• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SEJ 1106282 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SEJ 1106282 Chapter1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cimahi merupakan salah satu kota yang berada Jawa Barat yang sering

dikunjungi oleh para wisatawan lokal. Letaknya yang berada di antara Kabupaten

Bandung dan Kabupaten Bandung Barat, kerap kali dijadikan oleh para wisatawan

yang berasal dari luar kota sebagai tempat singgah. Biasanya tempat yang sering

dikunjungi oleh para wisatawan adalah tempat-tempat kuliner, wisata alam atau

kawasan perbelanjaan. Selain itu pula, Cimahi memiliki berbagai macam

keunikan, salah satunya adalah beragamnya kesenian yang dimiliki oleh kota

Cimahi.

Salah satu wisata kesenian yang terkenal di Cimahi adalah lembur batik.

Lembur batik ini menawarkan wisata seni batik. Seni batik yang dimiliki oleh

Cimahi memiliki ciri khas sendiri yaitu memunculkan lima motif, diantaranya

motif Cireundeu, Ciawitali, Kujang, Curug Cimahi, dan motif Militer. Kesenian

yang dikembangkan di Cimahi tidak hanya meliputi seni batik saja, kesenian lain

yang turut dikembangkan adalah Tari Jaipongan, Tari Keurseus, Sisingaan,

Angklung, Kliningan, Rengkong, Gondang dll. Seiring berjalannya waktu tidak

hanya kesenian tradisional saja yang dikembangkan, akan tetapi seni rupa turut

menjadi perhatian para seniman di Cimahi untuk dikembangkan. Salah satu seni

rupa yang dikembangkan yaitu seni lukis pelepah pisang. Seni lukis pelepah

pisang ini dikategorikan sebagai seni kontemporer. Hal ini dikarenakan seni lukis

ini hasil dari kreatifitas dari salah satu seniman. Seperti dalam Saidi ( 2008, hal

17) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan J.S Badudu dan Muhammad

Zain mengenai seni Kontemporer yaitu :

(2)

Seni lukis pelepah pisang ini memiliki keunikan tersendiri, hal ini

dikarenakan seni lukis ini tidak menggunakan cat air sebagai media utamanya

melainkan pelepah pisang.

Seni lukis pelepah pisang ini muncul pertama kali pada tahun 1969.

Berawal dari keprihatinan salah satu warga Cimahi di Jalan Amir Mahmud yaitu

Ade Moelyana ketika melakukan perjalan ke Gunung Burangrang. Ade Moelyana

merupakan warga asli Cimahi, Ade merupakan seniman yang telah menekuni seni

lukis sejak dia duduk di bangku SMP. Ade Melihat pelepah pisang yang

terkelupas dan berjatuhan, pelepah pisang tersebut tidak memiliki daya tarik atau

bahkan dianggap sampah oleh sebagian masyarakat. Pelepah pisang yang

berjatuhan lalu dikumpulkannya dan disusun di atas tanah sehingga membentuk

satu gambar. Dari sinilah muncul ide untuk membuat lukisan yang terbuat dari

limbah pelepah pisang. Seni lukis pelepah pisang ini merupakan seni lukis kolase,

yang artinya seni penempelan dengan media utamanya adalah menggunakan

limbah pelepah pisang. Penggunaan limbah pelepah pisang sebagai bahan utama

dalam seni lukis ini memiliki keunikan tersendiri. Hal ini dikarenakan seni lukis

ini tidak menggunakan cat air seperti pada umumnya dan pelepah pisang yang

pada awalnya tidak memiliki daya tarik berubah menjadi sebuah karya yang

memiliki nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi.

Lukisan dari limbah pelepah pisang ini mulai dijual pada tahun 1971.

Pemasaran dilakukan dengan cara melakukan ekspedisi ke berbagai daerah yang

ada di Indonesia seperti Bali, Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta. Ekspedisi yang

dilakukan tidak hanya menjajakan lukisan yang telah dibuat, akan tetapi juga

dilakukan demonstrasi melukis dengan menggunakan limbah pelepah pisang

untuk menarik warga sekitar. Pada awalnya lukisan pelepah pisang ini tidak

begitu diminati oleh warga sekitar, banyak yang beranggapan bahwa seni lukis

dari limbah pelepah pisang ini tidak layak untuk dikatakan sebagai seni lukis.

bahkan seni lukis ini sempat ditolak oleh galeri di Bandung karena lukisan

pelepah pisang yang merupakan hasil karya Ade Moelyana ini bukan merupakan

hasil dari seorang seniman sekelas Affandi. Selain itu pula, pada awal

perkembangannya lukisan yang terbuat dari limbah pelepah pisang ini oleh

(3)

kerajinan tangan. Hal ini tentu saja tidak dapat diterima oleh Ade Moelyana,

dirinya merasa keberatan jika seni lukis dari limbah pelepah pisang ini

dikategorikan sebagai kerajinan tangan. Seiring berjalannya waktu, setelah

melewati beberapa diskusi yang panjang antara Ade Moelyana dengan

seniman-seniman yang ada di Cimahi dan beberapa pelukis unik , pada akhirnya lukisan

pelepah pisang ini dapat dikategorikan sebagai seni lukis.

Lukisan dari limbah pelepah pisang ini justru diminati oleh seorang warga

yang berasal dari Bali dan lukisan pelepah pisang ini lebih dahulu terkenal di Bali.

Selain diminati oleh warga Indonesia seni lukis ini juga diminati oleh salah satu

warga Perancis yang sedang berlibur di Bali. Dia menawarkan kepada pelukis

Ade Moelyana untuk melakukan demonstrasi melukis di negaranya dengan biaya

gratis. Seiring berjalannya waktu dari mulut ke mulut seni lukis pelepah pisang ini

mulai dikenal dan mulai diminati oleh warga sekitar baik di Cimahi atau di luar

kota Cimahi. Secara perlahan pada tahun 1990 baik warga sekitar maupun luar

Cimahi mulai mendatangi Saung Pongpok Bodogol untuk membeli lukisan

pelepah pisang dan juga untuk belajar bagaimana cara membuat lukisan pelepah

pisang. Harga dari lukisan pelepah pisang ini berkisar Rp.500.000 dan bisa

mencapai ratusan juta rupiah, tergantung dari ukuran dan tingkat kesulitan dari

pembuatan lukisan pelepah pisang ini. Pembuatan lukisan dari limbah pelepah

pisang ini cukup sederhana, akan tetapi dibutuhkan ketekunan dan kesabaran

dalam pembuatan lukisan ini.

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 sempat

menjadikan pelukis Ade Moelyana drop dalam pembuatan lukisan dari limbah

pelepah pisang. Bahkan, adanya krisis moneter ini menjadikan kevakuman selama

dua tahun dalam pembuatan lukisan pelepah pisang. seiring berjalannya waktu,

dengan adanya peliputan dari media cetak maupun elektronik menjadikan seni

lukis dari limbah pelepah pisang ini semakin banyak diminati. Peminat yang

tertarik dengan seni lukis dari limbah pelepah pisang ini tidak hanya di warga

sekitar saja, melainkan sampai mancanegara. Puncaknya pada tahun 2000 Seni

lukis pelepah pisang mengalami puncak perkembangan. Hal ini dikarenakan

lukisan dari limbah pelepah pisang ini tidak hanya dipasarkan di Cimahi saja,

(4)

Jerman, Malaysia, dan USA. Banyak warga Cimahi bahkan warga asing yang

datang langsung ke Saung Pongpok Bodogol untuk membeli lukisan dan untuk

belajar langsung bagaimana cara membuat lukisan dari pelepah pisang. Banyak

media cetak atau pun elektronik yang telah meliput tentang seni lukis dari limbah

pelepah pisang ini. Selain itu pula seni lukis pelepah pisang ini telah mendapatkan

berbagai macam penghargaan diantaranya penghargaan dari gubernur Jawa Barat,

Disbudpar, penghargaan daur ulang terbaik, serta penghargaan dari ITB sebagai

seni lukis dan kerajinan yang unik.

Pada tahun 2002, seni lukis dari limbah pelepah pisang ini mulai

mengalami penurunan, pasalnya pemasaran lukisan dari limbah pelepah pisang

menjadi berkurang. Hal ini terjadi karena terjadinya insiden bom Bali yang

menyebabkan konsumen yang berada di Bali menjadi hilang, hal ini menjadikan

pemasaran hanya dilakukan disekitar Cimahi saja.

Upaya yang dilakukan oleh Ade Moelyana dalam mengembangkan seni

lukis pelepah pisang di Cimahi tentu sangat banyak. Salah satu upaya yang

dilakukan oleh Ade Moelyana ini adalah dengan melakukan inovasi dalam

pembuatan lukisan dari limbah pelepah pisang. Seperti pemberian warna dan

penambahan tema dalam objek lukisan. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan

memberikan pembinaan melukis dengan menggunakan limbah pelepah pisang

kepada kepada warga sekitar atau warga yang datang ke saung miliknya. Selain

itu pula ia tidak hanya mengajarkan kepada orang-orang yang datang ke

saungnya, akan tetapi mengajarkan juga kepada siswa-siwi yang ada di sekolah

PGRI Cimahi.

Upaya lain yang dilakukan adalah mengikuti setiap pameran-pameran

yang diselenggarakan baik oleh pihak pemerintah atau non pemerintah. Setiap

pameran yang diikuti oleh Ade Moelyana, tidak jarang menarik perhatian

orang-orang yang datang ke pameran. Hal ini dikarenakan seni lukis yang terbuat dari

limbah pelepah pisang ini memiliki keunikan tersendiri. Selain itu pula upaya Ade

Moelyana dalam mengembangkan seni lukis dari limbah pelepah pisang ini tidak

hanya dilakukan di Cimahi dan sekitarnya, akan tetapi diuar Cimahi bahkan luar

negeri. Pasalnya, seni lukis yang dibuat oleh Ade Moelyana ini pernah mengikuti

(5)

masuk pada tahap 25 besar. Ade Moelyana tidak dapat melanjutkan perlombaan

seni lukis ini sampai pada tahap akhir, hal ini dikarenakan tidak adanya modal

untuk menyelesaikan salah satu lukisan yang ikut dalam kontes tersebut.

Upaya dalam mengembangkan seni lukis dari limbah pelepah pisang ini

tidak hanya dilakukan oleh Ade Moelyana saja, akan tetapi pemerintah kota

Cimahi pun turut serta dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang ini. salah

satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah kota Cimahi guna mengembangkan

seni lukis dari limbah pelepah pisang ini adalah melaksanakan Pagelaran Tjimahi

Festival. Pagelaran Tjimahi Festival ini merupakan pagelaran yang

diselenggarakan oleh pemerintah kota Cimahi yang menampilkan berbaai

kebudayaan yang ada di kota Cimahi. Pagelaran ini terdiri dari pertunjukkan

kesenian khususnya kesenian tradisional, pameran lukisan, dll. Di salah satu stand

yang disediakan oleh Pemkot Cimahi Ade Moelyana memajang hasil karyanya

untuk dapat dinikmati oleh pengunjung. Selain itu pula Ade Moelyana melakukan

demonstrasi bagaimana cara membuat seni lukis dari limbah pelepah pisang.

Demonstrasi yang dilakukan oleh Ade Moelyana ini menarik perhatian

masyarakat yang menghadiri pagelaran Tjimahi Festival. Selain untuk

mengembangkan kreativitas masyarakat di kota Cimahi, pagelaran Tjimahi

Festival ini dijadikan sebagai ajang promosi kepada para wisatawan yang datang

ke cimahi, baik wisatawan dari domestik atau pun mancanegara. Selain itu pula

pagelaran ini ditujukan agar kreativitas yang dimiliki masyarakat kota Cimahi ini

dapat terus mengembangkan kreativitasnya sehingga dapat berkembang menjadi

sebuah potensi.

Seiring berjalannya waktu, limbah dari pelepah pisang ini tidak hanya

dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk melukis saja, melainkan juga

dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk membuat kerajinan tangan. Pada tahun

1990, pemanfaatan limbah pelepah pisang sebagai bahan dasar untuk membuat

kerajinan mulai dilakukan. Kerajinan dari limbah pelepah pisang ini meliputi

anggrek, kertas, tempurung kura-kura, dan lampu tidur. Limbah dari pelepah

pisang ini dapat dimanfaatkan sebagai potensi ekonomi yang cukup menjanjikan.

Seperti halnya seni lukis dari limbah pelepah pisang yang memiliki nilai ekonomi

(6)

sebagai ladang bisnis dan sebagai lapangan pekerjaan, untuk itulah seni lukis

pelepah pisang ini dapat menghadirkan daya tarik para pemuda untuk turut serta

dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang. Seperti yang dialami oleh

Danny, setelah beberapa lama belajar di Saung dan menjadi asisten Ade Moelyana

di Saung Pongpok Bodogol dirinya mulai mengembangkan seni lukis pelepah

pisang dirumahnya sendiri. Selain itu pula ada MK. Wirasaputra yang masuk ke

dalam rekor muri Indonesia dengan kategori pelukis pelepah pisang termuda pada

tahun 1978.

Namun potensi yang menjanjikan tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara

maksimal oleh pihak-pihak yang terlibat seperti warga sekitar Jalan Amir

Mahmud, pelukis dan Pemerintah Kota Cimahi. Hingga saat ini Ade Moelyana

pelukis yang menggeluti seni lukis dari limbah pelepah pisang ini kurang

memperhatikan perkembangan seni lukis dan kemampuan manajemen bisnisnya,

selain itu pula pemerintah dinilai kurang membantu baik dalam permasalahan

modal, atau pun bimbingan manajemen. Kondisi tersebut mengakibatkan

perkembangan seni lukis pelepah pisang ini mulai menurun. Pasalnya, pada tahun

2010 tidak ada penjualan yang dilakukan, sehingga pemasaran semakin

menyempit. Hal ini terjadi karena kesibukkan Ade Moelyana yang mulai dijalani

sebagai juri Cosplayer, yaitu sebuah kegiatan meniru karakter kartun Jepang.

Kurangnya modal dan faktor usia yang sudah tidak muda lagi menjadikan

pembuatan dan pemasaran sulit dilakukan. Hal ini tentu menjadikan lukisan dari

limbah pelepah pisang yang memiliki potensi ekonomi tinggi ini justru terabaikan

bahkan terbengkalai karena kurangnya pengetahuan dan perhatian dari berbagai

pihak. Padahal, tidak sedikit beberapa peserta yang pernah mengikuti pembinan

keterampilan yang dilakukan Ade Moelyana terutama yang berasal dari luar

Cimahi, mengembangkan keahliannya tersebut di daerahnya masing-masing

seperti Tasik, Garut, dan Semarang.

Berdasarkan pengamatan penulis tertarik untuk melakukan penulisan

mengenai “Peranan Ade Moelyana Dalam Mengembangkan Seni Lukis Dari

Limbah Pelepah Pisang”. Adapun alasan penulis membuat batasan periode 1969

-2010, pada tahun 1969 merupakan awal perkembangan seni lukis pelepah pisang.

(7)

penghargaan dari berbagai pihak, selain itu pula pada akhir tahun ini pula pelukis

yang menggeluti mulai berhenti membuat lukisan dari limbah pelepah pisang. Di

angka tahun 2010 ini pula untuk mengetahui keadaan terkini seni lukis pelepah

pisang.

Selain itu pula ada beberapa alasan yang membuat penulis merasa tertarik

untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai “Perkembangan Seni lukis Pelepah

Pisang di Cimahi tahun 1969-2010”. Diantaranya adalah seni lukis pelepah pisang

ini merupakan sebuah seni lukis atau kerajinan tangan yang unik. Seni lukis ini

memiliki potensi ekonomi yang sangat baik bagi perekonomian warga sekitar

Jalan Amir Mahmud dan kota Cimahi khususnya maupun Provinsi Jawa Barat

secara umum. Akan tetapi seni lukis pelepah pisang ini justru terabaikan.

Diharapkan dengan adanya kajian ini, potensi yang belum dikembangkan dari seni

lukis pelepah pisang dapat dimaksimalkan. Sehingga, lukisan pelepah pisang ini

dapat dijadikan sebagai usaha kreatif bagi masyarakat kota Cimahi. Dengan

demikian, penulisan ini diharapkan agar masyarakat di kota Cimahi ini khususnya

para pemuda dan pemerintah memperhatikan dan turut serta dalam

mengembangkan seni lukis pelepah pisang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk memudahkan

dalam melakukan penelitian, maka penulis mengidentifikasi beberapa

permasalahan dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimana Peranan Ade

Moelyana Dalam Mengembangkan Seni Lukis dari Limbah Pelepah Pisang di

Cimahi Tahun 1969-2010”

Untuk mempermudah dan mengarahkan dalam pembahasan, maka penulis

membuat batasan dalam rumusan masalah. Batasan-batasan masalah tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan awal seni lukis pelepah pisang di kota Cimahi

?

2. Bagaimana upaya Ade Moelyana selaku seniman untuk mengembangkan

(8)

3. Bagaimana upaya Ade Moelyana dalam meningkatkan kemampuan

manajemen untuk mengembangkan seni lukis dari limbah pelepah pisang

?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini yakni sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan perkembangan yang terjadi pada seni lukis pelepah.

Penjelasan ini meliputi latar belakang munculnya seni lukis pelepah

pisang pada tahun 1969, puncak kejayaan seni lukis pelepah pisang dan

masa penurunan.

2. Menjelaskan upaya Ade Moelyana dalam mengembangkan seni lukis

pelepah pisang mencakup inovasi dalam lukisan, pembinaan

keterampilan, dan pemasaran lukisan pelepah pisang.

3. Menjelaskan upaya Ade Moelyana dalam meningkatkan kemampuan

bimbingan manajemen kepada pemerintah kota Cimahi.

1.4. Manfaat Penulisan

Manfaat yang didapatkan oleh penulis dalam penulisan ini, yakni

diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Dari segi akademis dapat menjadi

salah satu sumber informasi dan acuan mengenai perkembangan seni lukis dari

limbah pelepah pisang sebagi potensi ekonomi kreatif. Selain itu dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan, pemikiran serta perbandingan dalam penulisan

sejarah lokal lainnya yang berkaitan dengan kajian yang diteliti.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Adapun sistematika penulisan dalam penulisan skripsi ini ialah sebagai

berikut :

Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan beberapa hal diantaranya

adalah mengenai latar belakang masalah yang didalamnya termuat penjelasan

mengapa penulis mengambil kajian tentang “ Perkembangan Seni lukis Pelepah

Pisang di Cimahi tahun 1969-2010. Selain itu pula pada bab ini terdapat

perumusan dan pembatasan masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan

(9)

mengarahkan pembahasan, tujuan penulisan, penjelasan judul, metode dan teknik

penulisan serta sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka. Pada bab ini akan diuraikan mengenai sumber-

sumber rujukan tertulis, pustaka dan karya ilmiah yang digunakan untuk

membahas permasalahan yang dikaji.

Bab III Metode dan Teknik Penulisan. Pada bab ini akan diuraikan

mengenai metode penulisan yang digunakan dalam melaksanakan penulisan ini.

Dalam bab ini juga penulis akan meguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan oleh

penulis dalam merampungkan penulisan yang berisi langkah-langkah penulisan

dari mulai persiapan sampai langkah terakhir dalam menyelesaikan penulisan ini.

Bab IV Perkembangan Seni Lukis Pelepah Pisang di Cimahi Tahun

1969-2010. Pada bab ini akan diuraikan mengenai apa saja yang akan dibahas

dalam skripsi ini. Pada bab ini merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

yang terdapat di dalam pertanyaan penulisan. Pembahasannya mencakup

perkembangan awal seni lukis pelepah pisang di Cimahi tahun 1969-2010, upaya

seniman dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang serta peranan

pemerintah dalam mengembangkan seni lukis pelepah pisang.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi. Pada bab ini akan dijelaskan

mengenai kesimpulan dari penulisan yang telah dilakukan serta menarik

kesimpulan atas jawaban-jawaban dari pertanyaan penulisan. Selain itu pula akan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis rasio keuangan, strategi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan antara lain dengan meningkatkan penjualan

Hasil Pembukaan Dokumen Penawaran dan Evaluasi Harga untuk Pengadaan Jasa Pemborongan Pengadaan dan Pemasangan Peralatan Tol Pada PT Jasa (Persero)Tbk Cabang Palikanci

Hasil uji overlay menunjukkan adanya potensi jamur simbion spons Demospongiae sebagai antibakteri terhadap bakteri uji MDR E.coli dan S.aureus pada uji overlay ini menunjukkan dari

Berganti pakaian perawatan wajah Dilakukan tindakan perawatan wajah Membayar Pulang Area parkir Lobby Loker pelanggan Ruang perawatan wajah Kamar mandi Kasir Fasilitas

Tujuan dari penelitian untuk mengetahui gambaran Likuiditas, Profitabilitas dan Kebijakan Dividen , serta untuk mengetahui pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas

Menurut pemahaman masyarakat Batak Toba pada awalnya, musik tiup adalah seperangkat alat musik yang ditiup yang terbuat dari bahan logam, dan merupakan hasil dari kebudayaan

[r]

Berdasarkan Perkap tersebut, untuk Bintara Tugas Umum sebanyak 335 peserta dinyatakan lulus tes Rikes tahap II terdiri  dari  316  pria  dan  19  wanita,  sedangkan