didik dapat membedakan besaran-besaran fisika yang bekerja pada gerak lurus (jarak, perpindahan, kecepatan, dan kelajuan).

3) Peserta didik dapat menggunakan rumus-rumus gerak lurus untuk memecahkan sebuah permasalahan pada soal-soal gerak lurus.

4) Peserta didik dapat memberikan contoh dan bukan contoh benda-benda yang bergerak lurus.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan di ukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas.8 Variabel terikat disebut juga sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.9

5

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), Cet. 5, hlm. 38.

6

Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2010), hlm.110.

7

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, hlm.39.

8

(47)

33 Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kemampuan menganalisis grafik peserta didik pada materi pokok gerak lurus kelas X di SMA N 13 Semarang. Dengan indikator sebagai berikut:

a. Peserta didik dapat menganalisis besaran-besaran fisika pada gerak dengan kecepatan konstan dari suatu grafik.

b. Peserta didik dapat menganalisis besaran-besaran fisika pada gerak dengan percepatan konstan dari suatu grafik.

c. Peserta didik dapat menganalisis grafik gerak lurus dengan kecepatan konstan.

d. Peserta didik dapat menganalisis grafik gerak lurus dengan percepatan konstan.

Gambar 3.1 DiagramAlurPenelitian

9

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R&D, hlm.39.

IdentifikasiVariabeldanSampel Penelitian

PenyebaranSoal Uji Coba

PengolahanDataSoal Uji Coba

Penyebaran Soal yang Telah Disempurnakan

PengolahanData StudiPendahuluan

(48)

34

E. Teknik Pengumpulan Data

Yang dimaksud cara mengumpulkan data adalah proses diperolehnya data dari sumber data. Sumber data adalah subjek dari penelitian yang dimaksud untuk memperoleh data-data yang diinginkan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah:

1. Metode Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan , transkip, buku, surat kabar dan sebagainya.10 Metode ini dipergunakan untuk mendapat jumlah siswa yang menjadi anggota sampel dalam penelitian dan nilai rata-rata siswa untuk mengetahui homogenitas. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data berupa nama-nama peserta didik kelas X di SMA N 13 Semarang.

2. Metode Tes

Tes sebagai instrumen pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.11 Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mendapatkan data tentang pemahaman konsep dan kemampuan menganalisis grafik materi pokok gerak lurus pada peserta didik semester gasal kelas X di SMA N 13 Semarang. Jenis tes yang digunakan adalah tes objektif yang terdiri dari soal pemahaman konsep dan soal kemampuan menganalisis grafik pada materi pokok gerak lurus. Soal tes ini sebelumnya diuji terlebih dahulu untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang telah ada, diperlukan adanya analisis statistik dengan langkah sebagai berikut:

10

Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 231

11

(49)

35

1. Analisis Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah kelas yang diteliti berdistribusi normal atau tidak.

Rumus yang di gunakan adalah uji Chi-Kuadrat12:

Keterangan :

Harga Chi-Kuadrat

frekuensi hasil pengamatan frekuensi yang di harapkan banyaknya kelas interval

Kriteria kelas pengujian jika x2 hitung ≤ x2 tabel dengan derajat kebebasan dk = k-3 dan taraf signifikansi 5 % maka data berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui variansi dari sampel yang diteliti, apakah kedua kelompok mempunyai varian yang sama (homogen) atau tidak. Statistik yang digunakan untuk uji homogenitas sampel adalah dengan uji F, dengan rumus:13

F =

terkecil S

terbesar S

2 2

Kedua kelompok mempunyai varian yang sama apabila menggunakan

 = 5 % menghasilkan Fhitung Ftabel, ini berarti kedua kelompok

dikatakan homogen.

12

Sudjana, Metoda Statistika (Bandung: Tarsito, 2001), hlm. 236

13

(50)

36

2. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

a. Validitas

Untuk mengetahui validitas tes dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan rumus14:

rxy =

Jika r hitung > r tabel maka item tes yang diujikan valid. b. Reliabilitas

Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus K-R 20 yaitu sebagai berikut15:

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 72

15

(51)

37 Harga r11 yang diperoleh dikonsultasikan harga r dalam tabel product moment dengan taraf signifikan 5 %. Soal dikatakan reliabilitas jika harga r11 > rtabel

. c. Tingkat kesukaran soal

Soal yang baik adalah tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks kesukaran butir soal pilihan ganda adalah sebagai berikut16:

JS

B p

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar

JS = jumlah seluruh peserta didik yang ikut tes

Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Soal dengan P = 0,00 adalah soal terlalu sukar;

Soal dengan 0,00 < P ≤ 0,30 adalah soal sukar; Soal dengan 0,30 < P ≤ 0,70 adalah soal sedang; Soal dengan 0,70 < P ≤ 1,00 adalah soal mudah; dan Soal dengan P = 1,00 adalah soal terlalu mudah d. Daya Beda Soal

Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi untuk butir soal pilihan ganda adalah17:

B

B

A A

J B J B

D   = PAPB

Keterangan:

D = daya pembeda soal

JA = jumlah peserta didik kelompok atas

JB = jumlah peserta didik kelompok bawah

16

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, hlm. 210

17

(52)

38

BA = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar atau jumlah benar untuk kelompok atas.

BB = jumlah siswa kelompok bawah menjawab soal itu dengan benar

atau jumlah benar untuk kelompok bawah

PA = A A

J B

= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

(P = indeks kesukaran).

PB = B B

J B

= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(P = indeks kesukaran). Klasifikasi daya pembeda soal:

DP ≤ 0,00 = sangat jelek 0,00 < DP≤ 0,20 = jelek

0,20 < DP≤ 0,40 = cukup 0,40 < DP≤ 0,70 = baik

0,70 < DP≤ 1,00 = sangat baik

3. Analisis Uji Hipotesis

a. Mencari persamaan garis regresi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

bx a

Yˆ  

Dengan: Yˆ = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan.

a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan).

Gambar

Gambar 2.3. GLBB
Gambar 3.1  Diagram Alur Penelitian
TABEL 4.1 DISTRIBUSI HASIL BELAJAR
grafik dalam gerak lurus
+7

Referensi

Dokumen terkait