• Tidak ada hasil yang ditemukan

bahasa indonesia Sesi RESENSI BUKU, EYD, DAN KALIMAT BAKU Semester 1 ( KTSP 2006, kelas XII SMA/MA Program Studi IPA, IPS, dan Bahasa).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "bahasa indonesia Sesi RESENSI BUKU, EYD, DAN KALIMAT BAKU Semester 1 ( KTSP 2006, kelas XII SMA/MA Program Studi IPA, IPS, dan Bahasa)."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1

bahasa

indonesia

RESENSI BUKU, EYD, DAN KALIMAT BAKU

Semester 1 ( KTSP 2006, kelas XII SMA/MA Program Studi IPA, IPS, dan Bahasa).

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari Pelajaran 06, siswa diharapkan mempunyai kemampuan: 1. Memahami konsep dasar resensi.

2. Menulis resensi buku fi ksi dan nonfi ksi berdasarkan unsur-unsur resensi. 3. Menentukan keunggulan dan kelemahan resensi.

4. Menggunakan EYD dalam kegiatan menulis surat, laporan, pidato, dsb.

5. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam aktivitas formal pidato, seminar, dsb.

KELA

S XI I IPA,

IPS, dan Bahasa

- K TS P 2 006

Sesi

006

06

Menulis

6. Mengungkapkan pendapat, informasi, dan pengalaman dalam bentuk resensi.

Menguasai EYD, dan kalimat baku dalam kegiatan menulis, dan berbicara.

6.1. Menulis resensi buku berdasarkan unsur-unsur resensi.

6.2. Menggunakan EYD dalam kegiatan menulis surat, laporan, pidato, dan makalah diskusi.

6.3. Menggunakan bahasa Indonesia baku dalam aktivitas formal.

(2)

2

A. RESENSI BUKU

a. Pengertian Resensi

Berdasarkan asal katanya, resensi berasal dari bahasa Latin recencio, resensere atau revidere dan dari bahasa Belanda resentie yang artinya ‘mengulas kembali, menimbang, atau menilai’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resensi adalah pertimbangan, atau pembicaraan tentang buku. Dahulu nama lain untuk resensi adalah timbangan buku, sekarang ini bukan buku saja yang menjadi bahan resensi. Jadi, dapatlah disimpulkan pengertian dari resensi; Resensi adalah ulasan atau penilaian keunggulan dan kelemahan mengenai buku, baik buku fi ksi maupun nonfi ksi, drama, fi lm, kaset, dsb.

Pada bagian ini kita akan mempelajari khusus resensi buku fi ksi, yakni resensi cerpen. Seorang penulis resensi disebut resensator atau peresensi dan syarat seorang resensator haruslah memiliki tingkat membaca yang tinggi, berwawasan luas, dan objektif.

b. Tujuan Resensi

1. Memberikan informasi atau pemahaman yang menyeluruh tentang apa yang terungkap dalam buku.

2. Memberikan sebuah gambaran kepada pembaca tentang kualitas buku karena dikemukakan keunggulan atau kelemahan buku untuk menunjukkan buku tersebut bermutu atau tidak.

3. Memberikan gambaran kepada masyarakat pembaca apakah buku layak untuk dibaca, dimiliki, atau tidak.

c. Manfaat Resensi

1. Bahan Pertimbangan

Memberikan gambaran tentang buku dan memberikan pertimbangan untuk memengaruhi masyarakat agar membaca buku tersebut.

2. Nilai Ekonomis

Resensator akan mendapatkan imbalan berupa uang atau barang, berupa buku-buku dari penerbit apabila resensinya berhasil dimuat di surat kabar atau majalah. 3. Sarana Promosi

Buku yang diresensi haruslah karya yang baru dan belum pernah diresensi orang lain. Dalam hal ini, resensi merupakan sarana untuk mempromosikan buku.

4. Pengembangan Kreativitas

Bagi penulis, resensator, membuat resensi adalah salah satu cara mengembangkan kreativitas individu karena semakin sering menulis, semakin terasah kebiasaan menulis.

(3)

3

d. Unsur-Unsur Resensi Buku

1. Judul Resensi

Judul resensi harus disesuaikan dengan tema atau permasalahan yang diangkat dalam resensi tersebut. Terkadang, judul resensi, boleh tidak dibuat karena sudah terwakili dari judul buku yang akan diresensi.

2. Identitas Buku

Identitas buku yang dicantumkan dalam resensi adalah judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, kota terbit, tebal halaman, harga buku, dan ISBN. Pada identitas buku dimensi buku, ukuran panjang dan lebar buku, warna, dan ilustrasi jilid jarang dimunculkan.

3. Kepengarangan

Kepengarangan berisi latar belakang penulis buku atau latar belakang buku yang akan diresensi. Sosok pengarang kadang ditampilkan pada resensi novel. Hal itu berkaitan dengan latar belakang keahlian, sikap-sikap, dan karya-karyanya. Bagian ini ditulis secara ringkas. Pada unsur ini juga dapat dikemukakan tujuan dari pengarang buku. Jika ingin mengetahui kepengarangan dapat dilihat pada bagian pendahuluan atau pada pengantar buku.

4. Tujuan Resensator

Unsur ini sangat berhubungan dengan media resensi itu dimuat, seperti surat kabar, majalah umum, atau majalah sastra. Oleh karena itu, seorang resensator harus memerhatikan kualitas pembaca, tingkat pendidikan, dan ketajaman pembahasan masalah.

5. Ringkasan atau Sinopsis

Ringkasan buku dibuat untuk buku nonfi ksi, sedangkan sinopsis berupa ringkasan cerita untuk buku fi ksi. Ringkasan buku nonfi ksi dibuat dengan susunan berdasarkan pokok-pokok penting. Pokok-pokok fi ksi (novel/cerpen) ditentukan berdasarkan pada peristiwa-peristiwa penting dalam cerita. Tujuan dibuatnya ringkasan atau sinopsis agar pembaca mendapatkan gambaran tentang cerita atau isi buku tersebut. 6. Keunggulan dan Kelemahan Buku

Unsur ini merupakan penilaian positif dan negatif resensator secara objektif. Pada karya fi ksi penilaian berupa unsur-unsur yang terdapat dalam karya tersebut. Penilaian dapat berupa, kesederhanaan, kekhasan, penguasaan masalah, dan aspek-aspek lainnya yang ditentukan sendiri oleh resensator. Tujuannya untuk memberikan pertimbangan kepada pembaca. Penilaian secara umum dapat berupa: segi ketatabahasaan, EYD, kualitas kertas, gambar, sampul buku, dsb. Untuk karya sastra, penilaian berupa penerapan unsur intrinsik karya sastra itu seperti tema, alur, penokohan, gaya bahasa, dan unsur ekstrinsiknya.

(4)

4

7. Simpulan dan Saran

Simpulan dan saran dalam sebuah resensi biasanya berisi ajakan resensator kepada pembaca untuk membaca atau memiliki buku tersebut.

B. RESENSI CERPEN

Pada pembelajaran ini, pembahasan materi khusus resensi cerita pendek (cerpen). Meresensi sebuah cerpen adalah memberikan penilaian tentang keunggulan dan kelemahan cerpen secara kritis dan objektif. Karena yang diresensi adalah sebuah karya fi ksi, cerpen, penilaian lebih terfokus pada unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terdapat di dalam cerpen tersebut. Penilaian yang lain tidak terlepas dari hal-hal yang memberikan pertimbangan bagi pembaca untuk menentukan minat membaca cerpen tersebut.

Di bawah ini, ditampilkan contoh resensi cerpen. Identitas Cerpen

Judul cerpen : Pentas

Nama Pengarang : Ario Nugroho Baskado Penerbit : Bintang Pustaka Jaya Tebal Buku : 163 halaman

Cerpen yang diresensikan : halaman 60—61 Cetakan : ke-4, Juli 2015 Kepengarangan

Ario Nugroho Bakasdo seorang novelis muda. Novelis yang lahir di Bandar Lampung, pada tanggal 1 Januari 1993 dan dibesarkan di sana adalah seorang novelis berbakat. Dia termasuk penulis muda yang produktif dengan menghasilkan karya-karya cerpen lainnya. Kebanyakan cerpen-cerpennya bertemakan kehidupan sosial dan remaja. Beberapa kali Bakasdo mendapatkan penghargaan atas karya-karya terbaiknya.

Sinopsis

Vela, seorang atlet voley muda berbakat yang bersekolah di sekolah atlet. Dia dan timnya sedang mempersiapkan diri untuk sebuah turnamen yang mereka impi-impikan. Namun, menjadi seorang atlet bukanlah impian Vela. Dia memiliki cita-cita jadi model. Vela terpaksa mengikuti kehendak orang tuanya yang menginginkan dia menjadi seorang atlet profesional.

(5)

5

Suatu hari, Vela mendapat kabar bahwa akan ada lomba peragaan busana. Betapa senangnya hati Vela dan menceritakan kepada sahabatnya, Laras. Akan tetapi, sayangnya tanggal peragaan busana itu dilaksanakan sebelum turnamen. Vela pun berkonsultasi kepada Laras. Dia menyarankan Vela untuk meminta izin kepada Mr. D, pelatih mereka. Beruntung Mr. D mengizinkannya dengan syarat Vela harus mengutamakan turnamen voley. Vela sangat senang karena mendapat izin.

Hari berganti semakin mendekati jadwal turnamen, tetapi Vela jarang mengikuti latihan bersama kelompoknya. Pelatih dan kawan-kawannya pun kecewa kepadanya. Dalam peragaan busana, Vela berhasil menjadi pemenang, tetapi tidak untuk turnamennya yang hanya menempati juara ke-3.

Unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam cerpen “Pentas”

Unsur intrinsik cerpen “Pentas”: bertemakan cita-cita dan tanggung jawab; tokoh utama Vela, tokoh pendamping Laras dan Mr. D; Vela berwatak ambisius dan tidak bertanggung jawab, Laras berkarakter baik dan bijak, dan Mr. D seorang yang bijak; Latar (setting) di asrama sekolah atlet dan lapangan voley; Sudut pandang cerpen tersebut adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu; dan amanatnya adalah mengejar cita-cita memang sangat penting, tetapi janganlah melupakan kewajiban dan tanggung jawab.

Adapun unsur ekstrinsiknya: Nilai moral cerpen, kejarlah cita-cita walaupun ada sedikit kemungkinan yang terbuka di depan; Nilai sosial, jangan pernah melupakan tanggung jawab; dan Nilai budaya, kebiasaan orangtua yang selalu memaksakan kehendak kepada anak-anaknya.

Kelemahan dan keunggulan cerpen “Pentas”

Cerpen ini bertemakan kehidupan remaja yang kemungkinan besar tidak semua orang menyukainya. Bahasa yang digunakan sangat sederhana sehingga mudah dipahami pembaca kalangan apa pun.

Simpulan

Cerpen ini merupakan bacaan yang menarik bagi para remaja. Melalui cerpen ini penulis ingin menyampaikan bahwa cita-cita harus diwujudkan dengan tidak melupakan tugas dan tanggungjawabnya. Cerpen “Pentas” karya Baskado ini sangat cocok dibaca pelajar dan kalangan remaja lainnya.

(6)

6

Bacalah sebuah cerpen dan buatlah resensinya sebagai bentuk latihan seperti contoh resensi cerpen di atas!

C. EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

Dalam pelajaran sebelumnya kita telah mempelajari laporan berita, menulis artikel, laporan, surat lamaran pekerjaan, editorial, resensi, seminar, gelar wicara, dan pidato yang merupakan kegiatan menulis dan berbicara yang harus menggunakan bahasa baku atau efektif dan ejaan yang tepat karena kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dalam situasi resmi, maka pada Pelajaran 06 ini akan dibahas dan dikupas konsep dasar EYD dan kalimat baku tersebut.

a. Pengertian Ejaan

Kridalaksana dalam Kamus Linguistik mendefi nisikan ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandardisasikan. Terdapat tiga aspek dalam ejaan, yakni aspek penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek penggambaran satuan-satuan morfemis, dan penanda ujaran berupa tanda baca. Dalam ejaan terdapat peraturan tentang melambangkan bunyi, memenggal suku kata, dan menggabungkan kata-kata.

Ejaan yang digunakan di Indonesia, antara lain: 1. Ejaan van Ophuysen (1901—1947)

Sistem ejaan Latin untuk bahasa Melayu di Indonesia yang dimuat dalam Kitab Logat Melajoe (1901) oleh Ch. A. van Ophuysen.

2. Ejaan Soewandi/Republik (19 Maret 1947—16 Agustus 1972)

Sistem ejaan Latin untuk bahasa Indonesia sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang dimuat dalam surat keputusan Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan, Mr. Soewandi, No. 264/Bhg.A tanggal 19 Maret 1947. Ejaan ini merupakan penyederhanaan dari ejaan van Ophuysen.

3. Ejaan yang Disempurnakan (16 Agustus 1972—sekarang)

Sistem ejaan di Indonesia yang sebagian besar sama dengan sistem ejaan Malaysia yang termuat dalam Surat Keputusan Presiden No. 57 tanggal 16 Agustus 1972 dan sekarang menjadi ejaan resmi bahasa Indonesia.

Dalam Ejaan yang Disempunakan (EYD) diatur pemakaian huruf, pemenggalan kata, penulisan huruf kapital dan huruf miring, penulisan partikel (–lah, –tah, –kah, –pun), penulisan kata sandang, penulisan angka dan lambang bilangan, penulisan akronim

(7)

7

dan singkatan, penulisan gabungan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca (titik, koma, pisah, hubung, dsb.).

b. Huruf Kapital

1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya: “Saya sangat senang ,“ kata ibu guru, “karena kamu diterima di UI.” Ardian berkata, “Saya akan pergi ke Raja Ampat minggu depan.”

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, nama Tuhan dan termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Bimbinglah hamba-Mu, ya Allah, ke jalan yang Engkau beri rahmat. Engkaulah, Tuhan Yang Maha Pengasih.

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya: Sutan Takdir Alisyahbana, Sultan Hasanudin, Raden Ajeng Kartini, Nabi Isa, Haji Ali, Kiai Haji Abdurachman Wahid.

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, instansi, atau nama tempat.

Misalnya: Presiden Joko Widodo, Profesor Supomo, Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian, Gubernur DKI Jakarta, Manajer Operasional PT Putra Sinar Dagang, Direktur Media Makmur.

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Misalnya: Dewi Sartika, Hans Bague Jassin, Ampere, Albert Einstein, Sapardi Djoko Damono, Halim Perdanakusuma, Maman Mahayana, Amien Rais.

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa bersejarah.

Misalnya: tahun Hijriah, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari Lebaran, Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan RI.

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi s.

Misalnya: Gunung Gede, Selat Sunda, Laut Jawa, Danau Toba, Teluk Jaya Wijaya, Jalan Dago, Teluk Benggala.

Catatan:

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak dipakai menjadi unsur nama diri dan nama geografi yang dipakai sebagai nama jenis. Misalnya: berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberangi selat, gula jawa, keinggris-inggrisan, pisang ambon, garam inggris, sate padang.

(8)

8

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, kakak, adik, paman, saudara, anda yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Misalnya: “Silakan duduk, Dik!” kata Paijo. Apakah Ayah sudah mengantuk?. Sudahkah Anda tahu?.

c. Huruf Miring

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk:

1. Penulisan nama buku, nama majalah, dan nama surat kabar.

Misalnya: Saya sudah membaca novel Pada Sebuah Kapal karya N.H Dini. Penemuan bangkai pesawat Air Asia diberitakan dalam harian Poskota. Arga menjadi editor pada majalah Gadis.

2. Penulisan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.

Misalnya: Nama ilmiah buah manggis adalah Carnicia mangostana. Politik devide et impera dilakukan Belanda pada masa penjajahan. Weltanshauung ‘pandangan dunia’.

3. Penulisan untuk menegaskan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Misalnya: Huruf pertama kata zaman ialah z. Carilah arti kata sangkil dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Catatan: Dalam tulisan tangan huruf miring diganti dengan garis bawah. d. Angka dan Lambang Bilangan

Ada beberapa ketentuan yang perlu diketahui dalam penulisan angka dan lambang bilangan.

1. Angka

Dalam kalimat, angka digunakan untuk menyatakan: • Jumlah

Ketentuannya sebagai berikut:

Tiga angka dari belakang untuk menyatakan ribuan dibubuhkan tanda titik. Misalnya: 123.000 orang.

Penulisan angka untuk jumlah rupiah berlaku sebagai berikut. Contoh: Rp21.000.000,00

(9)

9

• Nomor

Jika angka digunakan untuk menyatakan nomor halaman buku, nomor induk, nomor telepon, nomor rekening, dan sebagainya tidak digunakan tanda titik. Misalnya: Nomor telepon Pak Ardian adalah 082122356117. Lihat arti kata mangkus di KBBI pada halaman 1257! Segera transfer honor saya ke nomor rekening 9000005618385.

• Satuan Waktu

Jika angka digunakan untuk waktu, maka gunakan dua angka untuk menunjukkan jam, menit, dan detik.

Misalnya: Anakku bangun pagi setiap hari pukul 05.00. Penutupan seminar itu tepat pukul 21.35.20 diiringi tepuk tangan dan sorak sorai yang meriah.

• Ukuran Panjang, Berat, Luas, Isi

Misalnya: 0,5 sentimeter, 5 kilogram, 4 meter persegi, 10 liter.

2. Lambang Bilangan

• Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut: (1) Bilangan utuh: dua belas 12, dua puluh dua 22. (2) Bilangan pecahan: tiga perempat 3

4, seperenam belas 116, satu persen1%.

• Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut: Misalnya: Paku Buwono X, Paku Buwono ke-10, Paku Buwono kesepuluh. Tingkat V, tingkat ke-5, tingkat kelima.

• Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan seperti dalam perincian dan pemaparan.

Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus ekor ayam. Di antara 72 yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberi suara blangko.

e. Tanda Baca 1. Tanda Titik (.)

Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat. Misalnya:

1 April 1985

Yth. Sdr. Moh. Hasan Jalan Arif 43

(10)

10

atau

Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik) Jalan Cikini 71 (tanpa titik)

Jakarta.

• Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya: Kampung itu berpenduduk 23.555 orang. Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.321 jiwa.

• Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya: Naidra lahir pada tahun 1972 di Padang. Lihat halaman 1153 dan seterusnya.

2. Tanda Titik Dua (:)

• Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau perintah.

Misalnya: Materi ujian kemampuan dasar pada SBMPTN: Tes Potensi Akademik, Matematika Dasar, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: meja, kursi, dan lemari.

• Tanda titik dua dipakai (1) di antara jilid atau nomor dan halaman, (2) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (3) di antara dua judul dan anak judul suatu karangan, serta (4) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya: Tempo I (1971, 34:7). Surat Yasin:9. Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

Tjokronegoro, Sutomo. 1968. Cukuplah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita? Djakarta: Eresco.

3. Tanda Baca Koma (,)

• Tanda baca koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

• Tanda koma dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti sedangkan, tetapi, melainkan.

Misalnya: Buku ini bukan milik saya, melainkan milik Tita.

• Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimat.

(11)

11

• Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.

Misalnya: Oleh karena itu, … Jadi,…

• Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

Misalnya: Guru saya, Pak Nazarudin, pandai sekali. 4. Tanda Hubung (-)

• Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya: Anak-anak, berulang-ulang.

• Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (1) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (2) penghilangan bagian-bagian kelompok kata. Misalnya: ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 × 5.000)

Bandingkan: be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 × 25.000)

• Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (1) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (2) ke- dengan angka, (3) angka dengan –an, (4) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (5) nama jabatan rangkap.

Misalnya: se-Indonesia, se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-an, sinar-X, Menteri-Sekretaris.

• Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa Asing.

Misalnya: di-smash, pen-tackle-an. 5. Tanda Pisah (--)

Tanda pisah dipakai untuk hal-hal berikut:

• Pengapit keterangan tambahan dalam kalimat.

Misalnya: Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom —telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. • Menyatakan makna ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’ di antara bilangan, tanggal,

tempat.

Misalnya:1910—1945, tanggal 5—10 April 1970, Jakarta— Bandung. 6. Partikel

Partikel atau kata tugas adalah kelas kata yang hanya memiliki arti gramatikal dan tidak mempunyai arti leksikal. Arti suatu kata tugas ditentukan oleh kaitannya dengan kata lain dalam suatu frasa atau kalimat dan tidak bisa digunakan secara lepas atau berdiri sendiri.

(12)

12

Partikel penegas -kah, -lah, -tah, pun, penggunaannya, antara lain:

• Partikel –kah, -lah, -tah ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya: Bacalah buku itu dengan cermat. Apakah yang tersirat dalam bacaan itu?

• Partikel pun memiliki dua penulisan, dipisah dan digabung.

Partikel pun yang digabung menurut EYD: maupun, meskipun, bagaimanapun, walaupun, kalaupun, kendatipun, andaipun, adapun, ataupun, biarpun, sekalipun, sungguhpun.

Selain di atas penulisannya dipisah, seperti: kapan pun, apa pun, dan lain-lain. Misalnya: Sekalipun belum memuaskan, hasil kerjanya dapat diacungkan jempol.

Adapun sebab-sebabnya sedang ditelusuri. Walaupun miskin, ia selalu ceria. • Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ’tiap’ ditulis terpisah dari bagian

kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.

Misalnya: Pegawai Negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu. Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.

f. Singkatan dan Akronim

1. Singkatan

Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan pada umumnya, dengan beberapa pengecualian, memerlukan tanda titik di antara setiap huruf atau di akhir singkatan. Singkatan menggunakan kapitalisasi sesuai dengan konsep nama diri. Singkatan tidak dapat dilafalkan sebagai kata. Ketentuan singkatan sebagai berikut:

• Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

Misalnya: A.S. Kramawijaya, Muh. Yamin, Suman Hs. M.B.A. Master of Business Administration

S.E. Sarjana Ekonomi Bpk. Bapak

Sdr. Saudara Kol. Kolonel

• Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

(13)

13

Misalnya:

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara PT Perseroan Terbatas

KTP Kartu Tanda Penduduk

• Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya:

dll. dan lain-lain dsb. dan sebagainya dst. dan seterusnya Yth. Yang terhormat • Tetapi, penggunaan lain:

a.n. atas nama d.a. dengan alamat u.b. untuk beliau u.p. untuk perhatian

• Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Misalnya: TNT trinitrotoluen Cu kuprum cm sentimeter Rp rupiah l liter kg kilogram 2. Akronim

Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Akronim dapat dilafalkan sebagai kata. Ketentuan akronim sebagai berikut: • Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis

seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya:

(14)

14

SIM Surat Izin Mengemudi

PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

• Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal yang kapital.

Misalnya:

Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

• Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya:

pemilu pemilihan umum

radar radio detecting and ranging g. Penulisan Kata

1. Kata Dasar

• Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya: Saya percaya bahwa engkau pasti bisa. Kantor Pos penuh sesak. Kamus itu sangat tebal.

• Dua kata dasar ditulis terpisah.

Misalnya: tanda tangan, tanggung jawab, kerja sama, garis bawah. 2. Kata Turunan

• Afi ks/imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: Bergetar, belajar, kerudung, dikelola, menengok, menulis, kesatu, makanan, tunjuki, jembatani, taklukkan.

• Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, dan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata dengan kata langsung yang mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan, menganak sungai. • Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat konfi ks maka ditulis

serangkai.

Misalnya: menggarisbawahi, penghancurleburan, menyebarluaskan, dilipatgandakan, pertanggungjawaban.

(15)

15

• Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya:

antarkota, adipati, aerodinamika, anumerta, audiogram, awahama, biokimia, catur tunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler, elektronik, infrastruktur, introspeksi, kolonialisme, kosponsor, mahasiswa, multilateral, mancanegara, narapidana, nonkolaborasi, pascasarjana, pascatsunami, Pancasila, panteisme, paripurna, poligami, pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofesional, subseksi, swadaya, telefon, transmigrasi, tritunggal, dan ultramodern.

Catatan:

• Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung.

Misalnya: non-Indonesia, pan-Afrikanisme.

Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.

Misalnya: Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

3. Gabungan Kata

• Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Misalnya: kambing hitam, duta besar, mata pelajaran, kereta api cepat, luar biasa, model linear, meja tulis, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.

• Istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah pengertian, digabung dengan menggunakan tanda hubung.

Misalnya: alat pandang-dengar, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami, anak-istri saya, watt-jam, orang tua-muda

Gabungan kata berikut sudah lazim ditulis serangkai:

acapkali, adakalanya, daripada, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfi rullah, bismillah, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bilamana, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, darmawisata, dukacita, halalbihalal, kasatmata, kacamata, kilometer, manasuka, hulubalang, manakala, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, saptamarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, dan wasalam.

(16)

16

D. KALIMAT BAKU

Kalimat baku adalah kalimat yang penulisannya sesuai dengan kaidah bahasa baku serta dapat menyampaikan informasi secara tepat. Kalimat baku secara prinsip sama dengan kalimat efektif.

a. Ragam Bahasa Baku

Ragam bahasa baku digunakan dalam:

1. Komunikasi resmi misalnya surat-menyurat resmi (surat dinas, surat niaga, dsb.), pengumuman instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.

2. Wacana teknis seperti laporan resmi, karya ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya. 3. Pembicaraan di depan umum seperti ceramah, kuliah, seminar, diskusi, dsb.

4. Pembicaraan sesuai dengan tempat, situasi, dan kondisi misalnya dengan orang yang dihormati dan sebagainya.

Pemakaian nomor (1) dan (2) didukung oleh bahasa baku tertulis, yaitu kalimat baku, sedangkan pemakaian (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan resmi.

b. Ciri-Ciri Kalimat Baku

1. Minimal Memiliki Subjek dan Predikat

Jika kalimat tidak memiliki subjek atau predikat atau kedua-duanya kalimat tersebut merupakan kalimat tidak baku. Sebuah kalimat jika memiliki kedua fungsi tersebut merupakan kalimat inti.

Di Dalam Pada Bagi Untuk S + yang/dengan + P + O/K (tidak boleh) (kal. Aktif) Imb.

me-/ber-Jika dipakai (Boleh)

K + yang/dengan + P + S (tidak boleh) (Kal. Pasif) Imb. di-/ter-Contoh:

Bagi semua mahasiswa tingkat I harus mendaftar ulang. KPO (tidak baku) Semua mahasiswa tingkat I harus mendaftar ulang. SPO (baku)

(17)

17

Dalam rapat itu membicarakan kurikulum 2013. KPO (tidak baku) Rapat itu membicarakan kurikulum 2013. SPO (baku)

Dalam rapat itu dibicarakan kurikulum 2013. KPS (baku)

Kepada para mahasiswa perlu diajar bahasa Indonesia. KPO (tidak baku) Para mahasiswa perlu diajar bahasa Indonesia. SPO (baku)

Bahasa Indonesia perlu diajarkan kepada para mahasiswa. SPK (baku)

Dengan kejadian itu menunjukkan bahwa pekerjaannya tidak beres. KPK (tidak baku)

Kejadian itu menunjukkan bahwa pekerjaannya tidak beres. SPK (baku)Peraturan yang telah ditetapkan pemerintah tahun lalu. SOK (tidak baku)

Peraturan telah ditetapkan pemerintah tahun lalu. SPOK (baku) 2. Tidak Pleonasme atau Hemat Penggunaan Kata

Hemat maksudnya adalah tidak menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak melanggar kaidah tata bahasa. Hal ini karena penggunaan kata yang tidak perlu akan mengaburkan maksud kalimat. Kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu: (1) Hilangkan pengulangan subjek. (2) Hindari pemakaian superordinat pada hiponimi. (3) Hindari sinonim dalam satu kalimat. (4) Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. (5) Jangan gunakan konjungsi yang fungsinya sama dalam satu kalimat.

Contoh:

Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama. (tidak baku) Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama. (baku)Ayah sudah menantimu sejak dari pagi. (tidak baku)

Ayah sudah menantimu sejak pagi. (baku)

Banyak penonton-penonton kecewa dengan acara yang disajikan. (tidak baku)

Penonton-penonton kecewa dengan acara yang disajikan. (baku)

Meskipun soal-soal SIMAK UI sulit, tetapi Jono dapat mengerjakannya dengan benar. (tidak baku)

Meskipun soal-soal SIMAK UI sulit, Jono dapat mengerjakannya dengan benar. (baku)

(18)

18

3. Memiliki Keparalelan atau Kesajajaran

Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata sebelum dan sesudah kata hubung dalam satu kalimat. Jika kata pertama sebelum kata hubung menggunakan verba, kata kedua setelah kata hubung haruslah verba. Jika kata pertama sebelum kata hubung menggunakan kata kerja berimbuhan me-, kata berikutnya setelah konjungsi menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga. Jika kata pertama menggunakan konfi ks (ke-an, pe-an) sebelum kata hubung, kata keduanya pun setelah kata hubung menggunakan konfi ks (ke-an, pe-an).

Contoh:

Tindak kekejaman, kekerasan, dan menindas adalah perbuatan tidak terpuji. (tidak baku)

Tindak kekejaman, kekerasan, dan penindasan adalah perbuatan tidak terpuji. (baku)

Ayah menolong anak itu dengan dituntunnya ke pinggir jalan. (tidak baku) Ayah menolong anak itu dengan menuntunnya ke pinggir jalan. (baku) Anak itu ditolong ayah dengan dituntunnya ke pinggir jalan. (baku)Harga BBM dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak baku)

Harga BBM dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (baku) 4. Logis (Masuk Akal)

Logis adalah masuk akal atau ide kalimat dapat dengan mudah dipahami. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis.

Contoh:

Syafna memetiki setangkai anggrek. (tidak baku) Syafna memetik setangkai anggrek. (baku)

Untuk mempersingkat waktu, kami lanjutkan seminar ini. (tidak baku) Untuk menghemat waktu, kami lanjutkan seminar ini. (baku)

Mayat yang terpotong-potong itu berkeliaran di Pejaten. (tidak baku)

Sebelum menjadi mayat yang terpotong-potong, Nenek-nenek itu berkeliaran di Pejaten. (baku)

5. Memiliki Kejelasan Makna atau Tidak Ambigu

Kalimat baku atau kalimat efektif bertujuan agar orang yang diajak berkomunikasi dapat mengerti maksud dari kalimat yang ada, tidak terjadi salah penafsiran. Oleh karena itu, kalimat baku tidak boleh bermakna ganda atau ambigu.

(19)

19

Contoh:

Ayah membeli tujuh karung beras. (tidak baku) Ayah membeli beras sebanyak tujuh karung. (baku)

Perancang busana wanita itu tewas mengenaskan di kamar hotel. (tidak baku) Perancang busana khusus wanita itu tewas mengenaskan di kamar hotel. (baku)

Lukisan Aff andi mahal sekali. (tidak baku) Lukisan karya Aff andi mahal sekali. (baku) 6. Menggunakan Ejaan yang Tepat (EYD)

Kaidah yang terdapat dalam EYD harus digunakan dalam kalimat baku. Kaidah tersebut, yakni penulisan huruf kapital dan huruf miring, penulisan angka dan lambang bilangan, penggunakan pungtuasi (tanda baca), penulisan partikel, penggunaan kata sandang, penulisan akronim dan singkatan, penulisan kata serapan (kata baku), dan penulisan kata baku.

Contoh:

Seorang dokter harus pandai menganalisa pasien. (tidak baku) Seorang dokter harus pandai menganalisis pasien. (baku)Mereka akan menemui walikota Jakarta Timur. (tidak baku)

Mereka akan menemui Wali Kota Jakarta Timur. (baku) E. KATA BAKU DAN TIDAK BAKU

Kata baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Kata baku digunakan dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.

Kata tidak baku adalah kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. Kata tidak baku digunakan dalam bahasa percakapan sehari-hari, atau bahasa tutur.

SENARAI KATA BAKU DAN TIDAK BAKU

BAKU TIDAK BAKU BAKU TIDAK BAKU

aktif aktive, aktip manajer manager

(20)

20

BAKU TIDAK BAKU BAKU TIDAK BAKU

apotek apotik mengubah merubah

analisis analisa mengesampingkan mengenyampingkan

antre antri menyontek mencontek

asas azas memesona mempesona

asasi asasi, azazi mengkritik mengeritik

atlet atlit metode metoda

atmosfer atmosfi r mesti musti

autopsi otopsi motif motip

audigram odiogram nasihat nasehat

aerobik erobik November Nopember

cenderamata cinderamata peletakan perletakan

defi nisi defenisi, difi nisi putra putera

desain disain putri puteri

diesel disel produktivitas produktifi tas

dolar dollar rezeki rejeki, rizki

ekstrem ekstrim risiko resiko

ekspor eksport roboh rubuh

Februari Pebruari saksama seksama

fi lm fi lem, pilem sekretaris sekertaris

foto fhoto silakan silahkan

fotokopi photo copi sistem sistim

formal formil standardisasi standarisasi

hakikat hakekat subjektif subyektif

hipotesis hipotesa sejarawan sejarahwan

hierarki hirarki sutera sutra

hemoglobin haemoglobin sumatra sumatera

hidraulik hidrolik survei survai

(21)

21

BAKU TIDAK BAKU BAKU TIDAK BAKU

ijazah ijasah syukur sukur

insaf insyaf telentang terlentang

isap hisap telepon telfon

izin ijin teoretis teoritis

jadwal jadual tradisional tradisionil

jenazah jenasah trotoar trotoir

jenderal jendral teknik tekhnik

kaidah kaedah terampil trampil

karisma kharisma tim team

karier karir varietas varitas

konduite kondite wasalam wasallam

konkret kongkrit wujud ujud

khotbah khutbah zaman jaman

kualitas kwalitas zona zone

kuitansi kwitansi

F. MEMPERBAIKI KALIMAT TIDAK BAKU 1. Tidak Bersubjek

Contoh:

Dalam bahasa Indonesia tidak mengenal tensis. KPO (tidak baku) Dalam bahasa Indonesia tidak dikenal tensis. KPS (baku)

2. Salah Menggunakan Preposisi Contoh:

Ia membicarakan tentang hari perkawinan. (tidak baku) Ia membicarakan hari perkawinan. (baku)

(22)

22

3. Salah Penempatan Keterangan Aspek

Keterangan aspek: ingin, mau, akan, harus, belum, telah, hendak. Contoh:

Saya ingin bicarakan masalah itu kepada Anda. (tidak baku) Saya ingin membicarakan masalah itu kepada Anda. (baku) Ingin saya bicarakan masalah itu kepada Anda. (baku)

LATIHAN SOAL

A. Jawablah pertanyaan ini dengan singkat dan jelas!

1. Apa yang dinamakan resensi?

2. Sebutkan syarat menjadi penulis resensi?

3. Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam resensi? 4. Sebutkan dan jelaskan tujuan resensi!

5. Sebutkan dan jelaskan manfaat resensi! 6. Apa yang dimaksud dengan ejaan?

7. Sebutkan ejaan apa saja yang pernah digunakan di Indonesia! 8. Sebutkan ketentuan penggunaan huruf kapital!

9. Apa yang dimaksud dengan kalimat baku? 10. Sebutkan syarat-syarat kalimat baku!

B. Perbaikilah kalimat di bawah ini menjadi kalimat baku!

1. Adapun dalam karya tulis ini akan membahas alternatif sumber energi di mana lebih efektif dan efi sien.

2. Dalam karya tulis ini, penulis akan mencoba memaparkan hasil daripada penelitian tentang berbagai manfaat-manfaat daripada tanaman obat.

3. Munculnya sikap-sikap ekstrim dalam agama terutama disebabkan oleh sikap mengisolasi diri.

4. Dealer menyediakan beberapa kemudahan dalam pembayaran sehingga konsumen dapat menyicil angsuran sesuai waktu yang diinginkan.

5. Dari hasil penyelidikan laboratorium kriminal menunjukkan bahwa pelaku tindak kejahatan itu seorang kidal.

(23)

23

C. Pilihlah satu jawaban yang tepat!

1. Bacalah kutipan resensi berikut! Judul : My Idiot Brother Penulis : Agnes Davonar

Penerbit : Inandra Published, Jakarta Tebal : 267 halaman

Novel tersebut menceritakan seorang anak yang bernama Angel yang mempunyai kakak bernama Hendra. Umurnya lima tahun lebih tua daripada Angel. Akan tetapi, kakak laki-laki Angel berbeda karena kakaknya mengidap penyakit down sindrom atau lebih dikenal dengan penyakit idiot.

Angel merasa malu mempunyai kakak seperti Hendra karena dia berbeda di kelas, pasti teman-temannya selalu mengejeknya. Ayah Angel bekerja di pertambangan, jadi hanya pulang setahun sekali. Akan tetapi, jika pulang ayahnya lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Hendra. Kasih sayang kepada Angel hanya sebatas mengasih uang dan mencium keningnya. Baginya ia tidak perlu iri yang penting mendapatkan uang saku, sebab dia tahu ibunya tidak akan memberi uang jika tidak menemani Hendra bermain.

Novel yang berjudul My Idiot Brother karya Agnes Davonar ini mempunyai cerita menarik. Di samping itu cover bukunya menarik membuat orang tergiur untuk membacanya. Akan tetapi di dalam novel tersebut ada sedikit kata-kata yang kurang sopan menurut kebudayaan kita.

Kalimat yang menyatakan keunggulan pada resensi tersebut adalah .... (UN) A. Novel My Idiot Brother menceritakan kedua saudara yang berbeda sifat. B. Angel dan Hendra dua tokoh yang bersifat mulia.

C. Novel My Idiot Brother mempunyai cerita dan penampilan yang menarik. D. Novel My Idiot Brother mempunyai konfl ik yang indah.

E. Novel My Idiot Brother menggunakan teknik penokohan yang kompleks. 2. Cermati ilustrasi berikut!

Novel “Bekisar Merah” dengan tokoh Sasi mengisahkan kehidupan penduduk Karangsoga yang miskin. Pemaparan alam pedesaan sangat kuat. Tokoh cerita digambarkan melalui suara batinnya. Penulisannya sangat akrab dengan situasi pedesaan dan kemiskinan.

(24)

24

Kalimat resensi yang menyatakan keunggulan novel tersebut adalah ....

A. Penduduk Karangsoga yang miskin diangkat oleh penulis “Bekisar Merah” agar kita lebih paham memaknai kemiskinan.

B. Novel ini mengisahkan tokoh-tokoh yang hidup di Karangsoga, termasuk Sasi, yang hidup dalam kemiskinan.

C. Novel ini menggambarkan batin tokoh-tokoh yang miskin yang tinggal di Karangsoga tempat tinggal penulis.

D. “Bekisar Merah” perlu dibaca orang yang ingin mengentaskan kemiskinan karena batin orang miskin bisa dirasakan.

E. Penulis yang akrab dengan alam pedesaan mampu mengangkat desa miskin Karangsoga melalui batin pelakunya dalam sebuah novel.

3. Cermatilah paragraf karya tulis berikut!

Siapa pun dapat menjadi fotografer dan apa pun dapat di foto. Namun, bagaimana dapat membuat foto yang menarik untuk dilihat orang lain, itu adalah masalah utama. Tiap orang tentu ingin membuat foto yang dapat dinikmati orang lain. Perbaikan kata yang bercetak miring pada paragraf tersebut adalah … (UN 2014) A. Siapa pun dapat menjadi foto grafer dan apa pun dapat di foto.

B. Siapapun dapat menjadi fotografer dan apa pun dapat difoto. C. Siapapun dapat menjadi fotografer dan apa pun dapat di foto. D. Siapa pun dapat menjadi fotografer dan apapun dapat di foto. E. Siapa pun dapat menjadi fotografer dan apa pun dapat difoto. 4. Cermatilah bagian karya tulis berikut!

Manusia mendambakan hidup sehat. Kesehatan adalah merupakan salah satu kebutuhan dasar daripada manusia, di samping kebutuhan yang mana di sebut sandang, pangan, dan pendidikan. Hanya dengan kondisi kesehatan yang baik serta tubuh yang prima manusia dapat melaksanakan aktivitas kehidupan dengan baik. Perbaikan kalimat yang bercetak miring dalam kutipan tersebut adalah ....(UN 2010) A. Kesehatan yang mana merupakan salah satu kebutuhan dasar daripada

manusia di samping kebutuhan sandang, pangan, papan, dan pendidikan. B. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping

(25)

25

C. Kesehatan merupakan salah satu daripada kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan akan sandang, pangan, papan, dan pendidikan.

D. Kesehatan merupakan salah satu di mana kebutuhan dasar daripada manusia, di samping kebutuhan kepada sandang, pangan, papan, dan pendidikan. E. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping

kebutuhan daripada sandang, pangan, papan, dan pendidikan. 5. Cermatilah paragraf berikut!

Fungsi daripada dapur yang mana saat ini sudah bergeser. Fungsi dapur pada awalnya hanya tempat untuk menerima tamu atau sahabat. Memasak sembari bercakap-cakap menambah suasana akrab. Di dapur juga dapat digunakan sebagai ruang kerja sambil memasak, misal melakukan aktivitas kerja dengan media komputer. Tentunya desain dapur sudah dirancang sedemikian rupa oleh pemiliknya.

Perbaikan yang tepat untuk kalimat yang bercetak miring tersebut adalah … (UN 2010)

A. Dapur yang mana fungsinya sudah bergeser. B. Fungsi dapur sudah bergeser saat ini.

C. Fungsinya dapur daripadanya saat ini bergeser. D. Yang mana fungsi dapur saat ini bergeser.

Gambar

foto fhoto silakan silahkan

Referensi

Dokumen terkait

Singkatan akronim terdapat 2 jenis (1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital terdapat 26 singkatan,

Akronim nama diri, yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital... Penulisan

LAN.. b.Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.E.

Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf

b. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. 1) Akronim nama

2) Akronim nama diri yang berupa gabunagn suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.c. 3) Akronim yang bukan

Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf/suku kata/huruf dan suku kata dari deret kata Æ semuanya ditulis kata dari deret kata Æ semuanya ditulis dengan huruf

Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri