KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBENTUK
PRIBADI ANAK YANG SHALIHAH
(Menurut Umar Bin Ahmad Baradja dalam Kitab
Al Akhlaq Lil Banat)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh :
ULIN NADLIFAH UMMUL KHOIR
NIM : 111 06 117
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
ii Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ULIN NADLIFAH UMMUL KHOIR
NIM : 111 06 117
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 05 Agustus 2010 Yang menyatakan,
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudari :
Nama : ULIN NADLIFAH UMMUL KHOIR
NIM : 111 06 117
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM
MEMBENTUK PRIBADI ANAK YANG SHALIHAH (Menurut Umar Bin Ahmad Baradja dalam Kitab Al Akhlaq Lil Banat)
telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 05 Agustus 2010 Pembimbing,
M. Ghufron, M.Ag
iv
P E N G E S A H A N
SKRIPSI Saudari : Ulin Nadlifah Ummul Khoir dengan Nomor Induk Mahasiswa: 111 06 117 yang berjudul: Konsep Pendidikan Islam dalam Membentuk Pribadi Anak Yang Shalihah (Menurut Umar bin Ahmad
Baradja dalam Kitab Al Akhlaq Lil Banat)” telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Selasa, tanggal 31 Agustus 2010. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
Salatiga,
Panitia Ujian Ketua Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag
NIP. 19580827 198303 1 002
Sekretaris Sidang
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP. 19670112 199203 1 005
Penguji I
Dra. Siti Zumrotun, M. Ag
NIP : 19670115 199803 2 002
Penguji II
Drs. Djoko Sutopo
NIP : 19560603 198703 1 002
Pembimbing
M. Ghufron, M. Ag NIP. 19720814 200312 004
v MOTTO
).
ﻢ ﻠ ﺴ ﻣ ه ا و ر
(
Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara : Shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaan,
dan anak sholeh yang mau mendoakannya. (HR. Muslim)
َاْﻛ
ِﺮُﻣ
ْﻮَاا
ْْو
َﻻَد
ُﻛْﻢ
َوَا
ْﺣ
ِﺴُﻨ
ْﻮَاا
َد
َﺑ ا
ْﻢ
)
ر
و
ﺪ ﺟ ﺎ ﻣ ﻦ ﺑ ا ه ا
(
“Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah budi pekerti yang luhur”.
vi
Skripsi sederhana ini penulis persembahkan kepada: 1. Keluarga tercinta Abi Abdullah Chayyun dan
Umi Mudrikah yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menikmati dan mengenyam pendidikan sedari kecil hingga sekarang. Penulis persembahkan tulisan ini sebagai bukti ketulusan dan bakti penulis.
2. Kepada Kakanda Abdul Choliq yang senantiasa mendoakan dan memberikan bantuan kepada penulis selama proses menuntut ilmu. Adik-adik tercinta, Dek Afif dan si Ragil Ilut yang memotivatori penulis untuk terus bersemangat menuntut ilmu.
vii
ABSTRAK
KHOIR, ULIN NADLIFAH UMMUL. 2010. KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBENTUK PRIBADI ANAK YANG SHALIHAH (Menurut Umar Bin Ahmad Baradja dalam KitabAl Akhlaq Lil Banat). SKRIPSI. JURUSAN TARBIYAH. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Salatiga. Pembimbing : M. Ghufron, M. Ag
Kata kunci : konsep pendidikan islam dalam membentuk pribadi anak yang shalihah
Akhlaq yang mulia merupakan cermin kepribadian seseorang, selain itu akhlaq yang mulia akan mampu mengantarkan seseorang kepada martabat yang tinggi.
Akhir-akhir ini akhlaq yang baik merupakan hal yang mahal dan sulit dicari. Minimnya pemahaman akan nilai-nilai akhlaq yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits akan semakin memperparah kondisi kepribadian seseorang, bahkan hidup ini seakan-akan terasa kurang bermakna. Untuk membentuk pribadi yang mulia, hendaknya penanaman akhlaq terhadap anak digalakkan sejak dini, karena pembentukannya akan lebih mudah dibanding setelah anak tersebut menginjak dewasa.
KitabAl Akhlaq Lil Banat membahas tentang beberapa akhlaq yang perlu kita aplikasikan dalam kehidupan, baik lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Sehingga akan tercipta pribadi yang santun sesuai dengan tuntunan
Al Qur’an. Jenis skripsi ini merupakan skripsi hasil kajian pustaka. Dengan mengulas beberapa Akhlaq kepada siapa saja dan metode dalam proses pendidikan. Untuk memperoleh data yang representatif dalam pembahasan skripsi ini, digunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan cara mencari, mengumpulkan, membaca, dan menganalisa buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah penelitian. Kemudian diolah sesuai dengan kemampuan penulis.
viii
Segala puja teriring puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT.
dengan karunia dan hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul: . “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBENTUK
PRIBADI ANAK YANG SHALIHAH (Menurut Umar Bin Ahmad Baradja
dalam KitabAl Akhlaq Lil Banat)”dan dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah-curahkan kepada
seorang reformis sejati pembawa risalah suci yakni Nabi Muhammad SAW. yang
telah membawa umat manusia keluar dari kubangan lumpur jahiliyah menuju
jalan yang diridhai oleh Allah SWT..
Skripsi ini diajukan kepada Ketua Progdi Pendidikan Agama Islam STAIN
Salatiga sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan S1 (Strata
1).
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak
bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik secara moril maupun
materil. Oleh karena itu, patutlah dengan tulus penulis mengucapkan terima kasih:
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Bapak M.Ghufron, M. Ag sebagai pembimbing penulis dalam penyusunan
skripsi ini yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
pengembangan pemikiran penulis dan senantiasa memberikan arahan dan
ix
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si, Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam
beserta staffnya yang telah membantu penulis selama menjalani kuliah dan
ketika penyusunan skripsi ini.
4. Kepada Para Dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan
dan pengalaman kepada penulis dengan penuh kesungguhan serta penuh
kesabaran.
5. Para Pimpinan beserta staff Perpustakaan yang telah berkenan meminjamkan
buku-buku dan literatur lainnya yang dibutuhkan penulis
6. Keluarga tercinta Ayahanda Abdullah Chayyun dan Ibunda Mudrikah yang
telah mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menikmati dan mengenyam pendidikan sedari kecil hingga sekarang. Penulis
persembahkan tulisan ini sebagai bukti ketulusan dan bakti penulis. Kepada
Kakanda Abdul Choliq yang senantiasa mendoakan dan memberikan bantuan
kepada penulis selama proses menuntut ilmu. Adik-adik tercinta, Dek Afif dan
si Ragil “Ilut” yang memotivatori penulis untuk terus bersemangat menuntut
ilmu. Untuk tante umi sabil terimakasih atas inspirasinya.
7. Kepada Sahabat Alam yang selalu menyemangati penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini. Sahabat-sahabati secita di PMII, sahabat perjuangan
di ma’had Al Falah (mbakyu ju azoes, ela, mae, sibadut, doweex, tipeh, zaki,
phela, uzli dan kaif) terimakasih telah mengukir canda menjadi diskusi yang
unik, dan teman-temanMa’had STAIN (Spesial untuk bpk Ali sekalian, mbk
x
Rowosari (keluarga besar Simbah KH. Ma’sum, para ustadz&ustadzah, nyak
thoif, neha malikha, mbk nayla, n mbk tia), serta seluruh teman-teman PAI
kelas D Angkatan 2006 (Pakdhe) yang dikomandani oleh Trisna, Rina, Paijo,
Shela, Hanik, Wida, Esti, Iim, Siba dan Yasin, yang sudah menerima penulis
sebagai teman belajar dan berdiskusi. Dan sahabat lainnya yang tidak dapat
penulis sebutkan semuanya.
Akhirnya kepada Allah SWT. jualah penulis serahkan segalanya serta
panjatkan doa semoga amal kebajikan mereka diterima di sisi-Nya, serta diberikan
pahala yang berlipat ganda sesuai dengan amal perbuatannya. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta bagi pembaca
pada umumnya.
Salatiga, 05 Agustus 2010
Penulis
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Pembatasan Masalah ... 67
F. Penegasan Istilah ... 8
G. Metode Penelitian ... 9
H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 11
BAB II BIOGRAFI DAN SEJARAH PENULISAN KITAB AL-AKHLAQ LIL BANAT A. Biografi Umar bin Ahmad Baradja ... 13
xii
A. Konsep Pokok Materi KitabAl Akhlaq Lil Banat ... 25
B. Metode Pendidikan Akhlaq menurut Kitab Al Akhlaq Lil
Banat... 49
C. Sasaran Penulisan ... 55
BAB IV PEMBAHASAN
A. Signifikasi Pemikiran Umar bin Ahmad Baradja dalam
Kitab Al Akhlaq Lil Banat dalam Pendidikan di
Indonesia ... 56
B. Relevansi Pemikiran Umar bin Ahmad Baradja dalam
Kitab Al Akhlaq Lil Banat dalam Pendidikan di
Indonesia ... 60
C. Implikasi Pemikiran Umar bin Ahmad Baradja dalam
Kitab Al Akhlaq Lil Banat dalam Pendidikan di
Indonesia ... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 67
B. Saran-saran ... 68
C. Kata Penutup ... 72
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya anak adalah amanah Allah yang perlu kita syukuri,
“Jika amanah itu disia-siakan, maka tunggulah saat kehancuran” (Jamal
Abdurrahman, Terj. Ardianingsih, 2003: v).
Pengertian anak bukan sekedar yang terlahir dari tulangsulbi kita atau
anak cucu keturunan kita saja, namun termasuk juga anak seluruh orang
muslim di manapun mereka berada, atau berasal dari bangsa manapun
kesemuanya adalah termasuk generasi umat, yang menjadi tumpuan harapan
kita, untuk dapat mengembalikan kesatuan umat seutuhnya, sebagaimana
firman Allah SWT:
Artinya:”Dan sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu” (Q.S Al-Mu’minun: 52). (www.al
qur’an_word.com)
Anak laki-laki adalah sumber dari kepayahan yang dirasakan oleh para
orang tua, sedangkan anak perempuan adalah sosok manusia yang paling
lemah, dan rentan menimbulkan fitnah (Ahmad Shodiqin, 2005: vii). Ada
pula yang menyebutkan perempuan adalah kaum hawa, yaitu sejenis makhluk
dari jenis manusia yang halus kulitnya, lemah tulangnya, lembut suaranya dan
Dari perbedaan bentuk dan kondisi yang dimiliki antara laki-laki dan
perempuan tersebut, Allah bermaksud untuk membedakan pola hidup dan cara
hidup antar laki-laki dan perempuan karena dari perbedaan tersebut
terkandung hikmah yang sangat besar bagi manusia dimana manusia tidak
mampu menyangkalnya.
Namun dalam nilai ibadah kepada Allah, antara laki-laki dan
perempuan tidak mempunyai perbedaan karena Allah menciptakan jin dan
manusia untuk menyembah Allah, sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S Al-dzariyat: 56). (www.al
qur’an_word.com)
Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia laki-laki dan
perempuan dalam konteks ibadah dihadapan Allah adalah sama.
Anak perempuanlah yang membuat para ayah mencucurkan keringat
dalam mendidiknya, bahkan harus bersikap lemah lembut dalam mendidik,
akan tetapi setelah menginjak dewasa, diri mereka mengalami perubahan
drastis. Perubahan tersebut bukanlah dari dirinya atau dari wataknya yang
buruk akan tetapi akibat pengaruh dari perubahan lingkungan yang kita hidup
di tengahnya. Apalagi di era modern sekarang ini sosok perempuan dalam
lingkungan kehidupan manusia di berbagai segi sudah begitu tampak dalam
berbagai tatanan kehidupan. Wanita sudah mulai tampil mendampingi bahkan
3
kelebihan yang dimiliki wanita menjadikan sebagai satu sarana untuk
mencapai satu tujuan yang semu. Kehadiran wanita dalam kancah kehidupan
modern telah memberi gambaran yang semakin berantakan dalam pandangan
Islam.
Gaya hidup dan penampilan wanita seakan sudah sangat mirip dengan
laki-laki, bahkan terkadang kita sulit untuk membedakan antara laki-laki dan
perempuan, mereka seolah sudah lupa akan hakikatnya sebagai kaum hawa
dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan sudah begitu bebas, seolah
batas muhrim dan bukan tidak menjadi penghalang bagi hubungan mereka.
Juga penanaman konsep akhlaq sejak dini dipandang penting dan perlu,
sebagaimana Rosulullah bersabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari
Ibnu Abbas R.A yang berbunyi:
ْو َا ا ْﻮ ُﻣ ِﺮ ْﻛ َا
َﻟ
َد ﺎ
ُﻛْﻢ
ْﻮ ُﻨ ِﺴ ْﺣ َا َو
ا
أَد
َﺑ ا
û
ْﻢ
)
رو
ﺔ ﺟ ﺎ ﻣ ﻦ ﺑ ا ه ا
(
Artyinya : “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah budi pekerti yang luhur”.(H.R. IbnuMajah).
Ketika seorang gadis bergaul dengan sesamanya di dalam sebuah
lingkungan, Allah-lah yang lebih mengetahui tata cara mendidiknya.
Terkadang ia terpana melihat suatu perilaku yang dilakukan oleh temannya
padahal perilaku tersebut jauh dari nilai-nilai yang benar, oleh karena itu kita
wajib berhati-hati dalam masalah ini. Sebagaimana kita wajib menanamkan
luruslah yang membentuk mereka menjadi sosok perempuan-perempuan yang
shalikhah yang berakhlaq mulia.
Pendidikan Islam bukanlah untuk membentuk sosok pribadi lain di
luar kepribadian manusia, tetapi pendidikan Islam justru membantu manusia
untuk menemukan jati dirinya sebagai manusia muslim yang beriman dan
bertaqwa.
Oleh karena itu program utama dan perjuangan pokok dari suatu usaha
pendidikan adalah pembinaan yang baik, yang harus ditanamkan sejak dini
kepada anak, bahkan kepada seluruh lapisan masyarakat sekalipun di tingkat
bawah, sebab akhlaq suatu bangsa itulah yang akan menentukan tegak dan
runtuhnya suatu bangsa. Jadi tepat apa yang dikatakan sang penyair besar
Ahmad Syauqi Bey dalam kitab yang ditulis oleh Umar bin Ahmad Baradja,
yaitu sebagai berikut: “Sesungguhnya kejayaan suatu umat (bangsa) terletak
pada akhlaqnya selagi mereka berakhlaq/berbudi perangai utama, jika pada
mereka telah hilang akhlaqnya, maka jatuhlah umat (bangsa) ini”. (Umar Al
Baradja, 1987:12).
Syair tersebut menunjukkan bahwa akhlaq dapat dijadikan tolak ukur
tinggi rendahnya suatu bangsa. Seseorang akan dinilai bukan karena jumlah
materinya yang melimpah, ketampanan wajahnya dan bukan pula karena
jabatannya yang tinggi. Allah SWT akan menilai hamba-Nya berdasarkan
tingkat ketakwaan dan amal (akhlaq baik) yang dilakukannya. Seseorang yang
5
sekitarnya merasa tenteram dengan keberadaannya dan orang tersebut menjadi
mulia di lingkungannya.
Rendahnya akhlaq di dalam masyarakat, generasi bangsa dan di tubuh
pejabat akan membawa kehancuran bangsa ini. Untuk menyelamatkan bangsa,
seluruh rakyat dari lapisan yang paling bawah sampai lapisan yang paling atas
harus dikembalikan kepada akhlaq. Caranya dengan membiasakan anak
dengan akhlaq yang baik pada usia dini agar tercipta kebiasaan yang bagus
pada generasi, dan agar generasi penerus memiliki kepribadian yang sempurna
dan dapat menghadapi tantangan hidup di zaman sekarang.
Keterkaitan antara akhlak dan pendidikan sangatlah erat sekali,
pendidikan merupakan pengetahuan yang terserap oleh peserta didik
sedangkan akhlak merupakan pengaruh dari pendidikan itu sendiri. Namun
tidak jarang masyarakat mendidik anak-anak khususnya usia sekolah dasar
memaksakan kehendaknya tanpa mempertimbangkan dampak dari pemaksaan
pendidikan itu sendiri. Padahal memberikan pemahaman dan keyakinan akan
pentingnya akhlak bagi anak membutuhkan suatu metode penyampaian agar
anak atau peserta didik menganggap itu merupakan suatu kebutuhan dan
bukan sesuatu yang tidak manfaat. Sehingga proses internalisasi dapat berjalan
dengan baik, lebih penting adalah anak mampu menerima konsep akhlak
dengan baik serta mampu mewujudkan dalam kehidupan keseharian. Perlu
materi dan metode yang tepat dan mudah digunakan oleh orang tua,
Jadi jelaslah bahwa betapa pentingnya pembinaan akhlaq pada anak
terutama anak perempuan demi tercapainya kesejahteraan dan kebahagiaan
hidup, baik dunia maupun akhirat. Kitab Al Akhlaq Lil Banat merupakan
sebuah kitab pegangan yang digunakan oleh beberapa lembaga pendidikan
islam di Indonesia, kitab tersebut sangatlah urgen dalam proses pembinaan
akhlaq. Jika kitab ini dijadikan panduan pada semua lembaga pendidikan
islam di Indonesia, maka akan lahirlah generasi Islam yang yang berkualitas
yang sesuai dengan tujuan Pendidikan Islam
Melihat fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk lebih mendalami
lagi dalam mengkaji tentang “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBENTUK PRIBADI ANAK YANG SHALIHAH (Menurut Umar Bin
Ahmad Baradja dalam KitabAl Akhlaq Lil Banat)
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan judul dan uraian dalam latar belakang
permasalahan di atas, maka ada beberapa rumusan permasalahan, antara
lain:
1. Bagaimana konsep akhlaq menurut Umar bin Ahmad Baradja dalam kitab
Al Akhlaq Lil Banat?
2. Apakah relevansi pemikiran Umar bin Ahmad Baradja dalam kitab Al
7
C. Tujuan Peneltian
Peneliti dalam melakukan penelitian memiliki beberapa tujuan, yang
telah dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konsep akhlaq menurut Umar bin Ahmad Bardja dalam
kitab Al Akhlaq Lil Banat.
2. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Umar bin Ahmad Baradja dalam
konteks Pendidikan Islam di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Memberikan informasi dan memperluas cakrawala tentang pendidikan,
juga untuk memperkaya wacana kajian kependidikan keislaman di Indonesia,
mengenal sosok seorang pemikir pendidikan dan cendekiawan muslim yaitu
Umar bin Ahmad Baradja sebagai tolak ukur pola pendidikan di Indonesia di
zaman sekarang. Serta meningkatkan kualitas pendidikan Islam di era
globalisasi dan memberikan kontribusi pemikiran bagi peningkatan kualitas
sumber daya manusia, khususnya generasi umat Islam Indonesia
E. Pembatasan Masalah
Untuk lebih mempertajam dan mempermudah analisa serta kajian
selanjutnya, penulis memberikan pembatasan masalah sehingga kajian skripsi
ini berfokus pada kajian pandangan dan gagasan yang dirumuskan oleh Umar
bin Ahmad Baradja tentang Pendidikan Islam dalam kitab yang ditulisnya
fokus penulisan skripsi adalah pendidikan akhlaq anak menurut kitab Al
Akhlaq Lil banat.
1. Pendidikan Akhlaq Anak
Pendidikan akhlaq anak adalah suatu bimbingan oleh si pendidik
terhadap anak didik dengan tujuan membentuk kebiasaan atau sikap yang
baik sehingga anak memiliki kepribadian yang utama.
2. Al Akhlaq Lil Banat
KitabAl Akhlaq Lil Banat adalah karya Umar bin Ahmad Baradja,
yang terdiri dari tiga juz. Diterbitkan oleh Maktabah Muhammad bin
Ahmad Nabhan Waauladuha di kota Surabaya Indonesia.
Kitab ini ditulis untuk semua peserta didik Islam di Indonesia. Isi
kitab ini sangatlah komprehensif dalam konteks keseluruhan kehidupan
insan, adanya pelajaran tentang pendidikan akhlaq, baik melalui jalur
komunikasi vertikal maupun horizontal.
F. Penegasan Istilah
Untuk lebih mempertegas dan memperjelas tentang judul skripsi ini,
serta untuk menghindari salah pengertian, maka perlu diuraikan beberapa
penegasan istilah yang bersangkut paut dengan uraian ini, yaitu:
1. Pendidikan Islam
Yaitu pendidikan yang falsafah, dasar, tujuan serta teori-teori yang
dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan dan nilai-nilai dasar
9
2. Anak
Yaitu makhluk yang masih membawa kemungkinan untuk
mengembangkan jasmani maupun rohani, ia memiliki jasmani yang belum
mencapai taraf kematangan, baik bentuk, ukuran maupun perkembangan
bagian-bagiannya (Nur Uhbiyati, 1989: 91).
3. Sholikhah
Yaitu wanita sholihah, yang bersikap taat dan sungguh-sungguh
menjalankan ibadah suci dan beriman, baik dalam menjalankan perintah
agama maupun dalam pergaulan sehari-hari di lingkungan masyarakat
(Depdikbud, 1999: 772).
4. KitabAl-Akhlaq Lil Banat
Yaitu kitab akhlaq karangan Ustad Umar bin Ahmad Baradja,
sebagai sebuah studi kritis mengenai konsep yang sebaiknya diterapkan
pada anak, yang berperan banyak dalam menciptakan sebuah generasi
yang mampu dan berakhlaqul karimah. Kitab tersebut terdiri dari tiga jilid
dan masing-masing jilid berisi tentang akhlaq anak terhadap Tuhan,
Malaikat, Rosul, orang tua, tetangga, teman, dan sebagainya.
G. Metode Penelitian
Dalam penulisan metode skripsi ini, penulis mengunakan beberapa
metode penelitian, baik untuk memperoleh data maupun untuk menganalisis
1. Library Research
Library Research adalah salah satu research atau penelitian
kepustakaan (Hadi, 1991: 9).
Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan jenis studi
kepustakaan atau library research. Dalam arti bahwa bahan-bahan atau
data-data penulisan skripsi ini diperoleh dari penelitian buku-buku dan
literatur-literatur yang berkenaan dengan topik yang sedang dibahas.
Maka sumber data yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
a. Sumber data primer
Yaitu sumber data yang langsung berkaitan dengan obyek riset.
(Tahzidulum Dharaha,1989: 60). Dalam penelitian ini sebagai sumber
primernya adalah kitabAl Akhlaq Lil Banat.
b. Sumber data sekunder
Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber data
primer. Adapun sumber data sekunder dalam penyusunan skripsi ini
adalah buku-buku lain yang menjadi referensi, yang isinya dapat
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
2. Metode Analisis Data
a. Metode Induktif
Metode induktif adalah suatu pola pikir yang berangkat dari
11
sebagaimana yang dikemukakan Sutrisno Hadi: “Berfikir induksi
adalah berangkat dari fakta- fakta khusus, peristiwa-peristiwa khusus
dan kongkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat
umum”(Hadi, 1991: 42).
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan
pendapat-pendapat serta keterangan-keterangan dari literatur yang ada, yang
bersifat khusus yakni kitabAl Akhlaq Lil Banat kemudian disimpulkan
secara umum, berangkat dari konsep Pendidikan Islam dalam
membentuk pribadi anak shalihah menurut kitab Al Akhlaq Lil Banat
kemudian ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum.
b. Metode Komparatif
Metode komparatif adalah penyimpulan yang diambil dengan
membandingkan pendapat yang satu dengan yang lainnya.
Metode ini digunakan untuk membandingkan pemikiran Umar
bin Ahmad Baradja dalam kitab Al Akhlaq Lil Banat dengan para
pemikir yang lain.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagian Muka
Bagian ini berisi: Halaman Judul, Halaman Persetujuan, Halaman
Pengesahan, Halaman Motto, Halaman Persembahan, Abstrak, Kata
2. Bagian Tengah
Bagian inti merupakan bagian inti dari skripsi yang terbagi dalam
bab-bab sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Permasalahan,
Tujuan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian dan
Sistematika Penulisan Skripsi.
Bab II : Biografi dan Sejarah Penulisan KitabAl-Akhlaq Lil Banat
Meliputi: Riwayat Hidup dan Latar Sosial Kultural Pengarang
Kitab Al-Akhlaq Lil Banat dan Sejarah Penulisan Kitab
Al-Akhlaq Lil Banat.
Bab III : Deskripsi Pemikiran
Meliputi: Konsep akhlaq dalam kitab Al-Akhlaq Lil Banat,
Metode Pendidikan Akhlaq Menurut KitabAl-Akhlaq Lil Banat
Sasaran dari Penulisan kitabAl-Akhlaq Lil Banat.
Bab IV : Pembahasan
Meliputi: Signifikansi Pemikiran Umar bin Ahmad Baradja
dalam Kitab Al Akhlaq Lil Banat, Relevansi Pemikiran dan
Implikasinya.
Bab V : Penutup
Meliputi: Kesimpulan, Saran-Saran, Kata Penutup.
3. Bagian Akhir
Bagian ini berisikan: Daftar Pustaka, Daftar Riwayat Pendidikan
13 BAB II
BIOGRAFI DAN SEJARAH PENULISAN
KITABAL AKHLAK LIL BANAT
A. Biografi Umar Bin Ahmad Baradja
1. Riwayat Hidup
Umar bin Ahmad Baradja merupakan seorang ulama besar. Beliau
lahir di kampung Ampel Magfur kota Surabaya pada tanggal 10 Jumadil
Akhir 1331 H, yang bertepatan dengan 17 Mei 1913 M. Sejak dari waktu
kecil beliau diasuh dan dididik oleh kakeknya dari pihak ibu, kakek beliau
bernama Syaikh Hasan bin Muhammad Baradja, yang merupakan seorang
ulama ahli ilmu dan fiqih.
Silsilah nasab beliau yang berasal dan berpusat di kota Saiwoon
Hadromaut di Negeri Yaman, nama nenek moyang beliau yang ke-18 yang
bernama Syaikh Sa’ad, yang dijuluki (laqob) Abi Roja’ (yang selalu
berharap), maka silsilah keturunan tersebut bertemu kepada Nabi
Muhammad SAW yang ke-5 yang bernama Kilab bin Murroh. Umar bin
Ahmad Baradja wafat dalam usia 77 tahun, pada hari Sabtu malam Ahad
tepatnya pada tanggal 16 Robiul Tsani 1414 H atau 3 November 1990 M
pada pukul 23.10 WIB di Rumah Sakit Islam Surabaya. Jenazah beliau
dimakamkan keesokan harinya, yaitu pada hari Ahad sekitar jam setengah
4. Jenazah beliau disholatkan di Masjid Agung Sunan Ampel dan diimami
Ustadz Ahmad bin Umar Baradja. Jenazah beliau dimakamkan di
Pemakaman Islam Pegirian Surabaya. Prosesi pemakaman dihadiri oleh
ribuan orang (Al Kisah, 2007: 85-89).
2. Riwayat Intelektual Umar bin Ahmad Baradja
Umar bin Ahmad Baradja muda menuntut ilmu agama dan bahasa
arab dengan tekun, sehingga menguasai dan memahaminya. Pelbagai ilmu
agama dan bahasa Arab yang beliau dapatkan dari para ulama, asatidz
ataupun masyayikh baik melalui pertemuan langsung atau tidak langsung
(melalui surat), pada masa itu tradisi belajar melalui surat masih banyak
yang menggunakannya.
Realitas di masyarakat, para alim ulama dan orang-orang saleh
telah menyaksikan ketakwaan dan kedudukan beliau sebagai ulama yang
‘amil (ulama yang mengamalkan ilmunya).
Dalam lingkungan pedagogis beliau adalah salah satu alumni yang
berhasil sukses. Beliau juga mengenyam pendidikan di Madrasah Al
Khairiyah di kampung Ampel Madrasah, Surabaya. Yang didirikan dan
dibina oleh Al Habib Al Imam Muhamad bin Ahmadi Al Mahdlar pada
tahun 1895, sebuah sekolah yang berdasarkan Islam Ahlu Sunnah wal
Jamaah dan bermazdhabkan Syafi’i.
Guru-guru beliau yang berada di Indonesia diantaranya:
a. Al Ustadz Abd Kadir bin Ahmad Bilfagih (Malang)
b. Al Ustadz Muhammad bin Husein Ba’abud (Lawang)
15
d. Al Habib Muhammad bin Achmad Assegaf (Surabaya)
e. Al Habib Alwi bin Abdullah Assegaf (Solo)
f. Al Habib Achmad bin Alwi Aldjufri (Pekalongan)
g. Al Habib Ali bin Husein bin Syahab (Gresik)
h. Al Habib Zein bin Abdullah Alkaff (Gresik)
i. Al Habib Achmad bin Ghalib Alhamid (Surabaya)
j. Al Habib Alwi bin Muhammad Al Muhdhar (Bondowoso)
k. Al Habib Abdullah bin Hasan Maulahela (Malang)
l. Al Habib Hamid bin Muhammad As Sery (Malang)
m. Syeikh Robaah Hussanah Al Kholili - Palestina, yang bertugas
mengajar di Indonesia
n. Syeikh Muhammad Mursidi - Mesir, yang bertugas mengajar di
Indonesia
Guru-guru beliau yang berada di luar Negeri, diantaranya:
a. Al Habib Alwi bin Abbas Al Maliki (Mekah)
b. As Sayyid Muhammad Amin Al Quthbi (Mekah)
c. Asy Syeikh Muhammad Seif Nur (Mekah)
d. As Syeikh Hasan Muhammad Al Masyssyaath (Mekah)
e. Al Habib Alwi bin Salim Alkaff (Mekah)
f. Asy Syeikh Muhammad Said Al Hadrawi Al Makky (Mekah)
g. Al Habib Muhammad bin Hadi Assegaf
(Seiwoon-Hadramaut-Yaman)
i. Al Habib Hadi bin Ahmad Alhadlar(‘Innat-Hadramaut-Yaman) j. Al Habib Abdullah bin Thahir Alhaddad (Geidon-Hadramaut-Yaman)
k. Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri (Tarim-Hadramaut-Yaman)
l. Al Habib Hasan bin Ismail bin Syeikhbubakar (‘Innat -Hadramaut-Yaman)
m. Al Habib Ali bin Zein Al Hadi (Tarim-Hadramaut-Yaman)
n. Al Habib Alwi bin Abdullah bin Syahab (Tarim-Hadramaut-Yaman)
o. AlHabib Abdullah binHamid Assegaf (Seiwoon-Hadramaut-Yaman)
p. Al Habib Muhammad bin Abdullah AlHaddar (Al Baidhaa-Yaman)
q. Al Habb Ali bin Zain Bilfagih (Abu Dhabi-Emirat Arab)
r. As syeikh Muhammad Bakhith Al Muthi’i (Mesir)
s. Sayyidi Muhammad Al Fatih Al Kattani (Fass-Maroko)
t. Sayyidi Muhammad Al Muntashir Al Kattani (Marakisy-Maroko)
u. Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad (Johor-Malasia)
v. SyeikhAbdul ‘Alim Ash-shidiqi (India) w. Syeih Hasannain Muhammad Makhluf (Mesir)
x. Al Habib Abdul Kadir Bin Ahmad Assegaf (Jeddah-Saudi Arabia).
Ilmu-ilmu yang beliau kuasai diantaranya adalah bahasa Arab dan
sastra, ilmu tafsir dan hadis, ilmu fiqih dan tasawuf, ilmu sirrah dan tarikh
dan beliau juga sedikit menguasai bahasa Belanda dan Inggris. Berangkat
dari berbagai ilmu yang dikuasai, beliau juga pandai dalam menulis karya
17
3. Latar Sosial Kultural dan Kiprah Dakwah
a. Kultur Sosial Umar bin Ahmad Baradja
Dalam lingkungan masyarakat Umar bin Ahmad Baradja
merupakan sosok pribadi yang sosialis. Salah satu gerakan sosial yang
dilakukan oleh beliau adalah mencarikan dana untuk kebutuhan para
janda, fakir miskin dan yatim piatu, khususnya para santri beliau agar
mereka lebih konsentrasi dalam menimba ilmu.
Dalam membentuk keturunan yang baik dan shalih, beliau
bekerjasama dengan Al Habib Idrus bin Umar Alaydrus, menjodohkan
wanita-wanita muslimah dengan pemuda muslim yang baik menurut
pandangan beliau sekaligus mengusahakan biaya perkawinannya.
Salah satu karya monumentalnya adalah membangun masjid Al
Khoir Danakarya I Surabaya pada tahun 1971 bersama K.H. Adnan
Chamim, setelah mendapat petunjuk dari Al Habib Sholih bin Muhsin
Alhamid (Tanggul) dan Al Habib Zain bin Abdullah Alkaf (Gresik).
Masjid ini sekarang digunakan untuk berbagai aktivitas yang berkaitan
dengan dakwah masyarakat Surabaya.
b. Kiprah Dakwah
Sebagai awal karirnya beliau mengamalkan ilmunya dengan
mengabdi di Madrasah Al Khairiyah Surabaya pada tahun 1935
sampai 1945, beliau berhasil mencetak beberapa ulama/asatidz yang
telah menyebar ke berbagai pelosok tanah air. Murid beliau yang
Ahmad Baradja di antaranya; Almarhum Al Ustadz Ahmad bin Hasan
Assegaf, Almarhum Al Habib Umar bin Idrus Al masyhur, Almarhum
Al Ustadz Ahmad bin Ali Bebgei, Al Habib Idrus bin Hud Assegaf, Al
Habib Hasan bin Hasim Al Habsyi, Al Habib Hasan bin abdul Kadir
Assegaf, Al Ustadz Ahmad Dzaki Ghufron dan Al Ustadz Ja’far bin
Agil Assegaf.
Setelah beliau mengabdi di Madrasah Al Khairiyah
Bondowoso, beliau lalu pindah mengajar di madrasah Al Arabiyyah Al
Islamiyyah Gresik setelah itu pada tahun 1951–1957 beliau
memperluas serta membangun lahan baru bersama dengan Al Habib
Zein bin Abdullah Alkaff, sehingga wujudlah Gedung Yayasan Badan
Wakaf yang diberi nama Yayasan Perguruan Islam Malik Ibrahim.
Selain mengajar di lembaga pondok beliau juga mengajar di
rumah pribadinya, di waktu pagi hari dan sore hari, juga majlis
taklim/pengajian rutin malam hari. Karena sempitnya tempat dan
banyaknya murid, maka beliau berusaha mengembangkan pendidikan
itu dengan mendirikan Yayasan Perguruan Islam atas nama beliau Al
Ustadz Ahmad Baradja, Hal ini sebagai wujud nyata dari hasil
pendidikan dan pengalaman yang telah beliau dapat selama 50 tahun,
dan berjalan sampai sekarang ini di bawah asuhan putranya yaitu Al
19
c. Kepribadian
Penampilan Umar bin Ahmad Baradja sangat bersahaja, juga
dihiasi sifat -sifat ketulusan niat yang disertai keikhlasan dalam segala
amal perbuatan duniawi dan ukhrawi. Beliau juga menjabarkan akhlak
ahlul bait, keluarga Nabi dan para sahabat, yang mencontoh baginda
Nabi Muhammad SAW. Beliau tidak suka membangga-banggakan
diri, baik tentang ilmu, amal, maupun ibadah. Ini karena sifattawadhu’
dan rendah hatinya sangat tinggi.
Dalam beribadah, beliau selalu istiqamah baik sholat fardhu
maupun sholat sunnah qabliyah dan ba’diyah. Sholat dhuha dan
tahajud hampir tidak pernah dia tinggalkan walaupan dalam bepergian.
Kehidupannya beliau usahakan untuk benar-benar sesuai dengan yang
digariskan agama.
Cintanya kepada keluarga Nabi Muhammad SAW dan
dzuriyah atau keturunannya sangat kental tak tergoyahkan. Juga
kepada para sahabat anak didik Rasulullah SAW. Itulah pertanda
keimanan yang teguh dan sempurna.
Dalam buku Kunjungan Habib Alwi Solo kepada Habib Abu
Bakar Gresik, catatan Habib Abdul Kadir bin Hussein Assegaf,
penerbit Putra Riyadi tahun 2003 halaman 93, disebutkan, “… kami
(rombongan Habib Alwi Al-Habsyi) berkunjung ke rumah Syeikh
senangnya, ia sujud syukur di kamar khususnya. Ia meminta Sayyidi
Alwi untuk membacakan doa dan fatihah”(Al Kisah, 2007: 85-89).
Sifat wara’nya sangat tinggi. Perkara yang meragukan dan
subhat beliau tinggalkan, sebagaimana meninggalkan perkara-perkara
yang haram. Beliau juga selalu berusaha berpenampilan sederhana.
Sifat Ghirah Islamiyah (semangat membela Islam) dan iri dalam
beragama sangat kuat dalam jiwanya. Konsistensinya dalam
menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, misalnya dalam menutup
aurat, khususnya aurat wanita, dia sangat keras dan tak kenal
kompromi. Dalam membina anak didiknya, pergaulan bebas antara
laki-laki dan perempuan beliau tolak keras. Juga bercampurnya murid
laki-laki dan perempuan dalam satu kelas.
4. Karya-karya Umar bin Ahmad Baradja
Karya-karya Umar bin Ahmad Baradja sekitar 11 judul buku yang
telah diterbitkan seperti:
a. Al Akhlak lil Banin (4 jilid)
b. Al Akhlak lil Banat (3 jilid)
c. Sullam Fiqih (2 jilid)
d. 17 Jauharah (17 mutiara doa) dan Ad’iyah Ramadhan (doa bulan
Ramadhan)
Yang semuanya dalam Bahasa Arab, di mana sejak tahun 1950
telah dipakai sebagai buku kurikulum di seluruh pondok pesantren di
21
Buku-buku tersebut pernah dicetak di Kairo Mesir pada tahun 1969
yang dibiayai oleh Syeikh Siraj Ka’ki dermawan Mekkah, dan dibagikan
secara cuma-cuma ke seluruh Negara Islam.
Syukur Alhamdulillah, atas ridha beliau dan niat agar buku-buku
itu menjadi jariyah dan bermanfaat luas, maka pada tahun 1992 telah
diterbitkan buku-buku tersebut ke dalam bahasa Indonesia, Jawa, Madura
dan Sunda.
Syair-syair beliau dalam Bahasa Arab dengan sastra yang tinggi
cukup banyak dan belum sempat dibukukan, juga karya-karya yang masih
bertuliskan tangan.
B. Sejarah Penulisan Kitab
Umar bin Ahmad Baradja lahir dan dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang agamis. Beliau sangat tekun beribadah dan mengamalkan
ilmunya dengan niat tulus ikhlas, serta selalu menghiasi dirinya dengan akhlak
yang mulia. Ustadz Umar juga tekun dalam menuntut ilmu agama dan Bahasa
Arab, sehingga ia menguasai dan memahaminya.
Sebagai seorang pendidik di beberapa madrasah beliau sangat
memperhatikan masa depan anak didiknya dan masa depan bangsanya. Sebab,
masa depan bangsa terletak pada generasi muda. Akhlak yang baik adalah
tujuan setiap agama dan setiap aliran filsafat. Karena dengan akhlak yang
baik, akan tercipta kebaikan dan perdamaian dalam masyarakat maupun dalam
tidak berakhlak lapang, maka sempitlah bagi mereka Negeri yang luas(Umar
Al Baradja, 1993:12 ).
Untuk menciptakan suatu Negara yang aman dan makmur, maka
warga Negaranya harus berakhlak mulia. Sebab jika warga Negaranya
berakhlak buruk, maka negara itu akan hancur. Perspektif atau cara
memandang keberadaan suatu bangsa bagi setiap bangsa pastilah memiliki
standar dan tolak ukur yang berbeda. Salah satunya dengan urgennya
penanaman akhlak pada anak.
Sebagaimana syair yang dikutip oleh Umar bin Ahmad Baradja di
dalam kitabnya
ِاﱠﻧ
َﻤﺎ
ْﻟ اُﺎ
َﻣُﻢ
ْﻟ اَﺎ
ْﺧَﻠ
ُق ﺎ
َﻣﺎ
َﺑِﻘ
ﯿ
ْﺖ
*
َﻓِﺎ
ْن
ُھ
ُﻤْﻮ
اَذ
َھ
َﺒ
ْﺖ
َا
ْﺧَﻠ
ُﻗ ﺎ
ُﮭ
ْﻢ
َذ
َھ
ُﺒْﻮ
ا
Artinya :“Kekalnya suatu bangsa adalah selama akhlaknya kekal, akhlaknya sudah lenyap, musnah pula bangsa itu.” .(Umar Al Baradja, 1993).
Pentingnya akhlak dalam kehidupan manusia baik kehidupan individu
maupun kehidupan masyarakat, Umar bin Ahmad Baradja berharap kepada
orang tua atau wali murid dan pengajar atau guru-guru, untuk memperhatikan
pendidikan anak dengan sebaik-baiknya, dengan mengawasi dan
memperhatikan tingkah laku putra-putri dan anak didik yang menjadi
tanggungjawab kita semua, menanamkan tingkah laku yang lahir di lubuk hati
mereka dari tingkah laku yang tercela agar mereka menjadi orang-orang yang
terdidik dan beradab, yang berguna bagi diri dan bangsa mereka.
Memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun
23
seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak.
Jika seseorang sudah menanamkan akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup
dengan baik, yakni perbuatan itu selalu diulang–ulang dengan kecenderungan
hati (sadar) (Akhlak Mulia, 1996: 27). Akhlak merupakan kelakuan yang
timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan
kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak
yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan
itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu
sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan
mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana
yang cantik dan mana yang buruk.
Apalagi hidup di tengah-tengah zaman yang mengalami dekadensi
moral atau akhlak, dimana juga pendidikan akhlak telah tersisihkan,
memperhatikan tingkah laku dan putra-putri anak didik dari awal
perkembanganya adalah merupakan suatu hal yang sangat penting sekali dan
tidak boleh diremehkan. Karena hal itu merupakan kunci kebahagiaan bagi
anak didik di masa depan. Sebaliknya jika membiarkan anak didik hingga
terbiasa dengan tingkah laku yang buruk, maka masa depan anak didik akan
menjadi buruk, sulit untuk di didik kembali, atau tidak mungkin dididik
kembali selama-lamanya.
Melihat pentingnya pendidikan akhlak atau moral, maka Umar bin
Ahmad Baradja terdorong hatinya untuk menulis kitab yang berisikan tentang
di rumah serta guru-guru atau pengajar sebagai pedoman untuk membimbing
akhlak anak didiknya. Kitab akhlak tersebut ada dua versi, yang pertama kitab
Al Akhlaq Lil Banin adalah khusus untuk anak laki-laki. Yang ke dua kitab Al
Akhlaq Lil Banat adalah khusus untuk anak perempuan.
Peranan Umar bin Ahmad Baradja yang sangat memperhatikan dan
merasa bertanggungjawab pada kepribadian anak perempuan yang lebih lemah
dan rentan menimbulkan fitnah sebagai penerus bangsa yaitu diungkapkan
pada karyanyaAl Akhlaq Lil Banat. Sebagai warisan pada generasi pada masa
25 BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN UMAR BIN AHMAD BARADJA
DALAM KITABAL AKHLAQ LIL BANAT
A. Konsep Akhlaq Dalam KitabAl Akhlaq Lil Banat
KitabAl Akhlaq Lil Banat terdiri dari tiga jilid, selebihnya akan kami
paparkan kandungan dari kitab tersebut agar dapat kita pahami dengan lebih
mudah.
Pada juz satu secara garis besar berisi bagaimana cara membentuk
akhlaq yang baik, contoh perilaku akhlaq yang baik, perilaku yang dilarang
oleh agama dan contoh perilaku yang dilarang agama. Memperkenalkan Allah
pada anak, memperkenalkan Nabi dan Malaikat Allah dalam artian bahwa
Allah-lah yang menciptakan alam semesta ini untuk kita manfaatkan, sebagai
sarana menyembah dan bertakwa kepada Allah. Menerangkan tentang taat
terhadap perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangan Allah,
menerangkan tentang akhlaq kepada orang tua, bagaimana akhlaq kepada
guru, bagaimana sikap kita terhadap orang yang lebih muda dan lebih tua, dan
bagaimana sopan santun kita ketika kita bertetangga, berteman. Pada bagian
akhir juz pertama diterangkan sopan santun murid ketika dia menerima
pelajaran dari guru dan diakhri dengan nasihat yang ditujukan untuk umum
(masyarakat).
Pada juz dua secara garis besar menerangkan tentang hakikinya
menjauhi segala larangan-larangan Allah, memberikan panduan kepada anak
agar anak selalu mencontoh apa yang telah Nabi Muhammad SAW. lakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai anak yang telah dibesarkan oleh orang
tua sudah selayaknya kita mencintai kedua orang tua yang telah melahirkan,
membesarkan serta merawat kita tanpa mengenal lelah, menggambarkan
tamsil-tamsil tentang orang yang senantiasa berbuat kebaikan, dan akan
mendapatkan apa yang dia inginkan, adab kepada saudara laki-laki dan
perempuan untuk saling hormat menghormati dan kasih sayang antar sesama,
kesederhanaan yang menjadi kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat,
menerangkan bagaimana cara kita bertetangga yang baik, kewajiban kita
terhadap teman-teman kita menjadi penutup pada juz dua ini.
Pada juz tiga secara garis besar menerangkan tentang bagaimana
sebaiknya kalau kita sedang berjalan, duduk, berbicara, makan, bertamu
dengan sesama muslim, menengok orang yang sedang sakit, adab ketika
takziyah, adab ketika kita ditimpa sebuah musibah, dan diakhiri dengan adab
ketika kita akan pergi serta adab meminta sesuatu kepada Allah. Intinya pada
bab tiga ini merupakan keterangan yang menerangkan tentang hubungan
antara manusia dengan manusia atau ibadahghairu mahdloh.
1. Akhlaq terhadap Allah SWT
Telah kita ketahui bahwa Allah telah memberikan kepada kita
berbagai nikmat dan anugrah yang sangat besar, maka kita wajib
bersyukur atas nikmat tersebut yaitu dengan berakhlaq terhadap Allah
27
a. Mengabdi atau beribadah hanya kepada Allah SWT
b. Menyayangkan atau mamuliakan Allah SWT
c. Melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya
d. Mencintai Allah SWT melebihi kecintaanya kepada bapak, ibu dan diri
kita sendiri
e. Berusaha dan berdoa memohon kepada Allah SWT agar selamanya
diberi petunjuk jalan yang benar dan memohon keselamatan juga
memohon agar Allah SWT menjadikan anak-anak perempuan yang
baik dan beruntung dunia dan akhirat
f. Bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Allah SWT
Apabila kita bersyukur atas nikmat-Nya dengan melakukan
perintah-Nya, maka Allah akan mencintai kita dengan menjadikan
manusia lain juga mencintai kita, menjaga dari bahaya dan penyakit,
dan juga akan memberikan segala sesuatu yang kita inginkan. Allah
juga akan menambahi nikmat-Nya kepada kita, seperti firman Allah
SWT:
Dengan semua itu maka hidup kita akan beruntung dan bahagia
dunia dan akhirat.
g. Mencintai Malaikat-Malaikat Allah, para Rasul dan Nabi Allah, dan
orang-orang shalih dari hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya
Allah SWT juga mencintai mereka. (Umar Baradja, 1987 : 5-6)
2. Akhlaq terhadap Rasulullah SAW
Jika kita mencintai Allah SWT maka kitapun harus mencintai
Rasul Allah yaitu dengan taat kepada Rasulullah SAW juga merupakan
bagian ketaatan kepada Allah SWT, seperti firman Allah :
Artinya: “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Ali Imran: 31). (www.al
qur’an_word.com)
Maka lakukanlah nasihat-nasihat Nabi yang manunjukan kepada
kebaikan dan menjauhkan kejelekan. Karena nasihat tersebut akan
mendatangkan kebahagiaan.
Cinta kepada Nabi Muhammad SAW. tidak cukup sekedar
dilahirkan dalam bentuk pengakuan kata-kata, melainkan harus dibuktikan
dalam bentuk yang nyata antara lain dengan :
a. Mengamalkan dan mematuhi agama Islam yang diajarkannya, baik
29
b. Berjuang menegakkan, mengembangkan dan membela
ajaran-ajarannya, termasuk pula menjaga kemurniannya dari bid’ah dan
kufarat.
c. Memuliakan Nabi Muhammad SAW. dan memperbanyak shalawat
kepadanya.
d. Memuliakan keluarga dan sahabat-sahabatnya.
e. Mengikuti nasehat-nasehatnya dan mengamalkannya dalam
kehidupan.
Selain kita diwajibkan untuk memuliakan Allah SWT kita juga
diwajibkan untuk memuliakan Rasulullah SAW melebihi cinta kita kepada
dua orang tua dan dirinya sendiri. Karena sesungguhnya Rasulullah SAW
yang mengajarkan agama Islam dan karena Rasulullah kita mengetahui
Tuhan kita, juga bisa membedakan antara halal dan haram. (Umar Baradja,
1987 : 9)
3. Akhlaq terhadap Orang Tua
Ketika kita tahu betapa beratnya tanggung jawab orang tua kita
dalam mendidik dan membesarkan kita hingga kita tumbuh dewasa, betapa
besar kecintaan mereka kepada kita. Maka dengan apa kita akan
membalasnya? Sesungguhnya kita tidak dapat membalasnya, yaitu kecuali
dengan berakhlaq yang baik terhadap mereka. Adapun dasar-dasar akhlaq
a. Harus menaati kedua orang tua dengan senang hati dan juga
melakukan sesuatu yang kita senangi oleh mereka dan berbuat baik,
kepada mereka Allah berfirman:
...Artinya : “Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya... (Q.S.Al Isra’: 23)(www.al qur’an_word.com)
b. Tersenyum di hadapan orang tua
c. Bersalaman kepada orang tua pada waktu pagi ketika hendak mau
pergi dan pada waktu sore ketika pulang ke rumah
d. Mendoakan keduanya selalu dalam kesehatan dan panjang umur
e. Membantunya dengan ikut menjaga kitab-kitab dan pakaian serta
perabot-perabot juga merapikan pada tempatnya
f. Bersungguh-sungguh dalam belajar
g. Melakukan hal-hal yang membahagiakan keduanya, baik di dalam
rumah maupun di luar rumah
h. Menjauhi hal-hal yang dibenci oleh keduanya
i. Tidak berbicara keras di hadapan keduanya akan tetapi berbicaralah di
hadapan mereka dengan cara yang lembut, firman Allah SWT:
...
31
ucapkanlah kepada mereka perkaa4taan yang mulia” (Q.S. Al-Isra’:
23).(www.al qur’an_word.com)
j. Jika meminta sesuatu kepada orang tua janganlah memaksa apalagi di
depan tamu
k. Tidak boleh bermuka masam di hadapan keduanya, dengan alasan
apapun
l. Tidak boleh berbohong
m. Berbuat baik kapada ibunya dulu kemudian baru kepada bapaknya,
seperti dalam hadist:
َو
َﻋْﻨ
َر
ِﺿ
َﻲ
َﻗ ﷲ ا
َل ﺎ
:
َﺟ
َء ﺎ
َر
ُﺟ
ٌﻞ
ِاَﻟ
ﻰ
ﱠﻨ ﻟ ا
ِﺒ
ﱢﻲ
َﺻﱠﻠ
ُﷲ ا ﻲ
َﻋَﻠ
َو
َﺳَّﻠ
َﻓ ﻢ
َﻘ
َل ﺎ
:
َر ﺎ
ُﺳْﻮ
َل
ِﷲ ا
َﻣ
ْﻦ
َا
َﺣ
ّﻖ
ﱠﻨ ﻟ ا
ِس ﺎ
ِﺑ
ُﺤ
ْﺴ
ِﻦ
َﺻ
َﺤ
َﺑ ﺎ
ِﺘ
؟ ﻲ
َﻗ
َل ﺎ
ُاﱡﻣ
َﻚ
.
َﻗ
َل ﺎ
ُﺛﱠﻢ
َﻣ
ْﻦ
َﻗ ؟
َل ﺎ
ُاﱡﻣ
َﻚ
.
َﻗ
َل ﺎ
ُﺛﱠﻢ
َﻣ
ْﻦ
َﻗ ؟
َل ﺎ
ُاﱡﻣ
َﻚ
.
َﻗ
َل ﺎ
ُﺛﱠﻢ
َﻣ
ْﻦ
َﻗ ؟
َل ﺎ
َاُﺑ
ْﻮ
َك
)
(
Artinya: ”Dan Abu Hurairah r.a., dia berkata:” Ada seorang laki-laki mendatangi Nabi Muhammad Saw. seraya bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk ku pergauli dengan cara yang baik?” Beliau menjawab,”Ibumu”. Dia bertanya,” kemudian siapa lagi”, Beliau menjawab,”Ibumu”.Dia bertanya, ”kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab,”Ibumu”. Dia bertanya ”kemudian siapa lagi?”, Beliau menjawab,”Bapakmu” (H.R. Asy Syaikhani).
Cara berbuat baik kepada Orang tua yang telah meninggal dunia,
yaitu dengan :
1) Berdoa untuk orang tua yang sudah meninggal serta
memohonkan ampun kepada Allah SWT. atas segala
dosa-dosanya.
4. Akhlaq terhadap Saudara
Seseorang yang lebih dekat setelah kedua orang tua adalah saudara
laki-laki ataupun saudara perempuan kita. Mereka akan senang kepada kita
jika sopan santun terhadap mereka dengan cara berakhlaq sebagai berikut:
a. Memuliakan saudara laki-laki dan saudara perempuan yang lebih besar
b. Menaati dan melakukan perintahnya dan jangan menentangnya
c. Menyayangi saudara laki-laki dan saudara perempuan yang lebih kecil
d. Jangan melukai baik dengan memukul ataupun memarahinya,
memutuskan tali persaudaraan, ataupun merusak dan mengambil
permainan mereka tanpa izin keduanya
e. Selalu memaafkan kesalahan mereka
f. Jangan bertengkar atau berebut dengan mereka ketika akan masuk
kamar mandi atau berebut mainan atau tempat duduk dan yang lainnya
g. Jadilah kamu anak perempuan, orang yang sabar yang suka memberi
maaf dan janganlah cepat marah. Ketika saudaramu berbuat jelek
terhadapmu, janganlah dibalas dengan kejelekan pula akan tetapi
maafkanlah mereka
h. Janganlah terlalu banyak bergurau dengan mereka karena
sesungguhnnya kebanyakan bergurau menyebabkan iri, dengki dan
pertengkaran
i. Ketika melihat saudaramu melakukan hal-hal yang tidak sesuai, maka
33
Itulah beberapa akhlaq yang perlu diperhatikan dan tidak diragukan
lagi bahwa orang tua kita akan bahagia, ketika kita melakukan akhlaq
seperti ini maka hidup kita akan bahagia dan tenteram bersama
saudara-saudara kita. (Umar baradja, 1987 : 44)
5. Akhlaq terhadap Kerabat
Kerabat adalah siapa pun yang mempunyai ikatan persaudaraan
dengan kita seperti kakek, nenek, saudara laki-laki dan perempuan, paman
dan bibi dari pihak ayah maupun pihak ibu.
Firman Allah SWT:
...
....
Artinya:“…Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu, karib kerabat....” (Q.S.
An-Nisa’:36).(www.al qur’an_word.com)
Mereka semua akan senang kepada kita apabila kita melakukan
akhlaq sebagai berikut:
a. Bekerja sama atau bergotong royong kepada mereka
b. Sopan dalam berbicara dengan mereka
c. Memprioritaskan pemberian bantuan kepada mereka yang sangat
membutuhkan
d. Tidak saling membenci dan memutuskan tali silaturahmi
e. Tidak bermuka masam di hadapan mereka
f. Saling mengunjungi dari satu waktu ke lain waktu, seperti pada hari
raya, atau waktu tertentu misal ketika sakit atau pun habis melahirkan
h. Menjauhkan perbuatan yang menyakitkan atau membuat marah
mereka.
Apabila anak perempuan melakukan akhlaq seperti di atas maka
akan hidup dengan enak dan disenangi. Allah juga akan memperbanyak
rezeki, memperpanjang umurnya. (Umar baradja, 1987 : 47)
6. Akhlaq terhadap Tetangga
Diwajibkan bagi kita yaitu senang dengan tetangga kita yaitu
dengan cara berakhlaq sebagai berikut:
a. Memuliakan tetangga kita
b. Tidak menyakitkan seperti memarahinya, menghinanya atau
mengeraskan suara ketika mereka sedang tidur, tidak boleh melempari,
mengotori lantai atau tembok rumahnya
c. Mengucapkan salam terlebih dahulu ketika melihat mereka
d. Tersenyum di hadapannya
e. Apabila salah satu dari mereka tidak ada maka tanyakanlah karena itu
menunjukan bahwa kita perhatian kepada mereka
f. Menjenguknya tatkala sakit
g. Memberikan makanan (Umar baradja, 1987 : 56)
7. Akhlaq terhadap Guru
Ketika di rumah orang tualah yang mendidik kita tetapi ketika kita
35
dan gurulah yang mengajari tentang akhlaq dan mengajari kita tentang
ilmu yang bermanfaat. Menasihati kita dengan nasihat-nasihat yang
berguna dengan harapan menjadi anak yang berbudi pekerti baik.
Akhlaq terhadap guru antara lain:
a. Memuliakan guru kita seperti kita memuliakan orang tua kita
b. Berbicara dengan sopan, jangan memotong perkataan ketika gurumu
berbicara, akan tetapi tunggulah sampai beliau selesai
c. Dengarkanlah dengan baik pelajaran yang disampaikan bila tidak
paham atau menemui kesulitan mintalah kepada gurumu dengan sopan
untuk mengulangi menerangkannya lagi
d. Apabila gurumu bertanya tentang sesuatu hal denganmu maka
jawablah dengan baik dan dengan suara yang jelas
e. Apabila kamu mengharapkan disenangi gurumu maka lakukanlah hal
yang menyenangkan gurumu, seperti: rajin berangkat, datang tepat
pada waktunya, jangan telat masuk kelas kecuali ada keperluan yang
sangat penting dan jika istirahat sudah selesai cepat-cepatlah masuk
kelas, jangan sampai terlambat
f. Ketika gurumu menegur janganlah membuat alasan di depannya
dengan alasan yang tidak benar
g. Taat dan tunduk semua perintahnya dari lubuk hati, bukan kerena takut
dengan hukuman
h. Apabila kamu dihukum maka janganlah kamu marah karena
kewajibanmu dan semua itu akan kamu rasakan manfaatnya di
kemudian hari atau ketika kamu sudah dewasa. (Umar baradja, 1987 :
60)
8. Akhlaq terhadap Teman
Bahwasanya ketika kamu belajar di sekolah maka kamu memiliki
teman atau bersama teman, sesungguhnya mereka seperti
saudara-saudaramu yang ada di rumah, maka senangilah mereka seperti kamu
senang kepada saudara-saudara, dan berakhlaqlah yang baik terhadap
mereka seperti:
a. Memuliakan/menghormati teman yang lebih besar, dan menyayangi
teman yang lebih kecil
b. Apabila salah seorang temanmu mendapat kesulitan dalam memahami
pelajaran dan meminta penjelasan kepada guru maka dengarkan dan
perhatikan jawaban yang diterangkan oleh guru
c. Bermainlah dengan temanmu di waktu istirahat dan di halaman
sekolah, jangan di kelas
d. Jangan pelit (bakhil) ketika temanmu meminjam sesuatu kepadamu
kerena sesungguhnya sifat bakhil itu adalah sifat yang sangat buruk
sekali
e. Janganlah kamu sombong ketika kamu lebih memiliki keutamaan
darinya seperti kecerdasan, kaya dan tekun atau rajin
f. Ketika melihat temanmu malas maka nasihatilah dia supaya
37
g. Bantulah temanmu jika membutuhkan pertolongan dalam memahami
suatu pelajaran
h. Jangan melakukan perbuatan yang menyesalkan dan menyakitkan hati
seperti mendesak atau mempersempit tempat duduk, menyembunyikan
alat-alat tulis ataupun membuka tas tanpa izin temanmu
i. Jika meminjam maka janganlah dirusakkan dan jangan dikotori
kemudian cepat-cepat dikembalikan
j. Ketika berbicara maka bicaralah dengan lembut dan tersenyumlah,
jangan mengeraskan suara atau bermuka masam
k. Jauhkanlah dari pertengkaran dan dengki, juga omongan yang jelek.
l. Janganlah berbohong dan adu domba
m. Janganlah bersumpah walaupun perkataanmu itu benar
n. Janganlah menyontek karangan temanmu karena hal itu merugikan
dirimu sendiri. (Umar baradja, 1987 : 66)
9. Akhlaq Berjalan
Wajib diingat dan harus diketahui oleh anak perempuan yang baik
adalah akhlaq ketika berjalan, diantaranya adalah:
a. Mendahulukan kaki kiri ketika keluar dari rumah dan berdo’a
b. Jangan terlalu cepat juga jangan terlalu pelan, sedang-sedang saja
c. Tidak boleh memakai alas kaki (sandal) hanya satu
d. Menjawab salam baik dari orang yang telah engkau kenal maupun
e. Berjalan di sisi jalan sebelah kanan supaya selamat dari kecelakaan,
dan hindarilah berjalan di tempat-tempat yang licin supaya tidak
terpeleset, juga jangan berjalan di jalan yang sempit dan kotor
walaupun jalan itu lebih dekat dari tujuanmu
f. Sopan dan tidak sombong
g. Berjalan jangan sambil makan, bernyanyi atau bersendau- gurau
h. Menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang sifatnya
mengganggu, yakni tidak membuang hajat di jalan akan tetapi
sebaiknya disunahkan bagi kamu menghilangkan gangguan dari jalan
yang biasanya dilewati manusia
i. Ketika sudah kembali dan mau masuk rumah didahulukan kaki kanan
dan berdo’a.(Umar baradja, 1987 : 19)
Kemudian baru salam kepada ahli rumah, seperti firman Allah:
ا َ
Artinya: “Apabila kamu memasuki suatu rumah hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik”.(An-nur : 61)(www.al qur’an_word.com)
10. Akhlaq Duduk
39
a. Duduklah dengan tegap, jangan memiringkan kepala ke kanan atau ke
kiri, juga jangan membengkokkan badanmu
b. Ketika duduk di kursi, jangan meletakkan kaki yang satu di atas kaki
yang lainnya
c. Bisa menempatkan diri, artinya apabila di dalam pertemuan suatu
majelis yang sedang bergembira maka ikutlah bergembira, akan tetapi
jika orang dalam majlis bersedih atau berduka jangan bergurau atau
tertawa keras
d. Hendaknya tidak duduk di tempat duduk seseorang yang berdiri untuk
keperluan yang tidak lama
e. Hendaknya tidak memberdirikan seseorang dari tempat duduknya lalu
tempat duduknya engkau duduki
f. Janganlah duduk di tengah– tengah lingkungan
g. Jikalau memungkinkan duduklah menghadap kiblat
h. Duduklah di tempat yang dekat dari kamu masuk, jangan duduk di
tengah jalan
i. Menghindari hal-hal buruk seperti memasukkan jari ke hidung atau
mulut, ketika batuk, tutuplah dengan tangan dan jangan mengeraskan
suara
j. Saling menasehati dengan sikap yang baik
k. Bila telah selesai pertemuan mengucapkan istighfar, sebagaimana telah
ُﺳْﺒ
َﺤ
َﻧ ﺎ
َﻚ
ّﻠ ﻟ ا
ﱠﻢ
َوِﺑ
َﺤْﻤ
ِﺪ
َك
َا
ْﺷ
ُﺪ
َا
ْن
َﻟ
ِا ﺎ
َﻟ
ِاﱠﻟ
َا ﺎ
ْﻧ
َﺖ
َا
ْﺳَﺘ
ْﻐِﻔ
ُﺮ
َك
َوَاُﺗ
ْﻮ
ُب
ِاَﻟ
َﻚ
Artinya : “ Maha Suci Engkau ya Allah dan segala pujian hanya untuk -MU, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku mohon ampunan–MU dan aku bertaubat kepada -MU”. (Umar baradja, 1987 : 23)
11. Akhlaq Berbicara
Ketika akan berbicara maka harus diperhatikan beberapa hal,
diantaranya adalah:
a. Sebelum berbicara hendaknya menimbang dulu, apakah yang akan
dibicarakan itu baik atau tidak, jika baik maka bicarakanlah, jika tidak
baik maka lebih baik diam
b. Berbicara pada tempatnya, artinya jangan membuat tertawa di waktu
susah atau sebaliknya
c. Berbicara dengan pelan-pelan atau tidak tergesa-gesa
d. Berbicara seperlunya saja
e. Hendaknya