Alamat Korespondensi: Benedictus Permadi, Jurusan MB Program Pascasarjana MB IPB Jl Raya Pajajaran, Bogor, permadibenedictus@ Jurnal Aplikasi Manajemen ( JAM) Vol 14 N o 1, 20 16 Terindek s dalam Google Scholar
JAM
14, 1
Diterima, November 2015 Direvisi, Januari 2016 Disetujui, Februari 2016
Analisis Pengembangan Model Bisnis Kanvas
CV Kandura Keramik Bandung
Benedictus Permadi Rita Nurmalina
Kirbrandoko
Jurusan Manajemen dan Bisnis Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor (MB IPB)
Abstract: CV Kandura Keramik is one of companies which runs its business in ceramic production. As a company which is producing ceramics with high market potential, the company needs capacity building by identifying internal and external factors in order to facilitate in improving the company’s internal management and to develop strategies that can be used optimally to improve the company’s revenue. This research is aiming to give an overview of the business model performed by CV Kandura Ceramic along with the overview of Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats based on Business Model Canvas and provide input regarding corrective measures for the company. Research method conducted with Business Model Canvas approach and SWOT analysis to allow the formation of alterna-tive strategy. The improvement of business model performed on seven of nine elements of BMC and there are seven major improvement programs for the company as follows: Establish a new segmentation, cooperation with art students, business partners, suppliers and partners, registering products to Standardization Agency, form R&D subdivision and recruit poten-tial human resources.
Keywords: business model canvas, CV Kandura Keramik, SWOT
Abstrak: CV Kandura Keramik is one of companies running its business in ceramic produc-tion. As a company producing ceramics with high market potential, the company needs capac-ity building by identifying internal and external factors in order to facilitate in improving the company’s internal management and to develop strategies that can be used optimally to improve the company’s revenue. This research is aiming to give an overview of the business model performed by CV Kandura Ceramic along with the overview of Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats based on Business Model Canvas and provide input regarding corrective measures for company. Research method is conducted with Business Model Canvas approach and SWOT analysis to allow the formation of alternative strategy. The improvement of business model performed on seven of nine elements of BMC and there are seven major improvement program for the company: Establish a new segmentation, cooperation with art students, business partners, suppliers and partners, registering prod-ucts to Standardization Agency, form R&D subdivision and recruiting potential human resource.
Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari peman-faatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Ekonomi kreatif merupakan sektor baru yang diangkat oleh pemerintah untuk dikelola hingga tingkat kementerian. Sebelumnya, sektor ekonomi kreatif belum dikelola secara terkoordinasi di tingkat kementerian namun tersebar di beberapa kementerian yang terkait. Diang-katnya sektor ekonomi kreatif hingga ditingkat kemen-terian disebabkan karena sektor ekonomi kreatif ini memiliki nilai strategis bagi Indonesia, yaitu: kontribusi ekonomi yang signifikan, penciptaan iklim bisnis yang positif, mengangkat citra dan identitas bangsa, meng-gunakan sumber daya terbarukan, mendorong tercip-tanya inovasi, dan memberikan dampak sosial yang positif (Kemenparekraf, 2011).
Kemunculan industri kreatif di Indonesia menda-patkan apresiasi positif dari masyarakat sehingga mam-pu menempatkan industri kreatif ke dalam 10 besar kelompok yang mampu menyumbang pendapatan hingga 7,7% terhadap PDB Nasional (Kemenparekraf 2013). Kerajinan keramik merupakan salah satu bagian dari sub sektor kerajinan di dalam industri krea-tif yang berpotensi menembus pasar domestik maupun pasar internasional dengan tingkat permintaan dalam negeri yang meningkat sehingga industri keramik dituntut untuk mampu memproduksi sebanyak 13% dari jumlah biasanya. Konsumen industri keramik di Indonesia sebagian besar adalah hotel dan restoran. Pada umumnya, produk-produk yang ditawarkan merupakan produk yang digunakan untuk peralatan makan hingga aksesoris.
Kandura Keramik didirikan pada tahun 2005 oleh tiga orang alumnus fakultas seni rupa dan desain ITB yang memiliki cita-cita menjadi wirausaha dan seniman di bidang keramik. Usaha ini dijalankan dalam sebuah studio keramik yang memiliki luas 500 meter persegi, dengan fasilitas studio yang mampu menampung kegiatan pembuatan produk-produk keramik seperti
tableware, pemodelan keramik, fasilitas eksperimen produk dan eksperimen campuran glasir atau lapisan pewarna keramik, sedangkan untuk produksi dengan
skala besar, saat ini Kandura melakukan kemitraan dengan perusahaan yang memiliki keahlian dan fasi-litas untuk produksi masal. Selama perjalanannya, Kandura Keramik lebih banyak membuat produk berdasarkan pesanan yang umumnya berasal dari hotel dan restoran. Pada tahun 2009, Kandura mulai serius menggarap produk retail keramik. Berdasarkan desain dan kualitasnya, perusahaan ini membentuk dua kelompok pasar sendiri, kelompok pertama pelanggan CV Kandura berasal dari hotel dan restoran wilayah Jabodetabek sedangkan kelompok kedua merupakan konsumen dengan rasio umur 21–45 tahun yang sebagian besar berasal dari Jakarta.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini metode yang dilakukan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memper-oleh gambaran informasi, penjelasan, dan kondisi yang berkaitan dengan obyek penelitian secara faktual akurat dan sistematis. Metode yang dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan business model canvas melalui wawancara dan FGD yang dilakukan terhadap responden. Setelah melakukan analisis busi-ness model canvas, langkah selanjutnya adalah mela-kukan analisis SWOT pada masing-masing elemen
business model canvas (BMC).
Teknik Penentuan Responden
Penentuan responden dilakukan dengan cara
non-probability sampling yaitu memilih responden yang memiliki pengalaman atau kompetensi di suatu bidang. Pemilihan responden tersebut dilakukan dengan secara sengaja(purposive sampling)dengan pertimbangan responden bersangkutan memiliki ke-ahlian dan berkompeten dibidangnya. Adapun rincian responden dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
perusahaan, menggambarkan kondisi bisnis model perusahaan pada saat ini. Analisis yang dilakukan menggunakan bantuan business model canvas dengan sembilan elemen pendukungnya. (a) Langkah pertama adalah mengidentifikasi customer segments berdasar-kan SBU perusahaan. pelanggan merupaberdasar-kan sasaran utama yang diinginkan perusahaan untuk mengem-bangkan bisnis, untuk itu dibutuhkan identifikasi
customer segments sehingga tepat sasaran. (b) Lang-kah selanjutnya adalah mengisi value propotisions, yang merupakan nilai-nilai yang ditawarkan organisasi kepada customer segments. Nilai-nilai berupa keunik-an tersendiri baik pada produk maupun jasa ykeunik-ang dita-warkan. Perusahaan juga dapat mendidik customer segments untuk mau menerima value propotisions
yang ditawarkan. (c) Channels, menjelaskan bagai-mana perusahaan berinteraksi dan berkomunikasi baik kepada konsumen maupun mitra bisnisnya. Pada ba-gian ini, perusahaan akan dipengaruhi key resources, key activities, dan key partners. (d) Customers relationship. Pada bagian ini, menjelaskan bagaimana perusahaan berhubungan dengan pelanggan lama dan juga berinteraksi serta menjaring calon pelanggan
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini digunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus. Langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Analisis deskriptif bertujuan untuk memaparkan visi dan misi, tujuan perusahaan CV Kandura Keramik dalam rangka menganalisis permasalah dan faktor-faktor dominan yang dapat menentukan strategi yang tempat untuk mengembangkan bisnis dan meningkat-kan pendapatan perusahaan. (2) Analisis bisnis model
baru. (e) Revenue streams, aliran dana akan diterima perusahaan apabila komponen di atas (customer seg-ments, value propotisions, channels dan customer relation) berjalan dengan lancar. (f) Pada bagian cost structure, perusahaan akan mendapatkan efisiensi pada saat key resources, key activities, dan key partners berjalan dengan baik dan lancar. (3) Analisis
benchmarking. Analisis yang dilakukan adalah dengan membandingkan semua aspek bisnis, produk, dan prosesnya yang berpengaruh terhadap kinerja dan
Tabel 1. Daftar Responden Yang Digunakan
Jabatan Organisasi Keterangan
Direktur CV Kandura Respo nden Internal
Kabag Marketing CV Kandura Respo nden Internal
Kabag Produksi CV Kandura Respo nden Internal
Kabag Keuangan CV Kandura Respo nden Internal
Desainer Produk PT XYZ Respo nden Eksternal
Direktur Supplier bahan baku Respo nden Eksternal
kualitas (Lankford, 2000). Perusahaan yang dipilih untuk dilakukan perbandingan diasumsikan sebagai perusahaan XYZ. Perusahaan tersebut dipilih karena memproduksi keramik dengan berbagai desain dan pangsa pasar yang dikuasai telah menyebar hingga ke mancanegara. Tujuan utama menggunakan peru-sahaan XYZ sebagai benchmark adalah untuk meng-identifikasi dan meniru kegiatan terbaik sehingga mampu mengembangkan usahanya (Zairi 1998) con-tohnya dengan peningkatan produktivitas, peningkatan desain, dan menciptakan standar baru (Legner, et al.,
1997 dan Steven, et al., 2003). Selain itu, dengan menggunakan perusahaan XYZ sebagai perusahaan
benchmark perusahaan diharapkan mampu meme-nuhi dan melebihi perusahaan tersebut (Pryor dan Katz, 1993). Hasil dari analisis benchmarking digu-nakan untuk mendukung komponen-komponen di dalam faktor internal perusahaan. Tahapan bench-marking yang dilakukan (Andersen dan Pettersen, 1996), yaitu: (a) Plan. Melakukan penilaian performa periode yang telah berjalan dan menetapkan kinerja perusahaan yang akan dibandingkan dengan perusa-haan yang dipilih menjadi acuan kinerja perusaperusa-haan.
(b) Search. Mencari perusahaan yang potensial seba-gai partner untuk melakukan benchmark. (c) Obser-ve. Mengumpulkan berbagai informasi mengenai faktor-faktor kunci sukses dari perusahaan yang mempunyai kinerja superior sebagai acuan kinerja perusahaan. Contoh yang dapat diidentifikasi seperti kondisi tren atau data pemesanan produk perusahaan (Stapenhurst 2009). (d) Analyze. Melakukan analisa informasi yang telah dikumpulkan dari perusahaan yang dipilih sebagai acuan kinerja. Analisis yang dilakukan dikombinasikan dengan ilmu pengetahuan yang mendukung sehingga menguatkan perencanaan perbaikan yang dilakukan (Stapenhurst 2009). Analisis yang dilakukan dikombinasi dengan metode penelitian lainnya sehingga dapat menghasilkan sebuah alter-natif strategi bagi pengembangan usaha perusahaan.
(e) Adapt. Menyusun dan mengimplementasikan program perbaikan kinerja perusahaan. (4) Analisis
SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunity,
Threath). Pada analisis ini, kesembilan elemen BMC akan dianalisis dengan menggunakan metode SWOT. Hasil dari faktor eksternal dan internal yang berasal
rumusan model perbaikan yang baik bagi perusahaan faktor internal dan eksternal didapatkan dari wawan-cara yang dilakukan ketika melakukan studi doku-mentasi. (5) Hasil dari SWOT akan menghasilkan perbaikan dari model binis serta membentuk model bisnis baru bagi perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan model bisnis baru maupun yang telah diperbaiki, namun apabila perusahaan belum ingin menggunakan model bisnis baru karena terdapat beberapa kendala internal maupun eksternal maka model tersebut dapat digunakan sewaktu-waktu oleh perusahaan apabila dibutuhkan. (6) Perbaikan model bisnis baru. Tahapan selanjutnya adalah melakukan perbaikan dari sembilan elemen model bisnis. (7) Me-rumuskan tahapan implementasi perbaikan program. Setelah diperoleh model bisnis baru maka langkah selanjutnya adalah membuat tahapan implementasi perbaikan model bisnis. Perumusan tahapan imple-mentasi perbaikan model bisnis dilakukan setelah menggunakan metode FGD sehingga dapat diketahui tujuan, sasaran, rencana masa depan, serta perbaikan yang harus dilakukan oleh perusahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Elemen-elemen Model Bisnis CV
Kandura Keramik
Identifikasi ini dilakukan dalam rangka mengum-pulkan dan mengelompokkan elemen-elemen kedalam sembilan business model canvas perusahaan yang berlaku saat ini. Gambar X merupakan ringkasan dari sembilan elemen dalam business model perusahaan saat ini.
Identifikasi
Benchmarking
PT XYZ
melakukan wisata. PT XYZ memiliki keuntungan pada kondisi ini dikarenakan wisata sekitar merupakan tempat wisata sehingga secara tidak langsung para wisatawan akan berkunjung ke showroom PT XYZ. 2) Konsumen yang berasal dari hotel dan restoran bintang lima, dan 3) Konsumen yang membeli produk melalui media internet.
Konsumen ini membeli produk PT XYZ berasal dari dalam dan luar negeri.Berikut ini merupakan keunggulan dari PT XYZ yang telah dikembangkan hingga saat ini.
Desain. Sumber daya manusia yang dimiliki oleh PT XYZ merupakan orang-orang yang memiliki
keunggulan dan keahlian di bidang desain dekorasi rumah kontemporer. Perusahaan selalui menghasilkan produk sesuai dengan trend yang memiliki nilai estetika dan juga memiliki daya tahan tinggi namun tetap mempertahankan ciri khas bernuansa Bali. Desain produk yang dihasilkan hingga saat ini berjumlah lebih dari 2700 desain dan tersebar baik di dalam maupun luar negeri.
Bahan baku. Produk yang dihasilkan perusahaan sudah sejak lama terkenal dengan kualitasnya. Peru-sahaan memberikan perhatian besar dengan menggu-nakan bahan-bahan terbaik yang didatangkan dari dalam maupun luar negeri. Bahan baku tersebut
Gambar 1. Model Bisnis Kanvas CV Kandura Keramik Bandung Saat Ini K e y Part ne r Key Activitie s Value
Proposit ion
Cust ome r Relationship
Cu st omer Se gmen t
K e y Re sourc es Ch annels
Cost Stru cture Re ven ue Stre am
1. Pr oje ct
2. Penjua la n o nline 3. Penjua la n o ffline
4. Wor kshop dan wisa ta edukasi Retail
Online Retail Offline Ma nufaktur
Ba han B aku
E kspe rime n D esain A rt Work
pr oduksi
Ba han ba ku ya ng diguna kan be rstandar
S NI P roduk kera m ik table ware kontem pore r,be ntuk,
pewa rna an yang unik
P ende katan pe rsonal
Konsume n re tail Hotel, Re sto ran danre side nsia l
Kualitas S DM tingg i
Pameran dan B azar M ed ia Sos ial Lip ut an med ia Web site Retail sto re
Gaji Kary awan Op erasio nal Kanto r Op erasio nal Wo rksh op Sewa dan h utan g m od al R ekanan M anu faktu r
I lmu
kemudian diformulasikan oleh tenaga-tenaga ahli yang memiliki kompetensi dibidangnya, sehingga meng-hasilkan produk akhir yang sempurna. Sebelumnya dilakukan penelitian terlebih dahulu untuk menguji secara spesifik bahan baku dari setiap variasi desain produknya yang dilakukan disebuah laboratorium khusus.
Pemodelan bentuk dan pembakaran. Teknik pemodelan merupakan teknik yang membutuhkan keahlian tertentu sehingga hanya tenaga-tenaga ahli yang dimiliki perusahaan mampu melakukan teknik ini dengan sangat baik. Seluruh teknik pemodelan yang dilakukan diawasi langsung oleh para seniman perusa-haan sehingga menghasilkan produk bernilai tinggi. Langkah selanjutnya adalah melakukan pembakaran. PT XYZ memiliki fasilitas pembakaran cukup mema-dai dengan delapan tungku besar dan suhu pembakaran yang bisa dicapai hingga 1250 derajat Celcius. Pada suhu 1250 derajat Celcius, kandungan air pada kera-mik dapat ditekan hingga kurang dari satu persen sehingga menghasilkan produk yang mampu menahan panas saat makanan disajikan. Suhu yang tinggi ini juga memberikan jaminan kualitas produk yang diberi-kan sentuhan warna dan tahan pudar.
Quality control. Aspek ini merupakan poin pen-ting yang dimiliki perusahaan. Quality control akan memeriksa dan menguji masing-masing produk yang telah dihasilkan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Adanya quality control dapat menjamin bahwa pa-tokan desain, unsur ketahanan dan unsur keamanan produk sudah terpenuhi.
Analisis SWOT
Business Model Canvas
Setelah melakukan identifikasi Sembilan elemen yang dimiliki perusahaan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi sembilan elemen terse-but berdasarkan analisisis SWOT. Analisis ini dilaku-kan untuk memperbaiki dan menyempurnadilaku-kan
business model yang dimiliki perusahaan saat ini. Ana-lisis SWOT merupakan anaAna-lisis yang mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadap perusahaan. Berdasarkan dari analisis terse-but maka langkah selanjutnya adalah melakukan tindakan yang dapat menunjang pengembangan usaha perusahaan.
Perbaikan
Business Model Canvas
Perbaikan business model canvas pada CV Kadura Keramik Bandung dapat dilakukan dengan bantuan analisis SWOT disetiap elemennya. Dengan analisis SWOT tersebut akan ditemukan prospek baik bagi perusahaan yang harus dipertahankan serta dikembangkan, dan juga kendala-kendala yang dihadapi oleh organisasi dan bagaimana solusi untuk memperbaikinya.
Program Perbaikan Model Bisnis Canvas CV
Kandura Keramik Bandung
Setelah melakukan perbaikan yang sesuai dengan analisis SWOT dalam sembilan elemen business model canvas, langkah selanjutnya adalah melakukan alternative rekomendasi program yang dapat digunakan perusahaan untuk mendukung program perbaikan model bisnis canvas perusahaan.
Membentuk segmentasi baru yaitu konsumen wisata edukasi (customer segments). Program ini dapat diadakan dengan cara melakukan pelatihan khu-sus pembuatan keramik karena perusahaan memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa dan mahasiswa.
Mendaftarkan produk perusahaan khususnya
tableware Badan Standarisasi Nasional dan bekerja-sama dengan rekan bisnis memproduksi packaging
untuk keramik (Value propositions). Menurut Herjanto (2011) mengatakan bahwa standarisasi merupakan salah satu instrument regulasi teknis yang digunakan untuk melindungi kepentingan konsumen nasional sekaligus produsen dalam negeri. Oleh karena itu, perusahaan perlu mendaftarkan produknya khususnya produk tableware ke badan standarisasi nasional/SNI.
Perusahaan bekerjasama dengan mahasiswa seni ITB, UPI, dan universitas lainnya untuk bentuk komunitas keramik kontemporer serta mem-bentuk customer service pada websitenya. ( Custo-mer relationships).
Bekerjasama dengan rekan bisnis membuat
ab
el
1
A
n
al
is
is
S
WO
T
Bu
si
n
es
s
M
od
el
C
an
va
s
C
V
K
an
d
u
ra
K
er
am
teknologi informasi merupakan bagian yang sangat penting dan sangat mempengaruhi dunia pemasaran sehingga penting untuk setiap perusahaan memanfaat-kan internet sebagai media untuk memperkenalmemanfaat-kan dan menjual produknya ke masyarakat luas. Perusa-haan sejauh ini kurang memperhatikan konsumen secara langsung karena lebih memanfaatkan media
partner dalam menjual produknya.Melalui perbaikan
website maka pengembangan sistem informasi dapat terintegrasi dengan baik.
Membentuk subdivisi R&D (quality control dan teknik pewarnaan) (Key activities).
Merekrut sumber daya manusia yang potensial dan bekerjasama dengan rekan bisnis memberikan pelatihan khusus bagi karyawan perusahaan. (key resources).
Bekerjasama dengan rekanan pemasok sumber daya alam, kurir, investor, serta tenaga ahli yang kom-peten dibidangnya.(Key partnerships). Perusahaan harus mulai fokus dalam mencari rekanan kurir yang bersedia untuk bekerjasama dalam mengirim produk keramik terutama untuk konsumen bisnis retail.
Perusahaan dapat membuat suatu perjanjian yang dapat mengikat dan menguntungkan keduanya.Pada tahap ini, perusahaan membutuhkan refensi kurir yang mampu mengirimkan barang tepat waktu dan tanpa ada cacat sedikitpun pada barang. Selain itu, pada tahap ini perusahaan juga mulai mencari pemasok SDA berkualitas namun memiliki harga bersaing sehingga kualitas ataupun kecocokan bahan baku dengan produk-produk tableware Kandura dapat disempurnakan.
Tahapan Implementasi Program Perbaikan
Business Model Canvas
CV Kandura Keramik
Bandung
Program perbaikan yang dipersiapkan akan dila-kukan dengan menggunakan lima tahap, pembagian empat tahap ini bertujuan agar seluruh program yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik. Pem-bagian keempat tahapan ini dihasilkan sesuai dengan kondisi perusahaan baik dari tahapan implementasi maupun biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan perbaikan program tersebut. Seluruh program yang
program dijalankan dengan baik tanpa ada kendala apapun.
Program-program perbaikan yang direncanakan dibagi menjadi dua kelompok tahapan sesuai dengan fungsi dan tingkat urgensinya
Secara umum tahapan implementasi program dibagi menjadi empat tahapan, yaitu: (1) Tahap per-siapan. Pada tahap ini perusahaan mengagendakan, menganggarkan biaya, dan menentukan siapa yang akan bertanggung jawab terhadap program perbaikan yang dilakukan. Pada tahap ini perusahaan perlu mela-kukan sosialisasi program kepada pihak eksternal maupun internal perusahaan. (2) Pada program perbaikan 1. Terdapat empat program perbaikan kerja yang dapat dilakukan perusahaan pada tahap ini yaitu: 1) Membentuk segmentasi baru yaitu konsumen wisa-ta edukasi, 2) Perusahaan bekerjasama dengan maha-siswa seni ITB, UPI, dan universitas lainnya untuk membentuk komunitas keramik kontemporer serta membentuk customer service pada websitenya, 3) Bekerjasama dengan rekan bisnis membuat website
pribadi, serta 4) Bekerjasama dengan rekanan pema-sok sumber daya alam, kurir,investor, serta tenaga ahli yang kompeten dibidangnya. (3) Program perbaik-an 2. Terdapat empat program perbaikperbaik-an kerja yperbaik-ang dapat dilakukan perusahaan pada tahap ini yaitu 1) Mendaftarkan produk perusahaan khususnya table-ware Badan Standarisasi Nasional dan bekerjasama dengan rekan bisnis memproduksipackaging untuk keramik, 2) Membentuk subdivisi R&D (quality controldan teknik pewarnaan), serta 3) Merekrut sumber daya manusia yang potensial dan bekerjasama dengan rekan bisnis memberikan pelatihan khusus bagi karyawan perusahaan. (4) Tahap akhir yaitu evaluasi seluruh program. Pada tahap ini perusahaan harus mengukur dan melakukan evaluasi terhadap program perbaikan yang telah dijalankan oleh perusa-haan selama tiga tahun. Jika terdapat kekurangan atau hambatan yang terjadi selama program dijalankan, maka pada tahap ini perusahaan mulai melakukan penyempurnaan kembali terhadap business model
yang telah dijalankan.
Evaluasi setiap tahap berbeda fungsinya dengan tahap akhir, dimana pada tahap akhir ini perusahaan
akan melakukan perbaikan business model
berdasarkan program perbaikan kinerja dan perubahan eksternal yang terjadi saat itu. Gambar 2 merupakan program perbaikan yang dapat dilakukan perusahaan untuk menyempurnakan business model
perusahaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
CV Kandura keramik Bandung memiliki sem-bilan elemen business yang terdiri dari 1) customer segmentations yang berasal dari konsumen bisnis
project dan konsumen retail, 2) value propositions
yang terdiri dari Produk keramik tableware kontem-porer, bentuk, pewarnaan yang unik dan Bahan baku memiliki standar SNI, 3) channels menggunakan media partner yang berasal dari pameran dan bazar, media sosial, liputan media, website, retail store, 4)
customer relationships perusahaan masih menggu-nakan pendekatan personal ,5) revenue streams
terbagi menjadi empat bagian, 6) key resources
berasal pada kuantitas SDM dan ilmu pengetahuan yang dimiliki, 7) key activities yang dilakukan perusahaan adalah dengan eksperimen, desain, art work, dan produksi keramik, 8) key partnerships
bekerjasama dengan manufaktur, pemasok tunggal bahan baku, retail online, dan retail offline, 9) cost structures yang dikeluarkan perusahaan terdiri dari gaji karyawan, operasional kantor, operasional
workshop, sewa dan hutang modal, dan rekanan manufaktur.
Terdapat tujuh elemen yang mengalami perbaik-an, cost structure dan revenue stream tidak menga-lami perubahan karena telah terstruktur dan kedua elemen tersebut akan mengalami perubahan ketika ketujuh elemen lainnya terlah berjalan sesuai dengan perbaikan yang telah dirancang. Terdapat tujuh pro-gram perbaikan yang telah disiapkan, antara lain 1) Membentuk segmentasi baru yaitu konsumen wisata edukasi, 2) Perusahaan bekerjasama dengan mahasis-wa seni ITB, UPI, dan universitas lainnya untuk membentuk komunitas keramik kontemporer serta membentuk customer service pada websitenya, 3) Bekerjasama dengan rekan bisnis membuat website
pribadi, 4) Bekerjasama dengan rekanan pemasok, kurir, investor, serta tenaga ahli yang kompeten,5) Mendaftarkan produk khususnya tableware Badan Standarisasi Nasional dan bekerjasama dengan rekan bisnis memproduksipackaging untuk keramik, 6) Membentuk subdivisi R&D (quality controldan teknik pewarnaan), serta 7) Merekrut SDM yang po-tensial dan memberikan pelatihan khusus bagi karya-wan perusahaan.
Saran
Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan analisis five force porter yang akan menganalisis kondisi perusahaan terhadap perusahaan lain. Selain itu, diharapkan adanya analisis revelue streams dan
cost structure lebih menyeluruh karena pada peneli-tian ini tidak dijelaskan pada kedua segmen konsumen yang memberikan keuntungan lebih besar dan resiko lebih besar sehingga biaya yang ditanggung perusa-haan lebih besar dibandingkan yang lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
Andersen, B. 1995. The results of benchmarking and a benchmarking process model. Tromdheim (NO): The Norwegian Institute of Technology.
Herjanto, E. 2011. Pemberlakuan SNI Secara Wajib di Sector Industri: Efektifitas Dan Berbagai Aspek Dalam Penerapannya. Jurnal Riset Industri. 1(2): 121– 130.
Lankford, W.M. 2000. Bechmarking: understanding the ba-sics. The Coastal Business Journal. 1(1):57–62. Legner, C., Muscter, S., Brechf, L., Osterle, H. 1997.
cess mEasurement And Benchmarking: The Sap Pro-cess Information System. Swiss (CH): University St. Gallen.
[KEMENPAREKRAF] Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2011). Rencana strategis kepariwisataan dan ekonomi kreatif periode 2012–2014. Retrieved from www.indonesiakreatif.net.
[KEMENPAREKRAF] Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2013). Himpunan Peraturan Menteri Pari-wisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012. Jakarta, ID: Biro Hukum dan Kepegawaian.
Stapenhurst, T. 2009. The Benchmarking Book: A How-to-Guide to Best Practice For Managers and Practitioners. Oxford (GB): Butterworth-Heinemann.