BAB IV
ANALISA DATA
Dalam proses perencanaan jembatan, setelah dilakukan pengumpulan data primer maupun sekunder, dilanjutkan dengan pengolahan/analisa data untuk penentuan tipe, bentang, maupun kelas jembatan dan lain-lain serta melakukan perhitungan detail jembatan. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi :
1. Analisa topografi 2. Analisa lalu lintas 3. Analisa Hidrologi 4. Analisa tanah
5. Pemilihan tipe struktur jembatan 6. Spesifikasi jembatan
4.1. ANALISATOPOGRAFI
Topografi diartikan sebagai ketinggian suatu tempat yang dihitung dari permukaan air laut. Dari peta topografi ini dapat ditentukan elevasi tanah asli, lebar sungai dan bentang efektif jembatan. Data topografi ini diperlukan untuk menentukan trase jalan pendekat / oprit. Analisis geometrik jalan pendekat / oprit yang meliputi alinyemen vertikal dan horisontal diperhitungkan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengendara ataupun pengguna jalan saat melintasi jembatan ( memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan saat melintasi pergantian antara jalan dengan jembatan ).
Tabel4.1 Kalsifikasi Menurut Medan Jalan
No Klasifikasi Medan Kemiringan Medan (%)
1 Datar (D) <3
2 Perbukitan (B) 3 – 25
3 Pegunungan (G) > 25
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No.038/T/BM1997
Persentase Kemiringan Memanjang Trase Rencana Jalan STA Peil Permukaan Tanah
asli
Panjang Peil ∆H Kemiringan Memanjang (%) 0+010 98,004
30 0,183 0,061 0+040 97,821
0+080 97,840
30 1,645 5,483 0+120 99,485
0+159,002 99,780
240,998 2,47 1.025
0+400 97,310 0+440 97,040
40 0,205 0,512 0+480 97,245
Persentase Kemiringan Melintang Medan STA As Jalan Peil Permukaan Tanah Asli Lebar
Rencana jalan (m)
% Medan
Kelas Medan Kanan (m) Kiri (m) ∆H
0+010 98,004 98,200 97,930 0,270 12 1,62 Datar
0+040 97,821 97,890 97,840 0,050 12 0,3 Datar
0+080 97,840 97,970 97,810 0,160 12 0,96 Datar
0+120 99,485 99,690 97,710 1,980 12 11,88 Bukit
0+159,002 99,780 99,800 99,760 0,040 12 0,24 Datar
0+400 97,310 97,315 97,285 0,030 12 0,18 Datar
0+440 97,040 97,010 97,025 0,015 12 0,09 Datar
0+480 97,245 97,220 97,150 0,07 12 0,42 Datar
Berdasarkan peta topografi dan tabel di atas, maka medan termasuk dalam golongan medan datar dimana kemiringan medan < 3%.
BANGKI NANG
KP. PANJANG
TERATAK
PASAR BARU AI R TI RI S LOKASI JEMBATAN
AI R TI RI S Rak it
Ke Pek an b ar u
d a r i KAM P AR
KM 1 5 P O S 0 2 ST ASI U N H U JAN BAN GKI N AN G
Gambar 2. Peta lokasi Jembatan Air Tiris
Pemilihan trase jembatan diatas berdasarkan atas perencanaan fungsi jembatan yang ditujukan untuk sarana transportasi darat yang menghubungkan daerah Kampung Panjang – Air Tiris yang dilalui sungai Kampar. Adapun yang menjadi pertimbangan atas pemilihan lokasi jembatan Air Tiris adalah :
- Berdekatan dengan sarana transportasi penyeberangan rakit - Pada lokasi diatas medan relatif datar.
- Mempermudah dalam pelaksanaan pekerjaan jembatan - Arah aliran sungai relatif lurus
- Daerah sekitar merupakan daerah persawahan , sehingga tidak mengganggu pemukiman masyarakat sekitar lokasi. Sedangkan di lokasi lainnya masih terdapat pemukiman, pertimbangan terhadap pembebasan lahan
4.2. ANALISA DATA LALU LINTAS
4.2.1. Data Lalu Lintas
Survei lalu lintas untuk mendapatkan data primer dilakukan pada pos pencatatan lalu lintas ruas jalan Bangkinag – Kampar Pos SPBU km 15 selama 24 jam pada lalu-lintas 2 arah. Dari hasil survei diketahui jumlah kendaraan pada pengamatan , sebagai berikut :
Tabel 4.4. Data Lalu Lintas Ruas Jalan Bangkinang – Kampar
No. Jenis
Sepeda Motor, Sekuter & Kend. Roda Tiga Sedan, Jeep, Station Wagon
Pick-Up, Micro Truck, Opelet, Pick-Up, Mini Bus & Mobil Hantaran
Bus besar, Truck 2 Sumbu, Truck 3 Sumbu
7771 3813
5020 2171
Total kend / hari /2 arah 18775 Sumber : Data Survey Dinas Bina Marga Propinsi Riau pos Km 15 th.2005
No. Jenis
Sepeda Motor, Sekuter & Kend. Roda Tiga Sedan, Jeep, Station Wagon
Pick-Up, Micro Truck, Opelet, Pick-Up, Mini Bus & Mobil Hantaran
Bus besar, Truck 2 Sumbu, Truck 3 Sumbu
4662 2287 2510 2171
Total kend / hari /2 arah 16265 Ekuivalen mobil penumpang untuk medan datar :
MHV LT LV MC
Emp 2,4 5 1 0,6
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No.038/T/BM1997
LHR2005
=(
LT. 5 ) + ( LV .1) + ( MHV . 2,4 ) + ( MC . 0,6 )= (2171 . 2,4 ) + ( 2287 . 1 ) + ( 2510. 2,4 ) + ( 4662 . 0,6 ) = 16318 SMP / hari
Untuk tingkat pertumbuhan kendaraan ( i ) pada ruas jalan Bangkinang-Kampar sebagai berikut :
Tabel 4.5. Tingkat Pertumbuhan Lalu-Lintas Ruas Jalan Bangkinang – Kampar Tahun Jumlah kendaraan Tingkat pertumbuhan
( i )
Rata-rata pertumbuhan 2,82 % Sumber : Data LHR Jalan Nasional Propinsi Riau Pos Km 15 Th 2005
¾ Masa Umur Rencana Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pelayanan
Masa perencanaan dan pelaksanaan diperkirakan 3 tahun, berarti LHR pada tahun 2008
LHR 2008= LHR 2005 ( 1 + i )n Dimana : i = 2,82 %
n = 3 tahun
LHR 2008 = 16318 ( 1 + 0,0282) 3
= 17737,80 SMP / hari (merupakan LHR awal umur pelayanan )
Umur rencana pelayanan ditetapkan 10 tahun , sehingga LHR tahun 2018 adalah :
LHR 2018 = LHR 2008 ( 1 + i )n Dimana : i = 2,82 %
n = 10 tahun
LHR 2018 = 17737,80 ( 1 + 0,0282) 10
= 23424,80 SMP / hari ( merupakan LHR akhir umur rencana )
Dalam Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya no.13 tahun 1970, maka klasifikasi dan fungsi jalan dibedakan seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.6. Klasifikasi Menurut Kelas Jalan Berdasarkan MST
Nomor Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat
MST (ton) 1 Arteri
I II III A
> 10 10
8
2 Penghubung III A
III B
8
Sumber : Tata Cara Perencanaan Goemetrik Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997
Tabel 4.7. Klasifikasi dan Fungsi Jalan
Klasifikasi Fungsi Kelas LHR (smp)
Utama I > 20.000
Berdasarkan tabel diatas dan perhitungan LHR akhir umur rencana, jalan yang direncanakan adalah jalan klasifikasi fungsi utama kelas I
Jadi diambil fungsi jalan Arteri kelas I ¾ Berdasarkan kelas jalan
Penentuan lebar jalur dan bahu jalan berdasarkan kelas dan fungsi jalan seperti pada tabel beikut :
Tabel 4.8. Penentuan Lebar Jalur dan Bahu Jalan
VLHR Smp/ja
m
ARTERI KOLEKTOR LOKAL
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No.038/T/BM1997
Keterangan :
** = mengacu pada persyaratan ideal
* = 2 jalur terbagi, masing-masing n x 3,5 m, dimana n : jumlah lajur/jalur - = tidak ditentukan
Untuk LHR 10001- 25000 dan kelas jalan Arteri diambil lebar jalur 7m (2 x 3,5)mdan lebarn bahu 2 m pada kanan dan kiri jalan.
Berdasarkan perhitungan dan tabel diatas , maka ruas jalan tersebut dapat digolongkan sebagai jalan Kelas I dengan fungsi utama. Dengan demikian Jembatan Air Tiris termasuk dalam kategori jembatan Kelas I ( A ) dengan ketentuan sebagai berikut :
- Lebar lantai kendaraan : 7,00 ( 2 x 3,5m tanpa median ) - Lebar bahu jalan : 2 x 1,00 m
- Lebar trotoir : 2 x 1,00 m - Lebar jembatan : 11,00 m
- Kelas muatan : 100 % Pembebanan BM ¾ Kecepatan Rencana
Kecepatan Rencana (VR), pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang
dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti. Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan
dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam.
Tabel 4.9. Kecepatan rencana, sesuai klasifikasi fungsi & klasifikasi medan jalan Fungsi Kecepatan Rencana, VR, km/jam
Datar Bukit Pegunungan
Arteri 70 - 120 60 - 80 40 - 70
Kolektor 60 - 90 50 - 60 30 – 50
Lokal 40 - 70 30 - 50 20 - 30
Berdasakan tabel dan analisa data topografi diatas, kecepatan rencana yang digunakan untuk jalan fungsi arteri dan medan datar adalah : Vr = 70 km/jam.
Tabel 4.10. Jari – jari Lengkung Minimum Kecepatan Rencana
(km/jam)
Jari-jari Lengkung Luar Kota (m)
Jari-jari Lengkung Dalam Kota (m)
120 7.500 -
100 5.500 1.500
80 3.500 1.000
60 2.000 600
40 800 250
30 500 150
20 200 50
Sumber : ”Perencanaan Teknik Jalan Raya”,
Tabel 4.11. Kelandaian Maksimum yang diizinkan
VR(km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40
Kelandaian maksimal
(%) 3 3 4 5 8 9 10 10
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No.038/T/BM1997
Berdasarkan dari tabel di atas maka Jari – jari lengkung minimum adalah 2000 m dan Kelandaian Maksimum yang diizinkan adalah 7 %.
4.2.1 Pemilihan Tipe Jalan
¾ Berdasarkan perhitungan :
Diketahui : KONDISI
Fungsi jalan : Arteri kelas I Medan : Datar
Pertumbuhan lalu lintas ( i ) = 2,82 % - Perhitungan Arus Jam Rencana
VJR= VLHR x K;
( diambil K = 0,06 untuk VLHR 10000-30000, LHR luar kota ) = 23424,80 x 0,06 = 1405,488 smp/jam
Dicoba dengan lebar jalan > 6 m dengan lebar bahu jalan 1 m
Dari tabel A- 3- 1 MKJI yaitu tabel ekivalensi kendaraan penumpang ( emp ) untuk jalan dengan tipe 2/2 UD, tipe alinyemen datar, arus total kendaraan per jam, diperoleh :
LV = 1 ; LT = 2,5 ; MC = 0,5 Maka :
Pcu faktor = ( 0,6 x 1 ) + ( 0,08 x 2,5 ) + ( 0,32 x 0,5 ) = 0,96
Flow (Q) = Pcu faktor x VJR
= 0,96 x 1405,488 = 1349,27 pcu / jam / 2 arah DS direncanakan < 0,75
DS = Q / C
C = Co x FCw x FCsp x FCsf Dimana ;
DS = Derajat kejenuhan ( sebagai parameter kelancaran lalu lintas ) C = kapasitas ( smp/jam )
Co = Kapasitas dasar pada jalan 2/2 UD dengan alinyemen datar, luar kota ( tabel C-1 :2 MKJI )
Co = 3100
FCsp = 1 ( Faktor penyesuaian akibat pemisahan arah / directional split ) 50 % - 50 % tabel C-3 -:1 MKJI.
FCsf = 0,97 ( Faktor penyesuaian akibat hambatan samping / side friction rendah) FCw = Faktor penyesuaian akibat lebar jalur lalu-lintas jalan 2-lajur tak
Maka :
Q = 1349,27 pcu / jam / 2 arah C = Co x FCw x FCsp x FCsf C = 3100 x 1x 1 x 0,97 C = 3007 pcu / jam / 2 arah DS = Q / C
= 1349,27 / 3007 = 0,45 < 0,75 ( OK )…..lalu lintas lancar Jadi tipe jalan 2/2 UD dapat digunakan.
Pelayanan tersebut masih mampu melayani volume lalu lintas sampai tahun 2018, untuk kondisi sekarang sampai tahun 2018belum perlu pelebaran , terbukti dengan DS – nya masih < 0,75.
4.3. ANALISA HIDROLOGI
Dari data yang diperoleh dari Dinas PSDA Propinsi Riau & BMG, curah hujan rata-rata dalam setahun, didapat data sepuluh tahun yaitu dari tahun 1996 – 2005 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.12. Data Curah Hujan Maksimum Stasiun Bangkinang
Bulan 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Januari 167 184 343 163 85,5 109 91,5 163,5 194,5 201 Februari 141 184 189 247 148,5 125,5 165,9 97,5 89,5 36
Maret 167 184 230 95 258 160,5 202,7 91,5 168 163,5 April 193 184 199 136,5 260 181 48,5 311,5 298,5 121
Mei 125,5 184 144 58,5 220 77,5 120 123 156 121 Juni 91 184 124 146 82 197,5 86,7 144 90,5 193,5 Juli 69,5 184 74 43 38,5 187,7 77,4 60 101,5 25,5 Agustus 46 184 109 36,5 16,5 152,9 113 102 118 49 September 46 184 129 85,5 2 153,5 125,5 133,5 102 261
MAX 463 184 343 247 260 197 251 357 348 306 Sumber : Dinas PSDA Propinsi Riau & BMG
Tabel 4.13. Data Curah Hujan Maksimum Stasiun Pekanbaru
Bulan 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Januari 145 160 298 142 74,5 95 79,5 142,5 169,5 175 Februari 123 160 164 215 129,5 109,5 144,1 84,5 77,5 31
Maret 145 160 200 83 224 139,5 176,3 79,5 146 142,5 April 168 160 173 118,5 226 157 42,5 270,5 259,5 105
Mei 109,5 160 125 50,5 191 67,5 104 107 136 105 Juni 79 160 108 127 71 171 75,3 125 78,5 168,5 Juli 60,5 160 64 37 33,5 163,3 67,6 52 88,5 22,5 Agustus 40 160 95 31,5 14,5 133,1 98 89 103 43 September 40 160 112 74,5 2 133,5 109,5 116,5 89 227 Oktober 334 160 293 94 30,5 142,1 218 106 223,5 91,5 Novenber 403 160 283 166,5 90 55 163 205,5 303 232,5 Desember 328 160 81 146 106,5 85,3 173 310 221 266 JUMLAH 1975 1920 1996 1285,5 1193 1451,8 1450,8 1688 1895 1609,5
MAX 403 160 298 215 226 171 218 310 303 266 Sumber : Dinas PSDA Propinsi Riau & BMG
Menentukan Curah Hujan Rata-rata ( Dengan Metode Gumbel )
Perhitungan ini dipergunakan untuk memprediksi debit banjir pada periode ulang 50 tahunan dengan menggunakan data curah hujan selama 10 tahun, dan merupakan nilai curah hujan rata-rata dari data 2 stasiun hujan datas.
Tabel 4.14. Curah Hujan Selama 10 Tahun Tahun Xi Xi – Xr (Xi - Xr)2
2000 243 -33,5 1122,25
Jumlah 2765 56710,5
Jadi ;
Tabel 4.15. Hubungan antara Yn & Sn dengan n ( banyaknya sampel )
N Yn n Sn Dengan n = 10 dari tabel didapatkan :
Tabel 4.16. Harga Reduce Variate ( Ytr ) pada Periode Ulang Hujan ( PUH ) PUH = T
Tahun
Reduce – Variate ( Ytr ) 2
5 10 25 50 100
0.3665 1.4999 2.2502 3.1985 3.9019 4.6001 Dipakai periode ulang 50 tahun, maka Ytr = 3,9019 Faktor frekuensi Gumbel :
Kr = Ytr – Yn = 3,9019 – 0,4952 = 3,5875
Sn 0,9496 Xtr = R = Xr + ( Kr x Sx)
= 276,5 + ( 3,5875 x 79,37) = 561,2398 mm/hari
Keterangan :
Xtr = Besarnya curah hujan periode ulang 50 tahun ( mm )
Tr = Periode ulang ( tahun )
Xr = Curah hujan maksimum rata-rata selama tahun pengamatan ( mm )
Sx = Standart deviasi
Kr = Faktor frekuensi
4.3.1. Perhitungan Debit Banjir ( Q )
Tujuan dari perhitungan debit ini adalah untuk mengetahui besarnya debit air yang melewati sungai Air Tiris untuk suatu periode ulang tertentu, sehubungan dengan perencanaan ini periode debit banjir yang direncanakan adalah periode ulang 50 tahunan ( Qtr = Q50 ). Untuk perhitungan debit ini dipakai data sungai
Luas catchment area (A) = 303 km2 = 303*106 m2 Panjang Aliran Sungai ( L ) = 4km = 4000 m
Kemiringan dasar sungai = 0,00035
4.3.2. Perhitungan Tinggi Muka Air Banjir
Penampang sungai direncanakan sesuai dengan bentuk penampang dibawah Jembatan Air Tiris yaitu berupa trapesium dengan ketentuan sebagai berikut :
Debit banjir rencana ( Qr ) = 5629,98 m3/dt
Jadi tinggi muka air banjir (MAB) sebesar H = 5,4 m
4.3.4. Analisa Gerusan (Scouring)
-Jenis tanah dasar: pasir halus sampai sedang (medium sand), faktor lempung Lacey (f) = 1,25
-Tipe aliran sungai belok, penggerusan maksimum = 1,5 x d -Q = Qekstrim = 5629,98 m3/det
-Dalamnya penggerusan dihitung dengan rumus Lacey :
Menurut Peraturan Perencanaan Pembebanan Jembatan dan Jalan Raya, bahwa tinggi bebas yang disyaratkan untuk jembatan minimal 1,00 m diatas muka air banjir 50 tahunan. Kedalaman sungai mempengaruhi sulit tidaknya pelaksanaan, apakah cukup memakai perancah saja atau menggunakan alat berat.
Elevasi tertinggi pangkal jembatan = 101,453 dpl Elevasi dasar sungai = 91, 812 dpl Muka Air Banjir (MAB) = 5,4 m
Tinggi Jagaan (W) = 9,641 m – 5,4 m = 4,241 m
Elevasi tinggi jembatan = Tinggi jagaan + MAB + kedalaman scouring = 4,241 + 5,4 + 0,25 = 9,891 m
Gambar 3. Memanjang jembatan dan penampang sungai
4.4. ANALISA DATA TANAH
Analisa terhadap kondisi tanah dasar dimaksudkan untuk mengetahui sistem pelapisan tanah, mengetahui kedalaman muka air tanah, mengetahui kekuatan dan sifat fisis serta sifat teknis dari tanah di lokasi lalu dapat menentukan jenis pondasi yang sesuai dengan keadaan tanah pada Jembatan Air Tiris. Jenis pengujian yang dilakukan di Jembatan Air Tiris adalah penyelidikan lapangan ( In Situ Test ), yang terdiri dari boring dan Standard Penetration Test (SPT) pada 3 titik dan SPT dilakukan setiap interval 2,0 m.
4.4.1. Penyelidikan Lapangan
Pengujian Bor
Tabel 4.17. Sistem pelapisan tanah berdasar deskripsi visual BH-01
Kedalaman ( m )
Deskripsi Visual
Jenis Tanah Relative Density / Consistency
0.00 - 2.00 Lempung berlanau Stiff 2.00 – 2.60 Lempung berpasir Stiff
2.60 – 5.00 Pasir berlempung Medium dense
5.00 – 10.00 Grapet Hard
10.00 – 20.00 Pasir halus Dense hingga very dense Sumber : GSEC University Medan
Titik bor BH-02 berada pada tepi sungai Air Tiris arah ke Pasar Baru, kedalaman 0.00 m sampai -24.00 m :
Tabel 4.18. Sistem pelapisan tanah berdasar deskripsi visual BH-02
Kedalaman ( m )
Deskripsi Visual
Jenis Tanah Relative Density / Consistency
0.00 – 4.50 Batu kerikil campur pasir Medium dense
4.50 – 10.00 Pasir kasar Medium hingga dense 2.60 – 5.00 Pasir halus Medium dense
Sumber : GSEC University Medan
Titik bor BH03 berada pada sungai Air Tiris, kedalaman 0.00 m sampai -24.00 m :
Tabel 4.19. Sistem pelapisan tanah berdasar deskripsi visual BH-03
Kedalaman ( m )
Deskripsi Visual
Jenis Tanah Relative Density / Consistency
6.00 – 12.00 Pasir kasar Dense
12.00 – 24.00 Pasir halus Dense hingga very dense Sumber : GSEC University Medan
Pengujian SPT
Hasil nilai SPT pada setiap kedalaman untuk BH-01, BH-02, dan BH-03 dengan interval 2.0 m dapat dilihat berikut :
Tabel 4.20. Hasil nilai SPT pada setiap kedalaman untuk BH-01, BH-02, dan BH-03
Kedalaman (m) N-SPT ( pukulan / 30cm )
BH-01 BH-02 BH-03
2.0 10 29 60
4.0 14 25 65
6.0 31 32 65
8.0 45 22 39
10.0 35 18 36
12.0 40 42 37
14.0 59 39 65
16.0 60 37 40
18.0 60 36 65
20.0 34 45 45
22.0 65 65
24.0 65 60
Sumber : GSEC University Medan
kedalaman 0.00 m hingga 6.00 m dan lapisan bed rock pada kedalaman 22.0 m dengan nilai N-SPT 65.
Muka air tanah di lapangan 5.5 m, dengan pertimbangan kondisi diatas dan beban jembatan yang besar maka dapat digunakan pondasi dalam dengan jenis tiang bor dan kedalaman pondasi menyesuaikan daya dukung yag ada.
4.4.2. Penyelidikan Laboratorium
Untuk mendapatkan soil properties dan sifat fisik tanah dapat diketahui dari hasil pemeriksaan di laboratorium dan sampel tanah didapatkan dari pengujian di lapangan (In situ test). Mengadopsi data dari Coring yang dilakukan oleh CTI Engineering CO < LTD in Assoc. With Nippon Koei. LTD, 1995. Untuk nilai g=1,585 ton/ m, nilai Φ = 12,09 deg, nilai C = 0,330 kg/cm.
4.5. PEMILIHAN TIPE STRUKTUR JEMBATAN
4.5.1. Bangunan Atas (Super Structure)
Pada perencanaan Jembatan Air Tiris ini, bangunan atas menggunakan konstruksi rangka baja, karena mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1. Bentang jembatan yang cukup panjang karena sungai Air Tiris lebarnya 150
m. Dengan bentang jembatan ≥ 100 m lebih efektif menggunakan konstruksi rangka baja, dalam hal ini dengan bentang 60 m per segmen.
2. Dari segi ekonomi akan lebih murah, karena mengurangi pembuatan jumlah pilar jembatan dibandingkan dengan prestress concrete.
4.5.2. Bangunan Bawah (Sub Structure)
a. Abutment ( Pangkal Jembatan )
Dalam perencanaan jembatan ini, abutment dapat diasumsikan sebagai dinding penahan tanah. Data tanah yang diperlukan untuk keperluan perencanaan
abutment antara lain data soil properties seperti: nilai kohesi tanah c, sudut geser
Maka harus ditinjau daya dukung tanah pondasinya serta kestabilan terhadap geser danguling.
b.Pondasi
Pondasi dalam dengan jenis tiang bor digunakan hingga kedalaman tanah keras, di lokasi di dapat mulai 22 m. Untuk kedalaman penetrasi pondasi dalam tergantung kepada daya dukung yang dibutuhkan, jika pondasi dalam yang memobilisasi perlawanan ujung maka kedalaman pondasi harus mencapai bed
rock yaitu 22.0 m. Jika menggunakan ujung dan friksi maka kedalaman pondasi
bisa kurang dari 22.0 m. Pada ujung atas grup pondasi tiang bor dipasang poer untuk menerima dan meneruskan beban ke kolom secara merata.
Sedangkan Poer adalah sebagai kepala dari kumpulan tiang bor, berfungsi untuk mengikat beberapa tiang bor menjadi satu kesatuan agar letak/posisi dari pondasi tidak berubah dan beban dari struktur atas dapat disalurkan dengan sempurna ke lapisan tanah keras melalui pondasi tersebut sehingga struktur jembatan dapat berdiri dengan stabil dan kuat sesuai dengan umur rencana.
4.5.3. Bangunan Pelengkap
4.5.3.1. Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah ini direncanakan dari pasangan batu kali yang berfungsi sebagai penahan tanah oprit. Dari data tanah yang ada ( sudut geser tanah ø dan berat jenis tanah γ ), dapat dihitung tekanan tanahnya, kemudian dihitung pembebanannya, dan dicek/dikontrol terhadap stabilitas guling & geser. 4.5.4. Oprit
Oprit dibangun dengan tujuan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan pada saat peralihan dari ruas jalan ke jembatan. Untuk desain jalan baru, tebal oprit ditentukan berdasarkan nilai CBR yang diambil 6 %, tanah dasar yang dipadatkan (Compacted Subgrade). Dan untuk keperluan perencanaan, digunakan nilai design CBR dengan memperhatikan faktor-faktor di bawah ini : 1. Kadar air tanah
Dari Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI-2.3.26.1987, Nilai CBR yang didapatkan antara lain :
1. Nilai CBR untuk lapisan tanah dasar / subgrade sebesar 6 % 2. Nilai CBR untuk lapisan pondasi bawah / sub base sebesar 50 % 3. Nilai CBR untuk lapisan pondasi / base sebesar 80 %
4.6. SPESIFIKASI JEMBATAN
4.6.1. Data Perencanaan
Berdasarkan hasil analisa diatas maka diperoleh keseluruhan perencanaan Jembatan Air Tiris sebagai berikut :
a. Bentang jembatan : 3*60 meter = 180 meter
b. Lebar jembatan : 11eter ( 7m lebar jalan + 2 x 1 bahu jalan + 2 x 1 trotoar )
c. Bangunan atas : Rangka baja (Transfield Australlia) d. Bangunan bawah : 2 buah abutment
e. Pilar jembatan : 2 buah pilar
f. Tipe pondasi : Pondasi Tiang bor (Borepile) 4.6.2. Penggunaan Bahan
Pada perencanaan Jembatan Air Tiris bahan yang digunakan : 1. Bangunan atas
a. Rangka baja Bj 44 (σ = 186,7 MPa) b. Jenis sambungan dengan Bout
c. Mutu beton pelat lantai K-350 ( f’c = 35 Mpa ) d. Mutu tulangan :
Untuk D < 13 mm digunakan U-24 (fy = 240 Mpa) 2. Bangunan bawah
a. Mutu beton
b. Mutu tulangan
Untuk D < 13 mm digunakan U-24 (fy = 240 Mpa) 3. Pilar
a. Mutu beton
Pilar menggunakan mutu beton K-350 ( f’c = 35 Mpa ) b. Mutu tulangan
Untuk D > 13 mm digunakan U-24 (fy = 240 Mpa) Untuk D < 13 mm digunakan U-24 (fy = 240 Mpa) 4. Pondasi
a. Mutu beton
Mutu beton pondasi Borepile K-450 ( f’c = 35 Mpa ) b Mutu tulangan
Untuk D < 13 mm digunakan U-24 (fy = 240 Mpa) c. Panjang tiang : 24.00 m untuk Abutment