• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sejarah Pendidikan Islam"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pengertian Sejarah Pendidikan Islam

Secara etimologis perkataa “sejarah” yang dalam bahasa Arabnya disebut tarikh atau ilmu tarikh, yang berarti ketentuan masa atau waktu, sedang ilm tarikh berarti ilmu yang mengandung atau membahas penyebutan peristiwa atau kejadian, masa atau terjadinya peristiwa, dan sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut.1

Dalam bahasa inggris disebut history yang berarti uraian secara tertib tentang kejadian-kejadian pada masa lampau. Dan sejarah sebagai cabang ilmu pengetahuan mengungkap peristiwa masa silam, baik peristiwa politik, sosial maupun ekonomi pada suatu negara atau bangsa, benua atau dunia.

Dalam Bahasa Indonesia sejarah berarti silsilah; asal-usul (keturunan); kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Secara istilah (terminologis) sejarah diartikan sebagai sejumlah keadaan dan peristiwa yang terjadi di masa lampau, dan benar-benar terjadi pada diri individu dan masyarakat, sebagaimana benar-benar terjadi pada kenyataan-kenyataan alam dan manusia.

(2)

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2

Berdasarkan uraian di atas, Sejarah Pendidikan Islam berarti catatan peristiwa tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam sejak lahirnya hingga sekarang ini. Atau satu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, baik dari segi gagasan atau ide-ide, konsep, lembaga maupun operasionalisasi sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga saat ini.

B. Periode Sejarah Pendidikan Agama Islam di Indonesia

Terjadi bebrapa kali waktu atau periode atau fase dalam sejarah pendidikan agama islam di indonesia anatara lain:

1. Fase datangnya Islam di Indonesia

Islam masuk ke Indonesia pada abad 7 M/1 H yang disebarkan oleh pedagang dan muballigh dari Arab di pantai barat Pulau Sumatera, tepatnya di daerah Baros. Interaksi penyebaran Islam kepada penduduk lokal melalui kontak jual beli, perkawinan, dan dakwah baik secara individu maupun kolektif. Pada masa ini, pendidikan Islam diperkenalkan bertahap, mulai dari mengucapkan kalimah syahadat sebagai simbolisme formal masuk agama Nabi Muhammad SAW serta diajak untuk mengakui rukun iman dan Islam. Tahap selanjutnya, mereka secara informal mengenalkan syariat dan ritual ibadah Islam yang lain seperti shalat lima waktu dan membaca al-Qur’an.3

Prof. Mahmud Yunus memerini fakto-faktor mengapa agama islam dapat tersebar dengan cepat di seluruh Indonesia pada masa permulaan, yaitu:

a. Agaa islam tidak sempit dan tidak berat melakukan aturan-aturannya, bahkan mudah diturut oleh segala golongan umat manusia, bahkan untuk masuk islam cukup dengan mengucapkan dua kalimah syahadat.

b. Penyiaran islam itu dilakukan dengan cara berangsur-angsur sedikit demi sedikit. c. Penyiaran islam dilakukan dengan cara bijaksana dan baik-baik.

2 Asvi Warman Adam, Pelurusan Sejarah Indonesia, cet. ke-2, (Yogyakarta: Tride, 2004), hlm. 2.

(3)

d. Penyiaran isam dilakukan dengan perkataan yang mudah dipahami, dapat dimengerti oleh semua golongan.4

2. Fase Pengembangan Melalui Adaptasi

Mahmud Yunus menggambarkan pendidikan Islam pada fase ini ditandai dengan terbentuknya sistem langgar atau surau dan pesantren sebagai pusat studi keislaman.

Adapun tujuan pendidikan dan pengajaran di langgar adalah agar anak didik dapat membaca Al-Qur’an dengan berirama dan baik, dan tidak dirasakan keperluan untuk memahami isinya. Jadi dalam hal ini hanya sebatas agar anak mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Pendidikan di langgar dikelola oleh seorang guru yang biasa disebut ‘amil, modin atau lebai (di Sumatera) yang mempunyai tugas ganda, disamping memberikan doa pada waktu upacara keluarga atau desa, juga bertugas sebagai pengajar. Pelajaran biasanya diberikan pada pagi atau petang hari, satu sampai dua jam. Pelajaran memakan waktu selama beberapa bulan, tetapi pada umumnya sekitar satu tahun.5

Pembelajaran Al-Qur’an pada pendidikan langgar dibedakan menjadi dua macam:

a. Tingkatan rendah, merupakan tingatan pemula, yaitu mulainya mengenal huruf Al-Qur’an sampai bisa membacanya diadakan pada tiap kampung, dan anak-anak hanya belajar pada malam hari dan pagi hari seteah sholat subuh.

b. Tingkatan atas, yang merupakan pembelan Al-Qur’an sekaligus ditambah dengan pelajaran lagu, qasidah, berzanji, tajwid, seta mengaji kitab.

Metode penyampaian materi pada pendidikan langgar memakai dua sistem, yaitu sistem sorogan (dimana dengan sistem ini anak secara perseorangan belajar dengan guru/ kiai) dan sistem halaqah (seorang guru/ kiai dalam memberikan pengajarannya duduk dengan dikelilingi murid-muridnya.

Pesantren merupakan pranata pendidikan tradisional yang dipimpin oleh seorang kiai atau ulama. Di pesantren inilah para santri dihadapkan dengan

4 Prof. H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Hidakarya Agung, Jakarta, hlm.14

(4)

berbagai cabang ilmu agama yang bersumber dari kitab-kitab kuning. Adapun sistem belajar di pesantren digambarkan seperti ini: pada pagi hari setelah sholat subuh para santri melakukan pekerjaan kerumahtanggaan untuk guru, seperti membersihkan halaman, mengerjakan sawah, dan sebagainya. Setelah itu baru diberikan pelajaran. Pelajaran utama dengan diselingi oleh belajar sendiri. Pada siang hari murid beristirahat dan pada sore hari belajar lagi. Dalam melakukan semua kegiatan, waktu shalat berjamaah selalu diperhatikan.6

Tujuan terbentuknya pondok pesantren yaitu membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi mubaligj Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya dan mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat.7

3. Fase Berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam

Pada masa kerajaan islam merupakan salah satu dari periodesasi perjalanan sejarah pendidikan islam di Indonesia, sebab sebagaimana lahirnya kerajaan islam yang disertai dengan berbagai kebijakan dari penguasanya saat itu, sangat mewarnai sejarah islam di Indonesia, terlebih-lebih agama islam juga pernah dijadikan sebagai agama resmi negara/ kerajaan pada saat itu. Berikut ini beberapa kerajaan islam serta bagaimana perannya dalam pendidikan islam dan dakwah islamiyah tentunya.

a. Kerajaan Islam di Aceh

Ada tiga kerajaan islam yang berkembang di bumi “serambi mekah” yaitu:

1. Kerajaan Samudera Pasai

Sistem pendidikan yang berlaku pada masa Kerajaan Samudera Pasai yaitu: a) Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syariat ialah Fiqh Madzhab

Syafi’i.

b) Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis taklim dan halaqah. c) Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh ulama.

6 Arifin HM, Kapita Selecta Pendidikan Islam dan Umum, Bumi Aksara, Jakarta, 1991, hlm.248

(5)

d) Biaya pendidikan agama bersumber dari negara. 8

2. Kerajaan Perlak

Di perlak terdapat suatu lembaga pendidikan yang berupa majlis ta’lim tinggi, yang dihadiri khusus oleh para murid yang sudah alim dan mendalam ilmunya. Pada majlis ta’lim ini diajarkan kitab-kitab agama yang punya bobot dan pengetahuan tinggi, seperti kitab Al Um karanga Imam Syafi’i dan sebagainya.

3. Kerajaan Aceh Darussalam

Kerajaan Aceh Darussalam sangat memperhatikan bidang pendidikan. Terdapat lembaga-lembaga negara yang bertugas dalam bidang pendidikan dan dan pengetahuan, diantaranya:

a. Balai Seutia Hukama

Merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama, ahli pikir dan cendekiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

b. Balai Seutia Ulama

Merupakan jawatan pendidikan yang bertugas mengurus masalah-masalah pendidikan dan pengajaran.

c. Balai Jamaah Himpunan Ulama

Merupakan kelompok studi tempat para ulama dan sarjana berkumpul untuk bertukar pikiran membahas persoalan-persoalan pendidikan dan ilmu pendidikannya.9

Adapun jenjang pendidikan yang ada adalah:

a. Meunasah ( madrasah)

Terdapat di setiap kampung, berfungsi sebagai sekolah dasar, materi yang diajarkan yaitu: menulis dan membaca huruf arab, ilmu agama, bahasa jawi/melayu, akhlak dan sejarah islam.

8 Yusuf Abdullah Puar, Op. Cit, hlm.38

(6)

b. Rangkang

Diselenggarakan di setiap mukim, merupakan mesjid sebagai tempat berbagai aktivitas umat termasuk pendidikan rangkang adalah setingkat Madrasah Tsanawiyah. Materi yang diajarkan: bahasa Arab, ilmu bumi, sejarah, berhitung (hisab), akhlak (fiqh), dan lain–lain.

c. Dayah

Terdapat di setiap daerah ulebalang dan terkadang berpusat di masjid, dapat disamakan dengan Madrasah Aliyah sekarang. Materi yang diajarkan yaitu fiqh (hukum islam), bahasa Arab, tauhid, tasawuf/akhlak, ilmu bumi, sejarah/ tata negara.

d. Dayah Teuku Cik

Dapat disamakan dengan perguruan tinggi atau akademi, diajarkan fiqh, tafsir, hadits, tauhid (ilmu kalam), akhlak, tasawuf, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat.10

b. Kerajaan Demak

Pasca keruntuhan Majapahit (1400 M) Demak menjadi pusat pemerintahan Islam dengan Raden Patah (Panambahan Jimbun) sebagai pemimpinnya. Dengan di bantu para sunan yang lebih populer dengan sebutan wali sanga, seperti Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kaljaga, Raden patah mengubah tata cara pemujaan berhala dan menjadi pemimpin dari semua agama. Setelah 12 tahun memerintah, Raden Patah kemudian digantikan anaknya Pangeran Sabrang Lor (1409 M). Akibat radang paru-paru yang dideritanya, kekuasaan beralih ke tangan saudaranya, Pangeran Trenggana (Panambahan Makdum Jati) dengan bantuan Sunan Kudus sebagai ulama tertinggi kerajaan. Pada masa inilah agama Islam berkembang pesat. Masjid-masjid selesai dibangun, perjanjian kerukunan damai dibuat dengan raja-raja dari Kalimantan, Palembang, Bali, Singapura dan negeri-negeri lain di bumi Nusantara. Hubungan erat yang terjalin antara pihak kerajaan dengan para wali memainkan peranan penting dalam proses pendidikan keislaman. Sasarannya bukan saja kalangan rakyat, tetapi juga di lingkungan

(7)

kerajaan. Pusat dari segala jenis kegiatan pendidikan ditempatkan pada masjid-masjid dan pesantren.11

c. Kerajaan Isklam Mataram

Setelah wafatnya Sultan Trenggana kerajaan Islam berpindah ke negeri Pajang. Namun, baik Zuhairini maupun Hasbullah tidak memaparkan secara rinci peran dan kiprah kerajaan tersebut dalam mengembangkan sistem pendidikan Islam. Padahal, menurut Raffles, kebesaran Pajang dalam belantika sejarah kerajaan Islam di Indonesia layak untuk diapresiasi. Kerajaan kuno di Jawa pada saat itu terbagi menjadi tidak kurang dari delapan tampuk pemerintahan yang masing-masing terpisah dan berdiri sendiri, yaitu Bantam, Jokarta, Cheribon, Prawata, Kaliniamat, Pajang, Kedu, dan Madura. Para pemimpin kerajaan tersebut bergelar kiai gede atau sultan, setingkat di atas sunan.12

Dalam The History of Java, sejarawan dari Inggris tersebut menjelaskan:“Setahun setelah kematian Sultan Trenggana, negeri Pajang tumbuh sebagai daerah penting untuk diperhitungkan. Dan pemimpinnya, karena kepemilikan atas benda-benda kebesaran tersebut, ditempatkan sebagai yang teratas dalam tingkatan para raja yang memerintah di daerah bagian timur”. Hasbullah beranggapan perpindahan kerajaan dari Demak ke Pajang tidak memberikan dampak perubahan berarti dalam sistem pendidikan dan pengajaran Islam yang sudah berjalan.

Pada tahun 1586 M, pusat kerajaan Islam bergeser dari Pajang ke Mataram. Pada masa pemerintahan Sultan Agung (1683), Mataram mencapai puncak kejayaan dengan daerah kekuasaan yang terus meluas hingga mencapai seluruh Pulau Jawa dan Madura. Hampir di setiap desa terdapat tempat pengajian al-Qur’an. Pengetahuan Islam seperti fiqh, tafsir, tasawuf, dan lainnya juga diajarkan dengan metode sorogan dan halaqah di pesantren besar yang terletak di daerah kabupaten. Bahkan, pada era ini mulai berkembang sepesialisasi pengetahuan Islam dengan berdirinya pesantren takhassus, yang memfokuskan pengkajian ilmu-ilmu tertentu.

(8)

4. Fase Penjajahan Belanda

a. Pendidikan Islam Sebelum 1990

Sebelum tahun 1990 dikenal pendidikan islam secara perseorangan dan secara surau/ langgar atau masjid. Pendidikan perseorangan lebih mengutamakan pelajaran praktis, misalnya tentang ketuhanan, keimanan, dan masalah-masalah yang berhubungan dengan ibadah. Sedangkan pendidikan surau mempunyai dua tingkatan yaitu: pelajaran Al-Qur’an dan pengkajian kitab.

Pendidikan islam pada masa itu bercirikan hal-hal sebagai berikut:

1. Pelajaran diberikan satu per satu

2. Pelajaran ilmu sharaf

3. Buku pelajaran pada mualanya dikarang oleh ulama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa daerah setempat

4. Kitab yang digunakan umunya ditulis tangan

5. Pelajaran suatu ilmu, hanya diajarkan dalam satu macam buku saja

6. Toko buku belum ada, yang ada hanyalah menyalin buku dengan tulisan tangan

7. Materi ilmu agama sangat sedikit.13

b. Pendidikan islam pada masa peralihan (1990-1908)

Adapun pelajaran agama islam pada masa peralihan bercirikan hal-hal sebagai berikut:

1. Pelajaran untuk dua sampai enam ilmu dihimpun secara sekaligus

(9)

2. Pelajaran ilmu nahwu didahulukan atau disamakan dengan ilmu sharaf

3. Buku pelajarn semua karangan ulama islam kuno dan dalam bahasa arab

4. Buku-buku semuanya dicetak

5. Suatu ilmu diajarkan dari beberapa macam buku( rendah, menengah, tinggi)

6. Telah ada toko buku yang memesan buku-buku dari Mesir atau Makkah

7. Ilmu agama telah berkembang luas berkat banyaknya buku bacaan.14

c. Pendidikan Islam Sesudah Tahun 1990

Ulama-ulama yang ada pada waktu itu menyadari bahwa sistem pendidikan langgar dan pesantren tradisional mereka sudah tidak begitu sesuai dengan iklim indonesia dan jumlah murid yang ingin belajar terus bertambah, maka dirasakan perlu untuk memberikan pelajaran agama di madrasah atau sekolah secara teratur. Salah satunya berdirinya madrasah Adabiyah pada tahun 1909, madrasah Diniyah di Padang Panjang.15

5. Fase Penjajahan Jepang

Pendidikan pada zaman Jepang disebut Hakko Ichiu, yakni mengajak bangsa Indonesia bekerja sama dalam rangka mencapai kemakmuran bersama Asia Raya. Sekolah-sekolah pada zaman Belanda diganti dengan sistem Jepang, yang semuanya untuk kepentingan perang. Kegiatan-kegiatan sekolah antara lain:

a) Mengumpulkan batu, pasir untuk kepentingan perang

b) Membersihkan bengkel-bengkel, asrama-asrama militer

c) Menanam ubi-ubian, sayur-sayuran dipekarangan sekolah untuk persediaan makanan

14 Drs. H Sidi Ibrahim Boechari, S.H., Op.Cit., hlm.79

(10)

d) Menanam pohon jarak untuk bahan pelumas.16

Tujuan pendidikan pada zaman Jepang hanyalah untuk memenangkan peperangan. Secara konkrit tujuan yang ingin dicapai Jepang adalah menyediakan tenaga cuma-cuma dan prajurit-prajurit untuk membantu peperangan bagi kepentingan Jepang.

Pada masa awal-awalnya madrasah dibangun dengan gencar-gencarnya selagi ada angina segar yang diberikan oleh Jepang. Walaupun lebih bersifat politis belaka, kesempatan itu tidak disia-siakan begitu saja oleh umat Islam Indonesia. Hampir seluruh pelosok pedesaan terdapat madrasah Awaliyah yang banyak dikunjungi. Oleh karena itu, meskipun dunia pendidikan terbengkalai, madrasah-madrasah yang berada dalam lingkungan pondok pesantren bebas dari pengawasan langsung pemerintahan Jepang. Pendidikan dalam pondok Pesantren dapat berjalan dengan wajar.

Sikap Jepang terhadap pendidikan Islam ternyata lebih lunak, sehingga ruang gerak pendidikan Islam lebih bebas dibandingkan dengan zaman pemerintahan colonial Belanda. Masalahnya Jepang tidak begitu menghiraukan kepentingan agama, yang mereka pentingkan adalah memenangkan perang. Bila perlu, mereka memberikan keleluasaan kepada para pemuka agama dalam mengembangkan pendidikannya.

Jepang memandang agama Islam sebagai salah satu sarana penting untuk menyusupi lubuk rohaniah terdalam dari kehidupan masyarakat Indonesia dan untuk meresapkan pengaruh pikiran serta cita-cita mereka pada bagian masyarakat yang paling bawah. Untuk memudahkan rencana itu, diantaranya Jepang mendirikan/ membentuk KUA, Masyumi dan pembentukan Hizbullah.

Namun demikian dibalik kekejaman Jepang, ada hal yang sangat menguntungkan bagi bangsa Indonesia, khususnya di bidang pendidikan, yaitu:

a) Bahasa Indonesia hidup dan berkembang secara luas di seluruh Indonesia.

(11)

b) Buku-buku dalam bahasa asing yang diperlukan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dengan mengabaikan hak cipta internasional.

c) Kreatifitas guru berkembang dalam memenuhi kekurangan buku pelajaran dengan menyadur atau mengarang sendiri.

d) Seni bela diri dan pelatihan perang-perangan sebagai kegiatan kurikuler di sekolah telah membangkitkan keberanian pada para pemuda yang ternyata sangat berguna dalam perang kemerdekaan yang terjadi kemudian.17

6. Fase Kemerdekaan I

Kementrian Agama telah mencanangkan rencana-rencana program pendidikan yang dilaksanakan dengan menunjukkan jenis-jenis pendidikan serta [engajaran islam sebagai berikut:

a. Pesantren Islam Klasik

b. Madrasah Diniyah

c. Madrasah-madasah Swasta

d. Madrasah Ibtidaiyah Negeri

e. Pendidikan Teologi tertinggi.18

7. Fase Kemerdekaan II

17 Ibid., hlm.196

(12)

Suasana pada waktu itu iaah membersihkan sisa-sisa mental G30S/PKI. Dalam keputusannya di bidang pendidikan agama telah mengalami kemajuan. Dengan demikian sejak tahu 1966 pendidikan agama menjadi hak wajib mulai daru Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi Umum Negeri di seluruh Indonesia.19

C. Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia 1. Masjid

Secara harfiah masjid diartikan sebagai tempat duduk atau setiap tempat yang dipergunakan untuk beribadah. Secara harfiah, masjid adalah “tempat untuk bersujud”. Namun, dalam artiterminologi, masjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam arti yang luas. Dalam bahasa Indonesia, masjid diartikan rumah tempat bersembahyang bagi orang Islam. Di dalam bahasa inggris, kata masjid merupakan terjemahan dari kata mosque. Masjid memegang peran penting dalam pendidikan islam, karena masjid atau surau merupakan sarana yang pokok dan mutlak keperluannya bagi perkembangan masyarakat islam.

Masjid, surau dan langgar dianggap sebagai lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia sebelum adanya pesantren. Pendidikan di surau atau langgar adalah pendidikan tingkat dasar yang biasa disebut sebagai pengajian al-Qur’an. Kemudian pendidikan dan pengajaran tingkat lanjutan yang disebut pengajian kitan diselenggarakan di masjid. Sementara itu di sebagian daerah surau langgar berfungsi sebagai pesantren. Dewasa ini, fungsi masjid mulai menyempit, tidak sebagaimana pada zaman Nabi SAW. Hal itu terjadi karena lembaga-lembaga sosial keagamaan semakin memadat, sehingga masjid terkesan sebagai tempat ibadah shalat saja. Pada mulanya, masjid merupakan sentral kebudayaan masyarakat Islam, pusat organisasi kemasyarakatan, pusat pendidikan, dan pusat pemukiman, serta sebagaI tempat ibadah dan I’tikaf.20

19 BP7 Pusat, Bahan Penataran, 1991, hlm.22

(13)

Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat simpulkan bahwa yang di maksu dengan masjid adalah suatu tempat yang digunakan untuk kegiatan ibadah bagi orang-orang Islam, seperti sholat. Dan masjid menjadi lembaga pendidikan pertama di Indonesia terutama pendidikan agama Islam.

2. Pesantren

Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di indonesia. Lahir dan berkembang semenjak masa-masa permulaanislam masuk ke Indonesia. Pesantren merupakan sebuah kompleks dengan lokasi umumnya terpisah dari kehidupan sekitarnya. Dalam kompleks itu terdiri dari beberapa bangunan, di antarnya rumah kediaman kyai, sebuah masjid, tempat pengajaran diberikan diasrama tempat tinggal para santri. Ada lima elemen atau unsur penting dalam pesantren, yaitu kyai, santri, pondok dan masjid, dan kitab-kitab islam klasik.Menurut para ahli pesantren baru dapat disebut pesantren bila memenuhilima syarat, yaitu: ada kiai, ada pondok, ada masjid, ada santri, ada pelajaran membaca kitab kuning.

Tujuan terbentuknya pondok pesantren adalah:

a. Tujuan umum, yaitu membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam, yang dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi mubalig Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.

b. Tujuan khusus, yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta dalam mengamalkan dan mendakwahkannya dalam masyarakat.21

3. Madrasah

Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang lebih modern dibanding pesantren, baik ditinjau dari sisi metodologi maupun kurikulum pengajarannya. Kendati demikian, kemunculan madrasah ini tidak lain diawali oleh keberadaan pesantren. Sebagian lulusan pesantren melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke beberapa pusat kajian Islam di beberapa negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi dan Mesir. Lulusan-lulusan Islam Timur Tengah itulah yang

(14)

kemudian akhirnya menjadi pemrakarsa pendirian madrasah-madrasah di Indonesia.

Dalam madrasah, sistem pembelajaran tidak lagi

menggunakan sorogan ataupun bandongan, melainkan lebih modern lagi. Madrasah telah mengaplikasikan sistem kelas dalam proses pembelajarannya. Elemen yang ada dalam madrasah juga bukan lagi Kyai dan santri, tetapi murid dan guru (ustad/ustadzah). Dan metode yang digunakan juga beragam, bisa ceramah, atau drill dan lain-lain, tergantung pada ustad/ustadzah atau guru.22

Kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam setidaknya mempunyai empat latar belakang, yaitu:

a. Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pendidikan Islam

b. Usaha penyempurnaan terhadap sistem pesantren ke arah suatu sistempendidikan yang lebih memungkinkan lulusannya untuk memperolehkesempatan yang sama dengan sekolah umum, misalnya masalah kesamaan kesempatan kerja dan perolehan ijazah

c. Adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam, khususnya santri yang terpukau pada Barat sebagai sistem pendidikan mereka

d. Sebagai upaya untuk menjembatani antara sistem pendidikan tradisional yang dilakukan oleh pesantren dan sistem pendidikan modern dari hasilakulturasi.

4. Sekolah-sekolah Islam

Di samping madrasah, lembaga pendidikan Islam yang berkembang hingga sekarang adalah sekolah-sekolah Islam. Pada dasarnya, kata sekolah merupakan terjemah dari madrasah, hanya saja madrasah adalah kosa kata bahasa Arab, sedangkan sekolah adalah bahasa Indonesia. Namun demikian, pada aplikasinya terdapat perbedaan antara madrasah dan sekolah Islam. Madrasah berada dalam naungan Kementrian Agama (Kemenag), sedangkan sekolah Islam pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Selain itu,dari segi bobot muatan materi keagamaannya, madrasah lebih banyak materi agama dibanding sekolah Islam.

5. Perguruan Tinggi Agama Islam

(15)

Pendidikan Tinggi Islam juga merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang modern. Dalam sejarah, pendidikan tinggi Islam yang tertua adalah Sekolah Tinggi Islam (STI), yang menjadi cikal bakal pendidikan tinggi Islam selanjutnya. STI didirikan pada 8 Juli 1945 di Jakarta, kemudian dipindahkan ke Yogyakarta, dan pada tahun 1948 resmi berganti nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII). Selanjutnya, UII merupakan bibit utama dari perguruan-perguruan tinggi swasta yang kemudian berkembang menjadi beberapa Universitas Islam yang populer di Indonesia, seperti misalnya Universitas Ibn Kholdun di Bogor, Universitas Muhammadiyah di Surakarta, Universitas Islam Sultan Agung di Semarang, Universitas Islam Malang (UNISMA) di Malang, Universitas Islam Sunan Giri (UNSURI) di Surabaya, Universitas Darul ‘Ulum (UNDAR) di Jombang dan lain-lain.

Menurut Tolhah Hasan, perkembangan dan kemajuan perguruan tinggi Islam di Indonesia banyak ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya: kredibilitas kepemimpinan, kreativitas manajerial kelembagaan, pengembangan program akademik yang jelas dan kualitas dosen yang memiliki tradisi akademik. Ada beberapa macam perguruan tinggi agama islam, antara lain: IAIN, STAIN, UIN, PTAIS.23

6. Majelis Taklim

Majlis taklim sebagai salah satu bentuk pendidikan islam yang bersifat non formal, tampak mempunyai kekhasan tersendiri. Lembaga ini mempunyai daya tarik yang luar biasa besar. Ini dapat dilihat dari segi jumlah lembaga yang ada maupun jamaah. Umumnya, tidak terikat pada salah satu organisasi atau paham keagamaan tertentu. Dengan kata lain, sekterianisme keagamaan menjadi pudar dalam majlis taklim. Lembaga ini menyerupai kumpulan-kumpulan pengajian yang diselenggarakan atas dasar kebutuhan untuk memahami islam disela-sela kesibukan kerja dan bentuk-bentuk aktivitas lainnya, atau sebagai bentuk pengisi waktu bagi ibu-ibu rumah tangga.24

D. Pendidikan Islam Pada Masa Masuknya Islam Di Indonesia

23 Mahmud Yunus, Op.Cit., hlm.288

(16)

Penyebaran pengaruh Islam yang berasal dari Jazirah Arab ke Asia dan benua lainnya, menimbulkan munculnya pusat-pusat agama Islam dikawasan tersebut yang berguna sebagai pusat pemerintahan dan peradaban, juga berperan dalam penyebaran pengaruh Islam ke wilayah sekitarnya.

1. Peran Pedagang dalam penyebaran pendidikan Islam

Para pedagang yang menjalin hubungan dengan pedagang Indonesia tidak hanya pedagang Cina tetapi juga pedagang India, Persia, Arab, Mesir dan Turki. Adanya interaksi sosial antara pedagang muslim dengan masyarakat setempat inilah yang akhirnya memberi pengaruh masuknya nilai-nilai dan ajaran Islam sehingga semakin banyak yang memeluk agama Islam.

Adapun sistematis yang dilakukan para pedagang dalam penyampaian dakwahnya adalah sebagai berikut:

a. Mula-mula para pedagang berdatangan ke pusat perdagangan.

b. Kamudian mulai ada yang bertempat tinggal, baik sementara maupun menetap.

c. Lambat laun tempat tinggal mereka berkembang menjadi perkampungan muslim

dari negeri asing yang disebut pekojan.

d. Status sosial yang tinggi, memudahkan mereka mengawini pribumi baik rakyat

biasa maupun anak bangsawan.

e. Sebelum pernikahan, calon istrinya di-Islam-kan dahulu dengan mengucapkan

dua kalimat syahadat.

f. Lambat laun berkembang menjadi perkampungan, masyarakat dan kerajaan

Islam.

Sehingga dengan demikian, para pedagang mempunyai andil besar dalam penyebaran Islam melalui pendidikan sosial kemasyarakatan, seperti cara berdagang islam, cara bermasyarakat, upacara pernikahan sampai pada cara bersosialisasi sehari-hari yang telah mereka praktekkan dalam kehidupan kesehariannya.

2. Peran Ulama’ dalam penyebaran pendidikan Islam di Indonesia

(17)

Salah satu cara agar pemahaman tentang Islam mudah diterima oleh masyarakat adalah melalui gambaran-gambaran. Tidak langsung pada inti pembahasan yang mungkin sulit diterima, antara lain melalui gending-gending jawa, gending-gending dolanan, wayang kulit dan hikayat.

Para Ulama’ yang pada waktu itu terkenal dengan sebutan Wali Songo telah mempunyai andil besar dalam hal ini, diantaranya:

a. Sunan Maulana Malik Ibrahim yang berasal dari Turki selain menguasai

ilmu-ilmu agama juga ahli dalam bidang tata negara sehingga ia mampu mensinergikan antara adat istiadat penduduk asli dengan syari’at Islam.

b. Sunan Ampel yang berasal dari Aceh juga memprakarsai berdirinya pesantren

Ampel Denta dan Kerajaan Islam Demak.

c. Sunan Drajat yang merupakan putra Sunan Ampel sebagai pencipta gending pangkur.

d. Sunan Bonang yang juga putra Sunan Ampel sebagai pencipta gending durma.

e. Sunan Giri sebagai pendiri pesantren di Giri yang juga menciptakan gending asmaradana dan gending pucung selain itu beliau juga menciptakan permainan anak-anak yang berjiwa Islam, seperti ilir-ilir, jamuran dan cublak-cublak suweng.

f. Sunan Kalijaga yang lahir dituban Jawa Timur menyebarkan Islam melalui cerita

wayang.

g. Sunan Kudus, beliau berasal dari Palestina adalah seorang yang pandai mengarang dan pencipta gending mas kumambang dan gending mijil.

h. Sunan Muria adalah putra sunan Kalijaga adalah pencipta gending sinom dan

kinanti.

i. Sunan Gunung Jati yang berasal dari Palestina dan sebagai panglima perang kerajaan Demak, beliau aktif berdakwah melalui sosial politik.

3. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam

(18)

E. Dinamika Pendidikan Islam Di Indonesia

Tak dapat dipungkiri, bahwa seiring berjalannya waktu, lembaga-lembaga pendidikan Islam juga mengalami berbagai dinamika. Tak hanya pada pesantren, bahkan madrasah dan perguruan tinggi Islam pun tak luput dari dinamika yang ada.

Pesantren yang dulunya masih tradisional senyatanya mengalami beberapa perubahan dan perkembangan, seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pesantren yang dulunya tradisional, dalam pola pembelajaran dan muatan materi serta kurikulumnya, kini telah mengalami perkembangan dengan mengadaptasi beberapa teori-teori pendidikan yang dirasa bisa diterapkan di lingkungan pesantren. Alhasil, kini semakin banyak bermunculan pesantren modern, yang dalam pola pembelajarannya tidak lagi konvensional, tapi lebih modern dengan berbagai sentuhan manajemen pendidikan yang dinamis. Mayoritas pesantren dewasa ini juga memberikan materi dan muatan pendidikan umum. Tidak sedikit pesantren yang sekaligus memiliki lembaga sekolah dan manajemennya mengacu pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sedangkan dinamika sistem pendidikan madrasah dapat dicatat dari beberapa perubahan, seperti dimasukkannya mata pelajaran umum dalam kurikulumnya, meningkatkan kualitas guru dengan memperhatikan syarat kelayakan mengajar, membenahi manajemen pendidikannya melalui akreditasi yang diselenggarakan pemerintah, mengikuti ujian negara menurut jenjangnya.

(19)

Pada perguruan tinggi Islam pun sejatinya juga mengalami berbagai perubahan dan perkembangan. Dinamika dalam pendidikan tinggi Islam ini salah satunya dapat diraba dari perubahan status dari Sekolah Tinggi, menjadi Institut, hingga kini menjadi Universitas. Dengan demikian, materi dan bahan ajar yang ditawarkan di perguruan tinggi Islam yang kini mayoritas menjadi Universitas, tidak hanya disiplin ilmu agama Islam saja, melainkan juga berbagai disiplin ilmu umum.

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan, terdapat dua isu yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan yaitu: (a) masyarakat Desa Pacekke saat ini hanya mengelola hasil hutan

Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya, diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pola makan responden dengan kejadian Menarche Dini di SMP Negeri 10 Kota Medan

Hasil implementasi dari sistem melalui pengujian kualitas sistem menunjukkan bahwa Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Peminatan Ekstrakurikuler Menggunakan

Pada penukar panas ini akan terjadi pindah panas dari pipa-pipa dan sirip penukar panas ke udara yang ditarik oleh blower, sehingga udara yang masuk ke silinder pengering

Hasil penelitian menunjukkan soal ujian nasional dengan stimulus paling banyak adalah dalam bentuk gambar yang berkategori sedang (52,5%) terdapat pada 21 butir

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap pengembangan Ilmu Komunikasi dan ilmu jurnalistik pada umumnya, dan memberi wawasan yang lebih

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Nomor 27-D

Perlindungan hukum yang diberikan kepada debitur kedua yang telah melunasi angsuran kendaraan bermotor terhadap kepastian hak milik atas kendaraan bermotor bahwa