Penerapan EYD 1 pada Skripsi
Mahasiswa FEB UIN Jakarta
MAKALAH BAHASA INDONESIA
Disusun oleh :
Heni Purnama Sari
[11140850000017]
Dosen Pembimbing :
Ahmad Bachtiar, M. Hum.
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puji dan syukur kepada Allah Swt. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Saw. Berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis diberikan kesempatan dan kesehatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Makalah ini berjudul “Penerapan EYD 1 (Penulisan Huruf, Pemakaian Huruf dan Penulisan kata) pada Skripsi Mahasiswa FEB UIN Jakarta “. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
Makalah ini berisi tentang penggunaan ejaan yang disempurnakan dalam skripsi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Ejaan yang disempurnakan sangat berperan dalam membentuk tata bahasa yang baik dalam bahasa indonesia sehingga akan diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
Pemakalah mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Bachtiar, M.Hum. yang telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya, dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari tantangan dan hambatan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan makalah ini. Terima kasih.
Wasalamu’alaikum wr.wb.
Jakarta, maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 5
D. Manfaat 5
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian EYD 6
B. Pemakaian Huruf 7
C. Penulisan Huruf 9
D. Penulisan Kata 12
BAB III PEMBAHASAN A. Kesalahan penulisan Ejaan yang Disempurnakan 20
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 24
B. Saran 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) pada dasarnya merupakan ejaan bahasa Indonesia hasil dari penyempurnaan terakhir atas ejaan-ejaan yang pernah berlaku di Indonesia. EYD yang resmi mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun sebelumnya dikenal dengan ejaan Ch. A. Van Ophuysen, ejaan Republik (ejaan Soewandi) dan ejaan Malindo.
Adapun yang disempurnakan itu bukan bahasa Indonesianya, melainkan ejannya yakni sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.
Selama ini belum semua orang mematuhi kaidah yang tercantum dalam EYD, baik karena belum tahu, enggan mematuhi atau karena ada pedoman yang mereka pegang selama ini yang mereka anggap pedoman itu sudah tepat. Tindakan seperti ini jelas dapat mengacaukan perkembangan bahasa Indonesia. Padahal dengan diberlakukannya EYD, seharusnya setiap warga negara Indonesia, termasuk warga pengadilan sebagai pemakai bahasa Indonesia wajib mengikuti dan mematuhi kaidah-kaidah yang tercantum di dalamnya. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas ejaan yang disempurnakan dengan segala permasalahannya.
B. RUMUSAN MASALAH
3. Bagaimana penulisan huruf yang benar sesuai dengan pedoman EYD? 4. Bagaimana penulisan kata yang benar sesuai dengan pedoman EYD?
C. TUJUAN
1. Mendeskripsikan pengertian ejaan yang disempurnakan (EYD).
2. Mendeskripsikan pemakaian huruf yang benar sesuai dengan pedoman EYD. 3. Mendeskripsikan penulisan huruf yang benar sesuai dengan pedoman EYD. 4. Mendeskripsikan penulisan kata yang benar sesuai dengan pedoman EYD.
5. MANFAAT
1. Dapat menulis karya ilmiah Ejaan tanda baca yang benar.
2. Dapat menggunakan kalimat dan tanda baca yang sesuai dengan konteks kalimat yang ada.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian EYD
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. Ejaan Bahasa Indonesia berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan.
Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai (ERB).
Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebar luaskan buku panduan pemakaian berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan".
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum 9 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas.
B. Pemakaian Huruf
a. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf A - Z
Di Awal Di Tengan Di Akhir
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia adalah huruf yang selain huruf vokal yang terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Konsonan
Contoh pemakaian dalam kata
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, & oi.
Huruf
Diftong ai au Oi
Di awal ain aula -
Di tengah syaitan saudara Boikot
Di akhir pandai harimau Amboi
e. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan. Contoh pemakaian dalam kata
Gabungan Huruf
Konsonan kh ng ny sy
Di awal Khusus Ngili Nyata Syarat
Di tengah Akhir Bangun Hanyut Isyarat
Di akhir Tarikh Senang - arasy
C. Penulisan Huruf
a. Penulisan Huruf besar (Kapital)
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan terdapat lima belas kaidah penulisan huruf kapital. Berikut ini disajikan beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Contoh:
b) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Allah Swt, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Al Qur’an, Weda, Islam, Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hambanya-Nya. c) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Contoh:
Sultan Hasanuddin, Mahaputra Yamin, Imam Hambali
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Contoh:
ayahnya menunaikan, ibadah haji, sebagai seorang sultan
d) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang , nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Gubernur Syahrul Yasin Limpo
Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Sebagai seorang gubernur yang baru dilantik itu? Jendral Ahmad dilantik menjadi mayor jendral
e) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Contoh:
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk kata turunan. Misalnya:
mengindonesiakan kata-kata asing, keinggris-inggrisan
f) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari Galungan, hari Lebaran.
g) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi. Contoh:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Daratan Tinggi Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut:
Ia berlayar sampai ke teluk, Jangan mandi di danau yang kotor, Mereka menyeberangi selat yang dangkal.
h) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Contoh:
Departemen Pendidikan Nasional, Dewan Perwakilan Rakyat Perhatikan penulisan berikut:
Dia menjadi pegawai di salah satu departemen. Menurut undang-undang, perbuatan itu dapat.
i) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penghubung kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Contoh:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto, Apakah itu, Bu?, Surat Saudara sudah saya terima, Saya akan disuntik, Dok?
Perhatikan penulisan berikut:
Kami sedang menunggu Bu Guru.
j) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Contoh:
Tahukah Anda bahwa gaji pegawai negeri dinaikkan? Apakah kegemaran Anda?
b. Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan, yang dalam tulisan tangan atau ketikan dinyatakan dengan tanda garis bawah, dinyatakan untuk:
a) menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh:
Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
b) menegaskan atau mengkhususkan huruf bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh:
Huruf pertama kata abad adalah a, Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
c) menuliskan kata ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.
D. Penulisan Kata
Penulisan kata yang masih perlu diperhatikan sebagai berikut:
a. Kata Dasar
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau bisa Kantor pajak penuh sesak Buku itu sangat tebal
b. Kata Turunan
a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:
Dikelola, Penetapan, Menengok, Mempermainkan
b) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Contoh:
Bertepuk tangan, Garis bawahi, Sebar luaskan
c) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
Menggarisbawahi, Menyebarluaskan, Dilipatgandakan, Penghancurleburan
d) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
antarkota, antarsiswa, antipornografi, antikekerasan, anti-Amerika, audiovisual, demoralisasi, dwiwarna, dwibahasa, ekasila.
c. Bentuk Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-). Contoh:
Anak-anak, buku-buku, Hati-hati, huru-hara, Biri-biri, lauk-pauk.
d. Gabungan Kata
a) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Duta besar, mata pelajaran, Orang tua, Kambing hitam
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh:
Ibu-bapak kami, anak-istri saya b) Gabungan kata berikut ditulis serangkai
Contoh:
Acapkali, manakala, Olahraga, bagaimana, Padahal, barangkali, Beasiswa, peribahasa
e. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan kata -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
f. Kata depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Contoh:
Kain itu terletak di dalam lemari. Mereka ada di rumah.
Mari kita berangkat ke pasar.
Catatan: kata-kata yang dicetak miring dibawah ini ditulis serangkai. Contoh:
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad. Ia masuk, lalu keluar lagi.
g. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil. Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
h. Partikel
a. Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Bacalah buku itu baik-baik, Makassar adalah tempat yang indah. b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata dari kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus. Jika ibu pergi, adik pun ingin pergi.
Catatan: kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kendatipun, maupun, meskipun, seklipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai. Contoh:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu. c. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Contoh:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu. Harga kain itu Rp 2.000.00 per helai.
i. Singkatan dan Akronim
a. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
Contoh:
M.B.A. master of business administration M.Sc. master of science
Bpk. bapak
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Contoh:
PGRI Persatuan Guru Rakyat Indonesia GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara
KTP Kartu Tanda Penduduk
3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga kata atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh:
dll. Dan lain-lain
dsb. Dan sebagainya
hlm. Halaman
Yth. Yang terhormat
4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh:
TNT trinitrotoluen
kVA kilovolt-ampere
kg kilogram
b. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia LAN Lembaga Administrasi Negara
SIM Surat Izin Mengemudi
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital
Contoh:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kowani Kongres Wanita Indonesia
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh:
pemilu pemilihan umum rapim rapat pimpinan rudal peluru kendali
j. Angka dan Lambang Bilangan
a. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Contoh :
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX
b. Angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (2) satuan waktu, (3) nilai uang, dan (4) kuantitas.
Contoh:
0,5 sentimeter, 1 jam 20 menit, 5 kilogram , pukul 15.00, 10 liter.
Contoh:
Jalan Sultan Alauddin II No.3, Hotel Indonesia, Kamar 23 d. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab
suci. Contoh:
Bab I, Pasal 2, halaman 23, Surah Yasin: 9
e. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut: Contoh:
1) Bilangan utuh Contoh:
Dua belas 12
Dua puluh dua 22
2) Bilangan pecahan Contoh:
Setengah ½
Tiga perempat ¾
Satu persen 1%
f. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Contoh:
Paku Buwono X, Paku Buwono ke-10, Paku Buwono kesepuluh g. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara
berikut (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5).
Contoh:
Tahun ’50-an atau tahun lima puluhan Uang 5000-an atau uang lima ribuan
h. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
i. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu. Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
j. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Contoh:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah. Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
k. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Contoh:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
l. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Contoh:
BAB III PEMBAHASAN
1. KESALAHAN PENULISAN
Penulis percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan izin dan ketetapan Allah SWT.1
PEMBAHASAN KESALAHAN
Swt adalah ungkapan penulisan huruf kapital yang berhubungan dengan nama Tuhan, jadi penulisan huruf kapital hanya di awal saja.
PERBAIKAN
Penulis percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan izin dan ketetapan Allah Swt.
2. KESALAHAN PENULISAN
Sehingga dapat berguna kelak dihari kemudian.2
PEMBAHASAN KESALAHAN
Dihari adalah kata depan atau preposisi di yang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, seharusnya di hari.
PERBAIKAN
Sehingga dapat berguna kelak di hari kemudian.
3. KESALAHAN PENULISAN
Keistimewaan dan kekhusuan, serta potensi keanekaragaman.3
PEMBAHASAN KESALAHAN
Kekhusuan adalah gabungan huruf konsonan yang terletak di tengah sy
1 Ratna Dewi, Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan penerimaan pendapatan asli daerah
(PAD) terhadap belanja daerah di provinsi Banten. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011 hlm. V
PERBAIKAN
Keistimewaan dan kekhusyuan, serta potensi keanekaragaman.
4. KESALAHAN PENULISAN
Menurut prakarsa sendiri berdasar aspirasi masyarakat.4
PEMBAHASAN KESALAHAN
Seharusnya kata berdasar ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya dengan menambahkan imbuhan –an dibelakangnya karena merupakan imbuhan gabungan.
PERBAIKAN
Menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
5. KESALAHAN PENULISAN
Merupakan hibah yang diberikan pemerintah pusat.5
PEMBAHASAN KESALAHAN
Penulisan kata hibah seharusnya miring, karena merupakan ungkapan asing.
PERBAIKAN
Merupakan hibah yang diberikan pemerintah pusat.
6. KESALAHAN PENULISAN
Perencanaan oprasional anggaran dan alokasi sumberdaya6
PEMBAHASAN KESALAHAN
Pada kata sumberdaya bukan merupakan jenis imbuhan, jadi tidak seharusnya di gabung untuk penulisannya.
PERBAIKAN
Perencanaan oprasional anggaran dan alokasi sumber daya.
4Ibid, hlm.3
5Ibid, hlm.5
7. KESALAHAN PENULISAN
Rata-rata pertumbuhan per tahunnya7
PEMBAHASAN KESALAHAN
Per tahunnya merupakan imbuhan gabungan, seharusnya penulisannya disambung.
PERBAIKAN
Rata-rata pertumbuhan pertahunnya.
8. KESALAHAN PENULISAN
Menurut Prakoso (2004: 106) “pungutan pajak dan retribusi daerah yang berlebihan dalam jangka penjang dapat menurunkan kegiatan perekonomian”.8
PEMBAHASAN KESALAHAN
“pungutan...” seharusnya menggunakan huruf kapital sebagai huruf pertama petikan lagsung.
PERBAIKAN
Menurut Prakoso (2004: 106) “Pungutan pajak dan retribusi daerah yang berlebihan dalam jangka penjang dapat menurunkan kegiatan perekonomian”.
9. KESALAHAN PENULISAN
Kecenderungan terjadinya Flypaper Effect sendiri sebenarnya juga ada.9
PEMBAHASAN KESALAHAN
Penulisan Flypaper Effect seharusnya miring, karena merupakan ungkapan asing.
PERBAIKAN
Kecenderungan terjadinya Flypaper Effect sendiri sebenarnya juga ada.
7Ibid, hlm.6
10. KESALAHAN PENULISAN
Menurut maimunah (2006:41) “Efek dari non-matching grants lebih besar dari metching grants dan efek ini tergantung peda penurunan relatif atas non matching grants untuk beberapa periode”.10
PEMBAHASAN KESALAHAN
Huruf awal Nama orang seharusnya Kapital.
PERBAIKAN
Menurut Maimunah (2006:41) “Efek dari non-matching grants lebih besar dari metching grants dan efek ini tergantung peda penurunan relatif atas non matching grants untuk beberapa periode”.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan dengan tepat merupakan kunci utama pengarang dalam menulis gagasan atau ungkapan. Penguasaan dalam pengolahan kata juga merupakan kunci utama dalam menghasilkan tulisan yang indah dan benar, dapat dibaca serta ide yang ingin disampaikan penulis dapat dipahami dengan baik.
Jika sehingga penggunaan Ejaan yang Disempurnakan dengan tepat, itu akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya baik secara lisan maupun tulisan.
Penulis yang menggunakan Ejaan yang Disempurnakan dengan tepat bertujuan agar pembaca mampu memahami maksud penulisan penulis.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Ratna. “Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja daerah di provinsi Banten” Skripsi S1 Jurusan Ilmu Studi Ekonomi dan Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta.2011
Mendikbud. Pedoman Ejaan yang Disempurnakan. Yogyakarta : pustaka Widyatama, 2006
http://www.academia.edu/9607279/
Makalah_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan
http://www.academia.edu/9607279/