BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan disajikan deskripsi analisis dan pembahasan penelitian.
Seperti yang telah dijelaskan dalam dua bab sebelumnya, penelitian ini menggunakan
kerangka analisis morfologi. Semua data temuan dideskripsikan dan kemudian data
tersebut dianalisis. Setelah itu, temuan dan analisis tersebut akan diikuti oleh pembahasan
hasil analisis untuk menjawab pertanyaan penelitian.
4.1 Deskripsi Analisis Data
Data yang dipergunakan untuk penelitian ini berupa kata dan frasa yang terdapat
dalam wall Facebook (dinding halaman) para remaja. Adapun responden yang dijadikan
sebagai subjek penelitian adalah para remaja yang berumur antara 13-20 tahun sebanyak
30 orang. Seluruh data tersebut akan dianalisis berdasarkan proses morfologisnya,
terutama yang berkaitan dengan proses afiksasi dan abreviasi. Selain itu, data juga akan
dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan agar bisa diketahui bagaimana ciri proses
morfologisnya.
4.1.1 Analisis Afiksasi
O‟Grady (1996:138) mengatakan penambahan sebuah afiks yang prosesnya
dikenal dengan afiksasi merupakan proses morfologis yang sering terjadi dalam sebuah
bahasa. Proses afiksasi merupakan proses pembubuhan afiks pada bentuk dasar, baik
(Chaer, 2003). Sedangkan afiks itu sendiri adalah morfem terikat yang dilekatkan pada
morfem dasar atau akar (Fromkin dan Rodman, 1998:519). Pembahasan mengenai afiks
dapat ditemukan dalam setiap buku linguistik umum dan morfologi.
Para ahli linguistik membagi afiks dalam jenis yang berbeda-beda. Katamba
(1993:44) menyebutkan tiga jenis afiks, yaitu: prefiks, sufiks, dan infiks. Fromkin dan
Rodman (1998:71-73) berpendapat bahwa ada empat jenis afiks, yaitu: prefiks, sufiks,
infiks, dan sirkumfiks. Sedangkan Alwi dll. (1988:31) menyebutkan ada empat jenis afiks
dalam bahasa Indonesia, yaitu: prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks. Khusus untuk
penelitian ini, analisis afiks ini akan dibatasi pada prefiks, sufiks, dan konfiks.
Dalam menganalisis jenis afiks dari bahasa gaul remaja dalam Facebook ini,
penulis menggunakan metode kualitatif. Dalam hal ini, penulis mendeskripsikan
jenis-jenis afiks yang ada dalam bahasa gaul tersebut.
4.1.1.1 Prefiks
Prefiks disebut juga awalan. Menurut Alwi dll. (1998) prefiks adalah afiks yang
ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar. Istilah ini berasal dari bahasa Latin
praefixus yang berarti melekat (fixus, figere) sebelum sesuatu (prae).
Berdasarkan data yang diperoleh, penulis menemukan ada empat macam prefiks
(t-, nge-, ng-, dan ny-) yang sering digunakan para remaja dalam Facebook. Di bawah ini
Tabel 4.1
sering digunakan dalam bahasa gaul para remaja dalam Facebook.
(1) Pola Perubahan Prefiks ter-  t-
Pada data (a1) dan (a2) terjadi perubahan prefiks ter- menjadi t-. Kata dasar buka
dan senyum mendapat imbuhan prefiks ter- sehingga menjadi terbuka dan tersenyum.
Kemudian kedua kata tersebut mengalami perubahan, yaitu adanya penghilangan fonem
tersisalah fonem /t/ yang kemudian menjadi prefiks baru, yaitu t-. Kata-kata terbuka,
tersenyum berubah menjadi tbuka, tsenyum. Perubahan prefiks di atas terjadi pula pada
data (a3) dan (a4).
Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
Data (a1) buka terbukatbuka ter- + buka terbuka
(-) /e/ dan /r/
tbuka
Penjelasan yang sama berlaku juga untuk data (a2), (a3), dan (a4). Jika dilihat dari
urutan fonemnya, penghilangan fonem pada prefiks ter- dapat digambarkan ke dalam
pola di bawah ini:
Berdasarkan analisis di atas, perubahan yang terjadi pada prefiks ter- dengan
adanya penghilangan fonem /e/ dan /r/ disebut dengan reduksi. Perubahan tersebut dapat
disajikan dengan pola: ter- + KD = t- + KD
Pola:
/t/ /e/ /r/ + f1f2f3f4fn /t/ /e/ /r/ + f1f2f3f4fn /t/ f1f2f3f4fn
prefiks kata dasar bahasa baku bahasa gaul
( i ) ( ii )
keterangan:
(i) proses morfologis bahasa baku
prefiks ter- dilekatkan pada kata dasar
(ii) proses morfologis bahasa gaul
Pola ini tidak berlaku untuk semua kata dasar. Hanya kata dasar yang memiliki
fonem awal tertentu yang bisa diterapkan dalam pola ini, yaitu:
(a) kata dasar yang diawali fonem /p/, /b/, /d/, /k/, /g/ contoh:
(a5) ter- + pengaruh  terpengaruh  tpengaruh (a6) ter- + balas  terbalas  tbalas
(a7) ter- +dapat  terdapat  tdapat (a8) ter- + kait  terkait  tkait
(a9) ter- + gantung  tergantung  tgantung
Semua fonem diatas apabila dilihat dari kelompok bunyinya termasuk ke dalam
bunyi stop. Namun untuk bunyi [t] tidak termasuk kedalam pola ini.
(b) kata dasar yang diawali fonem /m/, /ñ/
contoh:
(a10) ter- + masuk  termasuk  tmasuk (a11) ter- + nyata  ternyata  tnyata
Semua fonem diatas apabila dilihat dari kelompok bunyinya termasuk ke dalam
bunyi nasal. Namun untuk bunyi [n] tidak termasuk ke dalam pola ini.
(c) kata dasar yang diawali fonem /l/ contoh:
(a12) ter- + laksana  terlaksana  tlaksana
(d) kata dasar yang diawali fonem /s/, /r/, /h/ contoh:
(a13) ter- + serah  terserah  tserah (a14) ter- + rasa  terasa  trasa
(a15) ter + hadap  terhadap  thadap
Fonem diatas termasuk ke dalam bunyi frikatif. Namun tidak semua bunyi frikatif bisa diterapkan pada pola ini. Hanya bunyi frikatif yang termasuk pada alveolar, pos alveolar dan glotal.
(e) kata dasar yang diawali fonem /w/, /j/ contoh:
(a16) ter- + wujud  terwujud  twujud (a17) ter- + jadi  terjadi  tjadi
Semua fonem diatas apabila dilihat dari kelompok bunyinya termasuk ke dalam semi vokal.
Jadi, prefiks t- akan terbentuk apabila kata-kata dasar yang dilekatkan prefiks
(2) Pola Perubahan Prefiks meN-  nge-
Perubahan prefiks lainnya terjadi pada prefiks meN-. Dalam bahasa gaul, prefiks
meN- berubah menjadi nge-, ng-, dan ny-. Perubahan perfiks meN- menjadi nge- dapat
dilihat pada data (b1). Kata dasar rusak yang diberi imbuhan meN- pada bahasa baku
akan menjadi merusak dan pada bahasa gaul berubah menjadi ngerusak. Prefiks meN-
dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali fonem /r/ akan berubah menjadi me-. Setelah
itu dalam bahasa gaul fonem /m/ dan /e/ tersebut digantikan dengan fonem /n/ /g/ /e/.
Maka terbentuklah prefiks baru, yaitu prefiks nge-.
Selanjutnya pada data (b2), kata dasar jauh menjadi menjauh, dikarenakan prefiks
meN- dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali fonem /j/ berubah menjadi men. Lalu,
fonem /m/ /e/ /n/ tersebut digantikan dengan fonem /n/ /g/ /e/ sehingga kata menjauh
berubah menjadi ngejauh.
Pada data (b3) kata dasar bawa dilekatkan prefiks meN- sehingga berubah
menjadi membawa. Hal ini dikarenakan prefiks meN- dilekatkan pada bentuk dasar yang
diawali fonem /b/ berubah menjadi mem-. Sedangkan pada data (b4) kata dasar cat akan
berubah menjadi mengecat setelah dilekatkan prefiks meN-. Prefiks meN- dilekatkan pada
bentuk dasar satu suku akan berubah menjadi menge-.
Seperti halnya data (b1) dan (b2), data (b3) dan (b4) juga mengalami
penghilangan prefiks meN- dan penggantian fonem /n/ /g/ /e/ yang selanjutnya
membentuk sebuah prefiks baru, yaitu prefiks nge-. Sehingga kata membawa menjadi
ngebawa, mengecat menjadi ngecat. Perubahan prefiks ini terjadi pula pada data (b5 –
Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
(b1) rusak merusak ngerusak
meN- + rusak merusak
(-) /m/ /e/
(+) /n/, /g/, /e/
ngerusak
Penjelasan yang sama berlaku juga untuk data (b2 - b4). Jika dilihat dari urutan
fonemnya, perubahan fonem pada prefiks meN- dapat digambarkan ke dalam pola di
bawah ini:
Pola 1:
/m/ /e/ /N/ + f1f2f3f4fn /m/ /e/ /N/ + f1f2f3f4fn /n/ /g/ /e/ + /t/ f1f2f3f4fn
prefiks kata dasar bahasa baku bahasa gaul
( i ) ( ii )
keterangan:
(i) proses morfologis bahasa baku
prefiks meN- dilekatkan pada kata dasar
(ii) proses morfologis bahasa gaul
fonem /m/ /e/ /N/ digantikan dengan fonem /n/ /g/ /e/
Berdasarkan bagan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa perubahan
prefiks meN- menjadi nge- diakibatkan adanya subtitusi fonem. Perubahan tersebut dapat
disajikan dengan pola: meN- + KD = nge- + KD
Senada dengan penjelasan pola sebelumnya yaitu pola prefiks ter-, pola ini juga
tidak berlaku untuk semua kata dasar. Hanya kata dasar yang memiliki fonem awal
(a) kata dasar yang diawali fonem /b/, /d/, /g/ Contoh:
(b9) meN- + buang  membuang  ngebuang ( b10) meN- + daftar  mendaftar  ngedaftar
(b11) meN- + gunting  menggunting  ngegunting
Semua fonem di atas apabila dilihat dari kelompok bunyinya termasuk ke dalam
bunyi stop. Namun untuk bunyi [p], [t], [k] tidak termasuk ke dalam pola ini.
(b) kata dasar yang diawali fonem /l/ Contoh:
(b12) meN- + lukis  melukis  ngelukis
Fonem ini apabila dilihat dari kelompok bunyinya termasuk ke dalam bunyi lateral.
(c) kata dasar yang diawali fonem /f/, /r/, /h/ Contoh:
(b13) meN- + fitnah  memfitnah  ngefitnah (b1) meN- + rusak  merusak  ngerusak
(b15) meN- + hina  menghina  ngehina
Semua fonem di atas apabila dilihat dari kelompok bunyinya termasuk ke dalam
(d) kata dasar yang diawali fonem /j/ Contoh:
(b14) meN- + jaga  menjaga  ngejaga
Fonem ini apabila dilihat dari kelompok bunyinya termasuk ke dalam bunyi semi vokal.
(e) kata dasar yang berupa ekasuku Contoh
(b16) meN- + bom  mengebom  ngebom (b17) meN- + cat  mengecat  ngecat (b18) meN- + rem  mengerem  ngerem
Jadi prefiks nge- akan terbentuk apabila kata dasar yang dilekatkan itu berada
pada lingkungan bunyi stop, lateral, frikatif, dan semivokal. Selain itu kata dasar yang berupa ekasuku pun termasuk ke dalam pola ini. Sebaliknya prefiks nge- tidak akan muncul apabila kata dasarnya diawali dengan fonem vokal atau bunyi vokoid [a,i,u,e,o], bunyi nasal, dan fonem konsonan /p/, /t/, /k/, /v/, /s/, /z/, dan /w/.
(3) Pola Perubahan Prefiks meN-  ng-
Dalam bahasa gaul ini terdapat pula perubahan penggunaan prefiks meN- menjadi
ng-. Data (c1) menunjukkan bahwa kata dasar ambil dilekatkan prefiks meN- menjadi
mengambil, setelah itu kata tersebut mengalami perubahan menjadi ngambil. Begitu pula
menginjak dan akhirnya menjadi nginjak. Adapun perubahan yang dimaksud adalah
prefiks meN- mengalami penghilangan fonem /m/ /e/ /N/ dan menggantinya dengan
fonem /n/ dan /g/.
Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
(c1) ambil  mengambil ngambil
meN- + ambil mengambil
(-) /m/ /e/ /N/
(+) /n/, /g/
ngambil
Prefiks meN- menjadi meng- karena dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali
vokal /a,i, u, e, o/. Kemudian prefiks meN- diganti dengan prefiks ng-. Jika dilihat dari
urutan fonemnya, perubahan fonem pada prefiks meN- dapat digambarkan ke dalam pola
di bawah ini:
Pola:
/m/ /e/ /N/ + /a,i,u,e,o/f2f3f4fn /m/ /e/ /n/ /g/ + /a,i,u,e,o/f2f3f4fn /n/ /g/+ /a,i,u,e,o/f2f3f4fn
prefiks kata dasar bahasa baku bahasa gaul
(i) (ii)
keterangan:
(i): proses morfologis bahasa baku
prefiks meN- dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali fonem vokal menjadi meng-
(ii):proses morfologis bahasa gaul
prefiks meng- mengalami penghilangan fonem /m/ /e/ sehingga fonem yang tersisa adalah /n/ /g/.
Perubahan yang terjadi disebabkan adanya reduksi pada pefiks meN- yaitu
bahasa gaul kedua fonem yang tersisa tersebut menjadi sebuah prefiks baru yaitu prefiks
ng-. Perubahan ini dapat disajikan dengan pola: meN- + KD = ng- + KD
Pola ini tidak berlaku untuk semua kata dasar. Hanya kata dasar yang diawali
fonem vokal, yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ yang bisa diterapkan pada pola ini. Contoh: (c1) meN- + ambil  mengambil  ngambil
(c2) meN- + injak  menginjak  nginjak
(c3) meN- + ukur  mengukur  ngukur (c4) meN- + edit  mengedit  ngedit
(c5) meN- + olah  mengolah  ngolah
Jadi, prefiks ng- akan terbentuk apabila fonem awal kata dasar yang dilekatinya
itu berada pada lingkungan bunyi vokoid [a,i,u,e,o]. Selain bunyi tersebut prefiks ng- tidak akan muncul.
(4) Pola Perubahan Prefiks meN-  ny-
Terakhir, perubahan prefiks meN- menjadi prefiks ny- dapat dilihat pada data (d1)
kata dasar sapu apabila diberi imbuhan prefiks meN- maka akan berubah menjadi
menyapu.Prefiks meN- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /s/ akan
berubah menjadi meny-. Fonem /s/ hilang. Setelah itu, prefiks meny- mengalami
penghilangan fonem /m/ dan /e/ sehingga hanya menyisakan fonem /n/ dan /y/ yang
akhirnya membentuk prefiks baru, yaitu ny-. Data (d1) kata menyapu menjadi nyapu, (d2)
Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
(d2) siram  menyiram nyiram
meN- + siram menyiram
(-) /m/ dan /e/
(+) /n/, /y/
nyiram
Jika dilihat dari urutan fonemnya, perubahan fonem pada prefiks meN- dapat
digambarkan ke dalam pola di bawah ini:
Pola:
/m/ /e/ /N/ + /s/f2f3f4fn /m/ /e/ /n/ /y/ + /s/f2f3f4fn /n/ /y/ +/s/f2f3f4fn
prefiks kata dasar bahasa baku bahasa gaul
(i) (ii)
keterangan:
(i): proses morfologis bahasa baku
prefiks meN- dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali fonem /s/ menjadi meny-
(ii):proses morfologis bahasa gaul
prefiks meN- mengalami penghilangan fonem /m/ /e/ sehingga fonem yang tersisa adalah /n/
/y/.
Perubahan yang terjadi pada prefiks meN- di atas adalah reduksi fonem. Dalam
bahasa gaul prefiks meN- yang berubah menjadi meny- karena berhadapan dengan kata
dasar yang diawali konsonan /s/, mengalami penghilangan sebagian fonemnya yaitu /m/
dan /e/.Sehingga yang tersisa hanyalah fonem /n/ /y/. Kedua fonem yang tersisa tersebut
menjadi sebuah prefiks baru yaitu prefiks ny-. Perubahan tersebut dapat disajikan dengan
Pola ini hanya berlaku apabila kata dasar yang dilekatinya itu diawali dengan
fonem /s/. Misalnya:
(d3) meN- + sobek  menyobek  nyobek (d4) meN- + seberang  menyeberang  nyeberang
Jadi prefiks ny- akan muncul apabila kata dasar yang dilekatkanya itu diawali
fonem /s/. Sebaliknya prefiks ny- tidak akan muncul apabila kata dasarnya bukan diawali fonem /s/.
4.1.1.2 Sufiks
Sufiks atau akhiran adalah afiks yang digunakan di bagian belakang kata (Alwi
dll.,1998). Istilah ini juga berasal dari bahasa Latin suffixus yang berarti melekat (fixus,
figere) di bawah (sub). Dalam bahasa Indonesia terdapat empat macam sufiks, yaitu
sufiks –kan,-i, –an, dan –nya. Namun dalam bahasa gaul ini hanya ada satu sufiks yang
kerap digunakan para remaja, yaitu sufiks –in yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2
Proses Morfologis Bahasa Remaja yang Berkaitan dengan Sufiks
Kata Dasar Bahasa Baku Bahasa Gaul Konteks Pola Perubahan
Sufiks
(f1) cari carikan cariin …loe bisa cariin bt gw
kan?
-kan  -in
(g1) datang datangi datangin …gampanglah, tinggal
datangin aja ke
rumahnya…
Data sufiks pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat 1 macam sufiks yang
sering digunakan dalam bahasa gaul para remaja dalam Facebook. Pada data (f1) dan
(g1) terjadi perubahan sufiks –kan dan sufiks -i menjadi -in. Kata dasar cari (f1)
mendapat imbuhan sufiks –kan sehingga menjadi carikan. Kemudian kata tersebut
mengalami perubahan, yaitu adanya penggantian fonem /k/ /a/ dan /n/ dengan fonem /i/
dan /n/ sehingga membentuk sufiks baru yaitu sufiks –in. Oleh karena itu dalam bahasa
gaul kata carikan berubah menjadi cariin
Hal yang hampir serupa terjadi pula pada data (g1) kata dasar datang mendapat
imbuhan sufiks -i sehingga menjadi datangi. Kemudian kata tersebut mengalami
perubahan, yaitu adanya penambahan fonem /n/ pada akhir kata sehingga membentuk
sufiks baru yaitu sufiks –in. Oleh karena itu dalam bahasa gaul kata datangi berubah
menjadi datangin. Perubahan prefiks diatas terjadi pula pada data (f 2-f6) dan (g2-g5).
Jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia baku, tidak terdapat sufiks -in.
Sehingga bisa dijadikan kaidah bahwa sufiks -in menampung sufiks -kan dan sufiks -i
dalam ragam bahasa gaul remaja.
Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
(f1) cari  carikan  cariin cari + -kan carikan
(-) /k/ /a/ /n/
(+) /i/ /n/
cariin
Jika dilihat dari urutan fonemnya, perubahan fonem pada sufiks -kan dapat digambarkan
Pola 4:
f1f2f3f4fn + /k/ /a/ /n/ f1f2f3f4fn + /k/ /a/ /n/ f1f2f3f4fn + /i/ /n/
kata dasar sufiks bahasa baku bahasa gaul
(i) (ii)
keterangan:
(i): proses morfologis bahasa baku
sufiks -kan dilekatkan pada kata dasar
(ii):proses morfologis bahasa gaul
sufiks -kan mengalami penghilangan fonem /k/ /a/ /n/ dan penggantian dengan fonem /i/ /n/
sehingga membentuk prefiks baru, yaitu –in.
Perubahan yang terjadi pada sufiks -kan di atas adalah substitusi fonem. Dalam
bahasa gaul, sufiks –kan yang terdiri dari fonem /k/ /a/ /n/ diganti dengan fonem /i/ /n/.
Kedua fonem /i/ /n/ ini yang akhirnya membentuk menjadi sebuah sufiks baru yaitu
sufiks –in.
Sedangkan proses pembentukan sufiks –i menjadi sufiks –in adalah sebagai
berikut:
(g1) datangdatangidatangin datang + - i datangi
(+) /n/
datangin
Jika dilihat dari urutan fonemnya, perubahan fonem pada sufiks -i dapat digambarkan ke
Pola 5:
f1f2f3f4fn + /i/ f1f2f3f4fn + /i/ f1f2f3f4fn + /i/ /n/
kata dasar sufiks bahasa baku bahasa gaul
+ /n/
(i) (ii)
keterangan:
(i): proses morfologis bahasa baku
sufiks -i dilekatkan pada kata dasar
(ii):proses morfologis bahasa gaul
sufiks -i mengalami penambahan fonem /n/ sehingga membentuk prefiks baru, yaitu -in
Perubahan yang terjadi pada sufiks –i di atas adalah adisi fonem. Dalam bahasa
gaul, sufiks –i mengalami penambahan fonem /n/ sehingga membentuk sebuah sufiks
baru yaitu sufiks –in. Perubahan tersebut dapat disajikan dengan pola: KD + -kan / -i = KD + -in
Pola ini berlaku untuk semua jenis kata dasar asalkan kata dasar tersebut dibubuhi sufiks –kan atau –in. Misalnya:
(f2) tuang + -kan  tuangkan  tuangin (g2) basah + -i  basahi  basahin
Jadi, sufiks –in akan muncul ketika berhadapan dengan kata dasar yang sudah dibubuhi sufiks –kan atau –in. Diluar kedua sufiks tersebut, maka sufiks –in tidak akan
4.1.1.3 Konfiks
Konfiks disebut juga ambifiks atau sirkumfiks. Secara etimologis dari bahasa
Latin, ketiga istilah ini memiliki kesamaan arti. Kon- berasal dari kata confero yang
berarti secara bersamaan (bring together), ambi- berasal dari kata ambo yang berarti
kedua-duanya (both), dan sirkum- berasal dari kata circumdo yang berarti ditaruh
disekeliling (put around) (Gummere dan Horn, 1955). Menurut Alwi dll. (1198:32)
konfiks adalah gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan dan secara
serentak diimbuhkan.
Berikut ini contoh data konfiks yang disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Proses Morfologis Bahasa Remaja yang Berkaitan dengan Konfiks
Kata Dasar Bahasa Baku Bahasa Gaul Konteks Pola Perubahan
km?…
(1) Pola Perubahan Konfiks meN-kan  ng-in
Pada data (h1) dan (h2) terjadi perubahan konfiks meN-kan menjadi ng-in. Kata
dasar akibat (h1) dan izin (h2) mendapat imbuhan konfiks meN-kan sehingga menjadi
mengakibatkan dan mengizinkan. Kemudian kedua kata tersebut mengalami perubahan,
yaitu adanya penghilangan fonem /m/ /e/ /n/ /g/ /k/ /a/ /n/. Fonem-fonem tersebut
kemudian digantikan dengan fonem /n/ /g/ /i/ /n/ sehingga membentuk konfiks baru, yaitu
ng-in. Kata-kata mengakibatkan, mengizinkan berubah menjadi ngakibatin, ngizinin.
Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
(h1) akibat mengakibatkanngakibatin
meN-kan + akibat mengakibatkan
(-) /m/ /e/ /n/ /g/ /k/ /a/ /n/
(+) /n/ /g/ /i/ /n/
ngakibatin
Penjelasan yang sama berlaku juga untuk data (h2-h12). Perubahan tersebut dapat
disajikan dengan pola: meN-kan + KD = ng-in + KD
Pola ini tidak berlaku untuk semua kata dasar. Hanya kata dasar yang diawali fonem /h/ dan fonem vokal, yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /o/ yang bisa diterapkan pada pola ini. Contoh: (h5) meN-kan + habis  menghabiskan  ngabisin
(h11) meN-kan + efisien  mengefisienkan  ngefisienin
(h12) meN-kan + operasi  mengoperasikan  ngoprasiin
Jadi, konfiks ng-in akan muncul bila dilekatkan pada kata dasar yang diawali
fonem /h/ dan kata dasar yang dilekatinya itu berada pada lingkungan bunyi vokoid [a,i,u,e,o].
(2) Pola Perubahan Konfiks meN-kan  nge-in
Perubahan konfiks meN-kan lainnya dapat dilihat pada data (i1) dan (i2). Pada
data ini terjadi perubahan konfiks meN-kan menjadi nge-in. Kata dasar janji dan kerja
mendapat imbuhan konfiks meN-kan sehingga menjadi menjanjikan dan mengerjakan.
Kemudian kedua kata tersebut mengalami perubahan, yaitu adanya penghilangan fonem
/m/ /e/ /N/ /k/ /a/ /n/. Fonem-fonem tersebut kemudian digantikan dengan fonem /n/ /g/
/e/ /i/ /n/ sehingga membentuk konfiks baru, yaitu nge-in. Kata-kata menjanjikan,
mengerjakan berubah menjadi ngejanjiin, ngerjain . Perubahan konfiks diatas terjadi pula
pada data (i3-i6). Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
(i1) janji  menjanjikan ngejanjiin
meN-kan + janji menjanjikan
(-) /m/ /e/ /N/
(+) /n/ /g/ /e/ /i/ /n/
ngejanjiin
Pola ini juga tidak berlaku untuk semua kata dasar. Hanya kata dasar yang memiliki
fonem awal tertentu yang bisa diterapkan dalam pola ini, yaitu:
(a) kata dasar yang diawali fonem /p/, /b/, /t/, /d/, /g/, Contoh:
(i5) meN-kan + baca  membacakan  ngebacain
(i7) meN-kan + dapat  mendapatkan  ngedapetin (i8) meN-kan + gempar  menggemparkan  ngegemparin
(i9) meN-kan + padam  memadamkan  ngemadamin (i10) meN-kan + tumpah  menumpahkan  ngenumpahin (i11) meN-kan + kerah  mengerahkan  ngerahin
Semua fonem di atas apabila dilihat dari kelompok bunyinya termasuk ke dalam
bunyi stop.
(b) kata dasar yang diawali fonem /l/ Contoh:
(i12) meN-kan + laksana  melaksanakan  ngelaksanain
Fonem ini apabila dilihat dari kelompok bunyinya termasuk ke dalam bunyi lateral.
(c) kata dasar yang diawali fonem /m/, /n/
Kedua fonem tersebut apabila dilihat dari kelompok bunyinya termasuk ke dalam
bunyi nasal.
(d) kata dasar yang diawali fonem /s/, /r/, /h/, /v/, /f/, /z/ Contoh:
(i15) meN-kan + sah  mengesahkan  ngesahin (i3) meN-kan + repot  merepotkan  ngerepotin
(i16) meN-kan + hubung  menghubungkan  ngehubungin (i17) meN-kan + variasi  memvariasikan  ngevariasiin (i18) meN-kan + film  memfilmkan  ngefilmin
(i19) meN-kan + zakat  menzakatkan  ngezakatin
Semua fonem di atas apabila dilihat dari kelompok bunyinya termasuk ke dalam
bunyi frikatif.
(e) kata dasar yang diawali fonem /j/, /w/ Contoh:
(i1) meN-kan + janji  menjanjikan  ngejanjiin
(i20) meN-kan + wajib  mewajibkan  ngewajibin
Jadi konfiks nge-in akan terbentuk apabila kata dasar yang dilekatkan itu berada
pada lingkungan bunyi stop, lateral, nasal, frikatif, dan semivokal.
(3) Pola Perubahan Konfiks meN-kan  -in
Selanjutnya, pada data (j1), (j2), dan (j3) terjadi perubahan konfiks meN-kan
menjadisufiks -in. Kata dasar sebal, temu, dan pikir mendapat imbuhan konfiks meN-kan
sehingga menjadi menyebalkan, menemukan, dan memikirkan. Kemudian ketiga kata
tersebut mengalami perubahan, yaitu adanya penghilangan beberapa fonem pada prefiks
meN-kan, yaitu fonem /m/ /e/ /k/ /a/ /n/. Fonem-fonem tersebut kemudian digantikan
dengan fonem /i/ /n/ sehingga membentuk sufiks baru, yaitu -in. Kata-kata menyebalkan,
menemukan, dam memikirkan berubah menjadi nyebelin, nemuin, mikirin.
Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
(j1) sebal menyebalkannyebelin
meN-kan + sebal menyebalkan
(-) /m/ /e/
(+) /i/ /n/
nyebelin
Prefiks meN- apabila diikuti bentuk dasar yang diawali dengan fonem /s/ akan berubah
menjadi meny-. Fonem /s/ mengalami peluluhan.
Pada data (k1) terjadi perubahan konfiks meN-i menjadi -in. Kata dasar nasehat
mendapat imbuhan konfiks meN-i sehingga menjadi menasehati. Kemudian kata tersebut
mengalami perubahan, yaitu adanya penghilangan fonem /m/ /e/ dan /i/. Fonem-fonem
tersebut kemudian digantikan dengan fonem /i/ /n/ sehingga membentuk sufiks -in.
Kata-kata (k1) menasehati, (k2) memusuhi berubah menjadi nasehatin, musuhin.
Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
(k1) nasehat  menasehati nasehatin
meN-i + nasehati menasehati
(-) /m/ /e/
(+) /n/
nasehatin
Berdasarkan bagan di atas, maka dapat dibuatkan polanya sebagai berikut:
meN-kan / meN-i + KD = KD + -in
Berdasarkan analisis data di atas, maka pada pola ini konfiks meN-kan dan meN-i akan
berubah menjadi sufiks–in apabila kata dasarnya diawali fonem /s/, /t/, /p/, /m/, dan /n/.
4.1.2 Analisis Abreviasi
Menurut Arifin & Junaiyah (2009:13) abreviasi adalah proses morfologis yang
mengubah leksem atau gabungan leksem menjadi kependekan. Istilah lain untuk
abreviasi adalah pemendekan, sedang hasil prosesnya disebut kependekan.
Abreviasi merupakan proses yang cukup produktif dan terdapat hampir pada
tempat (tulisan) dan tentu juga ucapan. Pada analisis penelitian ini, abreviasi dibedakan
menjadi singkatan, akronim, dan kontraksi.
4.1.2.1 Singkatan
Singkatan yaitu proses pemendekkan yang terdiri atas pengambilan fonem-fonem
depannya saja. Berikut ini merupakan contoh data singkatan yang penulis sajikan ke
dalam tabel (untuk lengkapnya ada dalam lampiran 2 tabel 4).
Tabel 4.4
Singkatan Bahasa Gaul Remaja dalam Facebook
Frasa Asal Bahasa Gaul
(a1) Be Right Back BRB
(a2) For Your Information FYI
(a3) Get Well Soon GWS
(a4) Oh My God OMG
(a5)Happy Birth Day HBD
(a6)Wish You All The Best WUATB
(a7) gede rasa gr
(a8) problem lu pl
(a9) suka sama suka sms
(a10) God Bless You GBU
(a11) I Love You ILU
(a12) I Miss You IMU
(a13) I Need You INU
(a72) pulang plg
Adapun proses pembentukannya sebagai berikut:
(a1) be right back  brb
(a4) Oh My God  OMG
Dengan frasa asal (a1) be right back disingkat menjadi brb. Dengan demikian, singkatan
brb hanya mengambil fonem awal dari be /b/, fonem awal dari right /r/ dan fonem awal
dari back /b/. Sehingga pengambilan dari masing-masing ketiga fonem ini, maka jadilah
singkatan brb. Jika dilihat dari urutan fonemnya, proses pengambilan fonem pada
singkatan ini dapat digambarkan ke dalam pola di bawah ini:
f1a + f2a + fna f1b + f2b + fnb fnn f1a+ f2a+fnn
Khusus untuk singkatan yang mengadung kata „you‟ tidak disingkat menjadi /y/,
melainkan menjadi /u/. Hal ini disebabkan dalam bahasa Inggris bunyi [you] hampir
sama dengan bunyi [u], sehingga dalam penulisan singkatannya you  u. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut ini.
(a10) God Bless You  GBU
(a11) I Love You  ILU
(a12) I Miss You  IMU
(a13) I Need You  INU
Apabila dilihat dari urutan fonemnya, maka proses pembentukan singkatan di atas dapat
f1a + f2a + fna f1b + f2b + fnb you f1a+ f2b+ /u/
Pola di atas berlaku jika singkatan tersebut terdiri dari dua kata atau lebih. Pada
bahasa remaja ini, kata yang terdiri dari satu kata apabila disingkat akan mengalami
penghilangan fonem vokal dan atau penggantian fonem /ŋ/ menjadi fonem /g/. Misalnya:
(a61) padahal  /p/ /a/ /d/ /a/ /h/ /a/ /l/  pdhl (a72) pulang  /p/ /u/ /l/ /a/ /n/ /g/  plg
Pola ini memiliki pola yang sederhana, hanya menghilangkan semua fonem vokal.
Seperti data di atas kata di mana, fonem /i/ pada kata di menjadi hilang dan fonem /a/
pada kata mana juga hilang. Sehingga menyisakan fonem /d/, /m/, /n/ terbentuklah
kontraksi dmn. Kemudian pada kata yang memiliki unsur fonem /ŋ/, fonem tersebut akan
diwakili dengan fonem /g/. Misalnya pada kata (p15) pulang, kata ini mengalami
penghilangan fonem vokal /u/ dan /a/ serta penggantian fonem /ŋ/ dengan fonem /g/.
Setelah mengalami proses morfologis, kata pulang berubah menjadi plg.
4.1.2.2 Akronim
Akronim adalah hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai
kata. Di bawah ini penulis mengutip 15 data (untuk lengkapnya ada pada lampiran 2 tabel
5).
Tabel 4.5
Bahasa Asal Akronim Keterangan
gunakan dalam Facebook memiliki 8 kaidah pembentukan, yaitu:
 Pertama, pengambilan huruf-huruf (fonem-fonem) pertama dari kata-kata yang
membentuk konsep itu. Misalnya:
(b1) as soon as possible  asap (b2) no action talk only  nato
Jika dilihat dari urutan fonemnya, pembentukan akronim berdasarkan
fonem-fonem dari setiap kata dapat digambarkan sebagai berikut:
Pola 1:
frasa asal bahasa gaul
Fonem awal pada kata pertama ditunjukkan dengan tanda /f1a /, lalu pada kata
kedua /f1b /, kata ketiga /f1c / begitu seterusnya sampai pada fonem awal kata terakhir
yang ditandai dengan /f1n /. Contoh data yang penulis peroleh untuk pola ini adalah (c2)
as soon as possible yang diperpendek menjadi sebuah akronim asap. Bila diterapkan
pada pola di atas, kata asap terdiri dari fonem /a/ /s/ /a/ /p/ yang kesemua fonem ini
diambil dari fonem pertama dari setiap kata yang mewadahi konsep itu. Fonem /a/ berasal
dari kata as, kemudian fonem /s/ berasal dari kata soon, fonem /a/ berasal dari kata as dan
yang terakhir fonem /p/ diambil dari kata possible, maka akhirnya terbentuklah akronim
asap.
 Kedua, pengambilan suku kata pertama dari semua kata yang membentuk
konsep itu. Misalnya:
(c1) beda tipis be –da ti– pis  beti
(c2) jalur pribadi ja –lur pri– ba – di  japri
Jika dilihat dari urutan suku katanya, pembentukan akronim berdasarkan suku kata
pertama dari setiap kata dapat digambarkan sebagai berikut:
Pola 2:
[sk1a + sk2a] [sk1b + sk2b] sk1a+sk1b
Pada pola kedua ini, sebuah akronim terbentuk dari gabungan suku kata. Suku
kata yang dimaksud adalah suku kata pertama dari semua kata yang mewadahi konsep itu
yang ditandai dengan simbol [sk1a + sk1b]. Simbol [sk1a] menunjukkan suku kata pertama
dari kata pertama, sedangkan [sk1b] menunjukkan suku kata pertama dari kata kedua. Hal
ini dapat dilihat pada data (b1) beti berasal dari kata beda tipis yang diambil suku kata
pertamanya saja dari setiap kata. Kata beda diambil suku kata pertamanya, yaitu [be] dan
kata tipis diambil suku kata pertamanya, yaitu [ti] sehingga apabila digabungkan kedua
suku kata tersebut [be+ti] menjadi [beti].
 Ketiga, pengambilan suku kata kedua dari semua kata yang membentuk konsep
itu.
Misalnya:
(d1) ibu hamil  i –bu ha –mil  bumil
Jika dilihat dari urutan suku katanya, pembentukan akronim ini berdasarkan suku kata
kedua atau terakhir dari setiap kata dapat digambarkan sebagai berikut:
Pola 3:
[sk1a + sk2a] [sk1b + sk2b] [sk2a +sk2b]
frasa asal bahasa gaul
Pola ini kebalikannya dari pola yang kedua. Dalam pola ini, akronim yang
dibentuk berasal dari gabungan suku kata kedua atau terakhir dari setiap kata yang
mewadahi konsep itu. Simbol [sk2a] menunjukkan suku kata kedua dari kata pertama,
penggabungan kedua suku kata itu disimbolkan dengan [sk2a + sk2b]. Apabila pola di atas
diterapkan pada data (e1) ibu hamil, maka yang menjadi [sk2a] adalah suku kata [bu] dari
kata ibu dan untuk [sk2b] adalah [mil] dari kata hamil. kemudian kedua suku kata tersebut
digabungkan [bu + mil] menjadi [bumil].
 Keempat, pengambilan suku kata pertama dan suku kata terakhir dari setiap
kata yang membentuk konsep itu. Misalnya:
(e1) heboh sendiri he– boh sen – di –ri  heri (e2) bego bloon be– go blo –on  beon
Jika dilihat dari urutan suku katanya, pembentukan akronim ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Pola 4:
[sk1a+ skna] [sk1b+sknb] [sk1a + sknb]
frasa asal bahasa gaul
Akronim yang dibentuk berdasarkan pola ini terdiri dari gabungan suku kata
pertama dari kata pertama [sk1a] ditambah suku kata terakhir dari kata kedua [sknb].
Ketika pola ini diterapkan pada data kata (f1) heboh sendiri, maka analisanya sebagai
berikut. Kata pertamanya yaitu heboh, apabila dipenggal menurut suku katanya akan
menjadi [he + boh] maka didapatlah [sk1a]nya adalah [he]. Sedangkan untuk kata
keduanya sendiri, apabila dipenggal berdasarkan suku katanya akan menjadi [sen + di +
 Kelima, pengambilan suku kata pertama ditambah dengan fonem pertama dari
suku kata kedua dari setiap kata yang membentuk konsep itu. Misalnya:
(f1) bisa pakai  bi–sa pa–kai  bispak
(f2) kopi darat  ko–pi da–rat  kopdar
Jika dilihat dari urutan suku katanya, pembentukan akronim dapat digambarkan sebagai
berikut:
Pola 5:
[sk1a + sk2a (f1a+ f2a + fna)] [sk1b + sk2b(f1b + f2b + fnb)] [sk1a + /f1a (sk2a)/ + sk1b + /f1b(sk2b)/]
frase asal bahasa gaul
Pada pola kelima ini, sebuah akronim terbentuk dari gabungan suku kata pertama
[sk1a] ditambah dengan fonem pertama dari suku kata kedua [f1a (sk2a)] dari setiap kata
yang mewadahi konsep itu. Jika pola ini diterapkan pada data (g1) bisa pakai maka
analisisnya sebagai berikut: kata pertama bisa bila dipenggal menjadi suku kata [bi + sa],
kemudian kata kedua pakai menjadi [pa + kai]. Dari setiap kata diambil suku kata
pertama ditambah fonem pertama dari suku kata keduanya. Kata pertama bisa diambil
suku kata pertamanya [bi] ditambah fonem /s/ dari suku kata kedua [sa] maka
terbentuklah [bi + /s/]. Lalu kata kedua pakai diambil suku kata pertamanya [pa]
ditambah fonem pertama dari suku kata kedua [kai], yaitu fonem /k/ akan menjadi [pa +
/k/]. Akhirnya, jika digabungkan [bi + /s/ + pa + /k/] akan menjadi sebuah akronim
 Keenam, pengambilan suku kata pertama ditambah dengan fonem pertama dari
suku kata kedua dan suku kata pertama dari kata kedua. Misalnya:
(g1) sama siapa sa–ma si– a – pa  samsi (g2) makan siang ma –kan si– ang  maksi
Jika dilihat dari urutan suku katanya, pembentukan akronim berdasarkan suku kata dan
fonem ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Pola 6:
[sk1a + sk2a(f1a + f2a + fna) ] [sk1b + sk2b] [sk1a + f1a(sk2a) + sk1b]
frase asal bahasa gaul
Hampir sama seperti pola kelima, akronim ini merupakan gabungan suku kata dan
fonem. Hanya saja berbeda sedikit, pada pola ini tidak mengambil fonem pertama dari
suku kata kedua. Jadi pola ini hanya menggabungkan suku kata pertama [sk1a] ditambah
dengan fonem pertama dari suku kata kedua [f1a (sk2a)] dan ditambah suku kata pertama
dari kata kedua [sk1b] Jika pola ini diterapkan pada data (h1) sama siapa maka
analisisnya sebagai berikut: kata pertama sama bila dipenggal menjadi suku kata [sa +
ma], kemudian kata kedua siapa menjadi [si + a + pa]. Kata pertama sama diambil suku
kata pertamanya [sa] ditambah fonem /m/ dari suku kata kedua [ma] maka terbentuklah
[sa + /m/]. Lalu kata kedua siapa diambil suku kata pertamanya [si], digabungkan [sa +
/m/ + si] akan menjadi sebuah akronim samsi.
 Ketujuh, pengambilan suku kata pertama dari kata pertama dan suku kata
Misalnya:
(h1) biang gosip bi– ang go–sip  bigos (h2) jaman dulu  ja– man du–lu  jadul
Jika dilihat dari urutan suku katanya, pembentukan akronim berdasarkan suku kata dan
fonem dapat digambarkan sebagai berikut:
Pola 7:
[sk1a + sk2a] [sk1b + sk2b(f1b+ f2b + fnb)] [sk1a + sk1b+ f1b(sk2b)]
frase asal bahasa gaul
Sama halnya seperti pola kelima dan keenam, akronim ini merupakan gabungan
suku kata dan fonem. Hanya saja berbeda sedikit, yaitu pola ini tidak mengambil fonem
pertama dari suku kata pertama. Jadi pola ini hanya menggabungkan suku kata pertama
dari kata pertama [sk1a] ditambah suku kata pertama dari kata kedua [sk1b] dan fonem
petama dari suku kata kedua /f1b (sk2b)/. Jika pola ini diterapkan pada data (i2) jaman dulu
maka analisisnya sebagai berikut: kata pertama jaman bila dipenggal menjadi suku kata
[ja + man], kemudian kata kedua dulu menjadi [du + lu]. Kata pertama jaman diambil
suku kata pertamanya [ja]. Lalu kata kedua dulu diambil suku kata pertamanya [du] dan
ditambah fonem pertama dari suku kata kedua [lu] yaitu fonem /l/. Apabila digabungkan
[ja + du + /l/] akan menjadi sebuah akronim jadul.
 Kedelapan, pengambilan suku kata tertentu disertai dengan modifikasi yang
tampaknya tidak beraturan; namun, masih dengan memperhatikan “keindahan”
(i1) brondong manis bron – dong ma –nis  brownis (i2) loading lambat loading lam – bat  lola (i3) sok tahu  sok ta-hu  sotoy
Pada pola kedelapan penulis tidak menemukan pola yang ajeg seperti halnya
pola-pola sebelumnya. Pola ini manasuka dan cenderung menekankan pada keindahan
bunyi. Seperti pada data (j1) brondong manis menjadi brownis. Jika menurutkan pola
keempat yang mengambil suku kata pertama dari kata pertama dan suku kata terakhir
dari kata kedua, seharusnya akronimnya menjadi [bronis]. Alih-alih menjadi bronis,
akronim kata ini mendapat tambahan fonem /w/ yang disisipkan di tengah kata [bro +
/w/ + nis] menjadi brownis.
4.1.2.3Kontraksi
Kontraksi ialah gejala yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem yang
dihilangkan. Kadang-kadang, ada perubahan atau penggantian fonem
(Muslich,2008:109). Contohnya: tidak ada  tiada. Di bawah ini penulis mengutip 19 data (untuk lengkapnya ada pada lampiran 2 tabel 6).
(l1) gua
Jika dilihat dari urutan suku katanya, pembentukan kontraksi ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pola 1:
[sk1a + sk2a] [sk1a + sk2a] sk1a
frase asal proses morfologis bahasa gaul
Pola ini merupakan pola yang umum terjadi dalam pembentukan sebuah
Seperti yang terjadi pada data (k1) munafik apabila dipenggal berdasarkan suku katanya
menjadi [mu - na - fik] dan suku kata yang terakhirnya [fik] dihilangkan maka akan
menjadi [muna]. Penjelasan ini berlaku juga untuk data (k2) brother yang mengalami
penghilangan suku kata terakhirnya [ther] sehingga menjadi bro. Begitu juga dengan data
(k3) dan (k4), masing-masing kata cewek menjadi ce dan cowok menjadi co.
(2) penghilangan sebagian suku kata di awal kata Misalnya:
(k1) sudah  su – dah  dah
(k2) salam  sa – lam  lam
Jika dilihat dari urutan suku katanya, pembentukan kontraksi ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pola 2:
[sk1a + sk2a] [sk1a + sk2a] sk2a
frase asal proses morfologis bahasa gaul
Pola ini kebalikannya dari pola kesatu. Pada pola ini suku kata yang
dihilangkannya berada di awal kata. Seperti pada data (l1) sudah menjadi dah, karena
adanya penghilangan suku kata pertama [su] dan yang tersisa adalah [dah].
(3) penggantian gugus fonem /au/ atau /ua/ menjadi fonem /w/ Misalnya:
(l1) gua  gw
(l2) mau  mw
Jika dilihat dari urutan fonemnya, pembentukan akronim ini berdasarkan
fonemnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Pola 3:
f1f2f3 (/u/ /a/ atau /a/ /u/) f1f2f3 (/u/ /a/ atau /a/ /u/) f1f2f3 /w/
kata asal proses morfologis bahasa gaul
Pada pola ketiga ini berlaku hanya pada kata-kata yang memiliki gugus fonem
/au/ atau /ua/, seperti pada data (l1) gua, (l2) mau, dan (l3) atau. Kedua gugus fonem
tersebut mengalami penggatian (substitusi) fonem /w/. Sehingga, kata-kata seperti gua,
mau, dan atau berubah menjadi gw, mw, dan atw.
(4) penggabungan dua kata menjadi satu kata dengan menghilangkan sebagian fonem
Misalnya:
(m1) ya sudah  yasud (m2) ya habis  yabis (m3) lagi dimana  lagdim
(m4) jam berapa  jamber
Berbeda dengan ketiga pola sebelumnya yang hanya terdiri satu kata, pada bagian
ini pola kontraksinya berlaku untuk dua kata yang digabungkan menjadi satu kata dengan
menghilangkan sebagian fonemnya. Seperti pada kata (n1) ya sudah menjadi yasud dan
(n4) jam berapa menjadi jamber. Kedua contoh tersebut mengalami reduksi fonem pada
[su + dah], lalu dalam bahasa gaul terjadi reduksi fonem pada suku kata [dah] dengan
menghilangkan fonem /a/ dan /h/ sehingga yang tersisalah hanyalah fonem /d/ yang
kemudian digabungkan pada suku kata sebelumnya. Akhirnya terbentuklah sebuah
kontraksi [ya + su +/d/] menjadi yasud.
(5) pembalikan fonem dan penghilangan sebagian fonem Misalnya:
(n1) mobil  mo – bil  boil (n2) asyik  a – syik  saik (n3) hancur  han – cur  caur
Selain penghilangan suku kata, fonem dan penggabungan kata, kontraksi juga bisa
dibentuk dari pembalikan fonem. Apabila dianalisis berdasarkan tiga contoh di atas,
aturan yang sama untuk untuk ketiga contoh tersebut adalah terdiri dari dua suku kata dan
suku kata keduanya diambil dari dua fonem terakhir pada setiap masing-masing suku kata
kedua. Seperti pada suku kata [bil] diambil dua fonem terakhirnya saja /i/ /l/, begitu juga
[syik] diambil fonem /i/ /k/, dan [cur] diambil fonem /u/ /r/. Aturan yang agak berbeda
terletak pada suku kata pertama.
(6) penghilangan sebagian fonem dan penambahan fonem lainnya
(o1) cakep  caem
(o2) banget  beud
(o4) sudah  sutra
(o5) saja  ajj
Pada pola keenam ini tidak ada aturan yang ajeg, bahkan cenderung mana suka.
Fonem-fonem yang dihilangkan dan yang ditambahkan pada setiap contoh di atas tidak
sama aturannya. Pola ini lebih menekankan pada keindahan bunyi.
4.1.3 Analisis Ciri Ragam Bahasa Remaja Kaitannya dengan Tingkat Pendidikan Formal Mereka
4.1.3.1 Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Data yang diperoleh pada remaja tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
menunjukkan mereka tergolong masih jarang menggunakan afiksasi dan abreviasi.
Bahasa yang mereka gunakan cenderung masih termasuk bahasa baku, belum banyak
proses morfologis yang terjadi.
Berdasarkan data yang penulis dapatkan, afiksasi yang sering mereka gunakan
hanyalah sufiks –in, seperti cariin, lupain, temenin, tungguin, dan lain-lain. Jarang
mereka berkreasi dengan proses afiksasi yang lainnya.
Proses morfologis yang sering mereka gunakan adalah abreviasi terutama dalam
hal singkatan dan akronim, tetapi itu pun dalam pola yang sederhana. Data untuk
singkatan penulis dapatkan seperti kata pr, gr, lol, hbd, dan lain sebagainya. Jika
dianalisis singkatan diatas akan sebagai berikut:
pr: pekerjaan rumah  pr gr: gede rasa  gr
hbd: happy birth day  hbd
Keempat data di atas menunjukkan singkatan yang terjadi berasal dari
pengambilan fonem awal setiap masing-masing kata. Contoh kata hbd terdiri dari tiga
buah fonem, yaitu fonem /h/, /b/, dan /d/. Fonem /h/ berasal dari kata happy yang diambil
fonem awalnya saja. Kemudian fonem /b/ berasal dari kata birth yang diambil fonem
awalnya juga. Begitu pula yang terjadi dengan fonem /d/ yang berasal dari kata day yang
diambil fonem awalnya. Maka setelah digabungkan ketiga fonem tersebut terciptalah
singkatan hdb. Jika dilihat dari urutan fonemnya, proses pengambilan fonem pada
singkatan ini dapat digambarkan ke dalam pola di bawah ini:
f1a + f2a + fna f1b + f2b + fnb fnn f1a+ f2a+fnn
Pola singkatan ini berlaku jika kata asalnya terdiri dari dua kata atau lebih. Untuk
singkatan yang berasal dari satu kata memiliki pola yang lain. Singkatan yang terdiri dari
satu kata, biasanya para remaja SMP menghilangkan fonem vokal dan menyisakan fonem
konsonannya untuk dijadikan singkatan. Seperti pada contoh berikut ini:
besok  bsk (dihilangkan fonem /e/ dan /o/) dapat  dpt (dihilangkan fonem /a/)
kamu  km (dihilangkan fonem /a/ dan /u/)
Jadi, proses morfologis singkatan bahasa gaul pada tingkat remaja SMP masih
sangat sederhana hanya menghilangkan fonem-fonem vokal bila katanya hanya terdiri
dari satu kata dan mengambil fonem-fonem awal pada setiap kata bila katanya terdiri dari
Selanjutnya proses morfologis yang terjadi pada bahasa gaul remaja SMP adalah
akronim. Sama halnya seperti singkatan, penggunaan akronim para remaja ini sedikit.
Kalaupun mereka menggunakan akronim dalam berkomunikasi, itu dikarenakan meeka
mengikuti trend bahasa gaul yang sedang berkembang sekarang. Akronim yang sering
mereka gunakan seperti harkos (harapan kosong), pulsek (pulang sekolah), jamber (jam
berapa), bubar (buka bareng), nobar (nonton bareng), cupu (culun punya), jadul (jaman
dulu), lola (loading lambat), dan lain sebagainya.
4.1.3.2Sekolah Menengah Atas (SMA)
Berdasarkan data yang diperoleh, penulis melihat penggunaan bahasa gaul banyak
digunakan oleh para remaja di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Semua aspek
seperti afiksasi dan abreviasi banyak terjadi. Penggunaan afiksasi baik itu prefiks, sufiks,
maupun konfiks banyak digunakan mereka dalam berkomunikasi. Penjelasan untuk
afiksasi para remaja SMA sama seperti penjelasan analisis afiksasi di awal bab.
Kemudian proses morfologis singkatan pada remaja SMA terlihat sangat banyak
digunakan. Mereka mulai berkreasi membuat pola yang lain, tidak hanya sekedar
mengambil fonem diawal kalimat atau menghilangkan fonem vokal tapi
menggabungkannya dengan redupilkasi. Seperti pada kata jbjb singkatan dari kata join
bareng. Apabila dianalisis singkatan tersebut adalah sebagai berikut:
join bareng  /j/ /o/ /i/ /n/ /b/ /a/ /r/ /e/ /n/ /g/  jb (direduplikasi) jbjb
Kata join diambil fonem awalnya /j/, kemudian kata bareng diambil fonem
awalnya /b/. Setelah itu kedua fonem tersebut digabungkan menjadi jb kemudian diulang
Selain adanya reduplikasi, proses morfologis singkatan pada tingkat SMA ini
banyak menggunakan singkatan-singkatan yang berasal dari bahasa Inggris. Misalnya tgif
(thanks god it’s friday), brb (be right back), afk (away from keyboard), tfl (thaks for like).
Pola singkatan yang digunakannya sama seperti halnya singkatan pada bahasa Indonesia,
hanya mengambil fonem-fonem diawal kalimat.
Selanjutnya proses morfologis akronim pada tingkat remaja SMA, mereka
menggunakan kosa kata bahasa Inggris tetapi kemudian diadaptasi ke dalam bahasa
Indonesia. Seperti kata chek this out menjadi cekidot, hilang feeling menjadi ilfil.
Sedangkan proses morfologis akronim dalam bahasa Indonesia, para remaja SMA ini
banyak menggunakan pola percampuran antara suku kata dan fonem. Misalnya kopdar
(kopi darat), maksi (makan siang), harkos (harapan kosong),bisa pakai (bispak), pulsek
(pulang sekolah). Jika dilihat dari pola akronimnya, remaja SMA banyak menggunakan
pola 5, pola 6, dan pola 7.
Proses morfologis terakhir yaitu kontraksi. Pada remaja SMA proses kontraksi
banyak digunakan. Mulai dari kontraksi yang berpola sederhana sampai yang mana suka.
Seperti bro, sista, napa, pain, dah, lam, gw, boil, ajj.
4.1.3.3 Perguruan Tinggi
Di kalangan mahasiswa, semua proses morfologis bahasa gaul baik itu afiksasi
maupun abreviasi semua digunakan. Porsi penggunaan singkatan yang mereka gunakan
cenderung lebih banyak menggunakan singkatan-singkatan dalam bahasa Inggris, seperti
tfr (thanks for request), imo (in my opinion), brb (be right back), jk (just kidding), wtw
like). Kemudian semua pola pada afiksasi, akronim dan kontraksi pada tingkat mahasiswa
digunakan hampir merata oleh semua responden mahasiswa.
4.2. Pembahasan Temuan 4.2.1 Pembahasan Afiksasi
Afiksasi adalah peristiwa pembentukan kata dengan jalan membubuhkan afiks
pada bentuk dasar. Sedangkan pengertian afiks itu sendiri menurut Muslich (2008:41)
ialah bentuk kebahasaan terikat yang hanya mempunyai arti gramatikal, yang merupakan
unsur langsung suatu kata, tetapi bukan merupakan bentuk dasar, yang memiliki
kesanggupan untuk membentuk kata-kata baru.
Berkenaan dengan jenis afiksnya, biasanya proses afiksasi itu dibedakan atas
prefiksasi, yaitu proses pembubuhan prefiks, konfiksasi yakni proses pembubuhan
konfiks, sufiksasi yaitu proses pembubuhan sufiks, dan infiksasi yakni proses
pembubuhan infiks (Chaer, 2008:27).
Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti prefiksasi, sufiksasi, dan konfiksasi
yang terdapat pada bahasa gaul remaja di Facebook. Penulis menemukan ada empat
macam prefiks yang kerap digunakan para remaja dalam tulisan mereka di wall
Facebook. Keempat prefiks ini yaitu, prefiks t-, nge-, ng-, dan ny-.
Prefiks tesebut berasal dari proses morfologis yang terjadi pada prefiks ter-, dan
prefiks meN-. Penggunaan prefiks ter- dalam bahasa gaul remaja di wall Facebook
berubah menjadi t- sedangkan prefiks meN- berubah menjadi nge-, ng-, dan ny-. Peristiwa
perubahan ini disebabkan adanya penghilangan fonem (reduksi) dan perubahan fonem ke
Dalam bahasa Indonesia, peristiwa bergabungnya morfem satu dengan yang lain
untuk membentuk suatu kata sering diikuti dengan perubahan-perubahan fonem.
Perubahan itu bisa berupa perubahan fonem ke fonem lain, penambahan fonem, dan
penghilangan fonem. Perubahan-perubahan fonem yang mengikuti peristiwa
pembentukan kata dalam ilmu bahasa disebut proses morfofonemis (Muslich, 2008:41).
Morfem afiks {meN-} yang memiliki tiga fonem, yaitu /m/, /e/. dan /N/, setelah
bergabung dengan bentuk dasar (b3) bawa, fonem /N/ berubah menjadi /m/, sehingga
pertemuan itu menghasilkan kata membawa. Dengan demikian, pada proses morfologis
itu terjadi pula proses morfonemis yang berupa perubahan fonem, yaitu fonem /N/
menjadi /m/: {meN}  {mem}.
Begitu juga kata mengecat. Kata ini terdiri atas dua morfem, yaitu morfem afiks
{meN-} dan bentuk dasar (b4) cat. Setelah kedua morfem itu bergabung terjadilah proses
morfofonemis yang berupa penambahan fonem /e/ pada {meN-}sehingga menjadi
menge-.
Model lain ialah proses morfofonemis yang berupa penghilangan fonem. Kata
(b1) merusak misalnya, terdiri dari dua morfem, yaitu morfem {meN-} dan bentuk dasar
ramal. Morfem {meN-} setelah bergabung dengan bentuk dasar rusak, ternyata fonem
/N/ pada {meN-} mengalami penghilangan, sehingga menjadi {me-}.
Penjelasan diatas merupakan proses morfofonemis yang terjadi pada bahasa
Indonesia baku. Begitu pun sama halnya dengan bahasa gaul remaja dalam Facebook
Berdasarkan hasil analisis, prefiks bahasa gaul ini terjadi dikarenakan adanya (1)
reduksi prefiks ter- menjadi prefiks t-, (2) substitusi prefiks meN- menjadi prefiks nge-,
dan (3) reduksi prefiks meN- menjadi prefiks ng- dan ny-.
Semua prefiks ter- dalam bahasa gaul para remaja ini berubah menjadi t-, seperti
pada kata (a1) buka dan (a2) senyum. Awalnya kata buka, dan senyum diberi imbuhan
ter- + buka  terbuka, ter- + senyum  tersenyum.Di sini pengekalan fonem /r/ pada
prefiks ter- tetap menjadi /r/ karena prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang
diawali dengan konsonan /b/ dan /s/.
Namun dalam bahasa gaul aturan ini tidak berlaku, apapun bentuk dasar yang
ditemui oleh prefiks ter- semuanya berubah menjadi t-, seperti pada kata terbuka  tbuka, dan tersenyum  tsenyum. Inilah yang dinamakan reduksi fonem, yaitu
penghilangan fonem dimana dalam kasus ini fonem /e/ dan /r/ dihilangkan sehingga
tinggal menyisakan fonem /t/.
Selanjutnya, penggunaan prefiks meN- dalam bahasa gaul juga mengalami
perubahan menjadi nge-, ng-, dan ny-. Hal ini disebabkan adanya substitusi prefiks meN-
menjadi prefiks nge-, seperti pada kata (b1) merusak menjadi ngerusak.
Secara teori umum, Chaer (2008) mengatakan bahwa penambahan fonem nasal
/nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya hanya terdiri dari satu kata. Misalnya bentuk dasar
lukis diberi imbuhan meN- menjadi meN- + lukis  melukis. Namun, dalam bahasa gaul ini substitusi meN- menjadi nge- terjadi apabila fonem awal kata dasar yang akan
dilekatkannya berupa konsonan atau kata dasarnya berupa ekasuku.
Selain itu, prefiks meN- juga mengalami reduksi fonem yaitu hilangnya fonem /m/
dan prefiks ny-. Dalam bahasa gaul ini, penambahan fonem nasal /ng/ berlaku apabila
bentuk dasarnya diawali dengan huruf vokal /a,i,u,e,o/. Seperti kata ambil menjadi
ngambil, injak menjadi nginjak, ukur menjadi ngukur, olah menjadi ngolah, dan edit
menjadi ngedit.
Bentuk dasar yang diawali konsonan /s/ apabila diberi imbuhan meN- akan
mengalami peluluhan menjadi fonem nasal /ny/. Seperti bentuk dasar sapu diberi
imbuhan meN- + sapu akan menjadi menyapu, lalu kata siram diberi imbuhan meN- +
siram menjadi menyiram. Dalam bahasa gaul bentuk kata menyapu dan menyiram akan
berubah menjadi nyapu dan nyiram dengan menghilangkan fonem /m/ dan /e/.
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam akhiran yaitu, akhiran –kan dan akhiran –i yang fungsi dan artinya sama dengan akhiran -in dalam bahasa Betawi (Rosidi, Pikaran
Rakyat 2010). Dalam bahasa Indonesia kita bilang, “Kembalikan buku itu!”, sedangkan dalam bahasa Betawi kita bilang, “Kembaliin buku itu!”.
Akan tetapi, setelah sekian banyak orang memakai bahasa gaul, baik secara lisan
(termasuk siaran-siaran radio, dan televisi), maupun tertulis (dalam sebagian pers untuk
anak-anak muda, dan terutama dalam internet) yang terutama terpengaruh oleh bahasa
Betawi atau lebih tepatnya bahasa Jakarta, pemakaian akhiran –in kian umum, juga
digunakan ketika orang berbicara dalam bahasa Indonesia baku (Rosidi, Pikiran Rakyat
2010).
Dalam bahasa gaul, penulis melihat penggunaan sufiks –in sudah umum
digunakan oleh para remaja. Misalnya pada kata (f1) cari + –kan  carikan  cariin,
terdapat perubahan sufiks –kan menjadi –in . Begitupun sama halnya dengan sufiks –i,
penulis mengambil kesimpulan bahwa terdapat perubahan sufiks yaitu adanya substitusi
sufiks –kan / –i menjadi –in.
Subroto (dalam Muslich, 2008) menyatakan bila suatu kata terjadi dari bentuk
dasar langsung ke bentuk meN-bentuk dasar-kan, kata bentukan itu pasti mengandung
konfiks {meN-kan}. Bentuk menidurkan misalnya,tidak dibentuk dari meN- + tidurkan
/ menidur + -kan, tetapi meN-kan + tidur. Jadi prosesnya adalah dari tidur langsung ke
menidurkan; morfem {meN-kan} inilah konfiksnya.
Data konfiks yang penulis dapatkan diatas merupakan konfiks yang di luar kaidah
tata bahasa Indonesia baku atau meruapakan konfiks yang digunakan dalam bahasa gaul
remaja. Hasil analisis ini diketahui bahwa bentukan kata bahasa gaul substitusi konfiks
meN-kan meliputi, (a) substitusi konfiks meN-kan menjadi konfiks ng-in dan nge-in (b)
substitusi konfiks meN-kan menjadi sufiks –in, (c) substitusi konfiks meN-i menjadi
sufiks –in, (d) substitusi meN-nya menjadi nge-nya.
Selain itu jika dilihat dari kelompok bunyinya, afiksasi bahasa gaul memiliki
aturan tersendiri. Seperti prefiks t- akan terbentuk apabila kata-kata dasar yang dilekatkan
prefiks ter- itu berada pada lingkungan bunyi stop, nasal, lateral, frikatif, atau semi vokal. Sebaliknya prefiks t- tidak akan muncul apabila kata dasarnya diawali dengan fonem
vokal atau bunyi vokoid [a,i,u,e,o], dan fonem konsonan /f/, /v/, /x/, /y/, /z/, /q/, dan /t/.
Kemudian prefiks nge- akan terbentuk apabila kata dasar yang dilekatkan itu
berada pada lingkungan bunyi stop, lateral, frikatif, dan semivokal. Selain itu kata dasar
yang berupa ekasuku pun termasuk ke dalam pola ini. Sebaliknya prefiks nge- tidak akan
muncul apabila kata dasarnya diawali dengan fonem vokal atau bunyi vokoid [a,i,u,e,o],
akan terbentuk apabila fonem awal kata dasar yang dilekatinya itu berada pada
lingkungan bunyi vokoid [a,i,u,e,o]. Selain bunyi tersebut prefiks ng- tidak akan muncul.
Terakhir, prefiks ny- akan muncul apabila kata dasar yang dilekatkanya itu diawali fonem
/s/. Sebaliknya prefiks ny- tidak akan muncul apabila kata dasarnya bukan diawali fonem
/s/.
Untuk penggunaan sufiks dalam bahasa gaul ini, hanya ada satu sufiks yaitu
sufiks –in. Sufiks –in akan muncul ketika berhadapan dengan kata dasar yang sudah dibubuhi sufiks –kan atau –in. Diluar kedua sufiks tersebut, maka sufiks –in tidak akan
muncul.
Selanjutnya, pola konfiks ng-in akan muncul bila dilekatkan pada kata dasar yang
diawali fonem /h/ dan kata dasar yang dilekatinya itu berada pada lingkungan bunyi
vokoid [a,i,u,e,o]. Sedangkan konfiks nge-in akan terbentuk apabila kata dasar yang
dilekatkan itu berada pada lingkungan bunyi stop, lateral, nasal, frikatif, dan semivokal.
Terakhir, konfiks meN-kan dan meN-i akan berubah menjadi sufiks –in apabila kata
dasarnya diawali fonem /s/, /t/, /p/, /m/, dan /n/.
Selain dilihat bagaimana proses terbentuknya dan kelompok bunyi mana yang
mempengaruhi kemunculan afiks-afiks ini, penulis juga akan membahas afiksasi ini
berdasarkan pembentukan verbanya. Menurut O‟Grady (1996), pembentukan kata ini
mempunyai dua sifat, yaitu pertama membentuk kata-kata yang bersifat inflektif, dan
kedua yang bersifat derivatif.
Pembentukan kata secara inflektif tidak membentuk kata baru, yang berbeda
pembentukan kata secara derivatif. Pembentukan kata secara derivatif membentuk kata
baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya.
Dalam ragam bahasa remaja ini dibedakan adanya prefiks t-, nge. ng, ny- yang
inflektif dan prefiks t-, nge, ng-, ny yang derivatif. Sebagai afiks inflektif, prefiks t-, nge.
ng,ny- menandai bentuk kalimat indikatif aktif, sebagai kebalikan dari prefiks di- yang
menandai bentuk indikatif. Sebagai afiks derivatif, prefiks t-, nge. ng, ny- membentuk
kata baru, yaitu kata identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya.
Bentuk dasar atau pangkal verba berprefiks nge-, ng-, ny- inflektif memiliki
komponen makna [tindakan] dan [sasaran]. Verba prefiks nge-, ng-, ny- inflektif memiliki
makna gramatikal:
a. Melakukan kegiatan (dasar)
Contoh:
(a19) ngebaca, artinya „melakukan kegiatan membaca‟
(c1) ngambil, artinya „melakukan kegiatan mengambil‟ (d5) nyuri, artinya „melakukan kegiatan mencuri‟
b. Melakukan pekerjaan dengan alat
Contoh:
(b12) ngelukis, artinya „melakukan kerja dengan alat lukis‟
(c6) ngunci, artinya „melakukan kerja dengan alat kunci‟
c. Melakukan kerja dengan bahan
Contoh: (b4) ngecat, artinya „melakukan kerja dengan bahan cat‟
d. Membuat (dasar)