• Tidak ada hasil yang ditemukan

REALISASI DAN LANDASAN HUKUM PERALIHAN STATUS DARI PEMERINTAHAN DESA KE PEMERINTAHAN KELURAHAN Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "REALISASI DAN LANDASAN HUKUM PERALIHAN STATUS DARI PEMERINTAHAN DESA KE PEMERINTAHAN KELURAHAN Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

DARI i&MlllIJSilAUAl* DKjA Ki PiiMLRXM'AiiA^ KMiUhJUlAA

SKRIPSI

7S?. //

J/)d

1 m i m e ) ^

1 P S R P U S T A K A A D { " C t i l T E R S I T A S A I R L A E J O G A *

i S i i k a b a v a

OiihH

M H O SHI JJUiARSIH

FAKUJjIAS HUJLUM UliiVJdlSITAS AlRJLAttGUA

(2)

K JsA LISA SI JaAK

LAUDASAH

BUkUM J&KAiJHAB STATUS

UARI PJSMER1KTAHAN DiiSA Kii M i ii lM A H A N KLLUKAHAtl

SKH1PSX

JjlAJUKAf; W i m JUOblfGlLAPI TUGAS

VAX

WiiiMKKUHX SiAEAT-SyAHAT UXiTUK

KkNCAJPAI G i.U K SA hJA^A HUKUM

OUiH

ftb lliO S R I IttDARSIB

037305588

PEM i DAM jELNGUJI

TATIK S R I JM A IM 1A T I, S . H .

PEN GUJI PiJfGUJ I

SOBHlRftAN DJAMA1, S . H . EKANtiJbL S Q i^J ATM 0 X 0 , S * H .

JfAKULlL'Ab ttUKUM UNiVt^tiSlTAS AlivLANGGA

(3)

K A T A P J t f t i G A M A R

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Xang Ma- haesa yang telah melimpahkan bih, Tuntutan, £epadang dan ldndunganNya sehingga berhasil tersusun tulisan ini, sa­ ya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak ter- hing^a kepada i

- Ibu latik Sri Djatmiati, b.ii. yang dalam keada­ an demikian sibuk, masih bersedia menyisihkan waktunya untuk memberikan bimbingan di dalam penyusunan tulisan ini,

- Segenap Dosen dan Staf i'engajar Eakultas Hukum Universitas Airlangga yang telah banyak membe­ rikan bimbingan dan bantuan selama saya menun-

tut ilmu di Universitas Airlangga*

- Segenap Karyawan khususnya Karyawan -Perpustaka- an Universitas Airlangga yang telah membantu saya di dalam memperoleh bahan yang saya perlu- kan.

Kepada Ayah-J3unda, segenap ^akanda, Ayunda dan Adinda saya mengucapkan terima kasih yang sedalara-dalamnya atas reetu dan dorongan yang telah oaya terima untuk segera menydlesaikan studi saya.

SecaJ:a khusus kepada Suami dan Anakku yang mendampingiku dengan penuh kesabaran dan pengertian, naya ucapkan

(4)

rima kasih yang setulus-tulusnya.

Tanpa restu dan dorongan itu seniua sukar bagi saya untuk menyelesaikan studi ini* Alangkah beaa.hutang budi saya kepada yang saya sebutkan di atas. Xiranya tak ada imba- lan yang lebih sesuai 3elain Kakhmat dan iiarunia Tuhan Xang Kahaeaa.

Harapan saya semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Surabaya, Oktober 1987

(5)

Halaman KATA PbRGAH'JPAK ... ... ill

DAilAR 1S1 ... v

BAB I : PENDAHUjLUAK ... 1

1 * l>atar belakang masalah dan Rumusan ... 1

2. Penjelasan Judul ... 4

3. Alasan Pemilihan Judul ... 6

4* ‘lujuan Penulisan ... 7

5. Methodologi ... ... 8

a* Sumber d a t a ... 8

b. Pendekatan maoalah ... 8

c. Prosedur pengumpulan data ... 8

d. Analisa d a t a ... 9

6* Sistematika pertanggungjawabannya .... 9

BAB II ; TIKJAUAJSi UMUM ... 12

i ]., Pengertian Pemerintahan Desa dan Peme- ■ rintahan Kelurahan ... 1 2 2. Pelakeana Pemerintahan l»esa dan Peme­ rintahan Kelurahan ... 15

BAB III : RfcALISASl DAb LAliJJAfaAH HUkUH rhUYKLEKGGA- JiAAM miJdUKIAnAfc Di^SA DAh PiJlfcHliiTAHAN Ki-lOKAtiAN ... .. 21 1 . Praktek penyelenggaraan Pemerintahan

(6)

Halaman

Tahun 1979 .. 21

2. Praktek penyelenggaraan Pemerintahan Keltirahan berdasar Undang-undang ftomor 5 Tahun 1979 ... . 30

BAB IV HiQBIifcttATIX Dl DAI/AJM PLNERAPAix UADAJSG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1 9 7 9 ... 3 6 J« Hambatan di dalam Status Kepegawalan 36 2. Hpmbatan lain di dalam pelaksanaan Pe­ merintahan Kelurahan ... 43

BAB V : KESIMPUlAfc DAK SA^AN ... . * 47

1* Kesimpulan... 47

2. Sar a n ... 49

DAF'iAK BACAAN ... *... 51 LAMPIftAM

(7)

f i N D A i i l l L U A l i

1. -latar belakang masalah dan Rumuean

Dalam masa pembangunan disegala bidang yang di- lancarkan Pemerintah dewasa ini, Pemerintah berueaha un- tuk meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan agar dapat berhasil eemaksimal mungkin.

Sebagian besar penduduk Indonesia hidup di pede- saan, oleh karena itu sudah sewajarnya apabila Pemerin- tah sangat memperhatikan keadaan dari sebqgian besar penduduk Indonesia ini. Salah satu realisasi dari perha- tian ini adalah dikeluarkannya Undang-undang ftomor 5 Ta- hun 1979, tentang Pemerintahan Deoa, yang diharapkan da­ pat member! arah perkembangan dan kemajuan masyarakat yang berasaekan Ueraokrasi Pancasila dan Undang-undang i^aear 1945.

Seouai dengan silat ftegara Keoatuan Kepublik Indone­ sia maka kedudukan pemerintahan Desa sejauh mungkin diseragamkan dengan mempeihatikan keragaman keadaan Desa dan ketentuan adat istiadat yang masih berlaku untuk mernperkuat pemerintahan Deaa agar makin mampu menggerakkan masyarakat dalam pembangunan dan menye- longgarakan adrainistrasi iJeca yang makin meluas dan efpktif/

^Secretariat Negara , Undang-undanfl Momor 5 Tahun 1Q7Q tentang Pemerintahan Ucaa. -LJuK.l. Tahun1979 Mo-" mor 5 6.

(8)

Dalam salah satu pasal dari Undang-undang Nomor 5 ^ahun 1979 yaitu pasal 2 2 ayat 1 disebutkan perlu adanya peralihan bentuk Pemerintaban Desa dalam lbukota Negara, Ibukota I*ropinsi, lbukota Xabupaten, Kotamadya, Kota Ad- ministratif dan Kota^kota lain yang akan ditentukan lebil lanjut dengan Peraturan Menteri Dalam -Negeri, menjadi Re- luraban. ¥ang dimaknud Desa disini adalah terutama desa- desa yang telab roenunjukkan ciri-ciri kehidupan kota. iiila diperhatikan saat ini desa ada dua macam, yaitu : 1, Deaa yang ada di kota;

2. .Deaa yang ada di luar kota.

Deaa yang ada di dalam kota mempunyai ciri-ciri ; para warga dari Deaa terse but dalam hubunganti sosialnya kurang akrab, kehidupannya lebih diwarnai oleh eifat

in-i dividuplistia karena pengaruh nilai-nilai kehidupan

per-* kotaan, sehingga eifat tradisionaln^a sudah sangat ber- kurang.

lial ini nangat berbeda dengan xesa yang ada di luar kota, eiri paguyuban para warganya maaih tampak. iiubungan sosial para warganya ditaudai dengan keakraban

dan kebersamaan, Je’ada Vata tfemerintalian Desa yang ada di luar kota masih banyak ditemui ciri tradisional, baik me- ngenai tata cara pemiliban Kepala Desa maupun dalam ke- peraimpinan yang di^alankan; artinya dalam men^alankan

(9)

Pemerintahan Desa kekuasaan banyak berada di tangan Ke- pala Desa, bahkan Kepala Desa kadang-kadang juga raena- ngani masalah pribadi yang dialami para warganya.

Pola kepemimpinan yang demikian ini tidak sesuai untuk Desa-desa yang ada di kota. Desa-desa ini mempu-nyai ciri pateinbayan, para warganya terdiri dari

berba-i

gai lapiran masyarakat, sehingga Desa yang ada di Kota sebagai suatu organioasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dituntut untuk mengikuti irama kehidupan 3ekelilingnya.

Proses peralihan status dari Pemerintahan Desa ke Pemerintahan Kelurahan, merupakan pokok perraasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

Pokok permaaalahan yang akan dijawab :

1. Apa yang dimaksud Pemerintahan Desa dan apa pula Pe­ merintahan kelurahan;

2. Apa yang menjadi dasar hukum pelakoanaan peralihan

dari Pemerintahan Desa ke Pemerintahan Kelurahanj

3. ^iapa pt;laksana Pemerintahan Deaa dan pelaksana Peme­ rintahan Kelurahan;

4. Apa yang menjadi hambatan dalam status kepegavtaian; 5 . Apa pula yang menjadi haipbatan di dalam pelaksanaan

(10)

2. ffenjelasan Judul

Sebelum pembahasan lebih lanjut mengenai skripsi ini yang berjudul "it-bAi-lt'Abl DAI* Liii'tDASAN hUKUfo ±KKA1IH- AK S'XA'l“US DAK1 ZU&&HiVAttAh bhoA Kii PitJfiiiKifJi'AHAK KELU-

KAHAK", maka perlulah saya jelaslcan terlebih dahulu be- berapa ietilah sebagal berikut :

a. Realisasi.

Realisasi berasal dari bahasa asing (Inggris), ’reality' yang berarti : realitas, kenyataan. Kata bendanya 'realisation1 yang dalam bahasa

In-2 donesia diterjeraahkan menjadi realisasi. b. l*andassn.

Landasan berasal dari kata 'landas' yang berarti 3

daoar, rlqie, tuippttaft. c. Peralihan.

Peralihan berasal dari kata ’alih1, yang berarti 4

pindah, tukar, ganti, ubah.

Jadl kata peralihan disini diartikan: perufcahan, per- gantian, yaitu perubahan atau pergantian dari

Pemerin-4

P

*Jon M. Echols & Hasan Shadily, Kamus Inggrisiln- , P . ' I 1. Gramedia, Jakarta, h. 468. |

* 1

'fc.J.S. Poerwodarminto, Kamus Urnum Bahasa Indone­ sia* P.M. Balai Pustaka, Jakarta, 1976, h. 166.

(11)

taban Desa ke Pemerintahan Kelurahan. d. Status.

Status berarti: suasana, kedudukan. e. Desa.

Yang dimaksudkan ’desa' disini ialah desa yang menurut Undang-undang fcomor 5 Tahun 1 9 7 9 (pasal 1 hu- ruf a) adalah; Suatu wilayah yan^, ditempati oleh se-

jumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat terraasuk didalamnya kesatuan masyarakht hukum yang mempunyal

organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Ca- mat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sen- diri dalam ikatan Negara Kesatuan Kepublik Indonesia. Kelurahan.

Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat, yang tidak berhak menye- lenggarakan rumah tangganya sendiri*^

Dengan demikian Kelurahan:

-Merupa.kan bagian administrasi dari wilayah kecamatan jadi tidak berhak menyelenggarakaa uruean rumah tangga­ nya sendiri.

5Ibld.■ h. 964. i

(12)

-Ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organi- sasl pemerintahan terendah langsung dibawah Camat.

Jadi maksud judul skrip3i tersebut diatas adalah bagaimana kenyataannya peralihan dari PemerintahanHDesa ke Pemerintahan Kelurahan f dan apa yang menjadi dasar hu- kumnya*

3. Alfisan Pemllihan Judul

Sejak pemerintahan tiindia Belanda sampai Pemerin- tahan Jepang bahkan sampai dikeluarkannya Undang-undang fiomor 5 Tahun 1979 belum ada peraturan yang khuaus raenga-

tur tentang Pemerintahan Desa.

Sntu-satunya undang-undang yang mengatur tentang Desa ialah Undang-undang homor 19 Tahun 1965 tentang Desa Pra-

ja, tetapi Undang-undang ini belum eampai dilaksanakan sudah dicabut dengan dikeluarkannya Undang-undang Komor 6 Tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berta- ^ai Undang-undang dan Peraturan Pemerintah Pen^ganti Un­ dang-undang, sehingga boleh dikatakan sejak Pemerintahan Hindia Belanda sampai dikeluarkannya Undang-undang ^oraor

5 Tahun 1979 berjalan tanpa kepastian hukum*

Dengan dikeluarkannya Undang-undang ftomor 5 Tahun 1979 ini maka terdapat keseragaman 'desa* diseluruh Indonesia dan juga berubahnya Deea Otonomi yang berada diwilayah

(13)

Ibukota Negara, Ibukota Propinsi, Ibukota Kabupaten, Ko- tamadya, Kota Administratif dan Kota-kota lain yang di- tentukan oleh Menteri Dalam Negeri, menjadi Desa adminis- trasi atau disebut Kelurahan, yang dengan sendirinya ke- hilangan hak untuk mengatur uruoan rumah tangganya sendi- ri. Dengan adanya perubahan dari Desa Otonomi menjadi Desa Administratif sehingga membawa konsekuensi perubah­ an dalam susunan organisaei tata kerja desa. 1

j

Skripsi ini diberi judul seporti tersebut diatas karena ingin mengetahui secara realistis pelaksanaan proses peralihan status dari Desa Otonomi menjadi Kelu­ rahan, Oleh karena itu skripsi ini dititik beratkan pro­ ses peralihan dari Desa Otonomi menjadi Kelurahan dan apa yang menjadi landaaan dari proses peralihan tersebut.

4. Tuiuan Penulinan

'iujuan yang diharapkan dalam penulisan ini ialah akan diuraikan dan diungkapkan permasalahan-permasalah- an yang tirabul eehubungan dengan peralihan Desa menjadi Kelurahan, dan juga untuk mengetahui landasan hukum apa yang menjadi dasar dari peralihan status tadi.

(14)

bagi mereka yang menghadapi hal yang aama.

Selain dari pada itu, tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi salah satu sy&rat akademik dalam memenuhi tugas untuk menyelesaikan sfcudi di bi- dang hukum.

5. MetodolQHl a. Sumber data.

Data yang dipergunakan untuk menyusun skripei ini diperoleh dari daftar kepuatakaan dan dari hasil wawan- cara dengan inatanai yang ada hubungannya dengan skripsi ini*

b. Pendekatan masalah*

Didalam menyeleaaikan penuliean, oaya mencoba me- ngadakan pendekatan secara luridis Sosiologis, sebab da- lam pendekatan raasalah secara Xuridie Sosiologis dicoba untuk melihat kasus ataupun kejadian yang ada dalam ma- syarakat dengan menghubungkan hal itu dari aspek aturan hukumnya.

c. Proeedur pengumpulan data*

Untuk mendapatkan data dalam menyusun skripsi ini cara yang dipergunakan ialah:

1 * Studi kepuatakaan 2. Studi lapangan

(15)

ad. 1 . Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan dan mempe- lajari data yang bersumber pada buku-buku yang ada hubungannya dengan judul skripsi, selain ltu juga peraturan-peraturan, majalah dan koran. De­ ngan studi tersebut akan diperoleh gambaran yang dapat dijadikan pedoman dan pegangan dalam penyu- sunan skripsi ini.

ad. 2. Studi lapangan yaitu untuk memperoleh keterangan, data, dilakukan dengan penelitian.

Dalam rangka pengumpulan data melalui penelitian dilakukan dengan wawancara >aitu wawancara dengan pejabat atau petugas yang ada hubungannya dengan peraturan peralihan dari Desa menjadi Kelurahan, sehingga dapat mendekati perniaealahannya secara nyata.

d. Analisa data.

Setelah data yang diperiukan diperoleh, kemudian dianalioa yaitu dengan membandingkan antara teori-teori dan peraturan perundang-undangan dengan kenyataan yang ada.

6. Slatematika itertangEung.1awabannya

(16)

aebagai-manft diuraikan dibawah ini.

Uraian didalamnya dibagi menjadi beberap# bab dan masing- masing bab dibagi lagi menjadi beberapa sub bab terkecu- ali pada bab terakhir yang berupa kesimpulan dan aaran.

Sebagal awal pembahasan, dalam Bab I yang nierupa- kan bab pendahuluan dan yang merupakan pangkal tolak ba­ gi p^nyeleoaian penulisan skripsi ini akan dikemukakan permnsalahan perumuaan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, kemudian tentang penjelaaan judul, alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, nietodologi dan yang terakhir adalah sintematika pertanggungjawabannya.

Kemudian dilanjutkan pada Dab II, pada bab ini akan dibahaB mengenai pengertian Pemerintahan Desa dan Pemerintahan Kelurahan, siapa pula yang menjadi pelak- sana dari Pemerintahan Desa dan Pemerintahan Kelurahan. Selanjutnya pada Dab III akan dibahas bagaimana realisasi dan apa yang menjadi daaar pelaksnnaan pera­ lihan dari Pemerintahan Desa ke Pemerintahan Kelurahan. Dalam bab ini dibahas pula bagaimana praktek penyeleng- garaan Pemerintahan Desa berdaoar Undang-undang iiomor 5 Tahun 1979 dan bagaimana pula praktek penyeleng^araan Pemerintahan Kelurahan berdaaar Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979.

(17)

pene-rapan Undang-undang toomor 5 '^ahun 1979, khususnya ham- batnn dalam status kepegawaian dan mungkin ada hambatan lain yang akan timbul dalam pelaksanaan peralihan dari Pemerintahan Desa ke Pemerintahan Kelurahan akan dibahas dal^m Bab IV.

Sebagai akhir pembahasan, dalam Bab V yang meru- pakan bab penutup saya berusaha membuat ringkasan j s e c a r a

(18)

1 H J A U A fl U « U tt

1. Pengertian Pemerintahan Uesa dan Pemerintahan Kelurahan Pada tulisan ini akan diutarakan pengertian Perae- rintahan dan Pemerintah; diutarakan pula pengertian Desa. Terdapat perbedaan pengertian antara apa yang diaebut Pe­ merintahan dan Pemerintah. iiedua pengertian ini sering di- kaburkan. Pemerintah adalah perangkat (organ) negara yang melakaanakan pemerintahan, Sedangkan Pemerintahan adalah kegiatan yang dilakeanakan oleh perangkat negara atau pe­ merintah,

Mengenai pengertian Deca : Dalam bahasa sehari-ha- ri sering terdengar istilah desa, tetapi jarang yang mem- berikan pengertian tentang desa yang sesungguhnya, yaitu pengertian yang bersumber pada Undang-undang atau Pera­ turan Pemerintah. Secara umum Desa adalah suatu daerah hukum yang telah ada aejak beberapa keturunan dan mempu- nyai ikatan kekeluargaan atau ikatan sosial yang penduduk- nya hidup dan menetap pada suatu daerah tertentu dengan adat istiadat yang dijadikan landaaan hukum dan raempunyai seornng pemimpin formal yang diaebut Kepala Desa.

Untuk pertama kali Desa yang merupakan lembaga pemerin­ tahan terendah diainggung dalam Undang-undang yaitu dalam

12

(19)

Undang-undang Hindia Belanda yang terkenal dengan nama Keglement op hed beleid der i^egering van Nederlands In­ die disingkat Kegeringsreglement atau lebih disingkat lagi isi padal 71 H.k . adalah sebagai berikut:

Desa kecuall dengan persetujuan penguasa yang ditun- luk dengan peraturan umum, memiliki sendiri kepala oesa dan pemerintah desa. Gubernur Jendral menjaga hak tersebut terhadap aemua pelanggaran. Kepala desa (Jieerahkan pengaturan dan pen^urusan rumah tangga Sengan memperhatikan peraturan wilayah atau Pemerin- tah dari kesatuan manyarakat, yang ditunjuk dengan peraturan umum*

Pengertian tentang Desa antara lain juga terdapat di da­ lam Surat i^daran Menteri Dalam Kegeri tanggal 29 April 1969 Komor Deaa 5/1/295

"Desa dan daerah ynng setingkat ialah kesatuan masyara- kat hukum (rechtgemeenschapj, baik genealogis maupun te- ritorial yang cecara hierarkhis peraerintahannya berada

Q langsung di bawah Kecamatan".

Dalam Surat Keputusan Kenteri Dalam Negeri Komor 17 Ta- hun 1977 tentang Penetapnn Jumlnh Desa Di Seluruh Indo­ nesia dinyatakan bahwa;

’’Desa islah kesatuan organises! pemerintahan yang teren­ dah, mempunyai batas wilayah tertentu, langsung di bawah

'iJayu Surianingrat, Desa Dan Kelurahan Kenurut UndnnK-undann fromor 5 Tahun 1979. Cetakan 1, hetro I'os, Jnkarta, 1 9 8 0, h. 1 .

%aliziduhu Hdraha, Dlmensi Dlmensi Pemerintahan Desa. Cetakan I, P.T. Dina Aksara, Jakarta, 1981, h. 13,

(20)

g Kecamatan yang berhak menyelenggarakan ruraah tang^anya” Jadi desa merupakan kesatuan wilayah yang dihuni oleh

sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum dan berhak menye- lenggarakan ruroah tangganya.

Tahun 1979 Pemerintah mengeluarkan Undang-undang yang khusus raengatur tentang Desa.

i Pengertian tentang Desa tertuang dalam pasal 1 huruf a dan huruf b, Undang-undang homor 5 Tahun 1979 : '

Desa adalah euatu wilayah yang ditempati o3.eh sejum- nilah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya

sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Hepublik Indo­ nesia. Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati

sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat terma­ suk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mem- punyai organisasi pemerintahan terendah langsung di- bawah Camat yang t|gak berhak menyelenggarakan rumah tangganya Bendiri.

Jadi Desa yang dimaksud oleh Undang-undang flomor 5 Tahun 1979 ini adalah Desa dalam arti luas, yaitu Desa (dalam arti senipit^ dan Kelurahan. Kegiatan dalam rangka penye- lenggarann pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerin­

tah l)esa ini meliputi urusan-urusan pembangunan,

kema-14

9lbld.

(21)

syarakatan, pembinaan ketenteraman, ketertiban.

Selain Pemerintah Desa, yang berhak menyelengga- rakan pemerintahan terendah langsung di bawah Camat ada­

lah Pemerintah Kelurahan.

Kqnurut Undang-undang fiomor 5 ^ahun 1979, pasal 1 huruf b, yang dimaksud Kelurahan ialah wilayah Negara yang di- tempati sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pe- mepcintahan terendah langsung di bawah Camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya cendiri. Oleh karena itu Keluratian merupakan wilayah administratif, yaitu sebagai bagian dari administratif Kecamatah.

j

2. Pelakaana Pemerintahan Deaa dan Pemerintahan Kelurah- AE

(22)

diaebut sebagai Daerah Otonom. Otonomi Daerah merupakan otonomi pemberian Pemerintah Pusat. Adapun Otonomi Desa bukan merupakan pemberian dari Pemerintah Pusat, tetapi berasal dari adat kebiasaan Desa.^

Maksudnya adalah, bahwa otonomi tersebut berasal dari adat dan sudah ada atau melekat sejak terbentuknya desa tersebut dan semula meliputi urusan lahir dan batin pen­ duduk desa. Karena itu, meBkipun Desa memiliki otonomi tetapi bukan merupakan Daerah Otonom.

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa, yang terdiri dari Kepala Desa dan Lembaga Misyawarah Desa (pasal 3, ayat 1, Undang-undang JNomor 5 Tahun 1979)* Di dalam menyelenggarakan Pemerin­ tahan Desa, Pemerintah Desa dibantu oleh Perangkat Desa (pasal 3, ayat 2 , Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979)*

yahg terdiri atas Sekretariat Desa dan Kepala-kepala Du- sun (panal 3 ayat 3, Undang-undang Nornor 5, Tahun 1979). Sekretariat Desa terdiri atas Sekretariat Desa dan

Ke-1

pala-kepala Urusan. Sekretaris Desa adalah unsur Staf yang membantu lepala Desa dalam menjalankan hak, we- wenang dan kewajiban Pimpinan Pemerintahan Desa, Untuk meraperlancar jalannya Pemerintahan Desa, di dalam Desa

16

(23)

dibentuk Dusun yang dikepalai oleh Kepala Dusun. Sesuai dengan pedoraan yang ditetapkan oleh Menteri Dalam <Ne- geri (pasal 16 ayat 1 Undang-undang J^omor 5 lahun 1979). Kepala Duaun adalah unsur pelaksnna tugas Kepala Desa dengan wilayah tugas tertentu. Sedangkan yang dimaksud Dusun itu sendiri adalah bagian wilayah dalam Desa yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan Pemerintahan Desa (pasal 1 huruf c Undang-undang flomor 5 Vahun 1979).

Kepala Desa dipilih oecara langaung, umura, bebas dan rahasia oleh penduduk Desa, Warga Negara Indonesia yang telah berumur sekurang-kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau telah/pernah kawin (pasal 5 ayat 1

Undang-t

undang fiomor 5 lahun 1 9 7 9 Kepala Desa dengan masa ja- batan 8 (delapan) tahun dan dapat diangkat lagi untuk 1

(satu) kali maoa jabatan berikutnya (pasal 7 ayat 1 Un- dang-undang tiomor 5 2?ahun 1 9 7 9 Pengangkatan ini di­ lakukan oleh -Bupati/ftalikotamadya Kepala Daerah Tingkat 11 atau nama Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dari calon yang terpilih (pasal 6 Undang-undang Homor 5 I'ahun 1979).

(24)

dan memberhentikan Sekretaris Desa (pasal 15 ayat 2 Un­ dang-undang Nomor 5 Tahun 1979). Di dalam ayat 3 nya <31- atur, apabila Kepala Desa borhalangan maka Sekretaris Desa menjalankan tugas dan wewenang Kepala Desa sehari- hari. Selain dibantu Sekretaris Desa, Kepala Desa juga

dibantu oleh Kepala-kepala Urusan. Kepala-kepala Urusan ini diangkat dan diberhentikan oleh Camat atas riama Bu- PfVti/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II atas usul Kepala. Desa (pasal 15 ayat 4 Undang-undang Komor 5 Tahun 1 9 7 9). Mengenai pengangkatan Kepala Dusun diatur dalam

papal 16 ayat 3 Undang-undang fcomor 5 Tahun 1979.

Bentuk lain dari organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat adalah Pemerintah Kelurahan. Pe­ merintah Kelurahan ini berbeda dengan Pemerintah Desa, sebab Pemerintah Kelurahan tidak berhak menyelen£garakan urusan rumah tangganya sendiri. Pemerintah Kelurahan ini

i

terdapat di Ibukota Negara, Ibukota i^opinsi, Ibukota Xabupaten, Kota AdministratidT dan kota-kota lain yang akan ditentukan lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Adapun yang dimaksud kota-kota lai;i ini adalah Desa yang sudah menunjukkan ciri-ciri kehidupan kota.

Penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan dilaksana­ kan oleh Pemerintah Kelurahan. Pemerintah Kelurahan

(25)

terdiri dari Kepala Kelurahan dan Perangkat Kelurahan (pasal 23 ayat 1 Undang-undang ^omor 5 Tahun 1979). Se- dangkan Perangkat Kelurahan terdiri dari bekretariat Kelurahan dan Kepala-kepala Dingkungan.

Kepala Kelurahan adalah Pegawai Megeri yang di­ angkat oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat

i

II atas neraa Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 dengan mem- perhatikan syarat-cyarat dan ketentuan-ketentuan tentang se^uai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan syarat-nyarat yang dimaksud dalam pasal 4 kecuali huruf g Undang-undang Homor 5 Tahun 1979 Ipasal 24 Un-

dan^-undang Nomor 5 Tahun 1979).

(26)

sesuai dengan peraturan perundang-undantian yang ber-l^ku (pasal 30 ayat 2 Undang-urtdang floraor 5 Tahun 1979)* Demikian pula Kepala Lingkungan diangkat dan diberhenti-kan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala i>aerah Tingkat II, dengan syarat-eyarat dan ketentuan-ketentuan kepegawaian

i

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(27)

R K A JL IS A S l DAN D A N M ^ HUi.UK PLM B L E fiG O A R A A ii

PKK&R IK 1 AiiAl'i D i-SA DAK P iiM iih lM A iiA l'i K-kliUKAHAil

1. P r a k t e k n e n y e l e r i g g a r a a n P e m e r i n t a h a n P e n a b e r d a s a r

U n d ^n g - u n d a n g N o m o r 5 T a h u n 1 9 7 9 .

Sesuai dengan Ketetapan hPn Komor IVVhPR/1978 tentang UBHfl yang bertujuan tidak saja mengadakan tertib hukum dan menciptakan kepaatian hukum bagi jalonnya or- gauisaai pemerintahan di Indonesia, tetapi juga menauk- seskan pembangunan di aegala bidang diaeluruh Indonesia, untuk mencapai masyarakat yant, adil dan makmur baik ma- teriil maupun apirituil, raaka Pemerintah Desa seba^ai jenjang pemerintahan terendah yang berfungsi sebagai ba­ sis Pemerintahan Eaoional dan pembangunan nasional mem- punyai peranan yang sangat beaar sebagai tumpuan aegala urucan dari pemerintahan di atasnya.

Menurut pasal (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979, Pemerintahan Deaa terdiri dari Kepala Desa dan Derobaga I*usyawarah Desa. Jadi Kepala Desa adalah penye- len£gara Pemerintahan Desa beraama-oama lembaga ftusyawa- rah Desa. Meakipun Kepala Desa merupakan penyelenggara

terendah urusan pemerintahan, namun tidak mudah untuk memerinci tugaa Kepala Desa, sebab sangat beraneka ragrm- nya tugas tersebut.

(28)

Dimuka dalam BAB IX juga sudah disinggung menge­ nai tugas Kepala ^esa, yang menyebutkan Kepala Desa men- jalankan hak, wewenang dan kewajiban pimpinan Pemerin - tahan Desa, yaitu menyelenggarakan rumah tangganya een-diri, dan merupakan penyelenggara dan penanggung jawab

i

utasna dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyara- katan dalam rangka penyelenggaraan uruean pemerintahan Desfi, urusan pemerintahan umum, termasuk pembinaah ke- tenteraman dan ketertiban sesuai dengan peraturan perun­ dang-undangan yang berlaku dan menumbuhkan serta mengem- bangkan jiwa gotorig royong masyarakat sebagai sendi uta- ma pelaksanaan Pemerintahan Desa.

Disamping tugas seperti tersebut di atas, Kepala Desa kadang-kadang menangani maealah pribadi yang diala-

mi para warganya, juga. mendamaikan pereelisihan yang terjadi di Desa. Selain tugas-tugas tersebut Kepala Deaa berhak atou berkewapiban mewakili Desanya di dalam dan di luar Pengadilan. Di dalam menjalankan tugasnya ini Xepa- la Desa bertanggung jawab kepada pejabat yang berwenang mengangkat, melalui camat dan memberikan keterangan per- tanggungjawaban tersebut kepada Dembaga fjusyawarah Desa.

Disebutkan dalam paoal 7 Undang-undang iJomor 5 lahun 1979, bahwa masa jabatan Kepala Desa adalah 8 (de- lapan) tahun, terhitung sejak tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan

(29)

berikutnya. Oleh kareria, berat dan beraneka ragamnya tugas Kepala Desa maka diberi masa jabatan yang cukup, yaitu 8 (delapan) tahun denaan pertimbangan masa jabatan 8 (de­ lapan) tahun ini cukup untuk melaksanakan tugas-tugas

dan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya dan

juga cukup memberikan jaminan dari perombakan-perombakan kebijaksanaan akibat penggantian Kepala Desa. Mengenai

i

pembatasan dapat diangkatnya kembali Kepala Desa dalam 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya, ialah untuk men- cegah menurunnya kegairahan bekerja dalam menjalankan

tugas sebagai Kepala Deaa. j

Kepala Deoa dalam menjalankan hak dan kewajiban- nya didampingi ijembaga Muoyawarah Desa. Dembaga Musyawa- rah Desa ini merupakan lembaga permusyawaratan/permufa- katan Desa yang keanggotaannya terdiri dari Kepala-kepa­ la pusun, Pimpinan Lembaga-lembaga Kemasyarakatan dan Peimika-pemuka masyarakat Deoa yang bersang'.vutan (pasal 17 Ryat 2 dan 3 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979). Lero- bagp. ini merupakan penyalur pendapat masyarakat dalam rangka ikut mensukseskan pembangunan sehingga bentuk dan susunan Desa mempunyai corak Nasional yang menjarain De- mokrasi Pancasila.

(30)

Seorang pimpinan dalam raenjalankan tugasnya perlu dibantu, sebab tidak mungkin dapat menjalankan dari me- nyelesaikan tugasnya seorang diri, karena koterbataBan dalam hal waktu, pengetahuan dan ketrarnpilan. Demikian pula dalam Pemerintahan Desa. Kepala Desa dibantu Sekre- taris Desa yang merupakan pembantu pimpinan atau Staf. Apabila Kepala Desa berhalangan maka Sekretaris Desa lab yang menjalankan hak dan wewenang Kepala Deaa, oleh ka­ rena itu maka Sekretaris Deaa harus lebih banyak menge- taiiui uru3an-urusan Pemerintahan Deea dibanding dengan Perangkat Desa lainnya.

Disamping 6ekretaris Desa yang merupakan pembantu pitnpinan atau ataf, Kepala Desa ju^a memerlukan unsur pelaksana* Dalam Pemerintahan Desa unsur pelaksanaannya ialah Kepala-kepala Dusun, sebab Kepala-kepala Dusun ini yang selalu berhubungan langsung dan dekat dengan rakyat.

Di dalam Desa terdapat lebih dari satu dusun.

j

Dalam membentuk Dusun harus diperhatikan mengenai jumlah penduduk dan luas wilayah. Penduduknya hendaknya tidak terlalu banyak tetapi cukup dalam jangkauan pelayanan Kepala Dusun. Degitu pula mengenai luas wilayah, harus seimbang dengan daya kemampuan Kepala Dusun dalam melak- sanakan tugasnya sebagai unsur pelaksana Kepala Desa, aehlngga dengan demikian dapat ternelenggara Pecterin-

taban Desa secara eflsien, termasuk juga usaha pembangunan.

(31)

Desa mempunyai hak Otonomi yaitu hak untuk menga- tur dan mengurua rumah tangganya aendiri. ini tercantum dalam pasal 1 huruf a Undang-undang fcoraor 5* Tahun 1979, y^ng antara lain disebutkan bahwa Desa merupakan auatu wilayah yang ditempati sejumlah penduduk yang mempunyai

organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan mempunyai hak untuk menyelenggarakan urusan rumah tangganya eendiri. Hak untuk menyelenggarakan urusan ru­ mah tangganya aendiri ini di dalam Undang-undang l»oraor 5 Tahun 1979 dapat dilihat pada Bagian Kedelapan yang me- ng;?tur tentang burober.Pendapatan, Kekayaan dan Anggaran Ponerimaan dan i^engeluaran Keuangan Desa, khususnya pada pa^fil 21 ayat 1, Konsekwenai dari hak otonomi ini, Desa harua mempunyai penyelenggaraan Pemerintahan Deaa yaitu raeliputi penguruaan dan pengatuian rumah tangga i>eca. Untuk pembeayaan ini dengan eendirinya Deaa harus metnpu- nyai sumber pendapatan. Hal-hal yang membutuhkan pembia- yaan antara lain untuk pembuatan dan pemeliharaan jalan, jerobatan, bangunan Deaa dan gaji Pamong Deaa. Desa harus menoari dana aepenuhnya,

Pasal 21 ayat 1 Undang-undang flomor 5 Tahun 1979 memerinci sumber pendapatan Deaa tebagai berikut:

a. Pendapatan aali Deaa aendiri yang terdiri dari: - haail tanah-tanah Kas Desa;

(32)

- hasil dari gotong royong roasyarakat;

- Iain-lain hasil dari usaha Desa yang sah.

b. Pendapatan yang berasal dari pemberian Pemerintah dan Pemerintah Daerah:

- sumbangan dan bantuan Pemerintah; 1 - sumbangan dan bantuan Pemerintah Daerah;

I

- sebagian dari pajak dan retribusi daerah yang dibe- rikan kepada Deaa,

c, Dain-lain pendapatan yang sah.

Menurut pasal ini yang tertuang dalam penjelasan- nya, yang dimaksud dengan kekayaan Desa adalah segala kekayaan dan sumber penghasilan bagi Desa yang bersang- kutan, misalnya tanah kas Deaa, pemandian urnum, obyek re- kreasi dan lain sebagainya. £>edang yang dimaksud swadaya mafiyarakat adalah kemampuan dari ke3ompok masyar&kat de­ ngan kesadaran dan inisiatif sendiri mengadakan ikhtiar kearah pemenuhan kebutuhan jangka panjang maupun jangka pendek yang dibutuhkan dalam masyarakat tersebut, Sedang yang termasuk usaha-usaha lain yang sah di dalamnya da­ pat dimasukkan usaha-usaha Desa misalnya, pasar Desa, usaha pembakaran kapur, genteng dan batu bata, peternak- an dan perikanan. Pendapatan yang berbentuk uang yang diperoleh dari pungutan Desa yang telah ditetapkan oleh Kepala Desa setelah lebih dahulu dimusyawarahkan dengan

(33)

Dcmbaga Musyawarah Desa dan telah mendapatkan pengesah- an dari Bupati/*alikotamadya Kepala Daerah' Tingkat II dapat dimasukkan pendapatan lain-lain.

Sumbangan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah dicantumkan, supaya diraungkinkan Desa meneriraa sumbang- an-sumbangan tersebut dimasukkan dalam anggaran.

Dari retribusi Daerah atas obyek-obyek Pemerintah Daerah yang letakn.ya dalam Desa yang bersangkutan,

misal-i

nya pemandian uraum, obyek rekreaoi. Dalam praktek kadang- kadang terjadi pengambilalihan sumber pendapatan Desa oleh Daerab Tingkat II, misalnya dari paear, obyek pari- wiiiata. Tujuan dari pengambilalihan sumber pendapatan ini adalah untuk kepentingan peningkatan pendapatan Peme- rintah Daerah Tingkat II,

Dalam menetapkan Anggaran Penerimaan dan Pengelu- aran Keuangan Desa, setiap tahun ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dimusyawarahkan/dimulakatkan dengan lembaga ftusyawarah Desa tpaeal 21 ayat 2 Undang-undang 'Somor 5 lahun 1979).

Telah diuraikan dirauka bahwa tugas dari Kepala Desa adalah beraneka ragam. Sebanding dengan beratnya tu&as tersebut maka untuk para calon Kepala i>eea harus dipenuhi persyaratan tertentu. Di dalam pasal 4 Dndanfc- undang Nomor 5 Tahun 1979 dioebutkan persyaratan

(34)

dikan minimal berijazah Sekolah lanjutan -rertama atau yarig berpengetahuan/berpengalaman yang sederajat* Calon Kepala Desa dipilih secara langsung, umura, bebas dan ra- hagia oleh penduduk Desa yang sudan berumur sekurang-ku- rarignya 17 (tujuh belas) tahun, atau telah/pernah kawin

(pasal 5 ayat 1 Undang-undang Womor 5 Tahun 1979).

Kepala Desa diangkat/diberhentikan Dupati/Waliko- tamadya Kepala Daerah Tingkat II atas nama ^ubernur Ke­ pala Daerah Tingkat 1 dari calon yang terpilih (pasal 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979)* Sekretaris Desa di- angkat dan diberhentikan oleh Bupati Aalikotamadya Kepa­ la Daerah iin^kat II. setelah mendengar pertirabarigan Ca- mat atas usul Kepala Deea eesudah raendengar pertimbangan Dembaga ftusyawarab Desa. Sedang Kepala Urusan diangkat dan diberhentikan oleh Camat atas nama Bupati/ftalikota- madya Kepala Daerah Tingkat II atas usul Kepala Desa

(paBal 15 ayat 2 jo ayat 4 Undang-undang Koraor 5 Tahun 1979).

Pemegang jabatan Kepala Desa dan Perangkat -Lesa bukan Pegawai Negeri* Seandainya sebagian atau seluruh pemegan^ jabatan Pemerintah !>et;a adalah Pegawai -Negeri maka hal ini tidak dilaran&, baakan dalam reraturan Pe­ merintah tiomor 55 Tahun 1980 dalam pasal 8 dinyatakan:

a. i'egawai Kegeri yang dipilih/diangkat menjadi lepala

(35)

Desa dibebaskan untuk sementara waktu dari jabatan organiknya selama menjadi Kepala Desa atau Perangkat Desa tanpa kehilangan etatusnya sebagai Pegawai Nege-• ri*

b. Gaji dan penghasilan lainnya yang berhak diterima oleh Pegawai flegeri sebngaimana dimaksud dalam ayat 1 tetap dibayarkan oleh instansi induk,

c. Pegawai Negeri yang dipilih/diarigkat menjadi Kepala Desa atau Perangkat Desa dapat dinaikkan pangkatnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ber- laku.

d. Pegawai ftegeri yang dipilih atau diangkat menjadi Ke­ pala Desa atau Perangkat Desa berhak mondapatkan ke- naikan gaji berkala seauai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

i

e. Pegawai -Negeri yang telah selesai tugasnya sebagai Ke­ pala Desa atau Perangkat Desa dikembalikan ke

instan-12

si induknya.

29

(36)

2. Praktek penvelenggaraan Pemerintahan Kelurahan

ber-30

dasar Undanfc-undang flomor 5 Tahun 197Q

Maksud dikeluarkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 adalah untuk memperkuat Pemerintahan Desa agar se- makin mampu menggerakkan masyarakat dalam peran sertanya terhadap pembangunan dan menyelenggarakan administrasi

1

Desa yang makin luao dan efektif. Kecuali itu dengan ada-nya Undang-undang ftomor 5 Tahun 1979, maka akan terdapat

i keeeragaman bentuk dan susunan Pemerintahan Desa*

Salah satu bentuk Pemerintahan Desa yang dimaksud oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 ialah Pemerintah Kelurahan. Hal ini tercantum dalam pasal 1 huruf b yang member! rumusan sebagai berikut: "Kelurahan adalah cuatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk ya..g mem­ punyai organisasi pemerintahan terendah Ip.ngsung di ba­ wah Camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah

13 tangganya sendiri*'.

Kalau dilihat dari rumusan tersebut di atas maka untuk terbentuknya Kelurahan harus ada:

- wilayah; - penduduk;

^Sekretariat Negara, Undang-undang Nomor 5 Tahun 3Q79 tentanf Pemerintahan Deaa. pasal 1 huruf bf i .li.H .I. 'i’ahun 1 979flomor 56.

(37)

* pemerintah.

Wilayah Kelurahan merupakan bagian dari wilayah administratif Kecamatan. Kecamatan ini harus terletak di Ibukota fiegara, Ibukota -tropins!, ibukota Kabupaten, Ko- tamadya, Kota Administratif atau kota-kota lain yang di- tetapkan Menteri Dalam Negeri»

Mengenai penghidupan penduduknya berbeda dengan penduduk Desa karena sudah terpengaruh kehidupan Kota. JYloreka tidak lagi merupakan raasyarakat hukum, tetapi

terdiri dari berbagai kesatuan masyarakat dengan adat kebiasaan yang beraneka ragam. ^

j

Mengenai pemerintahannya, Pemerintahan Kelurahan dieelenggar&kan oleh Pemerintah Kelurahan yang terdiri dari Kepala Kelurahan dan Perangkat Kelurahan. Pemerin- tah Kelurahan bukan hasil pilihan penduduk, tetapi dl- angkat oleh Pemerintah dari i/egawai Kegeri yang sudah ada atau mengadakan pengangkatan bmu.

Pemerintah Kelurahan didalam mengambil keputusan tidak berdasar musyawarah dan mufakat, tetapi hanya merupakan pelaksana dari Pemerintah Kecamatan. Kelurahan tidak

j

merapunyai hak mengurus rumah tangganya sendiri sehingga anggaran Kelurahan menjadi anggaran dari Daerah Tingkat

Didalam Ibukota Negara, Ibukota Propinsi, Ibukota

31

(38)

Kabupaten, Kotamadya, Kota Administratif dan kota-kota lain yang ditentukan lebih lanjut dengan Peraturan Men- teri Dalam Negeri dapat dibentuk Kelurahan. Adapun yang dimaksud dengan kota-kota lain ialah Desa yang sudah me- nunjukkan ciri-ciri kehidupan perkotaan.

Berdasarkan Peraturan Men ter i Dalam JJegeri ft omor

2 Tahun 1980, pembentukan Kelurahan didasarkan/dilakukan dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah lingkat 1 atas usul Bupati/toalikotamadya Kepala Daerah jEingkat II, se- telah mendapat persetujuan Menteri Dalam flegeri.j

Pembentukai] Kelurahan adalah tindakan mengadakan® Kelu­ rahan baru diluar wilayah Kelurahan yang telah ada (pa-

sal 1 huruf f Undang-undang Uomor 5 1‘ahun 1979)* Penben- tukan ini dapat terjadi, seraula dari Desa, tetapi telah memenuhi syarat-syarat seperti yang ditentukan oleh Per­ aturan Menteri Dalam Wegeri Nomor 2 lahun 1980 tentang Pedoman Pembentukan, Pemecahan, Penyatuan, dan Penghapus- an Kelurahan, khususnya pasal 3- Dalam hal terjadi deroi- kian dapat dikatakan sebagai "Perubahan status dari Desa menjadi Kelurahan". Perubahan ini dengan sendirinya juga membava akibat adanya perubahan susunan organisasi Desa menjadi susunan organisasi Kelurahan. Disamping adanya perubahan susunan organisasi, di dalam Pemerintahan

Ke-! lurahan tidak dikenal lagi adanya bengkok sebagai gaji

(39)

dari Kepala Kelurahan dan Perangkatnya sebab mereka ada­ lah Pegawai Megeri seperti yang disebut dl dalam pasal 24 ayat 2 Undang-undang Komor 5 Tahun 1979*^ Status Ke» pegawaian Negeri Sipil ini berlaku bagi Kepala Kelurahan dan Perangkatnya yang diangkat dengan sah dan sampai de- n£an tanggal 31 Desember 1980 dan cecara nyata telah me- laksanakan tugasnya dengan baik certa memenuhi syarat- syarat yang ditentukan raaka terhitung mulai t?n£gal 1 Jftnuari 1981 diangkat langsung menjadi Pegawai Megeri bipil (pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Ta­ hun 1980 tentang Pengangkatan Kepala Kelurahan dan Pe- rongkat Kelurahan menjadi Pegawai Negeri Sipil); Masa kerja bagi Kepala Kelurahan dan Peiangkat Kelurahan di- hitung penuh sebagai masa kerja untuk penetapan pensiun

(pasal 2 ayat 2 Peraturan iremrrintah Homor 55 Tahun 1980) Kepala Kelurahan diangkat dalam p^ngkat Pengatur ftuda GOlongan Il/a. Sedangkan Kepala Kelurahan yang memiliki ijazah yang lebih tin^gi dari Surat Tanda T'amat Belajar Sejkolah Menengah Tingkat Atas dian&kat dalam pangkat yang sesuai dengan ijazah yang dimllikinya (pasal 3 Pe­ raturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1980). Untuk Perangkat

33

(40)

Kelurahan diangkat dalam pangkat sesuai dengan Surat Tanda Tamat Belajar yang dimilikinya. -Bagi mereka yang memillkl Surat Tanda Tamat Belajar di bawah Sekolah Da- sar dan yang tidak mempunyai £>urat Tanda Tamat Belajar diangkat dalam pangkat Juru i-*uda golongan I/a (pasal 4 Peraturan Pemerintah Eomor 55 Tahun 1980), Supaya dapat

diangkat sebagai Pegawai Kegeri uipil Kepala Kelurahan harus berusia sekurang-kuran^nya 25 (dua pululi lima) ta­ hun dan tidak lebih dari 60 (enam puluh) tahun.

Perang-i

kat Kelurahan yang dapat diangkat menjadi Pegawai flegeri Sipil harue berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan

be-i

las) tahun dan tidak lebih dari 56 (lima puluh enam) ta­ hun.

r

Kepala Kelurahan di dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi menggerakkan partisipasi masyarakat, melaksanakan tugas Pemerintah atasannya, melaksanakan koordinasi terhadap jalannya Pemerintahan Kelurahan, scrta melaksanakan tugas-tugas dalam rangka pembinaan ketentcraraan dan ketertiban. Di dalam melaksanakan tu­ gasnya Kepala Kelurahan bertr.nggung jawab kepada pejab^t yeng berwenang .iiengangkat raelalui Camat, Untuk melaksa­ nakan tugasnya Kepala Kelurahan dibantu unsur stafnya

yakni Sekretaris Kelurahan dan juga dibantu unsur

(41)

sana yakni Kepala lingkungan. ttekretaris Kelurahan mem-punyai tugas menyelen£,garakan Administrasi Kelurahan dan raemherlkan pelayanan stal kepada Kepala Kelurahan, sela-in itu juga mengenai Qurat-menyurat dan keuangan. Sekre-taris Kelurahan juga bertugas melaksanakan tugas' dan fungsi Kepala Kelurahan apabila Kepala Kelurahan berha-lahgan di dalam melaksanakan tugasnya.

Untuk memperlancar jalannya Pemerintahan

Kelurah-i

an dapat dibentuk lingkungan. lingkun&an ini dikepalai Kepala -Lingkungan dan merupakan unsur pelaksana tugas Kepala Kelurahan dengan wilayah kerja tertentu* balam pembentukan Kingkun&an harus diperhatikan laktorj-iaktor jumlah penduduk, luas wilayah, sosial budaya, sarana dan

a

prasarana serta kondisi dan keraampuan ekonomi masyara-katnya. Di dalam men^adakan jUuilah Mngkungan harus

di-3

(42)

B A B IV

PR0BLLMAT1K DI DALAft Pi^KAPAfl UNDAUG-UNDAftG ^OMGK 5 SCAilUH 1979

1. Hambatan dl dalam status kepeaawalan

Pembentukan Kelurahan adalah tindakan mengadakan Kelurahan baru di‘!luar wilayah Kelurahan yang telah ada (paeal 1 huruf f Undang-undang toomor 5 ^ahun 1979). Ke­

lurahan ini dapat dibentuk di dalam Ibukota Negara, Ibu­ kota Propinei, ibukota K-abupaten, Kotamadya, Kota adminis- trntif, dan kota-kota lain yan& ditentukan lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Dalam Kegeri. Adapun yang dimak- sud kota lain adalah Desa yang sudah raenunjukkan ciri-ciri perkotaan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam ftegeri Nomor 2 lahun 1980, pembentukan Kelurahan didaosrkan/dilakukan dengan K-eputusan Gubernur Kepala Daerah l'ingkat I, sete- lah mendapat persetujuan Menteri Dalam Aegeri.

Di dalam pembentukan K-elurahan harue rnemenuhi eyfirat-syarat dan faktor-faktor Bebagai berikut:

a. Paktor penduduk: sedikit-dikitnya 2500 jiwa atau 500 kepala keluarga dan sebanyak-banyaknya 20*000 jiwa atau 4.000 kepala keluarga.

(43)

daya guna dalam rangka pelayanan masyarakat.

c. I’aktor letak: Korounikasi, transportasi dan 'jarak de­ ngan pusat keglatan Pemerintahan dan pusat-pusat pe- ngembangan;

d. i'aktor prasarana: Perhubungan, penerangan, sosial dan prasarana fisik pemerintahan;

e. Faktor sosial hudaya: Agama dan adat istiadat;

* f. I’aktor kehidupan masyarakat, mata. pencaharian dan ci-

ri-ciri kehidupan masyarakatnya.

Ciri-ciri kehidupan masyarakatnya: majemuk, lebih dina- mis, Bensitif, kritis dan hubungan sosial ekonominya ma- yoritas sudah terpengaruh kehidupan kota.

Pembentukan ini semula dari "Desa" yang telah me- menuhi syarat-syarat seperti tersebut di atas. Dalara terjadi hal yang demikian maka dapat dikatakan sebagai perubahan status dari Desa menjadi Kelurahan. Perubaftan status ini membawa akibat adnnya perubahan ausunan orga- nisani Desa menjadi organisasi Kelurahan* Begitu pula mengenai status kepegawaiannya, Kepala Desa dan Perang- katnya buknn Pegawai fcegeri sedangkan Kepala Kelurahan dan Perangkatnya adalah Pegawai Kegeri,

Dasar hukum pengangkatan Kepala Kelurahan dan Perangkat Kelurahan menjadi Pegawai Kegeri Sipi3 adalah: a. Undang-undang Kornor 5 2'aiiun 1979* khususnya pasal 24

(44)

b. Peraturan Pemerintah Uomor 55 Tahun 1980*

c. Surat Edaran Badan Administrasi Kepegawaian Negara fiomor Ol/Sii/1981 tanggal 2 Januari 1981. t

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Kepala Ke- lurfthan «*ntuk dapat diangkat sebagai Pegawai Hegeri Si- pil diatur dalam Peraturan Pemerintah Corner 55 I'ahun 1980 dalam 2 (dua) pasal yakni:

paaal 2 avat 1

Kepala Kelurahan dan Perangkat Kelurahan yang diang­ kat dengan sah dan sampai dengan tanggal 31 Desember 1980, dan secara nyata telah melaksanakan tugasnya dengan baik serta rnemenuhi syarat-syarat yang diten­ tukan, terhitung mulai tanggal 1 Januari 1J§1 diang­ kat langsung menjadi Pegawai Uegeri Sipil*

Di dalam penjelasan pasal 2 ayat 1 dari Peraturan Peme­ rintah ini disebutkan bahwa yang dimaksud dengan "diang­ kat dengan sah11 adalah Kepala Kelurahan yang diangkat oleh Pejabat yang berwenang, baik melalui pemilihan atau melalui penunjukkan. Secara nyata melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai mana mestinya, tak pernah melakukan kegiatan yang menentang Pancaaila, Undang-undang ;Dasar 1945, kebijaksanaan Pemerintah dan loyal terhadap atas- annya. Adapun yang dimaksud "syarat-syarat yang ditentu- kan" adalah 8.>arat-syarat yang dimaksud di dalam

Undang-38

(45)

undang Nomor 5 Tahun 1979 pasal 4 kecuali huruf g yo pasal 24 yaitu:

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha £sa;

b* Setia dan taat kepada Pancaeila dan Undang-undang Dasar 1945;

c. i^erkelakuan baik, jujur, adil, cerdas dan berwibawa; d. Tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung

dalam suptu kegiatan yang mengkhianati Negara &esatu-i

an Republik Indonesia yang berdaearkan Pancaeila dan Undang-undang Dasat 1945. seperti G*30.S/HI dan atau kegiatan-kegiatan organisasi terlarang lainnya;

e. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan K-eputusan Pe- ngadilan yang telah mempunyal kekuatan pasti;

f. Tidak sedang raenjalankan pidana penjara atau kurungan berdasarkan Aeputusan Pengadilan yang telah mempunyal kekuatan pasti, karena tindak pidana yang dikenakan ancaman pidana Bekurang-kuran^nya 5 (lima) tahun; g. Terdaftar sebagai penduduk dan bertompat tinggal te*>

tap di Desa yang berBsngkutari sekurang-kurangnya se- laiaa 2 (dua) tahun terakhlr dengan tidak terputua- putus, kecuali bagi putera Desa yang berada di luar Deaa yang bersangkutan;

(46)

1. Sehat jasmani dan rokhani;

j. Sekurang-kurangnya berijazah Sekolah Lanjutan Pertama atau yan& berpengetahuan/berpengalaman yang sederajat

i dengan itu.

2. Pasal 5 avat 1

"Kepala Kelurahan yang dapat diangkat menjadi Pegawai Kegeri Sipil harus berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun dan tidak lebih dari 60 (enam puluh) tahun.

Apabila kita perhatikan, maka ketentuan yang ada 1

pada Peraturan Pemerintah Komor 55 ri'ahun 1980 itu terda- pftt pertentangan satu sama lain. Kisalnya,

sekutang-ku-■' <

rangnya berijazah Sekolah lanjutan Pertama atau yang berpengetahuan/berpengalaman yang sederajat, tetapi me- nurut pasal 3 ayat 1, Kepala Kelurahan tersebut* tetap diangkat menjadi Pegawai hegeri Sipil walaupun tidak me- miliki ijazah sama sekali. Kemudian tentang usia, reku- rang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun dan tidak lebih dari 60 (enam puluh; tahun, tetapi menurut ponjelasan pa- isal 5 ayat 1, baik yang kurang dari 25 (dua puluh lima)

tahun maupun yang lebih dari 60 (enam puluh) tahun tetap diangkat menjadi Pegawai I'iegeri Sipil.

40

(47)

Untuk Perangkat Kelurahan, Peraturan Pemerintah Homor 55 Tahun I9 8O juga mengatur syarat-syarat tersebut

di dalam 2 (dua) pasal yaitu: 1. Pasal 2 avat.1

Perangkat Kelurahan yang diangkat dengan sah sampai dengan tanggal 31 Januari 1980 dan secara nyata te­ lah melaksanakan tugasnya dengan baik, serta memenuhi

syarat-syarat yang ditentukan, terhitung mulai tang- gal 1 Januari-, 1981 diangkat langsung menjadi Pegawai Negeri Sipil*17

Seeuai dengan penjelasan pasal 2 ayat 1, maka yang dimaksud dengan ketentuarx tersebut di atas adalah

I

sama dengan syarat-syarat yang diberlakukannya terhadap Kepala Kelurahan.

2. Pasal 5 avat 2

"Perangkat Kelurahan yang diangkat menjadi Pegawai flegeri Sipil harus berusia aekurang-kurangnya 18

(de-lapan belas) tahun dan tidak lebih dari 56 (lima

pu-18 '

luh enam) tahun". <

Sebagaimana ketentuan untuk Kepala Kelurahan, ke- tentuan ini juga mengandung pertentangan, ialah antara pasal 5 ayat 2 dengan pasal 2 ayat 1, pasal 4 kecuali

huruf g, pasal 24 Undang-undang Nomor 5 I’ahun 1979, ju­ ga antara pasal 5 ayat 2 dengan penjelasannya. Menurut

17Ibid.

(48)

pasal 5 ayat 2 Perangkat Kelurahan yang dapat diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil umurnya tidak boleh letih dari 56 (lima puluh enam) tahun, tetapi di dalam penje- lasannya disebutkan tetap diangkat walau berumur lebih dari yang ditentukan. Tetapi bagi Perangkat Kelurahan yang heruBia di bawah 18 (delapnn belas) tahun tidak bi- sa diangkat sebagai Pegawai Megeri Sipil. i

Di dalam Undang-undang ftomor 5 Tahun 1979 khusus- nya di dalam Penjelasan Umum disebutkan bahwa untuk men­

(49)

berpendidikan/berpengalaman di dalam melaksanakan tugas­

nya yang cukup berat tersebut. Begitu pula untuk Perang­ kat Kelurahan. Misalnya seorang Sekretaris kelurahan yang tidak dapat membaca dan menulis akan mengalami ke- eulitan dalam menjalankan tugasnya dalam hal tulie menu- lis maupun dalam mewakili Kepala Kelurahan yang sedang beirhalangan melaksanakan tugasnya.

2. Hambatan J.ain di dalam pel ftlteanflfln Pemerintafran_Kelu- rphan

a. Peimlsian :iabatan Kepala UruBan

Perubahan status dari Pemerintahan Desa ke Peme-r in tali an KeluPeme-rahan membawa akibat adanya pePeme-rubahan

su-i

(50)

1. Urusan Pemerintahan;

2* Urusan Perekonomian dan Pembangunan; 3* Urusan Keuangan dan Urusan Uraum;

dan sebanyak-banyaknya 5 HimaJ urusan yakni: 1. Urusan Pemerintahan;

2. Urusan Perekonomian dan Pembangunan; 3. Urusan Kesejahteraan Kakyat;

4. Urusan Keuangan;

5* Urusan Umum. i

Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 55 lahun 1980 tentang Pengangkatan Kepala Kelurahan dan Perangkat Kelurahan menjadi Pegawai flegeri Sipii! khusus- nya paeal 5 ayat 2 yang mengatur tentang Perangkat Kelu­ rahan yang dapat diangkat menjadi Pegawai Kegeri Sipil harus berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan be3as) tahur dan tidak lebih dari 56 (lima puluh enam) tahun, ini me- miingkinkan adanya formasi Pcrai.gkat Kelurahan yang ko- ftong, sebab nereka yang berusia 56 (lima puluh enam) ta­ hun dipensiun dan yang berusia di bawah 18 (delapan be- las) tahun tidak boleh lagi bekerja. Adanya kekosongan formasi inip misalnya Kepala urusan akan menimbulkan

I masalah oleh karena untuk mengisi kekosongan ini Peme­ rintah Kelurahan tidak boleh begitu saja mengangkat Ke­

pala Urusan tersebut sebab menurut pasal 15 ayat 4 Un- dang-undang Nomor 5 Tahun 1979 yang berhak mengangkat/

(51)

meraberhentikan Kepala Urusan adalah Camat atas narna Bu- pati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II atas usul Kepala Desa, jadi kalau ada formasi Kepala Urusan yang kosong pengiaiannya harus menunggu pengangkatan dari Pemerintah Daerah, dan kalaupun ada pengangkatan/pembe- rian dari Pemerintah Daerah kadang-kadang tidak sesuai dengan situaoi dan kondisi dari wilayah Kelurahan yang bersangkutan.

b. Mengenai status tanah kas desa

(52)

peraturan perundang-undangan selanjutnya yang mengatur tanah bengkok/ganjaran* tanah desa dan tanah-tanah lain railik desa agar menjadi jelas bagaimana statuanya.

(53)

KESIMPUMH JJAA SAKAfl

1. Keaimpulan

Sebelura keluarnya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979, maka peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Pemerintahan Desa silih berganti, sejak jaman Delanda tak ada satupun undang-undang yang dikeluarkan Pemerintah yang khusus mengatur tentang Pemerintahan De­ sa, yang ada hanyalah undang-undang yang mengatur ten­ tang Pemerintahan Daerah. Satu-aatunya undang-undang mengatur tentang Pemerintahan Desa adalah Undang-undang Momor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja. Tetapi inipun belum sampai dilaksanakan sudah dicabut dengan dikeluar- kannya Undang-undang Homor 6 Tahun 1969 padahal undang- undang penggantinya tidak pernah dikeluarkan, Baru sesu­ dah keluar Undang-undang Momor 5 Tahun 1979» Pemerintah Desa yang merupakan jenjang Pemerintahan terendah dibe- nahi dan mempunyal peraturan yang pasti, serta mengubah semua Desa Gtonom yang ada di Ibukota Negara, Ibukota Propinei, Ibukota Kabupaten/Kotamadya, Kota Administra- tif dan kota-kota lain yang ditentukan oleh Keputusan Kenteri Dalam Negeri menjadi Kelurahan yang tidak lagi mempunyai hak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.

(54)

Dengan adanya Undang-undang Nomor 5 lahun 1979 ini maka terdapat keseragaraan mengenai Pemerintahan Desa di selu- ruh Indonesia.

Kepala Kelurahan dan Perangkat Kelurahan diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil, Menurut Peraturan Pemerin­ tah Nomor 55 Tahun 1980 tentang Pengangkatan Kepala

Kelu-i

rahsn dan Perangkat Kelurahan menjadi Pegawai Negeri Si­ pil, yang bisa diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil ia­ lah mereka yang sampai dengan tanggal 31 Deeember 1980 m&Bih tetap menjalankan tugasnya dan memenuhi syarat-

syarat yang ditentukan. Dengan demikian ketentuan terse­ but mengandung pengertian, bahwa sesudah tanggal 31 De-oember 1980 pengangkatan Kepala Kelurahan dan Perangkat

(

Kelurahan menjadi Pegawai Jiegeri Sipil tidak lagi meng- gunakan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah J3omor 55 Tahun 1980.

Untuk dapat menjadi Kepala Desa atau Kepala Kelu­ rahan disyaratkan antara lain berpendidikan minimal ber- ijazah Sekolah Danjutan Pertama atau yang berpengetahuan atau berpengalaraan sdderajat dengan itu, Persyaratah ini tepat terutama untuk Kepala Kelurahan yang haruB menge- palai suatu wilayah dengan ciri kehidupan masyarakatnya yang majemuk, dinamie, kritis dan sensitif, eehingga se- suai dengan maksud dari undang-undang ini, bahwa dengan

(55)

menentukan syarat pendidikan minimal, diharapkan dapat memperlancar jalannya pembangunan.

2* Saxan

a. Peralihan status Desa menjadi Kelurahan, mera- bawa keuntungan bagi sebagian dari Pamong Desa yaitu me- reka yang masih bisa diangkat menjadi Pegawai Negeri -i-

pil, tetapi bagi mereka yang tidak bisa diangkat akan menimbulkan kegeliaahan, sebab selama menunggu datangnya Surat Keputusan Pensiun yang kadang-kadang membutuhkan waktu yang lama mereka tidak lagi mempunyai penghasilan, Oleh karena itu bagi mereka yang diberhentikan ini aeba- iknya tetap diperkenankan mengelola bengkok/tanah canja- r&nnya, dengan kewajiban tetap membantu Pemerintah kelu­ rahan.

b. Mengenai tanah bengkok atau tanah ganjaran yRng merupakan tanah milik atau kekayaan Desa hendaknya segera dikeluarkan undang-undang atau peraturan yang me­ ngatur status dari tanah ini sehingga menjadi past! ba- galmana status atau kedudukannya.

(56)

setinggi-tingginya 60 (enam puluh) tahun; mengenai per- syftratan pendidikan sekurang-kurangnya berijazah Sekolah lanjutan Pertama atau yang berpendidikan/berpengalaman sederajat, Dalam masa transisi/peralihan, persyaratan tersebut di atas hendaknya tidak diberlakukan mengingat Kepala Desa adalah pilihan rakyat waktu lampau yang pada masa itu peraturan mengenai pembatasan usia dan persya­ ratan pendidikan minimal tidak ada, oleh karena itu bi~ arlah Kepala Desa itu berhenti secara alarai, miaalnya dia sudah tidak kuat karena sakit atau karena meninggal.

(57)

Buku

Bayu Surianingrat, Desa dan Kelurahan menurut Undang-un- rfang Nomor 5 Tahun 1979. cet. I, Metro Post Jakarta, 1980

.

______ _ Pemerintahan dan Admlnistrasi Besa. Aksara Baru, Jakarta, 1981.

Jon M. Echols & Hasan Shadily, Kamus Inggrls.Indonesia. P.T. Graraedia.

Momon Soetisna Sandjaja Sjachran Baaah, Pokok-pokok Pe- merintahnn di Daerah dan Pemerintahan Desa. Alumni, Bandung, 1983.

Mraha Talissiduhu, Dimensl-dimensl Pemerintahan Desa. Bina Aksara, Jakarta, 1981.

Sumter Saparin, lata Pemerintahan dan Adminlstra'sl Peme- -H-ntahan Desa. Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981.

Soetardjo Xa3'‘tohadikoesoemo, Desa. iogyak.arta, 1953. W.J.b. Poerwodarminto, Kamus Umum Bahaaa Indonesia, cet.

V f Balai Pustaka, Jakarta, 1976.

Peraturan Perundang~undangan

Kepala B.A.K.H. Surat idaran No. OI/^.K/1981, tentang Pengangkatan Kepala Kelurahan dan Perangkat Kelurah- an menjadi Pegawai Negeri bipll. tangnal 2 Januari 1981.

Menterl Dalam Negeri, Keputusan Nomor 44 Tahun 1980, tan- tang Pedoman Susunan Or^anlsas! dan Tata Ker.ia Peme­ rintah Kelurahan. tangt,al 10 Haret 1980.

(58)

Sekretarlat Negara, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979, tentang Pemerintahan Desa, L.N.K.l. Tahun 1979 Nomor

56, T.'h,R,R.I. Nomor 3153.

,____ ( Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-■nokok Pemerintahan di Daerah. Jj. N . R . I . Nomor 3 8 ,

T*ij#N*rt.i. Nomor 3037.

s Peraturan.Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980,^ tentang

Pengangkatan dalam Pangkat Pegawai Negerl Sipil. D.N.R.i. Tahun 1 9 8 0 N o m o r6 l.D.N.K.I. Nomor 3 1 5 6 .

(59)

LEMBARAN- N1SGARA

REPU BL I K I N D O N ESIA

N o . 8 4 , 1 9 8 0 PI X ' . A W A ! N K C I - R I . P E M E R I N T A H D A E R A H . A p n r a t u r . D esa. K a b i i p a t e n / D a e r a l i T i n g k o t Jl . K e l u r a h a n . (Pe n j e l a s a n d al am T a m h a i i a n l . c n i b a r a n N eg ar a Ro p u b ] i k In d o n e s i a M ui.oi- 3 1 8 7).

p e r a t u r a n p e m e r i n t a h r e p u n l i k In d o n e s i a N O M O I t 5 5 T A H U N 1 9 H0

t e n t a n g

p e n g a n g k a t a n k e p a l a k e l u r a h a n d a n r i ' i i A N G r : . , , * ! * K E L U R A H A N M E N JA D I P E G A W A I N E G E I U S I P I L

Presiden RepuJvlik Indonesia,

M c n i m b a n g :

a. b a h w a b er d as ar k an Un d an g - u n d an g N o m o r 5 T a h u n 1 9 7 9 , K e p al a K e l u r ah an , d an Pe r an g k a t K e l u r a h a n ad al ah Pe g a w a i N e g c i i ;

b . b ah w a b e r h u b u n g d en g an i t u , d i p a n d an g p c r l u m e n g an g k at K e p al a K e l u r a h a n d an Pe r an g k a t K e l u r a h a n y a n g n d a s c b e l u m b e r l a k u n y a Pe r a t u r a n Pe m e r i n t a h i n i m e n j ad i Pe g a w a i N e g e r i Si p i l s cp an j an g m ei cl ca i t u n i e m e n u h i sy ar at - sy ar at y a n g d i t e n t u k a n d an sel am a i n i t el ah secar a n y a t a m e l a k s a n a k a n t u g as n y a d en g an b a i k ;

(60)
(61)
(62)
(63)

Pasal 10

Pe r at u r an Pe m e r i n t ah i n i i n u i ai b c r l ak u p ad a t an g g al d i u n d a n g k a n .

A g ar supsya setiap o r an g / n e n g c t a Jm i n y a .m c m c r i n l a h k a n p cn g u n d an g an Pe r at u r an Pem e r i n t ah in i d en g an p c n c n i p a t a n n y a d al am l ^ n i b a r a n N eg ar a

Re p u b Ji k In d o n esi a.

D i t c l a p k a n d i Ja k a r t a p ad a t an g g al 31 D e s e m b e r 1 9 8 0 D i u n d an g k an d i Ja k a r t a P R l i S I D E N K K l ’ U D I JK I N D O N E S I A , p ad a t an g g al 31 D e se m b er 1 9 8 0

M t N T I - R I / SG K R ET A R I S N I - G A R A

R F i PU B L I K I N D O N ESI A , S 0 H 11 A K T O

(64)

T

AMBAHAN

LEM BA RA N - N EGA RA R.I.

N o , 3 I H 7 P E G A W A I N E G E R I . IM - 1 M l i KIN T A 1 1 D A E R A H . A p a r a t u r . D esa. K a b u p a k ' n / D a e i a h t i n g k a t I I. K e l u r a h a n . (Pe n j e l a s a n al as L c m b a i a n N e g ar a Rc p u b l i k In d o n e s i a T a h u n 1 9 8 0 N m n o r 8 4 ).

P E N J E L A S A N A 'I' A S

P E R A T L JA R A N P E M E R I N T A H R E P I JH L I K I N D O N E S I A N O M O R 5 5 T A I I U N 1 9 K0

T E N T A N ( ;

P E N G A N G K A T A N K E P A L A K E L U R A H A N D A N P E R A N G K A T K E L U R A H A N M E N JA D I P E G A W A I N E G E R I S I P I L

UMUM

D at u m U m l ai i g - u n d i u i g N o m o r 5 T n l u m 1 9 7 9 t e n t a n g Pe m e r i n t a h a n D esa, d en g an l eg as d i n y a t a k a n b a h w a K e p a l a K e l u r a h a n d an Pe r a n g k a t K e l u i a h a n ad al ah Pe g aw ai N e g er i .

D al a m Un d an g - u n d an g N o m o r 8 T a h u n 1 9 7 4 t e n t a n g Po k o k - p o k o k Kcp eg a-w a i a n d i i e g as k a n p u la b ah a-w a Pe g aa-w ai N eg e r i Ic i d i r i d a i i Pe g aa-w ai N e g e r i Si p i l d an A n g g o l a A H R l .

(65)
(66)
(67)

N o . .3187

4

l ar i s D esa, K e p a l a U r u s an D e s a, d an K e p a l a D u s u n .

Pe g a w a i N e g e r i y a n g ak an d i p i l i h / d i a n g k a t m e n j a d i K e p a l a D es a al au Pe r a n g k a t D e s a, h ar u s m e n d a p a t i z i n (c r t u l l s l e b i h d a h u l u d a r i p i m p i n an i n st an s i i n d u k n y a

A y a t (2 )

C u k u p j e l as A y a t ( 3 )

Jc n j n n g p a n g k a t b ag i Pe g a w a i N eg e r i Si p i l y a n g d i n n g k at / d i p i l i h m e n j a d i K e p a l a D esa at au Pe r a n g k a t D es a d i s a m a k a n d c i i g an j en j an g p a n g k a l K e p a l a K e l u r a h a n at au Pe r a n g k a t K e l u r a h a n .

A y a t (4 )

C u k u p j e l as % A y a t ( 5 )

C u k u p j elas, Pasal 9

C u k u p j e l as . Pasal 10

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan yang diikuti siswa dalam pembelajaran tindakan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang materi Perubahan wujud benda dengan mengunakan metode

Hasil rancangan produk divisualisasikan ke dalam bentuk nyata, dan dilakukan pengujian terhadap rancangan produk yaitu dengan cara alat bantu pemindahan galon

berdosa dan menanggung beban hanya satu orang tersebut saja, bukan semua anggota keluarga seperti yang dilabelkan atau diberikan cap jahat atau buruk oleh

€ By using Rainwater Harvesting systems to supply water for some, or indeed all of our requirements, you can reduce your. dependence on

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan permainan olahraga bola basket sebagai perlakuan yang diberikan, dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar

Sumber data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil

Berdasarkan kebutuhan pendanaan penyelenggaraan ketertiban umum, ketentraman masyarakat, perlindungan masyarakat dan penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati di

menempelkannya pada gambar yang dibuat, serta meminta siswa untuk melanjutkannya nanti. Siswa kembali menyimak penjelasan guru tentang konsep pembagian dua buah bilangan