• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas 1 Pendidikan Agama Islam

Kenza Sonia

Academic year: 2023

Membagikan "Tugas 1 Pendidikan Agama Islam"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS 1

NIM : 051598633

NAMA : Melki Mulyawan

MATA KULIAH : Pendidikan Agama Islam

(2)

Kepada Yth Bapak / Ibu Tutor Jawaban :

1. Ibadah Mahdlah dan Ibadah Ghairu Mahdlah

Ibadah Mahdhah adalah hubungan manusia dengan Tuhan atau hubungan secara vertikal.

Contoh ibadah mahdhah adalah sholat, zakat, puasa, haji, dan ibadah lain yang ditetapkan oleh hukum syara'. Dikutip dari buku Kitab Lengkap Panduan Shalat oleh Khalilurrahman Al-Mahfani dkk, ibadah mahdhah dapat dibedakan menjadi tiga macam.

Pertama, ibadah badaniyah mahdhah yakni ibadah jasmani seperti sholat, puasa, wudhu, dan sebagainya.

Kedua, ibadah maliyah mahdhah yakni ibadah yang ditunaikan dengan harta

benda seperti zakat, infak, dan qurban.

Ketiga, ibadah badaniyah wa maliyah, yakni perpaduan antara ibadah badaniyah mahdhah dab ibadah maliyah mahdhah. Ibadah ini ditunaikan dengan jiwa raga dan juga harta benda. Contohnya adalah ibadah haji dan umrah.

Ibadah Ghairu Mahdhah atau ibadah umum merupakan segala perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah SWT. Ibadah ini dilakukan antar sesama manusia (muamalah) atau hubungan horizontal yang tidak hanya terkait dengan hubungan dengan Allah SWT saja.

Contoh ibadah ghairu mahdhah adalah silaturahmi, menjenguk orang sakit, sedekah, mencari ilmu, bekerja, membangun masjid, dan kegiatan yang bermanfaat lainnya.

2. Pada hakikatnya manusia adalah salah satu dari makhluk yang diciptakan Allah.

Namun manusia memiliki kedudukan yang paling mulia dibanding makhluk lainnya.

Manusia pada hakikatnya di ciptakan dari tanah seperti proses penciptaan manusia bisa kita lihat pada Q. S. Al-mu’minum (23) : 12-14

ٍني ِط ْن ِم ٍةَل َلَُس ْنِم َناَسْنِ ْلْا اَنْقَلَخ ْدَقَل َو

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.” (QS. Al-Mu’minun: 12)

ٍنيِكَم ٍرا َرَق يِف ًةَفْطُن ُهاَنْلَعَج َّمُث

Artinya: “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (QS. Al-Mu’minun: 13)

َماَظِعْلا اَن ْوَسَكَف اًماَظِع َةَغْضُمْلا اَنْقَلَخَف ًةَغْضُم َةَقَلَعْلا اَنْقَلَخَف ًةَقَلَع َةَفْطُّنلا اَنْقَلَخ َّمُث َك َراَبَتَف ۚ َرَخآ اًقْلَخ ُهاَنْأَشْنَأ َّمُث ا ًمْحَل

ِقِلاَخْلا ُنَس ْحَأ ُ َّاللَّ

ني

Artinya: “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al-Mu’minun : 14).

(3)

3. Beberapa istilah dalam Al-Qur’an untuk menyebut manusia

 Basyar

Adalah gambaran manusia secara materi yang dapat dilihat, memakan sesuatu, berjalan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam Al-Qur’an kata basyar disebut sebanyak 35 kali di berbagai surat.

 An-Naas

Sebutan An-Nas dalam Al-Qur’an terdapat sebanyak 240 kalidengan keterangan yang jelas pada korps atau kumpulan, yaitu seluruh umat manusia sebagai keturunan Nabi Adam AS.

 Insan dan Al-Ins

Manusia sering disebut al-ins atau al-insan. Kedua kata tersebut dalam pengertian bahasa merupakan lawan dari bahasa liar. Dalam al-Qur’an sekallipun memiliki akar kata yang sama.

Kata al-ins senantiasa dipertentangkan dengan kata al-jinn, yakni sejenis mahluk yang hidup diluar alam semesta. Sedangkan al-insan mengandung pengertian makhluk mukallaf (ciptaan Tuhan yang di bebani tanggung jawab), pengemban amanah dan khalifah dimuka bumi.

4. Manusia sebagai Khalifah

Khalifah berarti pengganti, penguasa, pengelola atau pemakmur. Sebagai khalifah manusia tidak boleh mengabaikan keserasian hidupnya berdampingan dengan alam semesta sebagai ekosistem. Manusia tidak dapat hidup sendirian pada sejatinya manusia membutuhkan orang lain dalam menjalani hidupnya.

Kekhlifahan menmpunyai tiga unsur yang saling berkaitan. Arti kekhalifahan dalam al- Qur’an adalah:

1. Manusia yang dalam hal ini dinamai khalifah 2. Alam raya yang ditunjuk oleh-Nya sebagai ardl

ْذِإ َو ْسَي َو اَهيِف ُدِسْفُي نَم اَهيِف ُلَع ْجَتَأ ۟ا َٰٓوُلاَق ۖ ًةَفيِلَخ ِض ْرَ ْلْٱ ىِف ٌلِعاَج ىِ نِإ ِةَكِئَٰٓ َلَمْلِل َكُّبَر َلاَق ُحِ بَسُن ُن ْحَن َو َءَٰٓاَمِ دلٱ ُكِف

َنوُمَلْعَت َلَ اَم ُمَلْعَأ َٰٓىِ نِإ َلاَق ۖ َكَل ُسِ دَقُن َو َكِدْمَحِب

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS.

Albaqarah (2) : 30)

3. Hubungan anara manusia dengan alam dan segala isinya, termasuk dengan manusia.

langkah-langkah yang dilakukan manusia untuk merealisasikan peran sebagai khalifah

a. Merawat dan Melestarikan Alam

Manusia perlu menjaga dan melestarikan alam serta lingkungan hidup.

Langkah-langkah ini mencakup pelestarian sumber daya alam, pengurangan

(4)

limbah, penanaman pohon, pengelolaan air, dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati. Tindakan-tindakan ini akan membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan.

b. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dengan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dapat menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan alam.

Pengembangan teknologi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup manusia tanpa merusak lingkungan.

c. Mendorong Keadilan Sosial dan Ekonomi:

Sebagai khalifah, manusia harus mendorong keadilan sosial dan ekonomi di masyarakat. Hal ini mencakup distribusi yang adil dari sumber daya dan kekayaan, pemberdayaan masyarakat yang kurang mampu, serta penghapusan kemiskinan dan ketidakadilan sosial. Peningkatan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja yang layak juga merupakan bagian dari upaya menciptakan keadilan sosial.

d. Membangun Masyarakat yang Beradab

Manusia sebagai khalifah dituntut untuk membentuk masyarakat yang beradab dan harmonis. Hal ini mencakup membangun hubungan yang baik antara sesama manusia, memperkuat persaudaraan, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat. Pendidikan nilai-nilai moral, etika, dan kesadaran sosial juga penting dalam pembentukan masyarakat yang beradab.

e. Beribadah dan Berlaku Adil

Salah satu tugas utama manusia sebagai khalifah adalah beribadah kepada Allah dengan penuh kesadaran dan ketulusan. Selain itu, manusia perlu mengedepankan prinsip keadilan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hukum, ekonomi, politik, dan sosial. Keadilan merupakan pondasi utama dalam mewujudkan tatanan masyarakat yang harmonis dan berkeadilan

f. Memelihara dan Meningkatkan Kesejahteraan Umat

Sebagai khalifah, manusia diharapkan memelihara dan meningkatkan kesejahteraan umat dengan memberikan bantuan, perhatian, dan kasih sayang kepada sesama manusia.

5. Prinsip-prinsip untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan sejahtera 1) Keadilan

Menegakan keadilan merupakan kemestian yang bersiat fitrah yang harus ditegkkan oleh setiapindividu sebagai pengejawantahan dari perjanjian primordial dimana manusia mengakui Allah sebagai Tuhannya. Keadilan

(5)

merupakan sunnatullah, karena Allah menciptakan alam semesta ini dengan prinsip keadilan dan keseimbangan.

2) Supremasi Hukum

Keadilan seperti disebutkan di atas harus dipraktikan dalam semua aspek kehidupan. Di mulai dari menegakkan hukum. Menegakkan hukum yang adil merupakan amanah yang diperintahkan Allah untuk dilaksanakan kepada yang berhak. Dalam surat An-Nisaa’ ayat 58 ditegaskan:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menunaikan amanah kepada yang berhaknya dan apabila kamu menghukum di antara manusia, maka hendaklah kamu hukum dengan adil, sesungguhnya Allah sebaik-baik mengajar kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat”.

Dalam usaha mewujudkan supremasi hukum itu maka kita harus menetapkan hukum kepada siapapun tanpa pandang bulu, bahkan kepada orang yang membenci kita sekalipun, kita harus tetap berlaku adil.

3) Egalitarianisme (persamaan)

Egalitarianisme artinya adalah persamaan, tidak mengenal sistem dinasti geneologis. Artinya adalah bahwa masyarakat madani tidak melihat keutamaan atas dasar keturunan, ras, etnis, dll. Melainkan atas prestasi. Bukan prestise tapi prestasi. Karena semua manusia dan warga masyarakat dihargai bukan atas dasar geneologis di atas melainkan atas dasar prestasi yang dalam bahasa Al- Qur’an adalah taqwa.

Oleh karena prinsip egalitarianisme inilah, maka terwujud keterbukaan di mana seluruh anggota masyarakat berpartisipasi untukmenentukan pemimpinnya dan dalam menentukan kebijakan-kebijakan publik.

4) Pluralisme

Pluralisme adallah sikap di mana kemajemukan merupakan suatu yang harus diterima sebagai bagian dari realitas obyektif. Pluralisme yang dimaksud tidak sebatas mengakui bahwa masyarakat itu plural melainkan juga harus disertai dengan sikap yang tulus bahwa keberagaman merupakan karunia dari Allah dan rahmat-Nya karena akan memperkaya budaya melalui interaksi dinamis dengan pertukaran budaya yang beraneka ragam.

Kesadaran pluralisme itu kemudian diwujudkan untuk bersikap toleran dan saling menghormati di antara sesama anggota yang berbeda baik dalam hal etnis, suku bangsa, maupun agama.

(6)

ُّبُسَت َلَ َو ٍةَّمُأ ِ لُكِل اَّنَّي َز َكِل َذَك ۗ ٍمْلِع ِرْيَغِب ا ًًۢوْدَع َ َّللَّٱ ۟اوُّبُسَيَف ِ َّللَّٱ ِنوُد نِم َنوُعْدَي َنيِذَّلٱ ۟او م ِهِ ب َر ىَلِإ َّمُث ْمُهَلَمَع

َنوُل َمْعَي ۟اوُناَك اَمِب مُهُئِ بَنُيَف ْمُهُع ِج ْرَّم

Artinya: Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (Al-An’aam : 108)

5) Pengawasan sosial

Yang disebut dengan amal saleh pada dasarnya adalah suatu kegiatan demi kebaikan bersama. Prinsip-prinsip di atas sebagai dasar pembentukan masyarakat madani merupakan suatu usaha dan landasan bagi terwujudnya kebaikan bersama. Kegiatan manusia apapun merupakan suatu konsekuensi logis dari adanya keterbukaan di mana setiap warga memiliki kebebasan untuk melakukan tindakan. Keterbukaan itu merupakan kensekuensi logis dari pandangan positif dan optimis terhadap manusia, bahwa manusia pada dasarnya adalah baik.

ُكِ ب َرِب ُتْسَلَأ ْمِهِسُفنَأ َٰٓ ىَلَع ْمُهَدَهْشَأ َو ْمُهَتَّي ِ رُذ ْمِه ِروُهُظ ن ِم َمَداَء َٰٓىِنَب ًۢن ِم َكُّب َر َذَخَأ ْذِإ َو ْمۖ

ۛ َٰٓاَنْدِهَش ۛ ىَلَب ۟اوُلاَق

َنيِلِف َغ اَذ َه ْنَع اَّنُك اَّنِإ ِةَم َيِقْلٱ َم ْوَي ۟اوُلوُقَت نَأ

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak -anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam)

adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".

(QS. Al-A’raaf : 172)

Pengawasan sosial ini menjadi penting terutama dalam hal kekuatan, baik kekuatan uang maupun kekuatan kekuasaan yang cenderung menyeleweng sehingga perwujudan masyarakat beradab dan sejahtera hanya slogan semata.

Pengawasan sosial seacara individu maupun lembaga merupaka suatu keharusan dalam usaha pembentukan masyarakat yang beradab dan sejahtera.

Namun demikian, pengawasan sosial harus berdiri atas dasar asas-asas tidak bersalah sebelum terbukti sebaliknya dan senantiasa bersikap husnudzan.

(7)

051598633 - Melki Mulyawan Daftar Pustaka / Sumber Referensi

BMP MKDU4221 Pendidikan Agama Islam edisi 2 Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, Wawan Suharmawan.

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5795266/pengertian-ibadah-mahdhah-dan- perbedaannya-dengan-ghairu-mahdhah.

"Ayat Al-Qur'an Tentang Penciptaan Manusia dan Proses Terciptanya", https://tirto.id/glUF

https://tafsirweb.com/290-surat-al-baqarah-ayat-30.html https://tafsirweb.com/2232-surat-al-anam-ayat-108.html https://tafsirweb.com/2626-surat-al-araf-ayat-172.html

https://www.dikasihinfo.com/pendidikan/98010535676/terjawab-inilah-langkah-langkah- yang-dilakukan-manusia-untuk-merealisasikan-peran-sebagai-khalifah-di-bumi?page=3

Referensi

Dokumen terkait

Akhlak Nabi Muhammad saw yang diutus menyempurnakan akhlak manusia itu, disebut dengan akhlak Islam atau akhlak Islami, karena bersumber dari wahyu Allah swt yang kini terdapat

 Membuktikan keadilan Allah SWT kepada manusia terhadap amalan yang dilakukan di dunia..  Supaya manusia takut

12. Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang memiliki kelemahan dan bergantung kepada Allah SWT. Oleh karena itu sesama manusia harus selalu berusaha mengatasi

Kedua dari segi istilah muamalah dibagi dua yaitu muamalah dalam arti luas dan sempit, Muamalah dalam arti sempit adalah aturan-aturan Allah swt yang mengatur

Dalam ” hubungan horizontal ini mengarah kepada hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan hubungan dengan alam raya, bahwa Allah telah memberikan kehidupan

Ibadah Ghairu Mahdhah, (tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara

Jawaban Hubungan manusia dan alam semesta ialah kesatuan yang tidak terpisahkan, manusia sebagai khalifah Allah di bumi perlu agama dan IPTEK untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan

Oleh karena manusia dicipta supaya beribadah kepada Allah SWT, maka sudah tentu dalam Islam, seluruh kegiatan manusia adalah ibadah kepada Allah SWT  Ibn Taimiyyah al-‘Ubudiyyah: